Anda di halaman 1dari 15

Tugas Akhir Auditing I

Kasus Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia Tahun 2018

Nama : Dimas Septomula


Nim : A1C115030

a. Latar Belakang
Seiring semakin meningkatnya permintaan jasa industri penerbangan, perusahaan terus
mengembangkan jaringan penerbangan hingga ke kota-kota untuk pertumbuhan ekonomi dan
wisata baru di wilayah Barat dan Timur Indonesia. Penerbangan komersial pertama menggunakan
pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama “Indonesian
Airways” dilakukan pada 26 Januari 1949. Pada tahun yang sama, 28 Desember 1949 pesawat tipe
Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian
Airways”, terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Inilah
penerbangan yang pertama kali dengan nama Garuda Indonesian Airways. Sepanjang tahun 1980-
an, Garuda Indonesia melakukan revitalisasi dan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan
armadanya. Hal ini mendorong perusahaan untuk mengembangkan program pelatihan yang
komprehensif untuk awak kabin dan awak darat Garuda Indonesia dan mendirikan fasilitas pelatihan
khusus di Jakarta Barat dengan nama Garuda Indonesia Training Center.
Pada tahun 2000-an seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005 Garuda
Indonesia memiliki tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa
depan perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi
perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional,
membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan perusahaan dalam
menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami
pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat karyawan Garuda
Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2010 keatas, penyelesaian seluruh restrukturisasi utang
perusahaan mengantarkan Garuda Indonesia siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11
Februari 2011. Perusahaan resmi menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas
6.335.738.000 saham perusahaan kepada masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA. Salah satu tonggak sejarah penting
ini dilakukan setelah perusahaan menyelesaikan transformasi bisnisnya melalui kerja keras serta
dedikasi berbagai pihak. Per 31 Desember 2013, struktur kepemilikan saham Garuda Indonesia
sebagai emiten dan perusahaan publik adalah Negara Republik Indonesia (69,14%), karyawan (0,4%),
investor domestik (24,34%), dan investor internasional (6,12%). Untuk mendukung kegiatan
operasionalnya, Garuda Indonesia memiliki 5 (lima) Entitas Anak yang fokus pada produk/jasa
pendukung bisnis perusahaan induk, yaitu PT Abacus Distribution Systems Indonesia, dan PT Citilink
Indonesia. Dalam menjalani operasionalnya, perusahaan didukung oleh 7.861 orang karyawan,
termasuk 2.010 orang siswa yang tersebar di Kantor Pusat dan Kantor Cabang.
Terjadi permasalahan yang melibatkan PT Garuda Indonesia terkait permasalahan Auditing
atas Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia Tahun 2018 yaitu menurut Direktur Utama Garuda
Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, latar belakang mengenai laporan
keuangan yang menjadi sangat menarik adalah soal kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi,
terkait penyediaan layanan WiFi on-board yang dapat dinikmati secara gratis. Kerjasama yang
diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang masih berbentuk piutang sebesar
USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28 juta di antaranya merupakan bagi hasil yang
seharusnya dibayarkan Mahata.
b. Ringkasan Kasus dan Permasalahan Auditing atas Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia
Tahun 2018
Kisruh laporan keuangan Tahun 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akhirnya
menemukan titik akhir. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjatuhkan sanksi kepada Garuda Indonesia
terkait kasus skandal laporan keuangan tersebut. OJK menyebut laporan keuangan Garuda Indonesia
itu tidak sesuai dengan standar laporan keuangan, dan melanggar beberapa peraturan yang
ada.Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan OJK bersama dengan Pusat Pembinaan Profesi
Keuangan (PPPK), Bursa Efek Indonesia, dan beberapa pihak terkait lainnya, terkait kasus penyajian
Laporan Keuangan Tahunan (LKT) Garuda Indonesia per 31 Desember 2018, OJK menjatuhkan tiga
sanksi sekaligus. Tiga sanksi tersebut diberikan kepada tiga pihak yang berbeda.
Pertama, OJK menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp100 juta kepada
Garuda Indonesia atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan
Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.Kedua, OJK menjatuhkan sanksi administratif berupa denda
masing-masing sebesar Rp100 juta kepada seluruh anggota Direksi Garuda Indonesia atas
pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.I tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan
Keuangan.Dan ketiga, mengenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp100 juta secara
tanggung renteng kepada seluruh anggota Direksi dan Dewan Komisaris Garuda Indonesia yang
menandatangani Laporan Tahunan Garuda Indonesia periode tahun 2018 atas pelanggaran
Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten tau Perusahaan Publik.
Selain tiga sanksi di atas, OJK juga memberikan perintah tertulis kepada Garuda Indonesia
untuk memperbaiki dan menyajikan kebali LKT Garuda Indonesia per 31 Desember 2018 serta
melakukan paparan publik atas perbaikan dan penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 paling
lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi atas pelanggaran Pasal 69 UU No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UU PM) jis.
Merespons putusan OJK tersebut, VP. Corporate Secretary Garuda Indonesia, M. Ikhsan
Rosan menyampaikan bahwa pihaknya menghormati pendapat regulator dan perbedaan penafsiran
atas laporan keuangan tersebut. Namun ia mengatakan bahwa Garuda Indonesia akan mempelajari
hasil pemeriksaan itu lebih lanjut.Dalam rilis tersebut Ikhsan menjelaskan bahwa kontrak kerjasama
dengan Mahata baru berjalan selama delapan bulan. Adapun semua pencatatan yang dilakukan oleh
Garuda Indonesia sudah sesuai dengan ketentuan PSAK yang berlaku. Ikhsan mengklaim, tak ada
aturan yang dilanggar.Kemudian, Mahata dan mitra barunya telah memberikan komitmen
pembayaran secara tertulis dan disaksikan oleh Notaris, sebesar USD 30 juta yang akan dibayarkan
pada bulan Juli tahun ini atau dalam waktu yang lebih cepat. Sisa kewajiban akan dibayarkan ke
Garuda Indonesia dalam waktu 3 tahun dan dalam kurun waktu tersebut akan dicover dengan
jaminan pembayaran dalam bentuk Stand by Letter Credit (SBLC) dan atau Bank Garansi bank
terkemuka.
Ikhsan menjelaskan, kerjasama inflight connectivity ini merupakan bagian dari upaya Garuda
Indonesia untuk terus meningkatkan layanan kepada para pengguna jasa berupa penyediaan wifi
secara gratis. Garuda Indonesia juga tidak mengeluarkan uang sepeserpun dalam kerjasama
ini.Untuk ke depannya, Garuda Indonesia akan terus melaksanakan dan menyempurnakan
kerjasama ini karena akan menguntungkan Garuda Indonesia, mengingat potensi ancilary
revenue yang akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah penumpang Garuda
Indonesia group yang saat ini berjumlah lebih kurang 50 juta per tahunnya.Selain Garuda Indonesia
dan para anggota Direksi beserta Dewan Komisaris, PPPK Kemenkeu juga menjatuhkan sanksi
kepada Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto,
Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan
Entitas Anak Tahun Buku 2018.
Sanksi diberikan setelah PPPK memeriksa AP/KAP tersebut terkait permasalahan laporan
keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018, khususnya pengakuan pendapatan atas perjanjian
kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi yang diindikasikan tidak sesuai dengan standar
akuntansi.Sanksi yang dijatuhkan berupa pembekuan Izin selama 12 bulan (KMK No.312/KM.1/2019
tanggal 27 Juni 2019) terhadap AP Kasner Sirumapea karena melakukan pelanggaran berat yang
berpotensi berpengaruh signifikan terhadap opini Laporan Auditor Independen (LAI); dan,
peringatan Tertulis dengan disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap Sistem
Pengendalian Mutu KAP dan dilakukan reviu oleh BDO International Limited (Surat
No.S-210/MK.1PPPK/2019 tanggal 26 Juni 2019) kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang &
Rekan.Adapun dasar pengenaan sanksi yaitu Pasal 25 Ayat (2) dan Pasal 27 Ayat (1) UU Nomor 5
tahun 2011 dan Pasal 55 Ayat (4) PMK No 154/PMK.01/2017.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan PPPK bersama OJK, ditemukan dua fakta
sebagai berikut. Pertama, AP Kasner Sirumapea belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit (SA) -
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), yaitu SA 315 Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko
Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya, SA 500 Bukti
Audit, dan SA 560 Peristiwa Kemudian. Dan Kedua, KAP belum menerapkan Sistem Pengendalian
Mutu KAP secara optimal terkait konsultasi dengan pihak eksternal.Pemeriksaan dan pengenaan
sanksi administratif dilakukan dalam rangka pembinaan terhadap profesi keuangan dan
perlindungan terhadap kepentingan publik. Sanksi yang ditetapkan, telah mempertimbangkan
tanggung jawab AP/KAP dan Emiten secara proporsional.
Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) mempunyai kewenangan melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap Akuntan Publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik(KAP) sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik (Pasal 49), Peraturan Pemerintah
Nomor 20 tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik, dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 154/PMK.01/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Akuntan Publik. Terkait hal ini,
Ikhsan mengklaim bahwa dalam mengelola perseroan, Garuda Indonesia telah melaksanakan sesuai
dengan kaidah GCG dan seluruh aturan yang berlaku. Pihaknya juga meyakini bahwa auditor
independen yakni KAP Tanubrata Sutanto Tanubrata Fahmi Bambang & Rekan (KAP BDO) yang
melakukan audit terhadap LKT Garuda Indonesia sudah melakukan audit sesuai PSAK yang berlaku.
KAP BDO ditetapkan oleh Dewan Komisaris Garuda Indonesia setelah melewati proses
tender secara terbuka di semester 2 tahun 2018. Berdasarkan hal tersebut, KAP BDO memperoleh
keyakinan yang memadai atas laporan keuangan Garuda sehingga dapat mengeluarkan pendapat
wajar tanpa pengecualian terhadap laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.
Untuk diketahui, persoalan skandal LKT Garuda Indonesia bermula dari LKT tahun 2018 yang
membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018. Hal ini berbanding terbalik dari 2017 yang merugi
US$216,58 juta yang kemudian menuai polemik. Kala itu, Dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul
Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk mendatangani laporan keuangan 2018.Keduanya menolak
pencatatan transaksi kerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi) dalam penerbangan dengan
PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan. Pasalnya, belum ada pembayaran yang
masuk dari Mahata hingga akhir 2018. Chairul Tanjung dan Dony Oskaria merupakan perwakilan dari
PT Trans Airways selaku pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61
persen.

c. Landasan Teori
 Teori Keagenan
Dalam teori keagenan menjelaskan tentang dua pelaku ekonomi yang saling
bertentangan yaitu prinsipal dan agen. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak
dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan
suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan
yang terbaik bagi prinsipal (Ichsan, 2013). Jika prinsipal dan agen memiliki tujuan yang sama
maka agen akan mendukung dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh prinsipal.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta
memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika
kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai
perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan
kepentingan prinsipal.
Hendriksen dan Van Breda (2002) dalam Setyawati (2010), hal yang mendasari
konsep teori keagenan muncul dari perluasan dari satu individu pelaku ekonomi informasi
menjadi dua individu. Salah satu individu ini menjadi agent untuk yang lain dan yang lain di
sebut principal. Agent membuat kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi
principal, principal membuat kontrak untuk memberi imbalan pada agent. Principal
memperkerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal termasuk
pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal ke agent.
Karena unit analisis dalam teori keagenan adalah kontrak yang melandasi hubungan
antara prinsipal dan agen, maka fokus dari teori ini adalah pada penentuan kontrak yang
paling efisien yang mendasari hubungan antara prinsipal dan agen. Untuk memotivasi agen
maka prinsipal merancang suatu kontrak agar dapat mengakomodasi kepentingan pihak-
pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang
memenuhi dua faktor, yaitu (1) Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya
baik agen maupun majikan memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak
terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri,
dan (2) Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti
agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.
Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer
berada didalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai
perusahaan, sedangkan prinsipal sangat jarang atau bahkan tidak pernah datang ke
perusahaan sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit (Yushita, 2010). Hal ini
menyebabkan kontrak efisien tidak pernah terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal
selalu dilandasi oleh asimetri informasi. Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki
informasi yang lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal. Di samping itu,
karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka tindakan agen pun sangat sulit untuk diamati.
Dengan demikian, membuka peluang agen untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri
dengan melakukan tindakan yang tidak semestinya atau sering disebut disfunctional
behaviour, dimana tindakan ini dapat merugikan prinsipal, baik memanfaatkan aset
perusahaan untuk kepentingan pribadi, maupun perekayasaan kinerja perusahaan.
Baik prinsipal maupun agen diasumsikan mementingkan diri sendiri yaitu, untuk
memaksimumkan utilitas subjektif mereka, tetapi juga menyadari kepentingan umum
mereka (Yushita, 2010). Efeknya, perusahaan dipandang sebagai sebuah tim yang terdiri dari
individu-individu yang anggotanya bertindak demi kepentingan sendiri tetapi menyadari
bahwa nasib mereka tergantung sampai tingkat tertentu pada kemampuan tim untuk
bertahan dalam kompetisinya dengan tim lain.Manajemen bersikap tidak membedakan
terhadap risiko, sedangkan pemilik menghindari risiko, tetapi manajemen dan bukan pemilik
yang menanggung risiko dengan bayaran tertentu. Konflik kepentingan semakin meningkat
terutama karena prinsipal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari secara
terus menerus untuk memastikan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan keinginan
prinsipal.
Biaya keagenan didefinisikan sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal
untuk melakukan pengawasan terhadap agen. Jensen dan Meckling (1976) membagi biaya
keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost adalah
biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent, yaitu
untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agent. Bonding cost merupakan
biaya yang ditangung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang
menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal. Selanjutnya residual
loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai
akibat dari perbedaan keputusan agent dan keputusan principal.

 Pengertian Auditing
Auditing atau audit adalah sebuah pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan juga
sistematis. Dimana pihak yang melakukan bersifat independen terhadap laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen serta catatan-catatan pembukuan dan bukti pendukung.
Tujuannya agar bisa menunjukan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.Ada
beberapa hal yang dianggap penting dalam pengertian auditing yang harus dibahas lebih
lanjut, diantaranya :
 Menghimpun dan mengevaluasi secara objektif
Sebagai seorang Audit anda harus menekankan objektifitas. Ketika mengumpulkan
bukti dan juga mengevaluasi, harus menjadi pihak yang objektif dan juga netral,
anda tidak boleh memihak pada siapapun dan dimanapun. Auditor tidak dapat
ditekan atau tidak boleh ditekan oleh pihak manapun terkait audit.
 Sistematis
Proses auditing berjalan maka haruslah terarah dan terstruktur, mereka tidak bisa
melakukannya secara acak. Selain itu, prosedur dalam auditing memiliki tujuan yang
jelas dan dilakukan dengan sistematis.
 Menentukan Standar
Menentukan standar atau tingkat kesesuaian sangatlah penting, dimana mereka bisa
menentukan standar sebelum membandingkan dengan asersi atau informasi yang
terkandung dalam sebuah laporan manajemen atau laporan keuangan. Tentunya
standar ini sudah mendapat kesepakatan sebelumnya, sehingga semua auditor
mendapatkan standar yang sama untuk perbandingan ketika bekerja.
 Kriteria yang Ditentukan
Kriteria yang ditentukan dapat berupa sistem atau prosedur yang disepakati atau
juga ditetapkan sebelumnya. Hal ini bisa ditentukan berupa standar keuangan,
aturan tetap, pagu anggaran maupun ukuran kinerja manajemen tersebut.
 Menyampaikan Hasil-Hasilnya
Hasil audit bisa disampaikan dalam bentuk laporan tertulis, dengan begitu anda bisa
menjelaskan kriteria dan hal yang harus diperbaiki dalam laporan. Selain penting,
laporan ini bisa saja memperkuat atau memperlemah kredibilitas asersi yang sudah
dibuat.
 Pemakai dan Kepentingannya
Pemakai yang berkepentingan merupakan pengambil keputusan yang menggunakan
atau mengandalkan temuan yang diinformasikan melalui laporan audit yang telah
disampaikan. Para pemakai laporan biasanya meliputi manajemen, pemerintah,
investor, bank dan juga pemegang saham. Namun tak menghindari bahwa
masyarakat atau publik juga bisa menjadi pemakai yang berkepentingannya.

 Manfaat dan Kekurangan Laporan Auditor Independen


Manfaat dari laporan auditor independen yaitu untuk memberikan informasi tentang
perusahaan, menambah kredibilitas laporan keuangan sehingga laporan keuangan tersebut
dapat dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas seperti pemegang saham, kreditor,
pemerintah dan lain-lain. Manfaat lainnya yaitu mencegah dan menemukan fraud yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan yang diaudit, menyikapi kesalahan dan
penyimpangan moneter dalam catatan keuangan. Kekurangan laporan auditor independen
bisa saja terjadi jika auditor tersebut tidak secara teliti memeriksa/mengaudit laporan
keuangan dalam sebuah perusahaan yang akan menimbulkan kesalahan dan kekurangan di
dalam hasil laporan auditor independen.
 Perbedaan Akuntan, Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
Akuntan adalah orang yang terampil dalam praktik akuntansi atau yang bertanggung
jawab atas rekening publik atau swasta. Seorang akuntan bertanggung jawab untuk
melaporkan hasil keuangan, baik untuk perusahaan atau bagi seorang individu, sesuai
dengan peraturan pemerintah dan pihak otoritas. Akuntan juga seorang yang profesional
yang melakukan fungsi akuntansi seperti audit atau analisis laporan keuangan. Akuntan bisa
dipekerjakan oleh sebuah perusahaan akuntansi maupun sebuah perusahaan besar dengan
departemen akuntansi internal. Akuntan harus mematuhi standar etika dan menjunjung
tinggi prinsip aturan akuntansi seperti IFRS dan GAAP. Akuntan ini belum mendapat izin dari
menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan di Indonesia, berbeda dengan akuntan
publik.
Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan
untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Akuntan publik merupakan profesi yang
lahir dan besar dari tuntutan publik akan adanya mekanisme komunikasi independen antara
entitas ekonomi dengan para stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas
yang bersangkutan. Jasa profesional AP merupakan hak exclusive AP dan hasil pekerjaan AP
digunakan oleh publik (pengguna laporan keuangan) sebagai salah satu bahan dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Pengguna hasil pekerjaan AP tidak hanya klien yang
memberikan penugasan, namun juga publik (investor/pemegang saham, kreditor,
pemerintah, masyarakat dll). Oleh karena jasa profesional AP berpengaruh secara luas
terhadap publik maka jasa dan profesi AP perlu diatur dalam suatu Undang-undang. Tidak
dapat dipungkiri begitu penting peran akuntan publik dalam memberikan informasi yang
tepat mengenai laporan keuangan suatu perusahaan.
Sedangkan kantor akuntan publik adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin
dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan
jasanya. Audit atas semua laporan keuangan bertujuan umum di Indonesia dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP).

 Kode Etik Profesi Akuntan Publik (2019)


Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik)KEPAP adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut
Akuntan Publik Indonesia dan staf profesional (baik anggota IAPI maupun yang bukan
anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia terdiri dari tiga bagian:
 Prinsip Etika,
 Aturan Etika, dan
 Interpretasi Aturan Etika.

1. Prinsip Etika
a.) Tanggung jawab profesi, dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral
dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
b.) Kepentingan Publik, setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka
c.) Integritas, untuk memelihara clan meningkatkan kepercayaan publik, Setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
d.) Objektivitas, setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e.) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, setiap anggota harus melaksanakan
jasa profesionalnya dengan kehatihatian, kompetensi dan ketekunan
f.) Kerahasiaan, setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau
kiewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
g.) Perilaku Profesional, setiap Anggota harus berperilaku yang konsisten dalam
reputasi profesi yang baik clan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
h.) Standar Teknis, setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

2. Aturan Etika
a) Independensi, Integritas, Obyektivitas
 Independensi, dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa
profesional.
 Integritas dan Objectivitas, dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP
harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari
benturan kepentingan (conflict of interst) dan tidak boleh membiarkan
faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya
atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak
lain.
b) Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
 Standar Umum terdiri dari; 1) Kompetensi profesional, anggota KAP
hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak
(reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi
profesional, 2) Kecermatan dan keseksamaan profesional, anggota KAP
wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional, 3) Perencanaan dan supervisi, anggota KAP
wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap
pelaksanaan pemberian jasa profesional, 4) Data relevan yang
memadai, anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai
untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi
sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
 Prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan:
 Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa
laporan keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau
 Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi
material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut
agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan
tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material
terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip
akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang
ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data
mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas. Dalam
kondisi tersbeut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan
dalam butir ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa
laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat
penyimpangan seperti itu, dengan cara mengungkapkan
penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta alasan
mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum
akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.
c) Tanggung Jawab kepada Klien
Informasi Klien yang Rahasia, anggota KAP tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien.
Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk; 1) Membebaskan anggota KAP dari
kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika kepatuhan terhadap
standar dan prinsip-prinsip akuntansi, 2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP
dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang
kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku, 3)
Melarangrevi ew praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai
dengan kewenangan IAI atau, 4) Menghalangi anggota dari pengajuan
pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan
oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegasan disiplin anggota.
d) Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi
 Tanggung jawab kepada Rekan Seprofesi yaitu anggota wajib memelihara
citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat
merusak reputasi rekan seprofesi.
 Komunikasi Antar Akuntan Publik terdiri dari; 1) Anggota wajib
berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan
mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan publik
pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain
dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan, 2) Akuntan publik
pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari
akuntan pengganti secara memadai.
 Perikatan Atestasi yaitu akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan
perikataan atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan
perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien,
kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memnuhi ketentuan
perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang
berwenang.
e) Tanggungjawab dan Praktik Lain
 Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan, anggota tidak
diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan
yang mencemarkan profesi.
 Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya, anggota dalam
menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan
pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

3. Interpretasi Etika
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan
yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan
pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan
Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.Pernyataan
Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan
Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.
Kepatuhan Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam
masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan
sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya
pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh
adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila
diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus
memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang
mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan
klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Pemahaman Proses Bisnis


Proses bisnis memegang peranan penting dalam perkembangan perusahaan.
Sebagai salah satu pilar perusahaan, kualitas proses bisnis akan menentukan bagaimana
sebuah layanan atau produk dibuat. Proses bisnis mencerminkan bagaimana perusahaan
dikelola, proses bisnis yang buruk tentu saja akan menyebabkan banyak masalah baik
langsung maupun tak langsung. Peranan teknologi saat ini sangat berpengaruh dalam
perkembangan suatu bisnis. Penggunaan teknologi pada perusahaan akan memudahkan
karyawan dalam menjalankan proses bisnis sehingga mempercepat tercapainya tujuan
perusahaan.Teknologi dapat berupa tools apapun yang bisa digunakan untuk mengeksekusi
proses bisnis, SOP, maupun instruksi kerja lainnya. Tools tersebut bisa berupa teknologi
Informasi, peralatan kerja, mesin, alat ukur, dan lain sebagainya.Penggunaan teknologi
haruslah berdampak terhadap efektivitas dan efisiensi kerja baik dalam tataran personal,
fungsional, maupun perusahaan secara keseluruhan. Kehadiran teknologi tidak boleh
melahirkan permasalahan baru.Saat ini proses bisnis sudah dianggap sebagai salah satu aset
bagi perusahaan. Proses bisnis akan menentukan kemenangan dari sebuah kompetisi bisnis.
Berikut ini beberapa benefit yang dapat diambil dari implementasi proses bisnis:

1. Perusahaan lebih mudah beradaptasi dan fleksibel terhadap setiap perubahan bisnis.
2. Dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.
3. Menjamin keterbukaan dan transparansi sistem yang akan berpengaruh kepada
kepercayaan stakeholder.
4. Berorientasi kepada kepuasan pelanggan.
5. Memastikan bahwa sistem dapat berkembang dan mengalami perbaikan secara
terus menerus.
6. Penilaian kinerja secara objektif dan terukur.
7. Memadukan antara kepentingan bisnis dan Teknologi Informasi secara lebih mudah.
8. Mengurangi biaya serta meningkatkan pendapatan perusahaan.

 Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan untuk memperkirakan
suatu risiko dari situasi yang bisa didefinisikan dengan jelas ataupun potensi dari suatu
ancaman atau bahaya baik secara kuantitatif atau kualitatif. Penilaian risiko juga bisa
diartikan sebagai suatu proses pemeriksaan keamanan dengan suatu struktur tertentu,
pembuatan suatu rekomendasi khusus, dan rekomendasi pengambilan keputusan dalam
suatu proyek dengan menggunakan analisis risiko, perkiraan risiko, dan informasi lain yang
memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan.

 Penilaian Pengendalian Internal


Pentingnya pengendalian internal bagi manfaat akuntansi manajemen dan auditor
independen telah diakui dalam literatur profesional. Suatu terbitan tahun 1947 oleh AICPA
yang berjudul Internal Controlmenyebutkan faktor-faktor berikut sebagai faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap meluasnya pengakuan atas pentingnya pengendalian internal:

1. Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan tersebar luas
sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah laporan dan analisis untuk
mengendalikan operasi secara efektif.
2. Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian internal yang
baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi
kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.
3. Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan jenis bukti audit atas kebanyakan
perusahaan dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menggantungkan pada sistem
pengendalian intern klien.

Pengendalian internal adalah suatu proses yang dilaksanakan atau dipengaruhi oleh dewan
direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk
menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam
kategori :

1. Keandalan suatu unsur-unsur laporan keuangan


2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Efektivitas dan efisiensi operasi

Fungsi utama dari pemahaman auditor terhadap pengendalian intern adalah untuk
memperkirakan risiko pengendalian dalam setiap tujuan audit berkait transaksi. Contohnya
adalah memperkirakan tujuan ketepatan untuk transaksi pendapatan adalah lemah dan
untuk tujuan eksistensi adalah sedang. Pengujian pengendalian dilakukan untuk menentukan
kelayakan dari rancangan dan efektifitas operasi dari pengendalian intern
khusus. Pengendalian intern ini dapat dengan cara manual atau terotomatisasi. Pengujian
pengendalian mencakup prosedur-prosedur audit dibawah ini:

a. Melakukan wawancara dengan pegawai yang tepat


b. Memeriksa dokumen, catatan-catatan, dan laporan-laporan
c. Mengamati kegiatan-kegiatan pengendalian
d. Melaksanakan kembali prosedur auditan

 Pengujian Analitik
Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlahjumlah yang
dicatat dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya juga prosedur
analitis mencakup perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan dengan rasio
tahun lalu dan data lain yang berhubungan. Dua tujuan utama prosedur analitis yang
dilakukan pada tahap pelaksanaan audit atas saldo akun adalah:
1. Mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan dan
2. Mengurangi pengujian terinci atas saldo
3. Memahami bidang usaha klien
4. Menetapkan kelangsungan hidup suatu satuan usaha
Jika auditor percaya bahwa prosedur analitis yang dilakukan mengindikasikan
kemungkinan terjadinya salah saji, maka prosedur analitis tambahan dapat dilakukan atau
auditor memutuskan untuk memodifikasi pengujian terinci atas saldo. Sedangkan jika
auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan
menyimpulkan bahwa saldo akhir akun tertentu auditan layak, maka pengujian rincian saldo
tertentu mungkin diabaikan atau mengurangi ukuran sampel yang dibutuhkan. Prosedur
analitis digunakan untuk meyakini kelayakan transaksi dan saldo buku besar secara
keseluruhan.

 Pengujian Rincian Saldo dan Rincian Transaksi


Pengujian terinci atas saldo memusatkan perhatian atas saldo-saldo akhir buku besar
untuk laporan realisasi pendapatan dan belanja serta neraca. Contoh dari pengujian terinci
atas saldo termasuk konfirmasi untuk saldo piutang, pemeriksaan fisik persediaan, dan
pemeriksaan kontrak utang dengan pihak lain. Pengujian terinci atas saldo ini adalah penting
karena bukti biasanya diperoleh dari sumber yang independen sehingga dapat
diandalkan.Hampir sama halnya dengan pengujian atas transaksi, pengujian rincian saldo
harus dilakukan dengan memenuhi semua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo bagi
masing-masing akun yang signifikan. Pengujian atas saldo akun juga sangat penting karena
bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan tingkat keyakinan yang lebih
tinggi. Pengujian rincian saldo juga dapat membantu dalam menetapkan kebenaran moneter
akun-akun yang berhubungan sehingga dianggap sebagai pengujian substantif. Sebagai
contoh, konfirmasi untuk pengujian atas salah saji adalah pengujian substantif dan
penghitungan Kas juga adalah pengujian substantif. Pengujian atas rincian saldo dilakukan
untuk meyakini kebenaran atas saldo akun yang diperiksa.

 Fraud atas Laporan Keuangan


Kecurangan dalam laporan keuangan antara lain berupa mempublikasikan secara
sengaja terhadap informasi yang palsu dari bagian suatu laporan keuangan. Kecurangan ini
biasanya terjadi ketika sebuah perusahaan melaporkan lebih tinggi dari yang sebenarnya
(overstates) terhadap asset atau pendapatan, atau ketika perusahaan melaporkan lebih
rendah dari yang sebenarnya (understates) terhadap kewajiban dan beban. Sering kali para
pemegang saham, karyawan dan investor tidak mengetahui sepenuhnya dari ketidakjelasan
terhadap nilai asset perusahaan dan adanya kewajiban jika terjadi suatu kecurangan.
Biasanya pelakunya adalah oleh manajer perusahaan yang memanipulasi kemampuan yang
bersifat ekonomi suatu perusahaan dengan menutupi hutang yang jumlahnya yang sangat
besar atau hilangnya aktiva yang lain. Para pihak manajemen memperoleh keuntungan
secara langsung dari terjadinya kecurangan dengan menjual saham, menerima bonus atas
kinerja yang dipalsukan, atau dengan menggunakan laporan palsu untuk menyembunyikan
tindakan curang lainnya. Manfaat secara tidak langsung yang diperoleh pihak manajemen
dari adanya kecurangan terhadap laporan keuangan tersebut dimana cara ini digunakan
untuk memperoleh sumber dana atas nama perusahaan, atau untuk melakukan
penggelembungan harga jual perusahaan. Setiap usaha untuk mencegah kecurangan atas
laporan keuangan harus fokus pada tiga faktor sebagai berikut :

1. Mengurangi tekanan situational yang mendorong terjadinya kecurangan


a. Hindari penetapan tujuan keuangan yang tidak mungkin dicapai.
b. Hilangkan tekanan yang berasal eksternal yang mungkin dapat menggoda
staf akuntansi untuk menyiapkan kejahatan terhadap laporan keuangan.
c. Pengendalian modal kerja, kelebihan volume produksi, atau pengendaiian
terhadap inventaris.
d. Menetapkan dengan jelas dan prosedur akuntansi yang seragam tanpa
adanya klausul pengecualian.
2. Mengurangi peluang untuk melakukan kecurangan
a. Menjaga keakuratan dan kelengkapan catatan akuntansi internal.
b. Hati-hati dalam memonitor transaksi bisnis dan hubungan yang bersifat
pribadi dari pemasok, pembeli, agen pembelian, perwakilan penjualan, dan
pihak lain-lain yang berhubungan dalam bertransaksi diantara unit-unit
keuangan.
c. Menetapkan sebuah sistem keamanan yang bersifat fisik untuk memastikan
aset perusahaan, termasuk barang jadi, uang tunai, peralatan modal,
peralatan, dan barang-barang lainnya yang berharga.
d. Pembagian fungsi penting diantara karyawan, memisahkan adanya
pengendalian penuh yang berada pada satu orang.
e. Menjaga keakuratan catatan pegawai termasuk memeriksa latar belakang
pada karyawan baru.
f. Mendorong pengawasan yang kuat dan hubungan kepemimpinan yang kuat
dalam kelompok untuk menjamin penegakan prosedur akuntansi.
3. Mengurangi rasionalisasi dari adanya kecurangan untuk memperkuat integritas
karyawan
a. Para manajer harus mempromosikan kejujuran dengan memberikan contoh.
Tindakan tidak Jujur oleh manajemen, bahkan jika mereka akan diarahkan
pada sasaran di luar organisasi, menciptakan lingkungan yang tidak jujur
dapat digunakan untuk merasionalisasikan kegiatan bisnis yang tidak sah
lainnya oleh karyawan atau pihak eksternal.
b. Perilaku jujur dan tidak jujur harus didefinisikan dalam kebijakan
perusahaan. Kebijakan akuntansi oleh Organisasi harus berkaitan dengan
prosedur akuntansi yang dapat dipertanyakan atau bersifat kontroversial.
c. Konsekuensi terhadap pelanggaran aturan dan ketentuan untuk hukuman
dari pelaku kecurangan harus tertulis dengan jelas dan dikomunikasikan.

d. Pembahasan Kasus
Pada tanggal 2 April 2019 Garuda Indonesia pada hari ini dikenakan sanksi oleh lembaga
keuangan pemerintah dan non pemerintah. Pasalnya, dalam laporan keuangan Garuda Indonesia
ditemukan kejanggalan. Kasus ini tidak hanya memukul si burung baja. Auditor laporan keuangan,
yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional), juga dikenakan sanksi oleh Kementerian
Keuangan. Semua berawal dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku 2018.
Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih sebesar
USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS). Angka ini melonjak
tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta. Namun laporan keuangan tersebut
menimbulkan polemik, lantaran dua komisaris Garuda Indonesia yakni Chairul Tanjung dan Dony
Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap laporan keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Pasalnya, Garuda Indonesia
memasukkan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai
berpelat merah tersebut. PT Mahata Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan wifi
yang belum dibayarkan.
Selanjutnya pada 30 April 2019 BEI memanggil jajaran direksi Garuda Indonesia terkait kisruh
laporan keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan bersama auditor yang memeriksa keuangan
GIAA, yakni KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). Di saat
yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum bisa menetapkan sanksi
kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional). KAP merupakan auditor untuk laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk yang menuai polemik. Kendati sudah melakukan pertemuan dengan auditor
perusahaan berkode saham GIAA itu, namun Kemenkeu masih melakukan analisis terkait dari pihak
auditor. Tanggal 2 Mei 2019 OJK meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap
kebenaran atau perbedaan pendapat mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan
Garuda Indonesia tahun 2018. Selain OJK, masalah terkait laporan keuangan maskapai Garuda ini
juga mengundang tanggapan dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Pada 3 Mei 2019 Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah
laporan keuangannya ditolak oleh dua komisarisnya. Maskapai berlogo burung Garuda ini mengaku
tidak akan melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang dinilai tidak sesuai karena
memasukkan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi. Pada 8 Mei 2019 kisruh laporan keuangan
Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata Aero Teknologi karena Mahata sebuah
perusahaan yang baru didirikan pada tanggal 3 November 2017 dengan modal tidak lebih dari Rp10
miliar dinilai berani menandatangani kerjasama dengan Garuda Indonesia. Dengan menandatangani
kerjasama dengan Garuda, Mahata mencatatkan utang sebesar USD239 juta kepada Garuda, dan
oleh Garuda dicatatkan dalam Laporan Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.
Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI DPR-RI, jajaran direksi ini
dimintai keterangan oleh Komisi VI DPR mengenai kisruh laporan keuangan tersebut. Dalam
penjelasannya, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan,
latar belakang mengenai laporan keuangan yang menjadi sangat menarik adalah soal kerjasama
dengan PT Mahata Aero Teknologi, terkait penyediaan layanan WiFi on-board yang dapat dinikmati
secara gratis. Kerjasama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang
masih berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28 juta di
antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata. Pada 14 Juni 2019 Kemenkeu
telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan
(Member of BDO Internasional) terkait laporan keuangan tahun 2018 milik Garuda. KAP ini
merupakan auditor untuk laporan keuangan emiten berkode saham GIAA yang menuai polemik.
Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto mengatakan, berdasarkan hasil pertemuan dengan pihak
KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai dengan standar akuntansi. Kementerian
Keuangan juga masih menunggu koordinasi dengan OJK terkait penetapan sanksi yang bakal
dijatuhkan pada KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional),
yang menjadi auditor pada laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.
BEI selaku otoritas pasar modal pada tanggal 18 Juni 2019 masih menunggu keputusan final
dari OJK terkait sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen bursa saat itu telah
berkoordinasi intens dengan OJK. Namun BEI belum membeberkan lebih lanjut langkah ke depan itu
dari manajemen bursa. Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari
berbagai pihak pada tanggal 28 Juni 2019. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan
keuangan Garuda Indonesia, yakni Akuntan Publik Kasner Sirumapea dan KAP Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional), auditor laporan keuangan PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan Entitas Anak Tahun Buku 2018. Untuk auditor, Menteri Keuangan
Sri Mulyani memberikan sanksi pembekuan izin selama 12 bulan. Selain itu, OJK juga akan
mengenakan sanksi kepada jajaran Direksi dan Komisaris dari Garuda Indonesia, mereka diharuskan
patungan untuk membayar denda Rp100 juta. Selain itu, ada dua poin sanksi lagi yang diberikan OJK
yaitu Garuda Indonesia harus membayar Rp100 juta dan masing-masing Direksi juga diharuskan
membayar Rp100 juta. Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan juga OJK, Garuda Indonesia
juga kembali diberikan sanksi oleh BEI yaitu memberikan sanksi sebesar Rp250 juta kepada maskapai
berlambang burung Garuda itu.

e. Kesimpulan
Dari yang sudah dijelaskan di atas, terjadi asimetri informasi dalam permasalahan auditing
Laporan Keuangan Garuda Indonesia 2018. Menurut teori keagenan, yang menjadi agent yaitu PT
Garuda Indonesia dan para Auditor, sedangkan yang menjadi principal yaitu pemerintah dan
masyarakat. Asimetri informasi terjadi karena pihak agent lebih banyak mengetahui informasi yang
ada di dalam perusahaan sedangkan pihak principal sudah memberikan wewenang kepada agent
untuk memberikan laporan berupa laporan keuangan yang diterbitkan tiap tahun untuk melihat
perkembangan dari perusahaan tersebut. Tetapi, terjadi kesalahan saat dilakukan pengauditan oleh
pihak Akuntan Publik dan KAP pada pendapatan yang dimasukkan didalam Laporan Keuangan Tahun
2018 ini. Seharusnya AP dan KAP bisa lebih teliti di dalam memeriksa pendapatan PT Garuda
Indonesia ini karena pendapatan tersebut yang seharusnya menjadi piutang, malah dimasukkan
kedalam akun pendapatan yang menimbulkan tindakan kecurangan dan harus mendapat sanksi dari
Menteri Keuangan, OJK dan BEI. Sebagai seorang auditor harus melakukan penilaian risiko, penilaian
pengendalian internal, pengujian analitik dan pengujian rincian saldo dan rincian transaksi saat
melakukan pengauditan Laporan Keuangan 2018 PT Garuda Indonesia. Ditambah lagi dengan lebih
memahami isi Kode Etik Profesi Akuntan Publik, karena sudah didalamnya sudah dibahas secara jelas
dan rinci untuk etika Akuntan Publik itu sendiri di dalam menghadapi klien dan melakukan
pengauditan laporan keuangan.

f. Rekomendasi (bagi pengguna laporan keuangan, regulator, perusahaan, dan asosiasi profesi
IAI/IAPI)
Rekomendasi yang bisa di ambil dari kasus ini yaitu untuk pengguna laporan keuangan,
regulator, perusahaan dan asosiasi profesi IAI/IAPI untuk lebih teliti dan mengecek transaksi dan isi
dari laporan keuangan yang dibuat, setiap transaksi harus diselesaikan secara bersih agar
menghindari terjadinya fraud atas laporan keuangan yang akan merugikan perusahaan tersebut. Jika
seorang AP dan KAP melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan, ini
akan berdampak pada kinerja dari AP dan KAP tersebut. Dianjurkan untuk lebih memahami isi dari
Kode Etik Profesi Akuntan Publik, karena dari memahami aturan yang ada dan menerapkannya
secara baik, ini akan mencegah terjadinya kecurangan dari pihak pengguna laporan keuangan
maupun dari pihak auditor.

g. Daftar Pustaka

https://economy.okezone.com/read/2019/06/28/320/2072245/kronologi-kasus-laporan-keuangan-
garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi

https://dosenakuntansi.com/pengertian-audit

https://accounting.binus.ac.id/2017/06/09/mengapa-laporan-keuangan-perlu-di-audit/

https://www.kompasiana.com/muh_roni/563abd9f8d7a61d306925a32/tujuan-dan-manfaat-audit
https://www.materiakuntansi.com/pengertian-akuntan-menurut-para-ahli/

https://hanggaryudha.wordpress.com/2012/10/16/sedikit-mengenai-akuntan-publik-dan-kantor-
akuntan-publik/

https://iapi.or.id/Iapi/detail/237

https://www.retgoo.id/apa-itu-proses-bisnis/

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-penilaian-risiko-atau-risk-assessment/

https://dosenakuntansi.com/pengendalian-internal-dalam-audit

https://www.e-akuntansi.com/2015/09/berbagai-macam-pengujian-audit.html

https://www.e-akuntansi.com/2015/12/kecurangan-laporan-keuangan-financial.html

Anda mungkin juga menyukai