Anda di halaman 1dari 10

AUDITING 2

KASUS PENYALAHGUNAAN LAPORAN KEUANGAN GARUDA INDONESIA

DISUSUN OLEH:

1. APRILIA MULDA CHYNTIA ANDREANI (19210036)


2. SINTA WULANDARI (19210026)
3. SISKA TRISNAWATI (19210027)
4. INTAN PRAMESTHI W (19210036)
5. PRABANTIWI HAPSARI (19210002)

UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadiran ALLAH SWT karena atas
karunia-NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah studi kasus ini tepat
pada waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu di limpahkan kepada panutan kita
Nabi Muhammad SAW. Apapun Judul Makalah Kami yaitu Auditing Kasus
Pemyalahgunaan Laporan Keuangan Garuda Indonesia
Kami menyadari masih banyak kekurangan penyusunan laporan studi kasus ini
sehingga masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan di terima sebagai suatu masukan yang berharga. Mudah-mudahan
laporan studi kasus ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
bagi yang membaca.

Surakarta , 28 November 2021

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Laporan keuangan idealnya menggambarkan kondisi suatu perusahaan pada periode
tertentu.Dengan melihat laporan keuangan kita dappat melihatbagaimana prospek
perusahaan dimasa depan.
Kasus kecurangan menjadi perhatian auditor,banyaknya kasus kecurangan yang terjadi
akhir-akhir ini.Kasus kecurangan audit dapat merugikan bagi perusahaan dan juga
investor.Beberapa tahun terakhir permasalahan hokum terutama berkaitan dengan
korupsi,kolusi dan nepotisme sangat marak.Fraud dapat didefinisikan sebagai suatu
penyimpangan atau perbuatan melanggar hokum yang dilakukan dengan sengaja,untuk
tujuan tertentu,misalnya menipu atau memberikan gambaran yang keliru untuk
keuntungan pribadi/kelompok secara tidak fair.
Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen dalam bentuk salah saji material.Kecurangan ini dapat bersifat financial
ataupun non financial. Faktanya kecurangan akan lebih sulit dideteksi.Pada dasarnya
kecurangan audit adalah serangkaian ketidakberesan dan perbuatan melawan hokum yang
dilakukan oleh orang luar maupun perusahaan.Kecurangan audit biasanya terjadi karena
alasan:adanya tekanan,adanya peluang dan adanya rasionalisasi Salah satu contoh
kecurangan audit adalah kasus penyalahgunaan laporan keuangan dari maskapai
penerbangan Garuda Indonesia.

B.RUMUSAN MASALAH
 Apa penyebab penyalahgunaan Laporan Keuangan Garuda Indonesia?
 Siapa yang terlibat dalam kasus tersebut dan siapa yang bertanggung jawab?

C.TUJUAN
 Mengetahui kasus penyalahgunaan laporan keuangan Garuda Indonesia
 Mengetahui alas an terjadinya kecurangan
BAB II
PEMBAHASAN

Perusahaan maskapai nasional Indonesia,Garuda Indonesia tersandung skandal laporan


keuangan. Pasalnya Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih setelah merugi pada
kuartal sebelumnya .Keganjalan itu membuat polemikbagi Garuda Indonesia.

Awal terkuaknya skandal tersebut adalah bermula:

 2 April 2019, polemiK dimulai saat saat dua komisaris Garuda Indonesia ,Chairal
Tanjung dan Dony Oskaria(saat ini sudah tidak menjabat) menolak menandatangani
laporan keuangan Garuda Indonesia karena tidak sesuai dengan PSAK .Dalam
pembukuan tersebut Garuda Indonesia menyatakan laba bersih mereka senilai
USD890,85 ribu atau setara dengan Rp.11,33 miliar .

Dalam lampiran PSAK 23 paragaraf 20, dielaborasi dalam ilustrasi makna dari PSAK 23
paragraf 28 tersebut bahwa royalti akan diterima atau tidak diterima bergantung kepada
kejadian suatu peristiwa masa depan. Dalam hal ini, pendapatan hanya diakui jika
terdapat kemungkinan besar bahwa royalti akan diterima. Untuk memperkuat
argumennya, Chairal dan Dony merujuk Perjanjian Mahata:

1. Perjanjian Mahata ditandatangani 31 Oktober 2018, namun hingga tahun buku 2018
berakhir, tidak ada satu pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak Mahata meskipun
telah terpasang satu unit alat di Citilink
2. Dalam perjanjian Mahata tidak tercantum term of payment yang jelas bahkan pada saat
ini masih dinegosiasikan cara pembayarannya
3. Sampai saat ini tidak ada jaminan pembayaran yang tidak dapat ditarik kembali, seperti
bank garansi atau instrumen keuangan yang setara dari pihak Mahata kepada
perusahaan. Padahal, bank garansi atau instrumen keuangan yang setara merupakan
instrumen yang menunjukkan kapasitas Mahata sebagai perusahaan yang bankable.
4. Mahata hanya memberikan surat pernyataan komitmen pembayaran kompensasi sesuai
dengan paragraf terakhir halaman satu dari surat Mahata 20 Maret 2019: "Skema dan
ketentuan pembayaran ini tetap akan tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam perjanjian. Ketentuan dan skema pembayaran sebagaimana yang disampaikan
dalam surat ini dan perjanjian dapat berubah dengan mengacu kepada kemampuan
finansial Mahata
 3 Mei 2019
Garuda Indonesia mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak akan mengaudit ulang
laporan keuangannya yang tidak sesuai dengan PSAK.
 8 Mei 2019
PT Mahata Aero Teknologi bersuara setelah namanya terseret dalam skandal laporan
keuangan Garuda Indonesia.
Perusahaan yang baru berdiri pada 3 November 2017 ini berani bekerja sama dengan
Garuda Indonesia dengan mencatatkan utang senilai USD239 juta yang kemudian
dimasukkan ke dalam kolom pendapatan oleh Garuda Indonesia.
 21 Mei 2019
Garuda Indonesia kembali dipanggil oleh Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
untuk dimintai keterangan terkait skandal tersebut. Direktur Utama Garuda Indonesia, I
Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau biasa disebut Ari Askhara menjelaskan bahwa
pengakuan piutang sebagai pendapatan karena dari USD239, 94 juta, USD28 juta di
antaranya adalah bagi hasil yang seharusnya dibayarkan oleh PT Mahata Aero Teknologi.
 14 Juni 2019
Sekretaris Jendral Kementerian Keuangan (Sekjen Kemenkeu) Hardiyanto
menyampaikan hasil pemeriksaan terhadap KAP yaitu adanya dugaan audit yang tidak
sesuai PSAK dan sanksi yang akan diberikan pada KAP dan rekan masih menunggu
koordinasi dari OJK.
 18 Juni 2019
BEI yang juga berkoordinasi intens dengan OJK terkait sanksi yang akan diberikan pada
KAP dan rekan masih menunggu keputusan final OJK.
 28 Juni 2019
Garuda Indonesia menerima sanksi dari berbagai pihak. Sanksi untuk auditor dari Sri
Mulyani yaitu pembekuan izin selama 12 bulan. Sementara itu, OJK mengenakan sanksi
pada Garuda Indonesia dengan denda Rp100 juta serta masing-masing jajaran direksi dan
komisaris didenda dengan harus patungan membayar Rp100 juta. Di samping itu, BEI
juga mengenakan sanksipada Garuda Indonesia dengan denda sebesar Rp250 juta.
Pelanggaran PT Garuda Indonesia Otoritas jasa keuangan memutuskan bahwa PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk telah melakukan kesalahan terkait penyajian laporan keuangan
tahunan per 31 Desember 2018.

Dari keberatan yang disampaikan oleh komisaris dan penolakan penandatanganan, dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya Komisaris setuju bahwa penghasilan yang diperoleh/akan
diperoleh Garuda dari perjanjiannya dengan Mahata adalah penghasilan royalti sehingga
tunduk dalam PSAK 23. Komisaris hanya keberatan kepada saat pengakuan penghasilan
tersebut yang menurut mereka Garuda belum saatnya mengakui penghasilan sama sekali.
Dengan kata lain, pada tataran klasifikasi, Direksi dan Komisaris menunjuk ‘makhluk’ yang
sama, yakni royalti.

Hasil pemeriksaan yang dilakukan OJK dan Kemenkeu sendiri ternyata berbeda jauh dengan
keberatan yang disampaikan oleh kedua komisaris Garuda, yang merupakan pangkal
kekisruhan ini. OJK/Kemenkeu mengidentifikasi ‘makhluk’ yang berbeda dengan Komisaris
Garuda dan Direksi. Alih-alih memperlakukan transaksi ini sebagai royalti, OJK dan
Kemenkeu mengakui itu sebagai pendapatan sewa. Jadi berbeda klasifikasi. OJK/Kemenkeu
sendiri memberikan perintah tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31
Desember 2018 serta melakukan paparan publik (public expose) atas perbaikan dan
penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah
ditetapkannya surat sanksi, atas pelanggaran Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UU PM), Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian
Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
Standar Akuntansi Keuangan memberikan pedoman bagi cara pengakuan dan saat pengakuan
penghasilan bagi manajemen suatu perusahaan. Manajemen dapat memilih struktur transaksi
bisnis yang akan dilakukannya dengan pihak lain untuk dapat memenuhi suatu Standar
Akuntansi Keuangan tertentu. Standar Akuntansi Keuangan memungkinkan manajemen
mengakui suatu penghasilan sekaligus dalam suatu tahun, ataupun tersebar selama jangka
waktu perjanjian transaksi, berdasarkan kondisi-kondisi yang tercantum dalam perjanjian.
Akuntansi Keuangan juga mensyaratkan perusahaan mengakui penghasilannya berbasis
akrual, yaitu penghasilan dapat diakui walaupun arus kas belum diterima
sebagian/seluruhnya oleh perusahaan. Basis ini berbeda dengan basis kas yang mengakui
penghasilan perusahaan hanya apabila arus kas sudah diterima oleh perusahaan. Dari
perspektif ini, apa yang dilakukan Manajemen mendapat legitimasi teoretik-legal. Hal ini
memberikan ruang bagi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba (earnings
management) dengan cara mengakui penghasilan sekaligus dalam satu tahun, atau mengakui
penghasilan secara tersebar dalam jangka waktu perjanjian. Keduanya dapat diambil demi
memengaruhi jumlah total laba/rugi bersih yang akan diakui perusahaan dalam tahun
diakuinya penghasilan. Kenapa Manajemen perlu memutuskan untuk mengakui sekaligus
atau tidak mengakui sekaligus? Salah satu motivasi yang paling mungkin adalah bonus yang
diberikan perusahaan kepada manajemen apabila perusahaan dapat mencapai tingkat laba
tertentu, atau kebutuhan akan performa yang bagus di mata publik. Hal yang amat wajar
dalam sebuah bisnis yang mengandaikan keberlanjutan. OJK sendiri, sebagai otoritas yang
menjadi acuan dan wajib dihormati, telah memutuskan bahwa transaksi antara Garuda dan
Mahata adalah perjanjian yang mengandung sewa, hal yang berbeda sama sekali dengan
pendapat Manajemen Garuda dan Komisaris Garuda bahwa penghasilan tersebut adalah
penghasilan royalti yang tunduk kepada PSAK 23. Artinya, tanpa perlu berspekulasi lebih
jauh, Manajemen dan Komisaris Garuda di satu sisi, dan OJK sebagai otoritas di sisi lain,
berdiri pada petak klasifikasi yang berbeda. Baca juga: Garuda Akan Perbaiki Laporan
Keuangan dan Bayar Denda Dengan bahasa lain, baik Manajemen maupun Komisaris
Garuda dianggap melakukan kesalahan. Celakanya, selama ini publik telah digiring oleh
opini liar seolah Manajemen dan Komisaris Garuda berbeda pendapat secara prinsip dan
Manajemen Garuda cukup pasti ditempatkan di pihak bersalah dan dihakimi oleh opini.

Dari kasus penyalahgunaan Laporan keuangan tersebut akuntan publik terbukti melakukan
pelanggaran akuntan publik atau auditor Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit
terhadap PT Garuda Indonesia Tbk dimana hal itu mempengaruhi opini laporan auditor
independen. Selain itu, KAP dianggap belum menerapkan sistem pengendalian mutu secara
optimal terkait konsultasi dengan pihak eksternal. Oleh karena itu, Kementerian Keuangan
menjatuhkan sanksi pembekuan izin selama 12 bulan kepada AP Kasner Sirumapea dan KAP
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, selaku auditor laporan keuangan PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak Tahun Buku 2018.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Perusahaan besar sekelas Garuda Indonesia saja bisa terjadi penyalahgunaan laporan
keuangan.Oknum dari internal dan eksternal terlibat dalam kasus tersebut dan membuat rugi
Negara,perusahaan dan para pemegang saham akibat saham Garuda Indonesia yang turun.Hal
tersebut juga menyebabkan kepercayaan masyarakat kepada Garuda Indonesia menurun.

Dengan adanya kasus tersebut di negara kita, semoga ini bisa menjadi pelajaran terutama para
auditor dan perusahaan. Agar kasus manipulasi laporan keuangan ini tidak terjadi lagi, karena
secerdas apapun kita mempercantik laporan keuangan itu semua tidak akan berjalan mulus dalam
waktu yang lama dan semua akan terungkap pada waktunya. Selain itu memanipulasi laporan
keuangan ini juga melanggar norma agama.

B.SARAN

Demikian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf apabila
ada kesalahan dalam penulisan. .Makalah ini masih jauh dari sempurna maka kami mohon saran
dan kritik dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://imagama.feb.ugm.ac.id/kasus-garuda-indonesia-riwayatmu-kini/
2. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-putusan-kasus-laporan-keuangan-
tahunan-pt-garuda-indonesia-2018/
3. https://money.kompas.com/read/2019/07/18/152000526/kasus-garuda-dan-misteri-
akuntansi?page=all.

Anda mungkin juga menyukai