Anda di halaman 1dari 3

Kasus Garuda, Pembekuan Izin Auditor Laporan Keuangan

Berlaku 27 Juli 2019

Yohana Artha Uly, Jurnalis · Jum'at 28 Juni 2019 15:44 WIB

Pesawat Garuda Indonesia (Foto: Garuda Indonesia)

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberikan sanksi pada Kantor Akuntan


Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan dan Akuntan Publik Kasner
Sirumapea, yang merupakan auditor dari laporan keuangan tahun 2018 dari PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk (GIAA). Sanksi diberlakukan satu bulan sejak surat putusan ditandatangani.
Kemenkeu tim Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) menetapkan sanksi berupa pembekuan
izin selama 12 bulan pada Kasner Sirumapea yang berlaku sejak 27 Juli 2019. Sebab surat
keputusan telah ditandatangani pada 27 Juni 2019.
"Sanksi berlaku satu bulan setelah saya tandatangani surat. Saya tanda tangan tanggal 27 Juni,
berarti mulai 27 Juli," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenkeu Hadiyanto di kantornya,
Jakarta, Jumat (28/6/2019).
Kasner dinilai melakukan pelanggaran berat yang berpotensi berpengaruh signifikan terhadap
opini Laporan Auditor Independen (LAI). Kata dia, Kasner memlakukan 3 hal pelanggaran.
Pertama, dia belum secara tepat menilai substansi transaksi untuk kegiatan perlakukan akuntansi
terkait pengakuan piutang dan pendapatan lain-lain secara sekaligus di awal.
"Kan ada kontrak yang sekian puluh tahun piutang, tapi diakui pendapatan sekaligus di depan. Ini
melanggar Standar Audit 315 ," katanya.
Kemudian, Kasner dikatakan belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat
untuk menilai ketepatan perlakukan akutansi sesuai dengan subtansi transaksi dari perjanjian yang
melandasi transksi tersebut. Hal ini melanggar Standar Audit 500.
"Ketiga akuntan publik belum mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal laporan keuangan,
sebagai dasar pertimbangan ketepatan perlakuan. Ini melanggar Standar Audit 560," jelas dia.
Setelah sebulan lebih memeriksa, Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) dan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) akhirnya membenarkan sejumlah dugaan kejanggalan dalam laporan
keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. tahun buku 2018. Di Aula Mezzanine kantor
Kementerian Keuangan, Jumat (28/6/2019) pagi, konferesi pers digelar untuk memaparkan
sejumlah pelanggaran yang dilakukan Auditor Publik (AP) Kasner Sirumapea. Kasner diganjar
sanksi tegas berupa pembekuan izin selama 12 bulan lewat Keputusan Menteri Keuangan No.
312/KM.1/2019.
Hal serupa juga dilakukan OJK terhadap Surat Tanda Terdaftar (STTD) AP bernomor
STTD.AP-010/PM.223/2019. "Ada dugaan pelanggaran berat oleh akuntan publik terhadap opini
[laporan auditor independen]," Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto. PPPK, sebagai lembaga
yang berada di Bawah Kemenkeu, menilai Kanser belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit
(SA) 315 terkait Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya. Kanser juga dinilai tak bisa mempertimbangkan
fakta-fakta setelah tanggal laporan keuangan sebagai dasar perlakuan, sehingga auditnya tak sesuai
dengan SA 500 dan SA 560.
Kesalahan audit itu muncul terkait piutang Rp2,9 triliun atas kerja sama pemasangan Wi-
Fi dengan PT Mahata Aero Teknologi yang dicatat sebagai pendapatan dalam laporan keuangan
Garuda tahun lalu. "AP belum secara tepat menilai substansi transaksi untuk kegiatan perlakuan
akuntansi terkait pengakuan piutang dan pendapatan lain-lain sekaligus di awal. Kedua, AP belum
sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk menilai ketepatan perlakuan
akuntansi sesuai dengan substansi transaksi dari perjanjian yang melandasinya," jelas Hadiyanto.
Sesuai Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23, kata Hadiyanto, piutang itu tidak dapat
dianggap sebagai pendapatan. Ini karena tingkat penyelesaian pembayaran piutang itu tak bisa
diukur dengan handal. Buktinya, emiten berkode GIAA itu belum mendapatkan pembayaran
sepeserpun atas kerja sama dengan Mahata hingga saat ini.
Bursa Efek Indonesia (BEI) kemudian meminta Garuda untuk memperbaiki dan
menyajikan kembali (restatement) Laporan Keuangan triwulan I/2019 yang masih mencantumkan
piutang Mahata sebagai pendapatan. BEI juga meminta Garuda Indonesia membayar denda Rp250
juta, di samping sanksi denda Rp100 juta yang dibebankan OJK kepada direksi dan komisaris
perseroan yang setuju atas laporan keuangan tersebut.
KAP Terafiliasi Internasional Tak Jamin Bebas Kesalahan Tak sampai di situ, Kemenkeu
juga mewajibkan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan-
-yang menaungi Kasner dan terafiliasi dengan BDO International Limited--melakukan perbaikan
terhadap Sistem Pengendalian Mutu. Kemenkeu juga meminta BDO International Limited
mereview standar yang telah dilakukan KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
lantaran kelalaian tersebut. "Dalam KAP ada sistem pengendalian mutu sebagai suatu sistem KAP
bertanggung jawab memastikan kualitas audit itu direview sehingga sebelum auditor itu
menandatangani ada pengendalian mutunya, apakah ada pelanggaran atau tidak," sambung
Hadiyanto. Akuntan profesional Cris Kuntadi menilai kesalahan audit laporan keuangan oleh
kantor akuntan publik dilatarbelakangi berbagai faktor. Bisa karena kesengajaan, bisa pula
sebaliknya.
Dalam dunia akuntansi, kesengajaan itu sering ditemukan dalam kasus window dressing,
yakni rekayasa dengan menggunakan trik-trik dari akuntansi agar neraca perusahaan atau laporan
laba rugi terlihat lebih baik dari yang sebenarnya. Praktik ini umumnya dilakukan dengan
menetapkan aktiva/pendapatan terlalu tinggi atau menetapkan kewajiban/beban terlalu rendah
dalam laporan keuangan. Akibatnya, perusahaan memperoleh laba yang lebih tinggi. Dalam
konteks kasus Garuda, kata Cris, bisa jadi ada faktor kesengajaan yang dilakukan perseroan untuk
memoles laporan keuangan agar tidak mencetak kerugian.
Oleh Karena itu, menurut dia, manajemen Garuda dinilainya sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab dalam masalah ini. "Karena mereka wajib menyusun laporan keuangan sesuai
standar akuntansi. Ketika sudah menyusun sesuai standar, dia harus menyatakan itu, tapi untuk
meyakinkan kepada publik apakah pernyataan itu benar atau tidak, diuji auditor publik," ucapnya.
Nah, dalam hal ini, kesalah dalam mengaudit laporan keuangan Garuda seharusnya tidak terjadi.
KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan, yang sudah terafiliasi dengan BDO
International Limited biasanya bakal memeriksa ulang opini yang akan diberikan akuntan
publiknya.
Jika auditor di KAP tersebut sampai mendapatkan sanksi dari OJK dan Kemenkeu, kata
Cris, bisa dipastikan ada prosedur pengecekan yang tidak dijalankan sesuai standar. "Ketika dia
berafiliasi dengan akuntan publik internasional ada proses review. Artinya bisa per-pekerjaan atau
secara umum apakah prosedurnya sudah memadai atau belum," tutur pria yang juga menjabat
Anggota Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tersebut.
Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK, Fahri Hilmi mengaku belum
bisa memastikan apakan ada unsur kesengajaan dalam pelanggaran tersebut. Menurut Hilmi, OJK
baru sebatas memeriksa standar akuntansi keuangan yang digunakan. "Tapi yang kami sampaikan
adalah [laporan] itu, tidak sesuai aturan dan itu kami berikan denda. Saya kira untuk saat ini kami
belum melihat faktor kesengajaan, tentunya tidak tertutup kemungkinan adanya faktor
kesengajaan" tuturnya.

Anda mungkin juga menyukai