Anda di halaman 1dari 3

KASUS#1: PT. GARUDA INDONESIA Tbk.

1. Kronologi Terjadinya Kasus PT Garuda Indonesia Tbk.

Dilansir dari CNN Indonesia, kronologi terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda Indonesia
berawal dari pelaporan kinerja keuangan pada tahun 2018 yang diserahkan ke Bursa Efek
Indonesia (BEI). Dalam laporan keuangannya, perusahaan dengan kode saham GIAA berhasil
meraup laba bersih sebesar US$809 ribu, berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang
merugi sebesar US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada kuartal III
2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta. Selanjutnya pada akhir bulan April, PT
Garuda Indonesia Tbk. mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta.
Salah satu mata agenda rapat ini adalah mengesahkan laporan keuangan tahunan 2018. Namun,
dalam RUPST tersebut terjadi kisruh. Dua komisaris Chairul Tanjung dan Dony Oskaria selaku
perwakilan dari PT Trans Airways menyatakan disenting opinion dan tidak bersedia
menandatangani laporan keuangan tersebut. Chairul sempat meminta agar keberatan itu dibacakan
dalam RUPST, tetapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan. Hasil rapat
pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.
Sehari usai kabar penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan
kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis (25/4). Harga
saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari sebelumnya Rp500 per saham. Bursa
Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen Garuda Indonesia terkait
timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan manajemen terhadap laporan
keuangan tahun buku 2018.Selain manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil
kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor
laporan keuangan perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa (30/4).

2. Bentuk Kelalaian pada Kasus PT Garuda Indonesia

Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto
Prabowo, mengungkapkan bahwa PT Garuda Indonesia Tbk. telah terbukti melanggar beberapa hal:

a. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) jis.
b. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik
c. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian
Mengandung Sewa
d. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94 juta terlalu signifikan,
sehingga mempengaruhi neraca keuangan PT. Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut
tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya masih merugi US$244,96
juta. Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih besar
untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu
seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata belum masuk
ke kantong perusahaan.
Atas hal tersebut maka dapat disampaikan bahwa terdapat proses audit yang masih belum sesuai yaitu:
a. Akuntan Publik bersangkutan belum secara tepat menilai substansi transaksi untuk kegiatan
perlakuan akuntansi pengakuan pendapatan piutang dan pendapatan lain-lain. Sebab, AP ini
sudah mengakui pendapatan piutang meski secara nominal belum diterima oleh
perusahaan.
b. Akuntan Publik tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal laporan keuangan
sebagai dasar perlakuan akuntansi, di mana hal ini melanggar SA 560 Akuntan Publik belum
sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup untuk menilai perlakuan akuntansi sesuai
dengan substansi perjanjian transaksi tersebut. Ini disebutnya melanggar SA 500.

3. Dampak dari terjadinya kasus PT Garuda Indonesia Tbk.

a. Harga saham Garuda Indonesia mengalami penurunan ke level Rp478 per saham dari
sebelumnya Rp500 per saham. Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga
penutupan perdagangan hari ini, Selasa (30/4) ke posisi Rp466 per saham atau turun persen.
b. OJK mengenakan Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta kepada PT
Garuda Indonesia Tbk. atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
c. Sanksi denda juga dijatuhkan masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11
tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.e.
d. Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)
atas kasus klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang
dijatuhkanantara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan laporan keuangan
perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini.
e. Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama satu
tahun kepada Sdr. Kasner Sirumapea (Rekan pada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang &
Rekan (Member of BDO International Limited)) dengan STTD Nomor: 335/PM/STTD-
AP/2003 tanggal 27 Juni 2003 yang telah diperbaharui dengan surat STTD Nomor:
STTD.AP-010/PM.223/2019 tanggal 18 Januari 2019, selaku Auditor yang melakukan
audit LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31 Desember 2018 atas pelanggaran Pasal 66
UU PM.

Sebagai Auditor dan Tim, anda diminta untuk:


1. Merancang Pengujian atas Siklus Dana Jangka Panjang dan Permodalan diatas
2. Metodologi dan Dokumentasi Audit Siklus Dana Jangka Panjang dan Permodalan diatas
Soal 2

Metodologi Audit
Metodologi audit merupakan teknik, cara dalam melaksanakan pemeriksaan. Auditing merupakan suatu
proses yang sistimatis serta terstruktur dan terorganisir dalam melakukan pemeriksaan yang di mulai
dengan pengumpulan bukti audit sampai dengan membuat kesimpulan audit. Dalam metodologi audit
tahapan kegiatan yang harusdilakukan auditor meliputi:

Program Pemeriksaan merupakan rencana-rencana yang di buat oleh auditor dalam melakukan pekerjaan
audit. Program pemeriksaan secara umum meliputi:

a) Melakukan kaji ulang kertas kerja tahun sebelumnya.


b) Melakukan Kaji ulang terhadap sistem pengendalian intern dan prosedur-prosedurakuntansi yang
diuraikan di dalam permanent file.
c) Melakukan kaji ulang dan penelaahan terhadap notulen rapat RUPS pemegangsaham dan direksi
yang berlangsung selama tahun yang diperiksa hingga saatpenyelesaian pemeriksaan.
d) Mengkaji ulang dan menelaah semua bagian permanent file .
e) Membuat/menyiapkan (atau minta dan bandingkan dengan buku besar) neracasaldo untuk
rekening-rekening riil dan nominal.
f) Pada akhir pekerjaan pemeriksaan, tentukan bahwa semua adjusment telahdiposting ke neraca
saldo, saldo-saldo rekening telah tepat dicantumkan, difooting dan dicrossfooting dan bahwa
tiap rekening telah diberi index untuk kertas kerjapendukung.
g) Membuat daftar adjusment dan reklasifikasi yang diperoleh selama dilakukannyapemeriksaan.
h) Melaporkan dan mengkoordinasikan hasil jurnal koreksi kepada klien untukmembetulkan
pembukuan pada akhir tahun.
i) Membuat konsep surat pernyataan klien untuk diketik oleh klien dan ditandatanganioleh pejabat
yang berwenang.
j) Melengkapi pemeriksaan terhadap Neraca Akhir/Posisi Keuangan sehubungandengan adanya
peristiwa-peristiwa kemudian.
k) Membuat surat rekomendasi kepada klien yang menunjukkan kelemahanpengendalian intern dan
prosedur-prosedur yang ditentukan selama pemeriksaan beserta saran-saran perbaikannya.
l) Membuat konsep laporan pemeriksaan yang memuat laporan keuangan beserta footnote-
footnotenya.
m) Membuat draf laporan keuangan hasil pemeriksaan.

Dokumentasi Audit
Beberapa Teknik yang bisa dipakai dalam mendokumentasikan kasus diatas adalah:
- Wawancara
- Me-review Dokumen
- Observasi
- Inspeksi
- Prosedur Analitis
- Footing
- Cross Footing
- Rekonsiliasi
- Konfirmasi
- Tracing

Anda mungkin juga menyukai