Anda di halaman 1dari 37

lOMoARcPSD|25597724

KRONOLOGI KISRUH LAPORAN KEUANGAN


GARUDA INDONESIA

Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia


(Persero) yang berhasil membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018,
berbanding terbalik dari 2017 yang merugi US$216,58 juta menuai polemik. Dua
komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk
mendatangani laporan keuangan 2018.Keduanya menolak pencatatan transaksi
kerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi) dalam penerbangan dengan PT
Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan. Pasalnya, belum ada
pembayaran yang masuk dari Mahata hingga akhir 2018. Hingga saat ini, polemik
laporan keuangan Garuda Indonesia masih terus bergulir.

Berikut adalah kronologi terkuaknya kasus skandal mengenai laporan keuangan


PT. Garuda Indonesia:
1 April 2019
Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan
tahun buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Dalam laporan keuangannya,
perusahaan dengan kode saham GIAA berhasil meraup laba bersih sebesar
US$809 ribu, berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang merugi sebesar
US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada kuartal III
2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta.
24 April 2019
lOMoARcPSD|25597724

Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)


di Jakarta. Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan
tahun buku 2018.Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul
Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways
menyampaikan keberatan mereka melalui surat keberatan dalam RUPST. Chairal
sempat meminta agar keberatan itu dibacakan dalam RUPST, tapi atas keputusan
pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun
akhirnya menyetujui laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018. "Laporan
tidak berubah, kan sudah diterima di RUPST. Tapi dengan dua catatan yaitu ada
perbedaan pendapat. Itu saja," jelas Chairal.
Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar
US$239,94 juta terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan
Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan
sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya masih merugi US$244,96 juta.
Dua komisaris berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan itu menimbulkan
kerancuan dan menyesatkan. Pasalnya, keuangan Garuda Indonesia berubah dari
yang sebelumnya rugi menjadi untung.Selain itu, catatan tersebut membuat beban
yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih besar untuk membayar Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu
seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan
Mahata belum masuk ke kantong perusahaan.
25 April 2019
Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai
kabar penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan
dengan kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi
pertama, Kamis (25/4).Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per
saham dari sebelumnya Rp500 per saham. Saham perseroan terus melanjutkan
pelemahan hingga penutupan perdagangan hari ini, Selasa (30/4) ke posisi Rp466
per saham atau turun persen.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen
Garuda Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris
dengan manajemen terhadap laporan keuangan tahun buku 2018.Selain
lOMoARcPSD|25597724

manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil kantor akuntan publik
(KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan
keuangan perusahaan. Pemanggilan itudijadwalkan pada Selasa (30/4).
26 April 2019
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal memanggil
manajemen perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan
membahas kasus tersebut dalam rapat internal. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI
Inas Nasrullah Zubir mengatakan perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia
dengan manajemen akan dibahas dalam rapat internal usai reses. Dalam rapat itu
akan dipastikan terkait pemanggilan sejumlah pihak yang berkaitan dengan
pembuatan laporan keuangan maskapai pelat merah tersebut. Jika sesuai jadwal,
DPR kembali bekerja pada 6 Mei 2019.
Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat Bersama
Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok
karyawan Garuda Indonesia. Aksi ini berkaitan dengan penolakan laporan
keuangan tahun 2018 oleh dua komisaris. Dalam surat tersebut disebutkan
pernyataan pemegang saham telah merusak kepercayaan publik terhadap harga
saham Garuda Indonesia dan pelanggan setia maskapai tersebut.Namun, Asosiasi
Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru membantah akan melakukan aksi mogok
kerja. Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan karyawan belum mengambil
sikap atas perseteruan salah satu pemegang saham dengan manajemen saat ini.
30 April 2019
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan
publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor
laporan keuangan perusahaan. Pertemuan itu berlangsung pada pukul 08.30-09.30
WIB. Sayangnya, pertemuan dua belah pihak berlangsung tertutup. Otoritas bursa
menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut.
"Bursa meminta semua pihak untuk mengacu pada tanggapan perseroan yang
disampaikan melalui IDXnet dan penjelasan dapat dibaca di website bursa," kata
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna. Sementara Menteri
Keuangan mengaku telah meminta Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan
Hadiyanto untuk mempelajari kisruh terkait laporan keuangan BUMN tersebut.
lOMoARcPSD|25597724

FAKTA – FAKTA KESALAHAN LAPORAN KEUANGAN


GARUDA INDONESIA HINGGA DIKENAKAN SANKSI

Merdeka.com - Setelah menuai polemik beberapa waktu lalu, Otoritas Jasa


Keuangan (OJK) akhirnya mengumumkan hasil pemeriksaan laporan keuangan
tahun 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Dalam pemeriksaan
tersebut, Garuda Indonesia dinyatakan melakukan kesalahan terkait kasus
penyajian Laporan Keuangan Tahunan per 31 Desember 2018.Atas temuan ini,
OJK memberi tenggat waktu selama 14 hari atau dua minggu kepada Garuda
Indonesia untuk memperbaiki dan menyajikan kembali Laporan Keuangan
Tahunan per 31 Desember 2018.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan telah menyatakan bahwa laporan
keuangan Garuda Indonesia belum sesuai standar akuntan. Hal ini usai
dilakukannya pemeriksaan terhadap Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata
Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional)."Kesimpulannya ada dugaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
audit itu, belum sepenuhnya mengikuti standar akuntansi yang berlaku," tutur
Sekretaris Jenderal Kemenkeu, Hadiyanto di Jakarta, Jumat (14/6).Sementara
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M Soemarno menyatakan
laporan keuangan tersebut telah mendapat persetujuan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Selain itu, laporan itu juga telah diaudit oleh auditor akuntan publik
terpercaya sebelum dinaikan."Itu yang saya enggak ngerti kenapa
lOMoARcPSD|25597724

dipermasalahkan, karena secara audit sudah keluar dan itu pakai auditor akuntan
publik yang independen dan sudah dikenal dan diregister terhadap OJK," ujar dia
di Purwakarta, Jumat (26/4).
Lebih lanjut, Rini juga mencibir anggapan dua komisaris yang
mempertanyakan perolehan laba bersih GIIA yang berasal dari piutang. Menurut
dia, hal itu wajar untuk dilakukan dan tidak melanggar aturan."Lah enggak apa-
apa. Sama saja seperti begini, kita bikin kontrak ini orang ini yang punya wifi ini
internasional, jadi apa yang dibukukan? Yang dibukukan itu kita punya kontrak,"
tutur dia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk melakukan kesalahan terkait kasus penyajian Laporan
Keuangan Tahunan per 31 Desember 2018. Temuan ini merupakan hasil
investigasi setelah melakukan koordinasi bersama Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, Pusat Pembinaan Profesi Keuangan, PT Bursa Efek
Indonesia, dan pihak terkait lainnya.
Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat
dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan bahwa, Garuda
Indonesia telah terbukti melanggar Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (UU PM) jis. Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan
Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang
Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa. "Pengenaan sanksi dan/atau
Perintah Tertulis terhadap PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Direksi dan/atau
Dewan Komisaris, AP, dan KAP oleh OJK diberikan sebagai langkah tegas OJK
untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri Pasar Modal
Indonesia," ujar Anto Prabowo, dalam keterangan resminya Jumat (28/6).
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto
Prabowo mengatakan, OJK juga mengenakan Sanksi Administratif berupa denda
sebesar Rp 100 juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran
Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik.Tak hanya perseroan, sanksi denda juga dijatuhkan masing-
masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta
lOMoARcPSD|25597724

atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab


Direksi atas Laporan Keuangan.Selai itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi
menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas kasus klaim
laporan keuangan perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang
dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan
laporan keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini.
Deputi Jasa Keuangan, Survei dan Konsultan Kementerian BUMN, Gatot
Trihargo mengatakan, sebelum keputusan hasil pemeriksaan laporan keuangan
dilayangkan, pihaknya selaku pemegang saham Seri-A sudah meminta kepada
Dewan Komisaris untuk melakukan audit interim per 30 Juni 2019."Kami
meminta agar audit interim tersebut dilakukan dengan Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang berbeda untuk mengetahui kinerja dan subsequent event," kata Gatot
melalui keterangan resminya, Jumat (28/6). Gatot juga meminta agar Dewan
Direksi dan Dewan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk dapat
menindaklanjuti keputusan OJK sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.ementara itu, VP Corporate Secretary Garuda Indonesia, M Ikhsan
Rosan, mengatakan menghormati hasil pemeriksaan Kementerian Keuangan dan
OJK yang menyatakan laporan keuangan Garuda Indonesia - khususnya
pencatatan kerjasama inflight connectivity dengan Mahata.Garuda Indonesia, dia
menambahkan, akan terus melaksanakan dan menyempurnakan kerjasama ini
karena akan menguntungkan Garuda Indonesia. Mengingat potensi ancilary
revenue yang akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah
penumpang Garuda Indonesia group yangs saat ini berjumlah lebih kurang 50
juta per tahunnya.
Direktur Penilaian PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Nyoman Gede Yetna
menuturkan, manajemen BEI hingga kini belum sampai pada keputusan untuk
membekukan (suspensi) saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) meski laporan
keuangan perusahaan menuai polemik."Kami dari Bursa berpendapat belum perlu
melakukan suspensi perdagangan saham Perseroan pada saat ini," ujarnya di
Jakarta, Jumat (28/6). Nyoman pun melanjutkan, BEI ke depannya akan terus
melihat pergerakan saham Garuda Indonesia untuk mempertimbangkan tindakan
selanjutnya. "Selanjutnya, Bursa akan senantiasa memantau pergerakan harga
lOMoARcPSD|25597724

saham dan keterbukaan informasi Perseroan serta melakukan tindak lanjut sesuai
ketentuan yang berlaku," papar dia.
lOMoARcPSD|25597724

REKAYASA LAPORAN KEUANGAN,


DIREKSI GARUDA DIMINTA MUNDUR

JAKARTA - Direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menjadi sorotan


setelah laporan keuangan perseroan untuk tahun buku 2018 terbukti bermasalah,
menyusul sanksi yang diberikan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) hingga BEI. Desakan mundur terhadap Dirut Garuda
Indonesia Ari Askhara muncul dari Aliansi Muda Untuk Demokrasi (Almud).
Menurut Almud manipulasi laporan keuangan merupakan indikasi penipuan
publik yang harus ditindak tegas. Berdasarkan informasi sebelumnya, diperoleh
keterangan bahwa Garuda mencatatkan keuntungan sekitar Rp11 Miliar di
Desember 2018, padahal pada tahun 2017, Maskapai Pelat Merah ini mengalami
defisit hingga Rp3 Triliun."Pada laporan 31 Desember 2018 dituliskan bahwa PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk meraup laba bersih USD 809,85 ribu atau sekitar
Rp11 miliar. Padahal kita ketahui bersama PT Garuda mengalami kerugian cukup
dalam pada 2017 mencapai Rp3 triliun," ujar Koordinator Almud, Fadhli di
Jakarta, Selasa (2/7/). Sambung dia menambahkan, dirinya sangat tidak
mempercayai laporan keuangan Garuda yang menyebut jika kerugian di tahun
2017, dapat dipoles menjadi keuntungan di tahun 2018. Apalagi pada 2018 nilai
tukar rupiah pernah melemah hingga Rp14.000 per dolar Amerika dan harga
minyak dunia juga tidak stabil. "Kita bertanya-tanya, seharusnya kondisi ekonomi
yang melemah menjadi kendala untuk semua perusahaan penerbangan, tetapi
kenapa Garuda malah mendapatkan keuntungan," ungkap Fadhli.
lOMoARcPSD|25597724

Selain itu, berdasarkan laporan keuangan 2018, juga ditemukan perjanjian


kerja sama antara PT Garuda Indonesia dengan perusahaan penyedia jasa
pemasangan WiFi, Mahata Aero Teknologi sebesar USD 239 juta. Namun kerja
sama itu tidak dapat dimasukan dalam Laporan Posisi Keuangan (LPK) 2018
karena kerja sama ini untuk 15 tahun dan dana tersebut belum diterima Garuda
sampai akhir tahun 2018Sebagai akibat mempermainkan Laporan Keuangannya,
pada hari Jum’at (28/6) kemarin, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bursa Efek
Indonesia (BEI) telah menjatuhkan sanksi kepada Garuda Indonesia. Bahkan
semua direksi dijatuhkan denda masing-masing Rp100 juta dan akuntan publik
yang menangani LPK PT Garuda (persero) Tbk telah dibekukan selama satu
tahun."Hal ini merugikan sekali bagi Bursa Efek Indonesia (BEI) dimana PT
Garuda juga menjual sahamnya kepada masyarakat umum jadi hal ini dapat kita
kategorikan sebagai penipuan publik," jelas Fadhli.Melihat rentetan kejadian yang
menimpa Garuda akhir-akhir ini, Almud menilai Ari Askhara telah gagal dalam
memimpin perusahaan, sehingga menguntungkan mafia-mafia penerbangan dan
merugikan masyarakat dengan mahalnya tiket pesawat.
Dengan dasar ini, Almud telah mengeluarkan empat pernyataan sikap
sebagai berikut, yakni mendesak Menteri BUMN Rini Soemarno untuk memecat
Ari Askhara dari PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Mencoret semua dewan
direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk karena melakukan penipuan dalam
perbuatan laporan keuangan tahunan 2018. Turunkan harga tiket pesawat untuk
memudahkan masyarakat.
lOMoARcPSD|25597724

KEMENKEU BEBERKAN TIGA KELALAIAN


AUDITOR GARUDA INDONNESIA

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan memaparkan tiga


kelalaian Akuntan Publik (AP) dalam mengaudit laporan keuangan PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018. Hal itu akhirnya berujung sanksi dari Pusat
Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK). Adapun, laporan keuangan tersebut diaudit
oleh AP Kasner Sirumapea dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto,
Fahmi, Bambang, dan Rekan. Sebelumnya, laporan keuangan Garuda Indonesia
menuai polemik. Hal itu dipicu oleh penolakan dua komisaris Garuda Indonesia,
Chairal Tanjung dan Dony Oskaria untuk mendatangani persetujuan atas hasil
laporan keuangan 2018. Keduanya memiliki perbedaan pendapat terkait
pencatatan transaksi dengan Mahata senilai US$239,94 juta pada pos pendapatan.
Pasalnya, belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata hingga akhir 2018.
Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto merinci kelima kelalaian yang
dilakukan. Pertama, AP bersangkutan belum secara tepat menilai substansi
transaksi untuk kegiatan perlakuan akuntansi pengakuan pendapatan piutang dan
pendapatan lain-lain. Sebab, AP ini sudah mengakui pendapatan piutang meski
secara nominal belum diterima oleh perusahaan."Sehingga, AP ini terbukti
melanggar Standar Audit (SA) 315," ujar Hadiyanto, Jumat (28/6). Kedua,
akuntan publik belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup untuk
menilai perlakuan akuntansi sesuai dengan substansi perjanjian transaksi tersebut.
Ini disebutnya melanggar SA 500.
lOMoARcPSD|25597724

Terakhir, AP juga tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal


laporan keuangan sebagai dasar perlakuan akuntansi, di mana hal ini melanggar
SA 560. Tak hanya itu, Kantor Akuntan Publik (KAP) tempat Kasner bernaung
pun diminta untuk mengendalikan standar pengendalian mutu KAP."KAP mau
tidak mau harus comply dengan seluruh standar ini," jelas dia. Sebelumnya,
Kemenkeu menjatuhkan dua sanksi kepada Akuntan Publik (AP) Kasner
Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan terkait dengan polemik laporan keuangan PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk untuk tahun buku 2018. Tak hanya itu, KAP yang
mengaudit laporan keuangan Garuda Indonesia juga dikenakan peringatan tertulis
disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap Sistem Pengendalian
Mutu KAP dan dilakukan reviu oleh BDO International Limited kepada KAP
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan.
lOMoARcPSD|25597724

BPK NILAI REKAYASA LAPORAN KEUANGAN


GARUDA MASUK TINDAK PIDANA

Jakarta, Katadata.co.id --Anggota III Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Achsanul Qosasi mengungkapkan, pihaknya sudah memeriksa dan melakukan
evaluasi terhadap laporan keuangan 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
(GIAA). "BPK menemukan sejumlah masalah terhadap laporan keuangan Garuda.
Permasalahan itu menjadi salah satu bentuk pidana," kata dia kepada
Katadata.co.id, Kamis (4/7). Garuda sebagai perusahaan publik dan tercatat di
Bursa Efek Indonesia dilarang merekayasa laporan keuangan. Hal ini yang
menurut BPK menjadikan masalah tersebut sudah masuk ke ranah pidana.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, BPK merekomendasikan agar Garuda
membatalkan kerja sama anak usahanya, PT Citilink Indonesia, dengan PT
Mahata Aero Technology. Selain itu, BPK juga meminta Garuda untuk
menyajikan ulang laporan keuangan mereka. "BPK juga merekomendasikan agar
Garuda melakukan restatement atas penyajian Laporan Keuangan 2018," kata
Achsanul. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI)
sebelumnya telah menjatuhkan hukuman denda total Rp 1,25 miliar kepada
Garuda beserta jajaran Dewan Komisaris dan Direksi. Sanksi denda tersebut
terkait penyajian laporan keuangan 2018 dan kuartal I-2019. Secara rinci, OJK
mengenakan sanksi administratif berupa denda Rp 100 juta kepada Garuda.
Sanksi diberikan atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29 Tahun 2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Lalu, OJK menjatuhkan denda
lOMoARcPSD|25597724

masing-masing Rp 100 juta kepada seluruh direksi Garuda yang bertanggung


jawab menyajikan laporan keuangan 2018. Pengenaan denda tersebut atas
pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab
Direksi atas laporan Keuangan. (Baca: Terancam Sanksi KPPU, Dirut Garuda
Mundur dari Komisaris Sriwijaya Air) Adapun, Bursa Efek Indonesia (BEI)
mengenakan sanksi berupa denda senilai Rp 250 juta kepada Garuda. Pelanggaran
yang dikenakan BEI ini atas pelanggaran penyajian Laporan Keuangan
Perusahaan Kuartal I-2019.
Selain memberikan denda, baik OJK maupun BEI memberikan sanksi yang
mewajibkan Garuda menyajikan ulang (restatement) laporan keuangan yang
menjadi masalah tersebut. Tak cukup sampai di situ, Pusat Pembinaan Profesi
Keuangan (P2PK) Kementerian Keuangan turut menjatuhkan sanksi kepada
kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
(member of BDO International) yang mengaudit laporan keuangan itu. Sanksinya
berupa peringatan tertulis dengan disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan
terhadap Sistem Pengendalian Mutu KAP dan dilakukan review oleh BDO
International Limited. Dasar pengenaan sanksi yaitu UU Nomor 5 tahun 2011 dan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 154/PMK.01/2017. Kementerian juga
memberikan sanksi pembekuan izin selama 12 bulan terhadap Kasner Sirumapea,
auditor laporan keuangan tersebut.
Kasner terbukti melakukan pelanggaran berat yang berpotensi berpengaruh
signifikan terhadap opini Laporan Auditor Independen (LAI). Pengenaan saksi ini
melalui KMK No.312/KM.1/2019 tanggal 27 Juni 2019. (Baca: Kena Sanksi,
Garuda Bantah Laporan Keuangannya Tak Sesuai Prosedur) Laporan Keuangan
Garuda yang Janggal Kejanggalan laporan keuangan itu awalnya tercium oleh dua
Komisaris Garuda, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (per 24 April 2019, Dony
sudah tidak menjabat sebagai Komisaris Garuda). Mereka menyoroti pencatatan
akuntansi pada laporan kinerja keuangan perusahaan tahun buku 2018. Mereka
menilai, seharusnya Garuda Indonesia mencatatkan rugi tahun berjalan senilai
US$ 244,95 juta atau setara Rp 3,45 triliun (kurs: Rp 14.100 per dolar AS).
Namun, di dalam laporan keuangan 2018 malah tercatat memiliki laba tahun
berjalan senilai US$ 5,01 juta setara Rp 70,76 miliar. Keberatan mereka
lOMoARcPSD|25597724

didasarkan pada perjanjian kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam


penerbangan yang ditandatangani oleh Citilink dengan Mahata. Menurut mereka,
pendapatan dari Mahaka yang sebesar US$ 239,94 juta atau Rp 3,38 triliun tidak
dapat diakui dalam tahun buku 2018. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui
adanya kejanggalan dalam kontrak antara Citilink dengan Mahata. Karena itu,
Bursa menjadikan kontrak itu sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil
keputusan. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan,
dalam kontrak yang diteken pada Oktober 2018 tersebut diatur bagaimana Mahata
wajib memenuhi pembayaran penuh kepada Garuda.
Adapun Garuda wajib menerima pembayaran atas hak yang diberikan
kepada Mahata untuk pemasangan perangkat. "(Tapi) tidak ada hal yang detail
diatur (dalam kontrak), once para pihak tidak menjalankan kewajibannya," kata
Nyoman pada pekan lalu. Nyoman pun mengatakan, jika tidak ada perincian lebih
detail mengenai waktu pembayaran, maka bisa saja pembayaran itu dapat
dilakukan 15 tahun kemudian. Padahal, nilainya sudah dimasukkan sebagai
pendapatan sejak Laporan Keuangan Garuda 2018. "Iya, betul (tidak ada rincian
soal pembayaran), itu juga yang sudah kami pertanyakan," katanya.
lOMoARcPSD|25597724

FAKTA – FAKTA SKANDAL


LAPORAN KEUANGAN GARUDA

Kumparan.com --Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Otoritas Jasa


Keuangan (OJK) sepakat menemukan adanya pelanggaran pada laporan keuangan
tahunan 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Untuk itu, kedua
regulator ini sepakat menjatuhkan hukuman kepada akuntan publik, kantor
akuntan publik, maupun perseroan. Hal ini bermula ketika dua komisaris Garuda,
yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria, menganggap laporan keuangan 2018
Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK). Maka keduanya menolak menandatangani laporan keuangan
tersebut.Menurut mereka, seharusnya Garuda Indonesia mencatatkan rugi senilai
USD 244,95 juta di tahun 2018. Namun dalam laporan keuangan malah tercatat
sepanjang tahun 2018 perusahaan mencetak laba bersih USD 809,84 ribu,
meningkat tajam dari tahun 2017 yang rugi USD 216,58 juta.
Kemenkeu menjatuhkan sanksi pembekuan izin kepada akuntan publik
Kasner Sirumapea selama 12 bulan. Kasner dinilai tidak mematuhi standar audit.
Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto mengatakan, pelanggaran yang
dilakukan Kasner ini termasuk dalam kategori berat. Adapun pembekuan izin
tersebut mulai efektif pada 27 Juli mendatang. "Oh iya termasuk berat. Kalau
sampai ada yang dibekukan izinnya masuk kategori berat," kata Hadiyanto di
kantornya, Jakarta, Jumat (28/6). Selain akuntan publik, Kemenkeu juga
memberikan peringatan tertulis kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata
lOMoARcPSD|25597724

Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). KAP


Tanubrata juga wajib melakukan perbaikan terhadap sistem pengendalian mutu.
Mengenai KAP Tanubrata yang hanya dikenakan sanksi peringatan tertulis dan
memperbaiki sistem pengendalian mutu, Hadiyanto bilang, pihak Pusat
Pembinaan Profesi Keuangan(P2PK) memiliki ketentuan penilaian tersendiri.
Menurutnya, sanksi peringatan tertulis sudah mencukupi untuk memberikan
pembinaan bagi KAP tersebut."Kan kita punya ketentuan level di sini, sanksi di
sini, cukup. Kan ini sifatnya pembinaan profesi, cukup sebagai lesson learned
profesi, publik ingin integritas dari profesi akuntan," tambahnya.
OJK juga menjatuhkan sanksi kepada Garuda berupa denda sebesar Rp 100
juta. Garuda juga diminta untuk memperbaiki laporan keuangan tahunan 2018 dan
melakukan paparan publik selambat-lambatnya 14 hari setelah ditetapkannya
sanksi ini. Tak hanya ke perseroan, seluruh direksi perusahaan publik berkode
GIIA itu juga dikenakan sanksi administratif masing-masing sebesar Rp 100 juta.
Adapun direksi yang dimaksud adalah direksi pada 2018. Selain itu, denda juga
dikenakan Rp 100 juta secara tanggung renteng kepada seluruh anggota direksi
dan dewan komisaris Garuda Indonesia yang menandatangani laporan tahunan
2018.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenakan denda kepada Garuda sebesar Rp
250 juta atas kesalahan penyajian laporan keuangan interim kuartal I 2019. BEI
menilai GIAA telah melanggar aturan tata cara penyajian kinerja keuangan
perusahaan.Selain denda tersebut, BEI juga mewajibkan Garuda untuk
menyajikan kembali (restatement) laporan keuangan perusahaan kuartal I 2019.
Batas waktu untuk restatement ditentukan Bursa paling lambat 26 Juli 2019.
Beberapa jam setelah pernyataan sanksi dikenakan, pihak Garuda langsung
memberikan pendapat. Awalnya, dalam keterangan resmi yang diberikan tersebut,
VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M Ikhsan Rosan membantah
pernyataan Kemenkeu maupun OJK. Ikhsan menilai, hasil pemeriksaan
Kemenkeu dan OJK yang menyatakan laporan keuangan Garuda, khususnya
pencatatan kerja sama inflight connectivity dengan Mahata adalah hasil rekayasa
sangat tidak proporsional dan sangat prematur."Menurut hemat kami tidak
proporsional dan keputusan tersebut sangat premature. Kami menghormati
lOMoARcPSD|25597724

pendapat regulator dan perbedaan penafsiran atas laporan keuangan tersebut,


namun kami akan mempelajari hasil pemeriksaan tersebut lebih lanjut. Kami
menegaskan kembali bahwa kami tidak pernah melakukan rekayasa," katanya
dalam keterangan pertamanya. Selang beberapa jam, Ikhsan merevisi pernyataan
tersebut. "Kami menghormati pendapat regulator dan perbedaan penafsiran atas
laporan keuangan tersebut, namun kami akan mempelajari hasil pemeriksaan
tersebut lebih lanjut. Kami menegaskan kembali bahwa kami tidak pernah
melakukan rekayasa," katanya.
Anggota III BPK Achsanul Qosasi mengatakan, pihaknya telah menerima
pernyataan resmi Garuda terkait sanksi yang diberikan otoritas. Dia pun
menegaskan, jika nantinya Garuda Indonesia melakukan hal yang sama terhadap
hasil pemeriksaan BPK, maka hal itu bisa melanggar Undang-Undang. "Mereka
saya dengar mengeluarkan respons yang justru cenderung melawan otoritas (OJK
dan Kemenkeu). Otoritas sebaiknya jangan dilawan. Rekomendasi BPK nanti
akan sangat kuat, karena dilindungi UU. Siapa pun yang tidak menjalankan
rekomendasi BPK itu melanggar UU," ujar Achsanul kepada kumparan. Dia
melanjutkan, BPK telah menyampaikan hasil pemeriksaan laporan keuangan 2019
kepada pihak Garuda. Hingga saat ini, Achsanul pun masih menunggu respons
Garuda terkait laporan pemeriksaan BPK tersebut.
Kementerian BUMN angkat bicara soal sanksi yang diberikan Kemenkeu
dan OJK terkait hasil pemeriksaan laporan keuangan Garuda pada tahun 2018.
Deputi Jasa Keuangan, Survei dan Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot
Trihargo, mengatakan pihaknya selaku pemegang saham Seri-A sudah meminta
dewan komisaris Garuda untuk melakukan audit sementara atau interim dengan
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berbeda per 30 Juni 2019."Kami meminta
agar audit interim tersebut dilakukan dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
berbeda untuk mengetahui kinerja dan subsequent event," kata Gatot kepada
kumparan. Atas keputusan sanksi yang dilayangkan OJK kepada Garuda tersebut,
Gatot meminta BUMN penerbangan itu menindaklanjuti sesuai aturan yang
ada."Kami meminta dewan direksi dan dewan komisaris PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk untuk dapat menindaklanjuti keputusan OJK sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku," jelasnya.
lOMoARcPSD|25597724

KISRUH LAPORAN KEUANGAN GARUDA :


DITOLAK KOMISARIS HINGGA TERBUKTI CACAT

Jakarta - Tahun 2018, mulanya menjadi tahun yang menggembirakan bagi


maskapai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk. Sebab, perusahaan berhasil mencetak laba bersih US$ 809,85 ribu atau setara
Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000). Namun, kemudian masalah muncul. Pada Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar pada 24 April 2019, diketahui dua
komisaris menyatakan tidak setuju atas laporan keuangan 2018 emiten berkode
GIAA ini. Dua komisaris ini yakni, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria. Chairal
mengatakan, dirinya sudah menyampaikan surat keberatan atas laporan keuangan
Garuda Indonesia. Chairal juga meminta agar surat itu dibacakan dalam
RUPS."Tapi tadi tidak dibacakan suratnya, karena tadi pimpinan rapat merasa
cukup dinyatakan dan dilampirkan saja di annual report," ujarnya.
Menurut dokumen yang diterima awak media, kedua komisaris merasa
keberatan dengan pengakuan pendapatan atas transaksi Perjanjian Kerja Sama
Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam Penerbangan, antara PT Mahata Aero
Teknologi dan PT Citilink Indonesia. Pengakuan itu dianggap tidak sesuai dengan
kaidah pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 23.Sebab,
manajemen Garuda Indonesia mengakui pendapatan dari Mahata sebesar US$
239.940.000, yang di antaranya sebesar US$ 28.000.000 merupakan bagian dari
bagi hasil yang didapat dari Sriwijaya Air. Padahal, uang itu masih dalam bentuk
piutang, namun diakui perusahaan masuk dalam pendapatan."Bukan masalah
lOMoARcPSD|25597724

kecewa nggak kecewa. Ini hak hukum. Saya punya pendapat, cuma sampai itu
saja. Secara hukum sampai situ aja (menyampaikan pendapat tidak setuju),"
tambahnya. Kedua komisaris menilai hal itu akan menimbulkan kerancuan dari
publik untuk membaca laporan keuangan Garuda Indonesia yang berubah
signifikan dari sebelumnya rugi tiba-tiba untung. Dengan begitu, ada potensi
penyampaian kembali laporan keuangan dan dapat merusak kredibilitas
perusahaan. Tapi, RUPS kala itu telah menyetujui laporan keuangan tersebut
dengan catatan perbedaan dua opini.
Manajemen Garuda Indonesia pun kemudian buka suara. Perusahaan
memberi penjelasan terkait kerja sama tersebut.VP Corporate Secretary Garuda
Indonesia Ikhsan Rosan menjelaskan, kerja sama dengan Mahata merupakan
upaya bagi manajemen untuk mencari pendapatan tambahan (ancillary). Caranya
dengan meningkatkan pelayanan bagi penumpang melalui penyediaan
konektivitas internet."Itu kan pemasangan WiFi, poinnya bagian dari Garuda Grup
meningkatkan layanan ke penumpang. Penumpang akan mendapatkan layanan
khususnya WiFi tanpa membayar. Tapi itu jadi revenue tambahan buat kita,"
terangnya di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2019).
Penumpang Garuda Indonesia bisa menikmati konektivitas internet di
pesawat secara gratis. Dijelaskan Ikhsan, Mahata sebagai penyedia akses WiFi di
dalam pesawat akan menjual slot iklan dalam fasilitas WiFi tersebut. Dari situ lah
perusahaan yang baru berdiri November 2017 itu akan mendapatkan
pemasukan.Ikhsan mengatakan, Garuda secara grup memiliki penumpang yang
cukup banyak sekitar 50 juta penumpang per tahun."Jadi Garuda market place 50
juta (penumpang) kan secara grup. Itu yang kita monetize. Sekarang poinnya
penumpang kita 50 juta bersama Citilink. Itu bagian pengembangan
dari ancillary kita," ujarnya.Dari situ, Mahata disebut sudah mendapatkan untung
dari potensi penumpang Garuda Indonesia. Mahata akan membayar kompensasi
ke maskapai pelat merah itu. Sebagai gambaran Ikhsan mencontohkan, penjualan
slot iklan dari fasilitas WiFi itu bisa dihargai US$ 4 per penumpang. Jika Garuda
Indonesia secara grup memiliki potensi penumpang 50 juta per tahun maka dari
layanan itu bisa diperoleh pendapatan dari satu pengiklan sekitar US$ 200 juta.
"Katakanlah secara konservatif 50% (untuk Garuda) berarti US$ 100 juta. Itu lah
lOMoARcPSD|25597724

pendapatan yang diterima ke depan secara pembagian," tuturnya.Tapi, laporan


keuangan 2018 ini terlanjur menjadi polemik dan menjadi sorotan banyak pihak,
dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai wasit pasar modal, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), hingga Kementerian
Keuangan (Kemenkeu).Semua pihak memelototi masalah laporan keuangan yang
dianggap janggal ini. Semuanya, dibuat repot.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sampai mengutus anak buahnya
untuk mengurus masalah keuangan yang bikin gaduh tersebut. Dia meminta
Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto untuk melakukan review terhadap
laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018 yang dinilai janggal. Kala itu, Sri
Mulyani belum bisa berkomentar banyak."Saya udah minta ke Pak Sekjen untuk
melihat yang disampaikan mereka," ungkap Sri Mulyani di Kantor Ditjen Pajak,
Jakarta, Selasa (30/4/2019).
Cukup lama berselang, akhirnya sejumlah pihak berkomentar mengenai
laporan keuangan Garuda Indonesia. Anggota I Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) Agung Firman Sampurna misalnya, menyebut secara tegas laporan
keuangan Garuda direkayasa."Secara umum memang kami melihat ada dugaan
kuat terjadi financial enginering, rekayasa keuangan," kata Agung, Kamis
(20/6/019). Lalu, Hadiyanto yang diutus Sri Mulyani menyelesaikan masalah ini
mengatakan audit laporan keuangan ini tidak sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku.Hadiyanto mengatakan sudah menyelesaikan pemeriksaan terhadap
kantor akuntan publik (KAP) terkait laporan keuangan Garuda Indonesia. Adapun
KAP yang dimaksud adalah Tanubrata Sutanto Brata Fahmi Bambang & Rekan
Member of BDO Internasional."Kesimpulannya ada dugaan yang berkaitan
dengan pelaksanaan audit itu belum sepenuhnya mengikuti standar akuntansi yang
berlaku," kata Hadiyanto di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta
Pusat, Jumat (14/6/2019).Hari ini, Jumat (28/6/2019), akhir Kementerian
Keuangan menyampaikanstatus laporan keuangan tersebut. Hadiyanto
mengatakan, dari pemeriksaan yang telah dilakukan, ditemukan pelaksanaan audit
laporan keuangan Garuda Indonesia terdapat pelanggaran."Kami menemukan
bahwa pelaksanaan audit itu terutama satu isu menjadi perhatian bersama telah
diyakini terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh auditor dari KAP, yang
lOMoARcPSD|25597724

berpengaruh terhadap opini laporan audit independen," tutur Hadiyanto di


Kemenkeu, Jakarta Pusat, Jumat (28/4/2019).Sebab itu, tim dari Pusat Pembinaan
Profesi Keuangan (PPPK) memutuskan untuk memberikan atau dilakukan
pembekuan izin selama 12 bulan terhadap Akuntan Publik Khasner Sirumapea.
Pembekuan izin selama 12 bulan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati.
Selain itu, Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan juga mendapatkan sanksi tertulis."Lalu kami juga sudah
memberikan peringatan tertulis serta kewajiban perbaikan sistem pengendalian
mutu, surat peringatan S20/MK.1.PPPK/2019 tanggal 26 Juni ditujukan KAP
Sutanto," kata Hediyanto.Bukan hanya itu, sanksi juga diberikan kepada Garuda
sebagai emiten, direksi, dan komisaris secara kolektif."Untuk Garuda sebagai
emiten dikenakan denda Rp 100 juta. Direksi yang tanda tangan laporan keuangan
dikenakan masing-masing Rp 100 juta. Ketiga, secara kolektif direksi dan
Komisaris minus yang tidak tanda tangan, dikenakan kolektif Rp 100 juta jadi
tanggung enteng," kata Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Fahri
Hilmi.
lOMoARcPSD|25597724

HASIL ANALISIS ARTIKEL KASUS GARUDA INDONESIA

Berdasarkan analisis tentang kasus PT Garuda Inonesia Tbk. yang kami


lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Kronologi Terjadinya Kasus PT Garuda Indonesia Tbk.

Dilansir dari CNN Indonesia, kronologi terkuaknya skandal


laporan keuangan Garuda Indonesia berawal dari pelaporan kinerja
keuangan pada tahun 2018 yang diserahkan ke Bursa Efek Indonesia
(BEI). Dalam laporan keuangannya, perusahaan dengan kode saham
GIAA berhasil meraup laba bersih sebesar US$809 ribu, berbanding
terbalik dengan kondisi 2017 yang merugi sebesar US$216,58 juta.
Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada kuartal III 2018
perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta. Selanjutnya pada akhir
bulan April, PT Garuda Indonesia Tbk. mengadakan Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta.
Salah satu mata agenda rapat ini adalah mengesahkan laporan
keuangan tahunan 2018. Namun, dalam RUPST tersebut terjadi kisruh.
Dua komisaris Chairal Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari
PT Trans Airways menyatakan disenting opinion dan tak mau
menandatangani laporan keuangan tersebut. Chairal sempat meminta agar
keberatan itu dibacakan dalam RUPST, tetapi atas keputusan pimpinan
rapat permintaan itu tak dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun
akhirnya menyetujui laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.
Sehari usai kabar penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar,
saham perusahaan dengan kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada
penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis (25/4). Harga saham Garuda
Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari sebelumnya Rp500 per
saham. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil
manajemen Garuda Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara
pihak komisaris dengan manajemen terhadap laporan keuangan tahun
buku 2018.Selain manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan
memanggil kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi
lOMoARcPSD|25597724

Bambang dan Rekan selaku auditor laporan keuangan perusahaan.


Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa (30/4).

2. Bentuk Kelalaian pada Kasus PT Garuda Indonesia

Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan


Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan
bahwa PT Garuda Indonesia Tbk. telah terbukti melanggar Pasal 69
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) jis.
Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik,
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan
Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar


US$239,94 juta terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca
keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut tidak
dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya masih
merugi US$244,96 juta. Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang
ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih besar untuk membayar Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu
seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama
dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan.

 Akuntan Publik bersangkutan belum secara tepat menilai substansi


transaksi untuk kegiatan perlakuan akuntansi pengakuan
pendapatan piutang dan pendapatan lain-lain. Sebab, AP ini sudah
mengakui pendapatan piutang meski secara nominal belum
diterima oleh perusahaan.
 Akuntan Publik tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah
tanggal laporan keuangan sebagai dasar perlakuan akuntansi, di
mana hal ini melanggar SA 560.
lOMoARcPSD|25597724

 Akuntan Publik belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang


cukup untuk menilai perlakuan akuntansi sesuai dengan substansi
perjanjian transaksi tersebut. Ini disebutnya melanggar SA 500.

3. Dampak dari Terjadinya Kasus PT Garuda Indonesia Tbk.


 Harga saham Garuda Indonesia mengalami penurunan ke level
Rp478 per saham dari sebelumnya Rp500 per saham. Saham
perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga penutupan
perdagangan hari ini, Selasa (30/4) ke posisi Rp466 per saham atau
turun persen.
 OJK mengenakan Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp
100 juta kepada PT Garuda Indonesia Tbk. atas pelanggaran
Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan
Emiten atau Perusahaan Publik.
 Sanksi denda juga dijatuhkan masing-masing anggota Direksi PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas
pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung
Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
 Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PT
Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas kasus klaim laporan keuangan
perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang dijatuhkan
antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan
laporan keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini.
 Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Pembekuan Surat Tanda
Terdaftar (STTD) selama satu tahun kepada Sdr. Kasner Sirumapea
(Rekan pada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
(Member of BDO International Limited)) dengan STTD Nomor:
335/PM/STTD-AP/2003 tanggal 27 Juni 2003 yang telah
diperbaharui dengan surat STTD Nomor: STTD.AP-
010/PM.223/2019 tanggal 18 Januari 2019, selaku Auditor yang
melakukan audit LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31
Desember 2018 atas pelanggaran Pasal 66 UU PM jis.
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG KASUS


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 1.000
pulau yang terbesar di sepanjang katulistiwa. Oleh karena itu transportasi udara merupakan
salah satu transportasi utama di negara ini. Seperti perusahaan penerbangan milik
pemerintah, Garuda Indonesia yang tengah bangkit dan terus berkembang dari posisi yang
hampir bangkrut menjadi salah satu penerbangan terbaik di Asia. Sehingga Garuda
Indonesia memutuskan untuk go public dan menerbitkan saham perdananya pada 11
Februari 2011.
PT Garuda Indonesia, Tbk., merupakan satu-satunya perusahaan penerbangan nasional
Indonesia yang sudah listed di Bursa Efek Indonesia. Sebagai flag carrier Indonesia, di
samping dimiliki publik, perusahaan ini sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah
Indonesia. Dari data historis yang menunjukkan bahwa perusahaan besar, meski telah
menyajikan laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian oleh akuntan publik, tidak menjadi jaminan bahwa perusahaan terbebas dari
potensi manipulasi laporan keuangan. Pada tahun 2018, Laporan Keuangan PT. Garuda
Indonesia, Tbk telah membukukan laba bersih USD 809 ribu dimana berbeda jauh kinerja
tahun sebelumnya yang mengalami kerugian sebesar 216,58 juta.
Laporan yang berisi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi
keuangan pada awal periode komparatif biasanya digunakan sebagai acuan pengambilan
keputusan. Dengan melihat laporan keuangan, kita bisa tahu bagaimana prospek
perusahaan di masa depan, analisis kinerja manajemen perusahaan serta memprediksi arus
kas yang akan datang. Laporan keuangan mencerminkan keberhasilan atau kegagalan
suatu perusahaan dalam mencapai target profitable.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kronologi kasus laporan keuangan PT Garuda Indonesia ?
2. Bagaimana pelanggaran yang di lakukan PT Garuda Indonesia ?
3. Apa sanksi dan denda yang diberikan kepada PT Garuda Indonesia ?
4. Bagaimana solusi atas permasalahan kasus laporan keuangan PT Garuda ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kronologi kasus laporan keuangan PT Garuda Indonesia.
2. Untuk mengetahui pelanggaran yang di lakukan PT Garuda Indonesia ?
3. Untuk mengetahui sanksi dan denda yang diberikan kepada PT Garuda Indonesia ?
4. Untuk mengetahui solusi atas permasalahan kasus laporan keuangan PT Garuda
D. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut PSAK (2016:126) Laporan keuangan merupakan wujud pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam
mengelola suatu entitas dengan demikian laporan keuangan tidak dimaksudkan untuk
tujuan khusus , misalnya dalam dalam rangka likuidasi entitas atau menentukan nilai
wajar entitas untuk tujuan marger dan akuisisi.
Menurut Kasmir (2015:7) Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud
laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan
kondisi terkini. kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu (untuk Laporan posisi keuangan) dan periode tertentu (untuk laporan
laba rugi komprehensif)
2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK (2016:126) Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat
bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi.
Menurut Kasmir (2015:10), laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.
Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan
maupun secara berkala, jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan
informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang yang memiliki
kepentingan terhadap perusahaan.
3. Sifat Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2015:11) pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan
keuangan harus dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku demikian pula dalam
hal penyusunan laporan keuangan disadarkan kepada sifat laporan keuangan itu
sendiri. dalam praktiknya sifat laporan keuangan dibuat 1. Bersifat historis 2.
Menyeluruh
Di Indonesia disebut SAK (standar akuntansi keuangan) dikeluarkn oleh IAI
diAmerika disebut GAAP (general accepted accounting principle) yang dikeluarkan
oleh financial accounting standard board (FASB) dengan nama FASB statement.
Laporan dari akuntansi keuangan ini dilindungi dan diawasi oleh pemerintah karna
menyangkut kepentingan umum. Laporan yang dikeluarkan akuntansi keuangan
dimanfaatkan masyarakat dalam menilai saham suatu perusahaan. Oleh karna itulah
tidak bisa begiatu saja dikeluarkan laporan yang terpercaya sebelum ada proses
penyaksian (attest function) atau audit yang dilakukan oleh akuntan public terdaftar
yang juga kehadirannya diatur oleh pemerintah. Di Indonesia dimonitor oleh
Departemen keuangan dan IAI
4. Definisi Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2015:66) setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang
relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan
terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. kondisi keuangan yang
dimaksud adalah diketahui nya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (utang)
serta modal (ekuitas) dalam Laporan posisi keuangan yang dimiliki, kemudian juga
akan diketahui jumlah pendapatan yang diterima dan jumlah biaya yang dikeluarkan
selama periode tertentu.
PEMBAHASAN

A. KRONOLOGI KASUS LAPORAN KEUANGAN PT GARUDA INDONESIA


 2 April 2019 - Awal Mula Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia Dimulai
Semua berawal dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku 2018.
Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih
sebesar USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar
AS). Angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta.
Namun laporan keuangan tersebut menimbulkan polemik, lantaran dua komisaris
Garuda Indonesia yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini sudah tidak
menjabat), menganggap laporan keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Pasalnya, Garuda Indonesia memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero
Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai berpelat merah tersebut. PT Mahata
Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan wifi yang belum
dibayarkan.
 31 April 2019 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi
Laporan Keuangan Garuda
Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi Garuda Indonesia terkait kisruh
laporan keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan bersama auditor yang memeriksa
keuangan GIAA, yakni KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of
BDO Internasional).
Di saat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum
bisa menetapkan sanksi kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). KAP merupakan auditor
untuk laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang menuai
polemik.
Kendati sudah melakukan pertemuan dengan auditor perusahaan berkode saham
GIAA itu, namun Kemenkeu masih melakukan analisis terkait laporan dari pihak
auditor
 2 Mei 2019 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi
Laporan Keuangan Garuda
OJK meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran atau
perbedaan pendapat mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan Garuda
2018. Selain OJK, masalah terkait laporan keuangan maskapai Garuda ini juga
mengundang tanggapan dari Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.
 3 Mei 2019 - Penjelasan Garuda Indonesia Terkait Kisruh Laporan Keuangan
Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah laporan
keuangannya ditolak oleh dua Komisarisnya. Maskapai berlogo burung Garuda ini
mengaku tidak akan melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang dinilai
tidak sesuai karena memasukan keuntunga dari PT Mahata Aero Teknologi
 8 Mei 2019 - Mahata Aero Buka-bukaan soal Kisruh Laporan Keuangan Garuda
Indonesia
Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata Aero
Teknologi. Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada tanggal 3
November 2017 dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar dinilai berani
menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia.
Dengan menandatangani kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan utang
sebesar USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam Laporan
Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.
 21 Mei 2019 - DPR Panggil Management Garuda Indonesia
Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Jajaran Direksi ini dimintai keterangan oleh
komisi VI DPR mengenai kisruh laporan keuangan tersebut.
Dalam penjelasannya, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara
Danadiputra mengatakan, latar belakang mengenai laporan keuangan yang menjadi
sangat menarik adalah soal kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi, terkait
penyediaan layanan WiFi on-board yang dapat dinikmati secara gratis.
Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang
masih berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu,
USD28 juta di antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.
 14 Juni 2019 - Kemenkeu Temukan Dugaan Laporan Keuangan Garuda Tak
Sesuai Standar
Kemenkeu telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) terkait laporan keuangan tahun
2018 milik Garuda. KAP ini merupakan auditor untuk laporan keuangan emiten
berkode saham GIIA yang menuai polemik.
Sekertaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil
pertemuan dengan pihak KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai
dengan standar akuntansi. Kementerian Keuangan juga masih menunggu koordinasi
dengan OJK terkait penetapan sanksi yang bakal dijatuhkan pada KAP Tanubrata
Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional), yang menjadi
auditor pada laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018
 18 Juni 2019 - BEI Tunggu Keputusan OJK
BEI selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final dari OJK
terkait sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen bursa saat itu telah
berkoordinasi intens dengan OJK. Namun BEI belum membeberkan lebih lanjut
langkah ke depan itu dari manajemen bursa.
 28 Juni 2019 - Akhirnya Garuda Indonesia Kena Sanksi dari OJK, Kemenkeu
dan BEI
Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari berbagai
pihak. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan keuangan Garuda
Indonesia, yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik
(KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan Entitas Anak Tahun Buku 2018.
Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski pembekuan
izin selama 12 bulan. Selain itu, OJK juga akan mengenakan sanksi kepada jajaran
Direksi dan Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka diharuskan patungan untuk
membayar denda Rp100 juta.
Selain itu ada dua poin sanksi lagi yang diberikan OJK. Yakni, Garuda Indonesia
harus membayar Rp100 Juta. Selain itu, masing-masing Direksi juga diharuskan
membayar Rp100 juta.
Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan,
Garuda Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia. Adapun
sanki tersebut salah satunya memberikan sanksi sebesar Rp250 juta kepada maskapai
berlambang burung Garuda itu.
B. PELANGGARAN PT GARUDA INDONESIA
PT Garuda Indonesia Tbk melakukan kesalahan penyajian Laporan Keuangan Tahunan per
31 Desember 2018. Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan
Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan bahwa Garuda
Indonesia telah terbukti melanggar :
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM)
“(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang
Pasar Modal.”
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik.
3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa.
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
C. SANKSI DAN DENDA YANG DIBERIKAN KEPADA PT GARUDA INDONESIA
Bagi auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski pembekuan izin selama
12 bulan, kemudian setelah melakukan koordinasi dengan Kementrian Keuangan Republik
Indonesia, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, sanksi yang dijatuhkan
OJK kepada PT Garuda Indonesia berupa:
1. Memberikan perintah tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31
Desember 2018 serta melakukan public expose atas perbaikan dan penyajian kembali
LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya
surat sanksi, atas pelanggaran yang telah di lakukan
2. Memberi perintah tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
(Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3
(tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK,
3. OJK menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta kepada PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik,
4. Sanksi berupa denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan, dan
5. BEI resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas kasus
klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang
dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan laporan
keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini. Rekomendasi atas Kasus
Garuda Indonesia
D. SOLUSI PERMASALAHAN
Untuk mengatasi pelanggaran yang telah di lakukan oleh PT Garuda Indonesia, beberapa
hal yang di lakukan adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski kepada
auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia yaitu pembekuan izin selama 12 bulan, dan
juga OJK yang telah memberikan sanksi dan juga denda kepada PT Garuda Indonesia.
Agar kasus serupa tidak terulang kembali, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
berbagai pihak. Pihak KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan (Member of
BDO International Limited) perlu melakukan pengecekan ulang terhadap piutang PT
Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas Mahata sebesar US$239,94. Pihak KAP perlu
melakukan pengecekan pada histori dokumen penjualan dan penerimaan perusahaan.
Seperti dokumen customer Order, sales order, shipping document, sales invoice, sales
transaction file, sales journal or listing, account receivable master file, account receivable
trial balance, monthly statement. Dan dokumen penerima seperti remittance advice,
prelisting of cash receipts, cash receipt transaction file, cash receipt journal or listing.
Pengecekan histori dokumen-dokumen ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam
proses audit sehingga audit yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan PSAK.
PENUTUP

A. KESIMPULAN
PT Garuda Indonesia Tbk melakukan kesalahan penyajian Laporan Keuangan Tahunan per
31 Desember 2018 karena adanya pencatatan transaksi antara kerja sama penyediaan
layanan wifi dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam akun
pendapatan yang seharusnya masih menjadi piutang.
Di dalam kasus ini PT Garuda Indonesia telah melanggar Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) ,Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan
Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah
Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 30 tentang Sewa. Dan diberi sanksi sesuai dengan UU yang dilanggar.
Untuk mengatasi kasus yang dilakukan PT Garuda Indonesia maka beberapa hal yang
di lakukan adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski kepada auditor
laporan keuangan PT Garuda Indonesia yaitu pembekuan izin selama 12 bulan, dan juga
OJK yang telah memberikan sanksi dan juga denda kepada PT Garuda Indonesia.
Kemdian pihak KAP perlu melakukan pengecekan pada histori dokumen penjualan
dan penerimaan perusahaan, yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
audit sehingga audit yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan PSAK.
Laporan keuangan idealnya menggambarkan kondisi suatu perusahaan pada periode tertentu.
Laporan yang berisi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi keuangan pada
awal
periode komparatif ini biasanya digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan. Dengan
melihat laporan keuangan, kita bisa tahu bagaimana prospek perusahaan di masa depan,
analisis kinerja manajemen perusahaan serta memprediksi arus kas yang akan datang. Laporan
keuangan mencerminkan keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan dalam mencapai target
profitable.
Perusahaan maskapai nasional Indonesia, Garuda Indonesia tersandung skandal laporan
keuangan. Pasalnya, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih setelah merugi pada
kuartal sebelumnya. Keganjalan ini menimbulkan polemik bagi Garuda Indonesia. Lalu,
bagaimana kronologi polemik tersebut? Apa saja pelanggaran yang dilakukan dan sanksi yang
diterima oleh Garuda Indonesia?
Linimasa Polemik Laporan Keuangan Garuda Indonesia
Berikut adalah linimasa terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda Indonesia:
2 April 2019
Polemik dimulai saat dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria
(saat
ini sudah tidak menjabat), menolak menandatangani laporan keuangan Garuda Indonesia
karena tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam
pembukuan tersebut, Garuda Indonesia menyatakan laba bersih mereka senilai USD890,85
ribu atau setara dengan Rp11,33 miliar dengan asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS. Lonjakan
sangat tajam dan signifikan ini berbanding terbalik dengan pembukuan sebelumnya yang
menyatakan kerugian sebesar USD216,5 juta. Ternyata, Garuda Indonesia mengakui piutang
dari PT Mahata Aero Teknologi (MAT) terkait pemasangan wifi sebagai laba perusahaan.

30 April 2019
Menanggapi skandal tersebut, jajaran direksi Garuda Indonesia dipanggil oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI). Pertemuan itu diadakan bersama auditor Garuda Indonesia, Ketua Akuntan

Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan rekan (Member of BDO International).
Saat itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, belum bisa memberikan sanksi pada KAP dan rekan
karena masih melakukan analisis laporan keuangan dari pihak auditor.

2 Mei 2019
Sebulan setelah penolakan penandatanganan oleh dua komisaris, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK)
meminta verifikasi laporan keuangan Garuda Indonesia pada BEI atas polemik tersebut.

3 Mei 2019
Garuda Indonesia mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak akan mengaudit ulang
laporan keuangannya yang tidak sesuai dengan PSAK.

8 Mei 2019
MAT bersuara setelah namanya terseret dalam skandal laporan keuangan Garuda Indonesia.
Perusahaan yang baru berdiri pada 3 November 2017 ini berani bekerja sama dengan Garuda
Indonesia dengan mencatatkan utang senilai USD239 juta yang kemudian dimasukkan ke
dalam kolom pendapatan oleh Garuda Indonesia.

21 Mei 2019
Garuda Indonesia kembali dipanggil oleh Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk
dimintai keterangan terkait skandal tersebut. Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti
Ngurah
Askhara Danadiputra atau biasa disebut Ari Askhara menjelaskan bahwa pengakuan piutang
sebagai pendapatan karena dari USD239, 94 juta, USD28 juta di antaranya adalah bagi hasil
yang seharusnya dibayarkan oleh MAT.

14 Juni 2019
Sekretaris Jendral Kementerian Keuangan (Sekjen Kemenkeu) Hardiyanto menyampaikan
hasil pemeriksaan terhadap KAP yaitu adanya dugaan audit yang tidak sesuai PSAK dan
sanksi
yang akan diberikan pada KAP dan rekan masih menunggu koordinasi dari OJK.

18 Juni 2019
BEI yang juga berkoordinasi intens dengan OJK terkait sanksi yang akan diberikan pada KAP
dan rekan masih menunggu keputusan final OJK.

28 Juni 2019
Garuda Indonesia menerima sanksi dari berbagai pihak. Sanksi untuk auditor dari Sri Mulyani
yaitu pembekuan izin selama 12 bulan. Sementara itu, OJK mengenakan sanksi pada Garuda
Indonesia dengan denda Rp100 juta serta masing-masing jajaran direksi dan komisaris
didenda
dengan harus patungan membayar Rp100 juta. Di samping itu, BEI juga mengenakan sanksi
pada Garuda Indonesia dengan denda sebesar Rp250 juta.
Pelanggaran PT Garuda Indonesia
Otoritas jasa keuangan memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah
melakukan kesalahan terkait penyajian laporan keuangan tahunan per 31 Desember 2018. OJK
mengungkapkan bahwa PT Garuda Indonesia telah terbukti melanggar:
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU Pasar Modal)
“(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang
Pasar Modal.”,
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik,
3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa, dan
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
Sanksi yang dijatuhkan pada PT Garuda Indonesia
Setelah melakukan koordinasi dengan Kementrian Keuangan Republik Indonesia, PT Bursa
Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, sanksi yang dijatuhkan OJK kepada PT Garuda
Indonesia berupa:
1. Memberikan perintah tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31
Desember 2018 serta melakukan public expose atas perbaikan dan penyajian kembali

LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat
sanksi, atas pelanggaran yang telah dijelaskan penulis di atas,
2. Memberi perintah tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
(Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017
jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
ditetapkannya surat perintah dari OJK,
3. OJK menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta kepada PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik,
4. Sanksi berupa denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan, dan
5. BEI resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas kasus
klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang
dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan laporan
keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini.
Rekomendasi atas Kasus Garuda Indonesia
Agar kasus serupa tidak terulang kembali, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
berbagai pihak. Pihak KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan (Member of
BDO
International Limited) perlu melakukan pengecekan ulang terhadap piutang PT Garuda
Indonesia Tbk (GIAA) atas Mahata sebesar US$239,94. Pihak KAP perlu melakukan
pengecekan pada histori dokumen penjualan dan penerimaan perusahaan. Dokumen penjualan
dalam hal ini contohnya: 1). Customer Order, 2). Sales order, 3). Shipping document, 4). Sales
invoice, 5). Sales transaction file, 6). Sales journal or listing, 7). Account receivable master
file, 8). Account receivable trial balance, 9). Monthly statement. Dokumen penerimaan dalam
hal ini contohnya: 1). Remittance advice, 2). Prelisting of cash receipts, 3). Cash receipt
transaction file, 4). Cash receipt journal or listing. Pengecekan histori dokumen-dokumen ini
bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses audit sehingga audit yang dilakukan sudah
sesuai dengan ketentuan PSAK. Selain itu, dari sisi internal sendiri, PT Garuda Indonesia
harusnya dapat menjelaskan nature transaksi mereka kepada publik sehingga tidak

menimbulkan kerancuan di tengah publik terkait kondisi perusahaan di kuartal-III 2018 yang
masih merugi dan dalam waktu singkat memperoleh laba di penghujung tahun 2018.
Garuda Indonesia Pasca Kasus Laporan Keuangan
Pasca penetapan sanksi yang diberikan oleh OJK kepada Garuda Indonesia akibat melakukan
pemolesan pada laporan keuangan mereka pada 2018 silam, kinerja PT Garuda Indonesia
tampak tidak mengalami perubahan yang berarti. Sanksi yang diberikan OJK ini tidak
menimbulkan perubahan pada cash out Garuda Indonesia. Di lain sisi, sejak penetapan sanksi
oleh OJK, harga saham Garuda Indonesia di BEI mengalami penurunan. Penurunan nilai
saham
yang dialami oleh PT Garuda Indonesia dinilai wajar dan tidak terlalu signifikan.
Rupanya, skandal laporan keuangan Garuda Indonesia bukanlah skandal terakhir bagi Garuda
Indonesia. Setelah itu, pada bulan Agustus 2019, mantan dirut Garuda Indonesia, Emirsyah
Satar, ditahan KPK terkait dugaan suap dan pencucian uang dalam pengadaan suku cadang
pesawat. Selanjutnya, kasus perseteruan Garuda Indonesia dengan Content Creator Rius
Vernandes dan turunnya peringkat Garuda Indonesia pada ajang World Airline Awards. Lalu,
kasus penyeludupan sepeda motor Harley Davidson dan Sepeda Brompton yang terjadi
November 2019. Selain itu, masih ada kisruh pada akuisisi PT Garuda Indonesia melalui anak
usaha Citilink terhadap Sriwijaya Air yang menyebabkan kedua maskapai tersebut
menghentikan kerjasamanya. Terakhir, terkuaknya kesewenang-wenangan Dirut Ari Askhara
pada jam terbang pramugari serta pemotongan biaya dalam layanan penumpang cukup
menjadi
alasan yang kuat dalam pencopotan jabatan Ari Askhara sebagai Dirut Garuda Indonesia oleh
Menteri BUMN, Eric Thohir.
Kasus-kasus yang menimpa PT Garuda Indonesia secara silih berganti ini secara tidak
langsung
dapat memengaruhi reputasi dan kepercayaan Garuda Indonesia di mata masyarakat. Pihak
customer menjadi bertanya-tanya dan menimbulkan keraguan dalam menggunakan jasa
penerbangan Garuda Indonesia. Apabila tidak ada perubahan dari pihak internal perusahaan
dalam usaha memperbaiki reputasi mereka di tengah masyarakat, bukan tidak mungkin jasa
layanan penerbangan Garuda Indonesia akan ditinggalkan oleh customer-nya. Tidak hanya itu,
masalah-masalah yang menimpa Garuda Indonesia dapat membuat para investor menjadi ragu
atas kinerja Garuda Indonesia. Perusahaan bisa saja ditinggal oleh para pemegang saham yang
ragu atas kinerja perusahaan. Pihak Garuda Indonesia perlu melakukan usaha dari sisi internal

perusahaan dalam rangka mengembalikan reputasi dan kepercayaan publik untuk


keberlangsungan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai