Anda di halaman 1dari 11

Photo by Fasyah Halim on Unsplash

KASUS GARUDA INDONESIA


Dr. Ely Suhayati SE.,Msi.,Ak.,CA

Nazar Fadillah S | 3 AK 2 | 21119160


Photo : BP/Istimewa

SEBELUM TERJADINYA KASUS


Pada 31 Oktober 2018, Garuda Indonesia meneken kontrak kerjasama penyediaan konektivitas atau wifi dengan Mahata Aero
Teknologi. Dengan demikian Mahata Aero Teknologi mendapat keuntungan pemasangan iklan di dalam pesawat kemudian garuda
mendapat keuntungan kompensasi sebesar Rp. 2,98 Triliun dari Mahata
AWAL PERMASALAHAN
Kisruh bermula pada 24 April 2019 atau saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Garuda
Indonesia. Diketahui dalam laporan keuangan 2018, Garuda mencatat laba bersih US$ 809,85
riibu atau setara Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000).
Laba tersebut ditopang salah satunya oleh kerja sama antara Garuda dan PT Mahata Aero
Terknologi. Kerja sama itu nilainya mencapai US$ 239,94 juta atau sekitar Rp 2,98 triliun.

Kejanggalan ini terendus oleh dua komisaris Garuda Indonesia. Keduanya yakni Chairal Tanjung
dan Dony Oskaria yang enggan menandatangani laporan keuangan 2018, alasannya, mereka
menilai hasil transaksi dari kerja sama Garuda dengan Mahata tidak layak dimasukkan dalam
laporan keuangan 2018 sebagai pendapatan, menurut mereka pendapatan tersebut masih
temasuk piutang, dan belum ada kas yang masuk dari keuntungan Kerjasama tersebut.
Menurut dua komisaris Garuda, seharusnya perusahaan mencatatkan rugi tahun berjalan
senilai US $ 244,95 juta atau setara Rp 3,45 triliun.Namun dalam laporan keuangan
Garuda Indonesia tahun 2018 setelah diaudit oleh akuntan publik, tercatat memperoleh
laba sebesar US $ 809.846 atau lebih dari Rp 11 miliar.

PUNCAK Namun tak sedikit pula pengamat yang berpendapat apa yang dialami Garuda sebetulnya
hal yang wajar karena semuanya sudah diaudit oleh yang berkompeten. Tentu bila terjadi
window dressing, pihakakuntan publik akan meminta perusahaan untuk menyesuaikan
PERMASALAHAN laporannya atau memberikan catatan khusus pada pernyataan opini akuntan publik.

Menurut metode accrual, sebuah perusahaan diperkenankan mengakui pendapatan


sepanjang haknya telah sah, meskipun belum diterima secara tunai atau masih berupa
tagihan. Demikian pula sebaliknya, meskipun perusahaan belum membayar, namun kalau
sudah timbul kewajiban, sudah dicatat sebagai biaya, walaupun masih berupa utang
Photo by Mohammad Arrahmanur on Unsplash

PUNCAK PERMASALAHAN

Namun dalam kasus Garuda tampaknya tidak sesederhana itu. Berhubung Mahata
sendiri adalah perusahaan baru (didirikan November 2017 menurut berita detik.com,
3/5/2019), wajar bila ada yang meragukan apakah Mahata akan lancar membayar
kewajibannya kepada Garuda. Bila pembayaran dari Mahata mengalami tunggakan,
justru Garuda secara teknis akuntansi harus membentuk cadangan piutang tidak
tertagih yang jelas akan menggerogoti keuangan perusahaan. Maka laba yang terlanjur
diakui menjadi bumerang buat tahun berikutnya.Jadi kasus Garuda lebih kepada soal
seberapa besar tingkat keyakinan terhadap kemampuan Mahatamembayar
kewajibannya kepada Garuda
HASIL PEMERIKSAAN KEMENKEU

Kementerian Keuangan memaparkan tiga kelalaian Akuntan Publik (AP) dalam mengaudit laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk tahun 2018. Hal itu akhirnya berujung sanksi dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK). Adapun, laporan keuangan tersebut
diaudit oleh AP Kasner Sirumapea dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan. Sekretaris Jenderal
Kemenkeu Hadiyanto merinci kelima kelalaian yang dilakukan

1. Pertama, AP bersangkutan belum secara tepat menilai substansi transaksi untuk kegiatan perlakuan akuntansi pengakuan pendapatan
piutang dan pendapatan lain-lain. Sebab, AP ini sudah mengakui pendapatan piutang meski secara nominal belum diterima oleh
perusahaan

2. Kedua, akuntan publik belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup untuk menilai perlakuan akuntansi sesuai dengan
substansi perjanjian transaksi tersebut. Ini disebutnya melanggar SA 500.

3. Terakhir, AP juga tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal laporan keuangan sebagai dasar

Photo by Reinaldo Kevin on Unsplash


TEMUAN PELANGGARAN OLEH OJK

Pertama, dalam laporan keuangan tersebut, menyebutkan bahwa Garuda


Indonesia mencatatkan nilai kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi
(Mahata) senilai Rp 2,98 Triliun

Dana tersebut masih bersifat piutang tapi sudah diakui oleh manajemen
Garuda Indonesia sebagai pendapatan.

Pelanggaran kedua, kata Fakhri, laporan tahunan maskapai penerbangan ini


tidak menjelaskan alasan kenapa dua Komisioner Garuda, yaitu Chairal
Tanjung dan Doni Oskaria menolak menandatangani laporan keuangan
tersebut. Sehingga, hal ini dianggap telah melanggar aturan OJK.

Photo by Mohammad Arrahmanur on Unsplash


SANKSI UNTUK GARUDA DAN KAP
SANKSI UNTUK GARUDA
1. Direksi dan Komisaris Garuda Kena Denda Rp100 Juta
2. BEI Denda Garuda Rp250 Juta
3. Garuda Indonesia harus menyajikan ulang laporan keuangan

SANKSI UNTUK KAP


1. Auditor Laporan Keuangan Garuda Dibekukan Setahun
2. peringatan Tertulis dengan disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan
terhadap Sistem Pengendalian Mutu KAP dan dilakukan reviu oleh BDO
International Limited

Photo by Luke Michael on Unsplash


DAMPAK YANG
DITIMBULKAN
Dampak yang ditimbulkan dari kejadian ini
adalah merugikan sekali bagi Bursa Efek
Indonesia (BEI) di mana PT Garuda juga menjual
sahamnya kepada masyarakat umum jadi hal ini
dapat kita kategorikan sebagai penipuan public.
Selain itu ini juga berdampak pada opini auditor,
opini yang dikeluarkan auditor saat itu adalah
wajar tanpa pengecualian, tetapi seharus nya
tidak wajar
SOLUSI DAN KESIMPULAN
Untuk solusi pada kasus ini pihak KAP dan rekan terkait harus meninjau Kembali akun piutang yang
dimiliki Garuda Indonesia atas Mahata dan untuk pihak garuda harus Membenahi kekeliruan yang
sudah terjadi pada akun piutang

Kesimpulannya Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) menuai polemik karena adanya
pencatatan transaksi piutang yang dimasukan pada kolom pendapatan, polemik ini tidak lepas juga
dari KAP yang menganggap benar transaksi tersebut tanpa memperhatikan subtansinya
Photo by Fasyah Halim on Unsplash

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai