Anda di halaman 1dari 3

A.

Soal Teori

Jawablah pertanyaan berikut ini:

1. Mengapa kebanyakan persoalan etis yang dihadapi akuntan publik sifatnya kompleks dan
tidak mudah?
2. Manakah yang akan Anda pilih sebagai ide utama dalam berprilaku etis dalam profesi
akuntansi: “melindungi kepentingan publik” atau “melindungi kredibiltas profesi” mengapa?
3. Mengapa menjaga kerahasiaan klien atau atasan itu sangat penting bagi efektifitas
hubungan auditor?
4. Apakah perbedaan antara penerapan “due care” dengan penerapan “skeptisme
profesional”?
5. Konflik kepentingan seperti apa yang harus lebih diperhatikan oleh akuntan profesional:
aktual atau semu?
6. Pada dasarnya, auditor menginginkan agar segala aktifitasnya bisa mendatangkan
keuntungan, namun kapankah jika dimungkinkan seorang auditor harus meredam dulu
motivasi terkait dengan keuntungan tersebut?
7. Apakah Auditor bertanggung jawab menemukan kecurangan laporan keuangan klien? Apa
peran skeptisme profesional dalam mendeteksi Fraud?
8. Apakah yang akan dilakukan auditor jika dia meyakini bahwa budaya etis klien tidak
memuaskan?

B. Soal Kasus

Bukti KAP Taraf Internasional Bisa Kebobolan Pesawat Garuda Indonesia.

Oleh: Hendra Friana - 29 Juni 2019


Sumber:
https://tirto.id/kasus-lapkeu-garuda-bukti-kap-taraf-internasional-bisa-kebobolan-edi1

Kesalahan audit laporan keuangan oleh kantor akuntan publik dilatarbelakangi berbagai
faktor. Bisa karena kesengajaan, bisa pula sebaliknya. tirto.id - Setelah sebulan lebih
memeriksa, Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
akhirnya membenarkan sejumlah dugaan kejanggalan dalam laporan keuangan PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk. tahun buku 2018.

Di Aula Mezzanine kantor Kementerian Keuangan, Jumat (28/6/2019) pagi, konferesi pers
digelar untuk memaparkan sejumlah pelanggaran yang dilakukan Auditor Publik (AP) Kasner
Sirumapea. Kasner diganjar sanksi tegas berupa pembekuan izin selama 12 bulan lewat
Keputusan Menteri Keuangan No. 312/KM.1/2019. Hal serupa juga dilakukan OJK terhadap
Surat Tanda Terdaftar (STTD) AP bernomor STTD.AP-010/PM.223/2019.

Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto. PPPK, sebagai lembaga yang berada di Bawah
Kemenkeu, menilai Kanser belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit (SA) 315 terkait
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman
atas Entitas dan Lingkungannya. Kanser juga dinilai tak bisa mempertimbangkan fakta-fakta
setelah tanggal laporan keuangan sebagai dasar perlakuan, sehingga auditnya tak sesuai
dengan SA 500 dan SA 560.

Kesalahan audit itu muncul terkait piutang Rp2,9 triliun atas kerja sama pemasangan Wi-Fi
dengan PT Mahata Aero Teknologi yang dicatat sebagai pendapatan dalam laporan keuangan
Garuda tahun lalu. "AP belum secara tepat menilai substansi transaksi untuk kegiatan
perlakuan akuntansi terkait pengakuan piutang dan pendapatan lain-lain sekaligus di awal.
Kedua, AP belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk menilai
ketepatan perlakuan akuntansi sesuai dengan substansi transaksi dari perjanjian yang
melandasinya," jelas Hadiyanto. Sesuai Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23,
kata Hadiyanto, piutang itu tidak dapat dianggap sebagai pendapatan. Ini karena tingkat
penyelesaian pembayaran piutang itu tak bisa diukur dengan handal. Buktinya, emiten
berkode GIAA itu belum mendapatkan pembayaran sepeserpun atas kerja sama dengan
Mahata hingga saat ini. Bursa Efek Indonesia (BEI) kemudian meminta Garuda untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali (restatement) Laporan Keuangan triwulan I/2019 yang
masih mencantumkan piutang Mahata sebagai pendapatan. BEI juga meminta Garuda
Indonesia membayar denda Rp250 juta, di samping sanksi denda Rp100 juta yang
dibebankan OJK kepada direksi dan komisaris perseroan yang setuju atas laporan keuangan
tersebut.

KAP Terafiliasi Internasional Tak Jamin Bebas Kesalahan Tak sampai di situ, Kemenkeu
juga mewajibkan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan
Rekan--yang menaungi Kasner dan terafiliasi dengan BDO International Limited--melakukan
perbaikan terhadap Sistem Pengendalian Mutu. Kemenkeu juga meminta BDO International
Limited mereview standar yang telah dilakukan KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang &
Rekan lantaran kelalaian tersebut. "Dalam KAP ada sistem pengendalian mutu sebagai suatu
sistem KAP bertanggung jawab memastikan kualitas audit itu direview sehingga sebelum
auditor itu menandatangani ada pengendalian mutunya, apakah ada pelanggaran atau tidak,"
sambung Hadiyanto. Akuntan profesional Cris Kuntadi menilai kesalahan audit laporan
keuangan oleh kantor akuntan publik dilatarbelakangi berbagai faktor. Bisa karena
kesengajaan, bisa pula sebaliknya. Dalam dunia akuntansi, kesengajaan itu sering ditemukan
dalam kasus window dressing, yakni rekayasa dengan menggunakan trik-trik dari akuntansi
agar neraca perusahaan atau laporan laba rugi terlihat lebih baik dari yang sebenarnya.
Praktik ini umumnya dilakukan dengan menetapkan aktiva/pendapatan terlalu tinggi atau
menetapkan kewajiban/beban terlalu rendah dalam laporan keuangan. Akibatnya, perusahaan
memperoleh laba yang lebih tinggi. Dalam konteks kasus Garuda, kata Cris, bisa jadi ada
faktor kesengajaan yang dilakukan perseroan untuk memoles laporan keuangan agar tidak
mencetak kerugian. Oleh Karena itu, menurut dia, manajemen Garuda dinilainya sebagai
pihak yang paling bertanggung jawab dalam masalah ini. "Karena mereka wajib menyusun
laporan keuangan sesuai standar akuntansi. Ketika sudah menyusun sesuai standar, dia harus
menyatakan itu, tapi untuk meyakinkan kepada publik apakah pernyataan itu benar atau tidak,
diuji auditor publik," ucapnya.
Nah, dalam hal ini, kesalah dalam mengaudit laporan keuangan Garuda seharusnya tidak
terjadi. KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan, yang sudah terafiliasi dengan
BDO International Limited biasanya bakal memeriksa ulang opini yang akan diberikan
akuntan publiknya. Jika auditor di KAP tersebut sampai mendapatkan sanksi dari OJK dan
Kemenkeu, kata Cris, bisa dipastikan ada prosedur pengecekan yang tidak dijalankan sesuai
standar. "Ketika dia berafiliasi dengan akuntan publik internasional ada proses review.
Artinya bisa per-pekerjaan atau secara umum apakah prosedurnya sudah memadai atau
belum," tutur pria yang juga menjabat Anggota Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) tersebut. Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal
II OJK, Fahri Hilmi mengaku belum bisa memastikan apakan ada unsur kesengajaan dalam
pelanggaran tersebut. Menurut Hilmi, OJK baru sebatas memeriksa standar akuntansi
keuangan yang digunakan. "Tapi yang kami sampaikan adalah [laporan] itu, tidak sesuai
aturan dan itu kami berikan denda. Saya kira untuk saat ini kami belum melihat faktor
kesengajaan, tentunya tidak tertutup kemungkinan adanya faktor kesengajaan" tuturnya.

Pertanyaan:

1. Apakah tata kelola perusahaan berpengaruh dalam kasus ini? Jelaskan!


2. Bagaimana secara akuntansi, manipulasi laporan keuangan yang dilakukan Garuda?
3. Apakah yang seharusnya dilakukan auditor KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang dan Rekan, jika mereka merasa ada kekeliruan?
4. Apa masalah internal yang harus diselesaikan KAP untuk meningkatkan kualitas mutu
audit?
5. Siapa yang bertanggung jawab paling besar terhadap kasus ini? Jelaskan!
6. Apa kesalahan yang dilakukan oleh KAP sehingga audit yang dilakukan dianggap
gagal di mata publik?
7. Apa saran Anda terhadap kasus ini!

Anda mungkin juga menyukai