manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil kantor akuntan publik
(KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan
keuangan perusahaan. Pemanggilan itudijadwalkan pada Selasa (30/4).
26 April 2019
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal memanggil
manajemen perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan
membahas kasus tersebut dalam rapat internal. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI
Inas Nasrullah Zubir mengatakan perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia
dengan manajemen akan dibahas dalam rapat internal usai reses. Dalam rapat itu
akan dipastikan terkait pemanggilan sejumlah pihak yang berkaitan dengan
pembuatan laporan keuangan maskapai pelat merah tersebut. Jika sesuai jadwal,
DPR kembali bekerja pada 6 Mei 2019.
Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat Bersama
Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok
karyawan Garuda Indonesia. Aksi ini berkaitan dengan penolakan laporan
keuangan tahun 2018 oleh dua komisaris. Dalam surat tersebut disebutkan
pernyataan pemegang saham telah merusak kepercayaan publik terhadap harga
saham Garuda Indonesia dan pelanggan setia maskapai tersebut.Namun, Asosiasi
Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru membantah akan melakukan aksi mogok
kerja. Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan karyawan belum mengambil
sikap atas perseteruan salah satu pemegang saham dengan manajemen saat ini.
30 April 2019
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan
publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor
laporan keuangan perusahaan. Pertemuan itu berlangsung pada pukul 08.30-09.30
WIB. Sayangnya, pertemuan dua belah pihak berlangsung tertutup. Otoritas bursa
menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut.
"Bursa meminta semua pihak untuk mengacu pada tanggapan perseroan yang
disampaikan melalui IDXnet dan penjelasan dapat dibaca di website bursa," kata
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna. Sementara Menteri
Keuangan mengaku telah meminta Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan
Hadiyanto untuk mempelajari kisruh terkait laporan keuangan BUMN tersebut.
lOMoARcPSD|25597724
dipermasalahkan, karena secara audit sudah keluar dan itu pakai auditor akuntan
publik yang independen dan sudah dikenal dan diregister terhadap OJK," ujar dia
di Purwakarta, Jumat (26/4).
Lebih lanjut, Rini juga mencibir anggapan dua komisaris yang
mempertanyakan perolehan laba bersih GIIA yang berasal dari piutang. Menurut
dia, hal itu wajar untuk dilakukan dan tidak melanggar aturan."Lah enggak apa-
apa. Sama saja seperti begini, kita bikin kontrak ini orang ini yang punya wifi ini
internasional, jadi apa yang dibukukan? Yang dibukukan itu kita punya kontrak,"
tutur dia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk melakukan kesalahan terkait kasus penyajian Laporan
Keuangan Tahunan per 31 Desember 2018. Temuan ini merupakan hasil
investigasi setelah melakukan koordinasi bersama Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, Pusat Pembinaan Profesi Keuangan, PT Bursa Efek
Indonesia, dan pihak terkait lainnya.
Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat
dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan bahwa, Garuda
Indonesia telah terbukti melanggar Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (UU PM) jis. Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan
Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang
Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa. "Pengenaan sanksi dan/atau
Perintah Tertulis terhadap PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Direksi dan/atau
Dewan Komisaris, AP, dan KAP oleh OJK diberikan sebagai langkah tegas OJK
untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri Pasar Modal
Indonesia," ujar Anto Prabowo, dalam keterangan resminya Jumat (28/6).
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto
Prabowo mengatakan, OJK juga mengenakan Sanksi Administratif berupa denda
sebesar Rp 100 juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran
Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik.Tak hanya perseroan, sanksi denda juga dijatuhkan masing-
masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta
lOMoARcPSD|25597724
saham dan keterbukaan informasi Perseroan serta melakukan tindak lanjut sesuai
ketentuan yang berlaku," papar dia.
lOMoARcPSD|25597724
kecewa nggak kecewa. Ini hak hukum. Saya punya pendapat, cuma sampai itu
saja. Secara hukum sampai situ aja (menyampaikan pendapat tidak setuju),"
tambahnya. Kedua komisaris menilai hal itu akan menimbulkan kerancuan dari
publik untuk membaca laporan keuangan Garuda Indonesia yang berubah
signifikan dari sebelumnya rugi tiba-tiba untung. Dengan begitu, ada potensi
penyampaian kembali laporan keuangan dan dapat merusak kredibilitas
perusahaan. Tapi, RUPS kala itu telah menyetujui laporan keuangan tersebut
dengan catatan perbedaan dua opini.
Manajemen Garuda Indonesia pun kemudian buka suara. Perusahaan
memberi penjelasan terkait kerja sama tersebut.VP Corporate Secretary Garuda
Indonesia Ikhsan Rosan menjelaskan, kerja sama dengan Mahata merupakan
upaya bagi manajemen untuk mencari pendapatan tambahan (ancillary). Caranya
dengan meningkatkan pelayanan bagi penumpang melalui penyediaan
konektivitas internet."Itu kan pemasangan WiFi, poinnya bagian dari Garuda Grup
meningkatkan layanan ke penumpang. Penumpang akan mendapatkan layanan
khususnya WiFi tanpa membayar. Tapi itu jadi revenue tambahan buat kita,"
terangnya di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2019).
Penumpang Garuda Indonesia bisa menikmati konektivitas internet di
pesawat secara gratis. Dijelaskan Ikhsan, Mahata sebagai penyedia akses WiFi di
dalam pesawat akan menjual slot iklan dalam fasilitas WiFi tersebut. Dari situ lah
perusahaan yang baru berdiri November 2017 itu akan mendapatkan
pemasukan.Ikhsan mengatakan, Garuda secara grup memiliki penumpang yang
cukup banyak sekitar 50 juta penumpang per tahun."Jadi Garuda market place 50
juta (penumpang) kan secara grup. Itu yang kita monetize. Sekarang poinnya
penumpang kita 50 juta bersama Citilink. Itu bagian pengembangan
dari ancillary kita," ujarnya.Dari situ, Mahata disebut sudah mendapatkan untung
dari potensi penumpang Garuda Indonesia. Mahata akan membayar kompensasi
ke maskapai pelat merah itu. Sebagai gambaran Ikhsan mencontohkan, penjualan
slot iklan dari fasilitas WiFi itu bisa dihargai US$ 4 per penumpang. Jika Garuda
Indonesia secara grup memiliki potensi penumpang 50 juta per tahun maka dari
layanan itu bisa diperoleh pendapatan dari satu pengiklan sekitar US$ 200 juta.
"Katakanlah secara konservatif 50% (untuk Garuda) berarti US$ 100 juta. Itu lah
lOMoARcPSD|25597724
A. KESIMPULAN
PT Garuda Indonesia Tbk melakukan kesalahan penyajian Laporan Keuangan Tahunan per
31 Desember 2018 karena adanya pencatatan transaksi antara kerja sama penyediaan
layanan wifi dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam akun
pendapatan yang seharusnya masih menjadi piutang.
Di dalam kasus ini PT Garuda Indonesia telah melanggar Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) ,Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan
Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah
Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 30 tentang Sewa. Dan diberi sanksi sesuai dengan UU yang dilanggar.
Untuk mengatasi kasus yang dilakukan PT Garuda Indonesia maka beberapa hal yang
di lakukan adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski kepada auditor
laporan keuangan PT Garuda Indonesia yaitu pembekuan izin selama 12 bulan, dan juga
OJK yang telah memberikan sanksi dan juga denda kepada PT Garuda Indonesia.
Kemdian pihak KAP perlu melakukan pengecekan pada histori dokumen penjualan
dan penerimaan perusahaan, yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
audit sehingga audit yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan PSAK.
Laporan keuangan idealnya menggambarkan kondisi suatu perusahaan pada periode tertentu.
Laporan yang berisi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi keuangan pada
awal
periode komparatif ini biasanya digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan. Dengan
melihat laporan keuangan, kita bisa tahu bagaimana prospek perusahaan di masa depan,
analisis kinerja manajemen perusahaan serta memprediksi arus kas yang akan datang. Laporan
keuangan mencerminkan keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan dalam mencapai target
profitable.
Perusahaan maskapai nasional Indonesia, Garuda Indonesia tersandung skandal laporan
keuangan. Pasalnya, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih setelah merugi pada
kuartal sebelumnya. Keganjalan ini menimbulkan polemik bagi Garuda Indonesia. Lalu,
bagaimana kronologi polemik tersebut? Apa saja pelanggaran yang dilakukan dan sanksi yang
diterima oleh Garuda Indonesia?
Linimasa Polemik Laporan Keuangan Garuda Indonesia
Berikut adalah linimasa terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda Indonesia:
2 April 2019
Polemik dimulai saat dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria
(saat
ini sudah tidak menjabat), menolak menandatangani laporan keuangan Garuda Indonesia
karena tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam
pembukuan tersebut, Garuda Indonesia menyatakan laba bersih mereka senilai USD890,85
ribu atau setara dengan Rp11,33 miliar dengan asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS. Lonjakan
sangat tajam dan signifikan ini berbanding terbalik dengan pembukuan sebelumnya yang
menyatakan kerugian sebesar USD216,5 juta. Ternyata, Garuda Indonesia mengakui piutang
dari PT Mahata Aero Teknologi (MAT) terkait pemasangan wifi sebagai laba perusahaan.
30 April 2019
Menanggapi skandal tersebut, jajaran direksi Garuda Indonesia dipanggil oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI). Pertemuan itu diadakan bersama auditor Garuda Indonesia, Ketua Akuntan
Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan rekan (Member of BDO International).
Saat itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, belum bisa memberikan sanksi pada KAP dan rekan
karena masih melakukan analisis laporan keuangan dari pihak auditor.
2 Mei 2019
Sebulan setelah penolakan penandatanganan oleh dua komisaris, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK)
meminta verifikasi laporan keuangan Garuda Indonesia pada BEI atas polemik tersebut.
3 Mei 2019
Garuda Indonesia mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak akan mengaudit ulang
laporan keuangannya yang tidak sesuai dengan PSAK.
8 Mei 2019
MAT bersuara setelah namanya terseret dalam skandal laporan keuangan Garuda Indonesia.
Perusahaan yang baru berdiri pada 3 November 2017 ini berani bekerja sama dengan Garuda
Indonesia dengan mencatatkan utang senilai USD239 juta yang kemudian dimasukkan ke
dalam kolom pendapatan oleh Garuda Indonesia.
21 Mei 2019
Garuda Indonesia kembali dipanggil oleh Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk
dimintai keterangan terkait skandal tersebut. Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti
Ngurah
Askhara Danadiputra atau biasa disebut Ari Askhara menjelaskan bahwa pengakuan piutang
sebagai pendapatan karena dari USD239, 94 juta, USD28 juta di antaranya adalah bagi hasil
yang seharusnya dibayarkan oleh MAT.
14 Juni 2019
Sekretaris Jendral Kementerian Keuangan (Sekjen Kemenkeu) Hardiyanto menyampaikan
hasil pemeriksaan terhadap KAP yaitu adanya dugaan audit yang tidak sesuai PSAK dan
sanksi
yang akan diberikan pada KAP dan rekan masih menunggu koordinasi dari OJK.
18 Juni 2019
BEI yang juga berkoordinasi intens dengan OJK terkait sanksi yang akan diberikan pada KAP
dan rekan masih menunggu keputusan final OJK.
28 Juni 2019
Garuda Indonesia menerima sanksi dari berbagai pihak. Sanksi untuk auditor dari Sri Mulyani
yaitu pembekuan izin selama 12 bulan. Sementara itu, OJK mengenakan sanksi pada Garuda
Indonesia dengan denda Rp100 juta serta masing-masing jajaran direksi dan komisaris
didenda
dengan harus patungan membayar Rp100 juta. Di samping itu, BEI juga mengenakan sanksi
pada Garuda Indonesia dengan denda sebesar Rp250 juta.
Pelanggaran PT Garuda Indonesia
Otoritas jasa keuangan memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah
melakukan kesalahan terkait penyajian laporan keuangan tahunan per 31 Desember 2018. OJK
mengungkapkan bahwa PT Garuda Indonesia telah terbukti melanggar:
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU Pasar Modal)
“(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang
Pasar Modal.”,
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik,
3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa, dan
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
Sanksi yang dijatuhkan pada PT Garuda Indonesia
Setelah melakukan koordinasi dengan Kementrian Keuangan Republik Indonesia, PT Bursa
Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, sanksi yang dijatuhkan OJK kepada PT Garuda
Indonesia berupa:
1. Memberikan perintah tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31
Desember 2018 serta melakukan public expose atas perbaikan dan penyajian kembali
LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat
sanksi, atas pelanggaran yang telah dijelaskan penulis di atas,
2. Memberi perintah tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
(Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017
jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
ditetapkannya surat perintah dari OJK,
3. OJK menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta kepada PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik,
4. Sanksi berupa denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan, dan
5. BEI resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas kasus
klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang
dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan laporan
keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini.
Rekomendasi atas Kasus Garuda Indonesia
Agar kasus serupa tidak terulang kembali, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
berbagai pihak. Pihak KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan (Member of
BDO
International Limited) perlu melakukan pengecekan ulang terhadap piutang PT Garuda
Indonesia Tbk (GIAA) atas Mahata sebesar US$239,94. Pihak KAP perlu melakukan
pengecekan pada histori dokumen penjualan dan penerimaan perusahaan. Dokumen penjualan
dalam hal ini contohnya: 1). Customer Order, 2). Sales order, 3). Shipping document, 4). Sales
invoice, 5). Sales transaction file, 6). Sales journal or listing, 7). Account receivable master
file, 8). Account receivable trial balance, 9). Monthly statement. Dokumen penerimaan dalam
hal ini contohnya: 1). Remittance advice, 2). Prelisting of cash receipts, 3). Cash receipt
transaction file, 4). Cash receipt journal or listing. Pengecekan histori dokumen-dokumen ini
bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses audit sehingga audit yang dilakukan sudah
sesuai dengan ketentuan PSAK. Selain itu, dari sisi internal sendiri, PT Garuda Indonesia
harusnya dapat menjelaskan nature transaksi mereka kepada publik sehingga tidak
menimbulkan kerancuan di tengah publik terkait kondisi perusahaan di kuartal-III 2018 yang
masih merugi dan dalam waktu singkat memperoleh laba di penghujung tahun 2018.
Garuda Indonesia Pasca Kasus Laporan Keuangan
Pasca penetapan sanksi yang diberikan oleh OJK kepada Garuda Indonesia akibat melakukan
pemolesan pada laporan keuangan mereka pada 2018 silam, kinerja PT Garuda Indonesia
tampak tidak mengalami perubahan yang berarti. Sanksi yang diberikan OJK ini tidak
menimbulkan perubahan pada cash out Garuda Indonesia. Di lain sisi, sejak penetapan sanksi
oleh OJK, harga saham Garuda Indonesia di BEI mengalami penurunan. Penurunan nilai
saham
yang dialami oleh PT Garuda Indonesia dinilai wajar dan tidak terlalu signifikan.
Rupanya, skandal laporan keuangan Garuda Indonesia bukanlah skandal terakhir bagi Garuda
Indonesia. Setelah itu, pada bulan Agustus 2019, mantan dirut Garuda Indonesia, Emirsyah
Satar, ditahan KPK terkait dugaan suap dan pencucian uang dalam pengadaan suku cadang
pesawat. Selanjutnya, kasus perseteruan Garuda Indonesia dengan Content Creator Rius
Vernandes dan turunnya peringkat Garuda Indonesia pada ajang World Airline Awards. Lalu,
kasus penyeludupan sepeda motor Harley Davidson dan Sepeda Brompton yang terjadi
November 2019. Selain itu, masih ada kisruh pada akuisisi PT Garuda Indonesia melalui anak
usaha Citilink terhadap Sriwijaya Air yang menyebabkan kedua maskapai tersebut
menghentikan kerjasamanya. Terakhir, terkuaknya kesewenang-wenangan Dirut Ari Askhara
pada jam terbang pramugari serta pemotongan biaya dalam layanan penumpang cukup
menjadi
alasan yang kuat dalam pencopotan jabatan Ari Askhara sebagai Dirut Garuda Indonesia oleh
Menteri BUMN, Eric Thohir.
Kasus-kasus yang menimpa PT Garuda Indonesia secara silih berganti ini secara tidak
langsung
dapat memengaruhi reputasi dan kepercayaan Garuda Indonesia di mata masyarakat. Pihak
customer menjadi bertanya-tanya dan menimbulkan keraguan dalam menggunakan jasa
penerbangan Garuda Indonesia. Apabila tidak ada perubahan dari pihak internal perusahaan
dalam usaha memperbaiki reputasi mereka di tengah masyarakat, bukan tidak mungkin jasa
layanan penerbangan Garuda Indonesia akan ditinggalkan oleh customer-nya. Tidak hanya itu,
masalah-masalah yang menimpa Garuda Indonesia dapat membuat para investor menjadi ragu
atas kinerja Garuda Indonesia. Perusahaan bisa saja ditinggal oleh para pemegang saham yang
ragu atas kinerja perusahaan. Pihak Garuda Indonesia perlu melakukan usaha dari sisi internal