Anda di halaman 1dari 7

Nama : Bunga Patricia Dewi

Npm : 41183403200019
Kelas : Akuntansi Reg B

 Sampel yang diambil dari laporan rugi laba PT Garuda Indonesia tahun 2018:

Sample Laporan Rugi Laba PT Garuda


Indonesia
5,000.00

4,000.00

3,000.00

2,000.00

1,000.00

0.00
TOTAL ASET TOTAL LIABILITAS TOTAL EKUITAS PENDAPATAN LABA
-1,000.00 LAIN - LAIN
BERSIH
SEBELUMNYA PENYESUAIAN

 Sampel yang diambil dari laporan hutang jangka panjang dan ekuitas PT Garuda
Indonesia tahun 2019 dan 2020 :

Sampel Hutang Jangka panjang dan Ekuitas


PT Garuda Indonesia
10
8
6
4
2
0
-2 Q1 2019 Q2 2019 Q3 2019 Q4 2019 Q1 2020 Q2 2020 Q3 2020 Q4 2020

-4
-6

Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas


 Kronologi PT Garuda :

Pada 31 Oktober 2018, Manajemen Garuda dan PT. Mahata Aero Teknologi (Mahata)
mengadakan perjanjian kerja sama yang telah diamandemen, terakhir dengan
amandemen II tanggal 26 Desember 2018, mengenai penyediaan layanan konektivitas
dalam penerbangan dan hiburan dalam pesawat dan manajemen konten. Perjanjian
tersebut berlaku selama 15 tahun.
Berdasarkan catatan laporan keuangan nomor 47 huruf e menjelaskan bahwa Mahata
akan melakukan dan menanggung seluruh biaya penyediaan, pelaksanaan, pemasangan,
pengoperasian, perawatan dan pembongkaran dan pemeliharaan termasuk dalam hal
terdapat kerusakan, mengganti dan/atau memperbaiki peralatan layanan konektivitas
dalam penerbangan dan hiburan dalam pesawat dan manajemen konten.
Garuda mengakui penghasilan dari perjanjiannya dengan Mahata sebagai suatu
penghasilan dari kompensasi atas Pemberian hak oleh Garuda ke Mahata. Manajemen
Garuda mengakui sekaligus pendapatan perjanjian tersebut sebesar USD 239.94 juta
dengan USD 28 juta diantaranya merupakan bagi hasil yang didapat dari PT. Sri
Wijaya Air. Padahal perjanjian belum berakhir dan diketahui bahwa hingga tahun
buku 2018 berakhir, tidak ada satu pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak Mahata
meskipun telah terpasang satu unit alat di Citilink. Selain itu dalam perjanjian Mahata
yang ditandatangani pada 31 Oktober 2018 tidak tercantum term of payment yang jelas
dan belum ditentukan juga secara pasti cara pembayarannya dan jaminan dari perjanjian
tersebut. Mahata hanya memberikan surat pernyataan komitmen pembayaran
kompensasi sesuai dengan paragraf terakhir halaman satu dari surat Mahata 20 Maret
2019: “Skema dan ketentuan pembayaran ini tetap akan tunduk pada ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam perjanjian. Ketentuan dan skema pembayaran
sebagaimana yang disampaikan dalam surat ini dan perjanjian dapat berubah dengan
mengacu kepadakemampuan finansial Mahata.
Dari pengakuan pendapatan ini, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk terbuktimelakukan
pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten
atau Perusahaan Publik dan diberikan Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp.
100 juta. Selain itu, seluruh anggota Direksi PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Juga
dikenakan Sanksi Administratif berupa masing- masing Rp. 100 juta karena melanggar
Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan
Keuangan. Sanksi Administratif juga dikenakan secara tanggung renteng sebesar Rp.
100 juta kepada seluruh anggota Direksi dan Dewan Komisaris PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk. Yang menandatangani Laporan Tahunan PT. Garuda Indonesia (Persero)
Tbk. Periode tahun 2018 karena dinyatakan melanggar Peraturan OJK Nomor
29/POJK.004/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

 Indikator kecurangan PT Garuda :

1. Masalah mulai terlihat ketika chairul tanjung dan dony oskaria menolak
menandatangani laporan keuangan yang tidak sesuai dengan PSAK.

2. Jajaran direksi PT Garuda di panggil BEI.

3. OJK meminta verifikasi laporan keuangan.

4. Sekjen kemenkeu menyampaikan audit yang tidak sesuai PSAK.

5. PT Garuda telah melakukan pelanggaran terhadap:


 Pasal 69 Undang Undang no.8 tahun 1995

 Peraturan Bapepam dan LK no VIIIG7

 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 8 dan PSAK 30


 Dalam kasus PT Garuda perlakuan akuntansi yang tepat untukditerapkan :

1. Pengakuan pendapatan: Pendapatan harus diakui sesuai dengan standar akuntansi


yang berlaku. Misalnya, dalam laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk untuk
tahun buku 2018, pernyataan standar ini diterapkan untuk penjualan barang,
penjualan jasa, penggunaan aset entitas oleh pihak yang menghasilkan bunga,
royalti, dan dividen.

2. Pengukuran: Setelah pendapatan diungkapkan, pengukuran harus dilakukan untuk


mengurangi persaingan pendapatan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa
persaingan pendapatan dikurangi dengan benar.

3. Penyajian: Setelah pengukuran, penyajian harus dilakukan untuk menyajikan


informasi kepada pihak tertentu, seperti pemangku kepentingan keuangan,
pendapatan, dan informasi tentang transaksi.

4. Pengungkapan: Terakhir, pengungkapan harus dilakukan untuk menyajikan


informasi yang diperoleh dari proses pengakuan, pengukuran, dan penyajian.

Dalam kasus PT Garuda Indonesia, perlakuan akuntansi menjadi sorotan penting karena
terlibatnya perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi. Akuntan
publik juga belum tepat menilai substansi transaksi untuk kegiatan perlakuan akuntansi
terkait pengaturan akuntansi dan pendapatan lain- lain sekaligus di awal.
Oleh karena itu, perlakuan akuntansi yang tepat pada kasus perjanjian kerja sama antara
PT Garuda memerlukan evaluasi substansi transaksi dan penerapan standar akuntansi
yang berlaku untuk memastikan menjamin laporan keuangan perusahaan.
 terjadinya kecurangan dalam kasus tersebut bila dilihat dari segi kecurangan
laporan keuangan :

Bila dilihat dari kecurangan laporan keuangan kasus PT Garuda termasuk ke dalam
salah saji laporan keuangan atau pengolahan pembukuan (cooking the books) atau
memanipulasi laporan keuangan dan salah audit.
Hal tersebut bisa dilihat dari kasus PT Garuda dimana pada laporan keuangannya PT
Garuda menyatakan laba bersih senilai $890,85 ribu atau setara 11,33 miliar (asumsikan
kurs 14.000) naik drastis dari tahun sebelumnya. Ternyata hal tersebut karena PT
Garuda mengakui perjanjian PT Mahata terkait pemasangan wifi sebagai laba
perusahaan atau dimasukan pada kolom pendapatan.
Selain itu, Aris Askhara menjelaskan bahwa pengakuan sebagai pendapatan yang

$239,94juta, $28juta diantaranya seharusnya bagi hasil yang harusnya di jual oleh
MAT.

 faktor yang paling dominan atas terjadinya kecurangan dalam kasus tersebut
bila dikaitkan dengan segitiga kecurangan (fraud triangle) adalah karena adanya
kebutuhan financial (Pressure) dan lemahnya kontrol internal. (Opportunity) Kebutuhan
financial berpengaruh positif dan signifikan terhadap resiko terjadinya kecurangan
laporan keuangan. Hal tersebut dapat terjadi karena tingginya rata-rata kepemilikan
saham pada PT Garuda. tingginya kepemilikan saham menunjukan bahwa tidak adanya
pemisahan yang jelas antara pemilik perusahaan yang mengawasi jalannya perusahaan
dan manajer sebagai pengelola perusahaan. Hal itu dapat menyebabkan manajer
memiliki kemampuan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.
Lemahnya kontrol internal juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap resiko
terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut terjadi karena tindakan
kecurangan laporan keuangan dapat diminimalisir dengan mekanisme monitoring yang
baik dan meningkatkan Tugas dewan komisaris yaitu menjamin terlaksananya strategi
perusahaan dan mengawasi manajemen, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.
Apabila dewan komisaris tidak mampu melakukan pengawasan dengan baik/efektif
maka dapat membuka peluang terjadinya kecurangan laporan keuangan oleh
manajemen.
 Beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan oleh perusahaan dalam mencegah
kasus kecurangan itu di masa yang akan datang :
1. Menambah ketetatan kontrol internal untuk mengurangi kecurangan: Perusahan
harus menguatkan kontrol internal perusahaan terutama pada pihak pihak yang
berkemungkinan melakukan kecurangan agar ada rasa waspada dan takut serta tidak
merasionalisasikan kecurangan yang terjadi.
2. Meningkatkan transparasi dan akuntanbilitas:
Perusahaan harus melakukan dan melaporkan informasi keuangan yang akurat dan
transparan untuk pemakai laporan keuangan.
3. Meningkatkan kompetensi dan kesadaran karyawan dengan melakukan
pelatihan dan sosialisasi kepada karyawan untuk meningkatkan kode etik dan
kebijakan anti kecurangan sehingga bisa mengidentifikasi potensi kecurangan yang
terjadi.
4. Melakukan proses audit secara berkala untuk meminimalisir resiko kecurangan.
Sumber
MAKALAH KASUS AUDIT PT GARUDA INDONESIA 2019 | Tutut Setyowati -
Academia.edu
ANALISIS KASUS FRAUD GARUDA INDONESIA – Accounting (binus.ac.id)
Kasus Korupsi Garuda Indonesia Rugikan Negara hingga Rp 8,8 Triliun
(kompas.com)
Kasus Garuda dan Misteri Akuntansi Halaman all - Kompas.com
OJK Jatuhkan Sanksi Pada Emiten, Direksi dan Komisioner PT Garuda Indonesia
(kemenkeu.go.id)

Anda mungkin juga menyukai