Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

1.1 LATAR BELAKANG

Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK) menjabarkan secara rinci kronologi kasus yang
membelit Jiwasraya hingga berakhir tak mampu membayar polis asuransi (gagal bayar) JS
Savings Plan. Ketua BPK RI Agung Firman Sampurna menuturkan, penyebab utama gagal
bayarnya Jiwasraya adalah kesalahan mengelola investasi di dalam perusahaan. Jiwasraya
kerap menaruh dana di saham-saham berkinerja buruk. Saham-saham yang berisiko ini
mengakibatkan negative spread dan menimbulkan tekanan likuiditas pada PT Asuransi
Jiwasraya yang berujung pada gagal bayar. Adapun kasus Jiwasraya disebut-sebut bermula
pada 2002. Saat itu, BUMN asuransi itu dikabarkan sudah mengalami kesulitan. Namun,
berdasarkan catatan BPK, Jiwasraya telah membukukan laba semu sejak 2006. Alih-alih
memperbaiki kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan saham berkualitas, Jiwasraya
justru menggelontorkan dana sponsor untuk klub sepak bola dunia, Manchester City, pada
2014. Kemudian pada tahun 2015, Jiwasraya meluncurkan produk JS Saving Plan dengan
cost of fund yang sangat tinggi di atas bunga deposito dan obligasi. Sayangnya, dana tersebut
kemudian diinvestasikan pada instrumen saham dan reksadana yang berkualitas rendah. Pada
2017, Jiwasraya kembali memperoleh opini tidak wajar dalam laporan keuangannya. Padahal,
saat ini Jiwasraya mampu membukukan laba Rp 360,3 miliar. Opini tidak wajar itu diperoleh
akibat adanya kekurangan pencadangan sebesar Rp 7,7 triliun. Berlanjut ke tahun 2018,
Jiwasraya akhirnya membukukan kerugian unaudited sebesar Rp 15,3 triliun. Pada September
2019, kerugian menurun jadi Rp 13,7 triliun. Kemudian pada November 2019, Jiwasraya
mengalami negative equity sebesar Rp 27,2 triliun. Kerugian itu terutama terjadi karena
Jiwasraya menjual produk saving plan dengan cost of fund tinggi di atas bunga deposito dan
obligasi. Apalagi berdasarkan catatan BPK, produk saving plan merupakan produk yang
memberikan kontribusi pendapatan tertinggi sejak tahun 2015. Pemeriksaan BPK Adapun
dalam kurun waktu 2010-2019, BPK telah dua kali melakukan pemeriksaan atas Jiwasraya,
yaitu Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) tahun 2016 dan pemeriksaan investigatif
pendahuluan tahun 2018. Dalam investigasi tahun 2016, BPK mengungkapkan 16 temuan
terkait dengan pengelolaan bisnis, investasi, pendapatan, dan biaya operasional tahun 2014-
2015. Temuan tersebut mengungkapkan, Jiwasraya kerap berinvestasi pada saham gorengan,
seperti TRIO, SUGI, dan LCGP. Lagi-lagi, investasi tak didukung oleh kajian usulan
penempatan saham yang memadai. Pada tahun 2016 pula, Jiwasraya telah diwanti-wanti
berisiko atas potensi gagal bayar dalam transaksi investasi dengan PT Hanson Internasional.
1
Ditambah, Jiwasraya kurang optimal dalam mengawasi reksadana yang dimiliki.
Pemeriksaan BPK tahun 2018 Kemudian, menindaklanjuti hasil temuan 2016, BPK akhirnya
melakukan investigasi pendahuluan yang dimulai pada 2018. Yang menggemparkan, hasil
investigasi ini menunjukkan adanya penyimpangan yang berindikasi fraud dalam mengelola
saving plan dan investasi. Potensi fraud disebabkan oleh aktivitas jual beli saham dalam
waktu yang berdekatan untuk menghindari pencatatan unrealized loss. Kemudian, pembelian
dilakukan dengan negosiasi bersama pihak-pihak tertentu agar bisa memperoleh harga yang
diinginkan. Parahnya, selain investasi pada saham gorengan, kepemilikan saham tertentu
melebihi batas maksimal di atas 2,5 persen. Saham-saham gorengan yang kerap dibelinya,
antara lain saham Bank BJB (BJBR), Semen Baturaja (SMBR), dan PT PP Properti Tbk.
Saham-saham gorengan tersebut berindikasi merugikan negara sebesar Rp 4 triliun.
Pembelian dilakukan dengan negoisasi bersama pihak-pihak tertentu agar bisa memperoleh
harga yang diinginkan. Untuk saat ini, indikasi kerugian negara atas saham tersebut sebesar
Rp 4 triliun. Tak sampai di situ, investasi langsung pada saham yang tidak likuid dengan
harga tak wajar juga disembunyikan pada beberapa produk reksadana. Pada posisi per 30 Juni
2018, Jiwasraya diketahui memiliki 28 produk reksadana dengan 20 reksadana di antaranya
memiliki porsi di atas 90 persen. Yang jelas, sebagian besar reksadana berkualitas rendah.
Reksadana tersebut sebagian besar adalah reksadana berkualitas rendah dan tidak likuid. BPK
menemukan indikasi kerugian negara sementara akibat penurunan nilai diperkirakan Rp 6,4
triliun. Tahun 2019 Lebih lanjut, BPK juga mendapat permintaan dari Komisi XI DPR RI
dengan surat Nomor PW/19166/DPR RI/XI/2019 tanggal 20 November 2019 untuk
melakukan PDTT lanjutan atas permasalahan itu. Selain DPR, BPK juga diminta oleh
Kejaksaan Agung untuk mengaudit kerugian negara. Permintaan itu dilayangkan melalui
surat tanggal 30 Desember 2019. Penanganan kasus Jiwasraya bukan hanya masuk di ranah
audit, tapi juga sudah masuk di ranah penegakan hukum. BPK saat ini tengah melakukan dua
pekerjaan, yaitu melakukan investigasi untuk memenuhi permintaan DPR dan
menindaklanjuti hasil investigasi pendahuluan, sekaligus menghitung kerugian negara atas
permintaan Kejagung.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa Jiwasraya gagal membayar produk polis asuransi JS Savings Plan ?


2. Mengapa Jiwasraya kerap menaruh dana di saham-saham berkinerja buruk (saham
gorengan) ?
3. Apa yang menyebabkan Jiwasraya membukukan kerugian unaudited sebesar Rp 15,3
triliun ?

3
BAB 2

2.1 TEORI

Dasar Audit Internal

Audit internal telah bergerak lebih dari sekadar aktivitas staf yang sering dikaitkan dengan
departemen pengontrol ke fungsi yang melapor kepada komite audit dewan. Namun, di
beberapa perusahaan, audit internal terus berfungsi hanya pada tingkat kepatuhan rutin. Akan
tetapi, saat ini audit internal telah memperluas aktivitasnya ke semua area operasional
perusahaan modern dan telah memantapkan dirinya sebagai bagian yang dihargai dan
dihormati dari sumber daya manajemen senior.Auditor internal modern secara formal dan
aktif bekerja pada dewan direksi, dan orang yang bertanggung jawab atas fungsi audit
internal, dan kepala eksekutif audit.

Organisasi profesional auditor internal (IIA),telah memutuskan bahwa semua auditor internal
perlu memiliki pernyataan misi yang mendukung profesinya. IIA mengikat standar audit
internal dan atribut audit internal penting lainnya ke dalam Kerangka Praktik Profesional
Internasional (IPPF), upaya untuk menyatukan standar dan atribut audit internal lainnya.
Adapun misi internal audit adalah meningkatkan dan melindungi nilai organisasi dengan
memberikan para pemangku kepentingan jaminan, saran, dan wawasan berbasis risiko dan
obyektif.Tujuan dari pernyataan misi audit internal adalah untuk memberikan auditor internal
pemahaman yang jelas tentang apa yang harus dicapai dalam perusahaan mereka.

Badan Audit Pengetahuan Umum Audit Internal

Common Body of Knowledge (CBOK) adalah tingkat minimum keahlian yang


diperlukan untuk kinerja yang efektif dalam sebuah profesi.CBOK berfokus pada
pengetahuan minimal yang diperlukan oleh setiap profesional dalam disiplin ilmunya untuk
bekerja secara efektif.Pengetahuan dan pemahaman yang dijelaskan dalam CBOK telah
meningkatkan kredibilitas profesional. Untuk auditor internal, CBOK mencakup berbagai
bidang audit internal, spesifik praktik, pemahaman praktik manajemen umum, dan beberapa
bidang pengetahuan aplikasi umum. Persyaratan ini harus dipertimbangkan.

Pada dasarnya auditor internal harus mengembangkan pemahaman umum mengenai


misi dan tanggung jawabnya. Auditor internal juga harus terbiasa dengan kerangka kendali

4
COSO serta perencanaan dan pelaksanaan audit internal IIA. Auditor internal yang lebih
berpengalaman akan berspesialisasi dalam beberapa bidang serta mendapatkan lebih banyak
pengetahuan spesifik industri.

Auditor internal modern saat ini harus pemahaman dan pengetahuan yang kuat untuk
digunakan dan diterapkan dalam kegiatan audit internal dan area lain. CBOK berasal dari
pengembangan industri, perubahan standar yang diperkenalkan oleh Institute of Internal
Auditor (IIA). Beberapa pengetahuan audit internal berasal dari pemahaman tentang
persyaratan peraturan khusus industri dan juga gagasan yang bagus untuk membuat audit
internal lebih efektif dan efisien. Intinya bahwa auditor internal di semua tingkatan harus
memiliki pengetahuan di berbagai bidang.Berikut persyaratan CBOK:

1. Pentingnya Kontrol Internal


2. Merencanakan dan Melakukan Audit Internal
3. Mengorganisir dan Mengelola Kegiatan Audit Internal
4. Dampak Teknologi Informasi pada Audit Internal
5. Audit Internal dan Tata Kelola Perusahaan
6. Sertifikasi Profesi Auditor Internal
7. Konvergensi Profesional Audit Internal

5
BAB 3

PEMBAHASAN

Permasalahan gagal bayar klaim asuransi Jiwasraya bukan merupakan kasus yang mudah
diatasi. Permasalahan Jiwasraya bukan permasalahan yang ringan. Permasalahan yang ada di
perusahaan terjadi karena manajemen Jiwasraya sebelumnya tak mengelola investasi dengan
baik. Jiwasraya juga menawarkan bunga yang tinggi kepada nasabahnya. Adapun bunga
yang ditawarkan Jiwasraya 9 sampai 13 persen. Jauh daripada apa yang ada di pasar. Ini jadi
hal penting ke depannya, perlu ada safety investasi tak hanya kejar dari sisi bunga, tapi tentu
pensiun jangka panjang harus dioptimalkan, harus ada kepastian. Seperti diketahui, skandal
investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) terus bergulir. Perusahaan BUMN asuransi ini
mengalami gagal bayar polis kepada nasabah terkait produk investasinya, JS Saving Plan.
Nilai tunggakan pada nasabahnya tak tanggung-tanggung, mencapai Rp 12,4 triliun. Seretnya
keuangan Jiwasraya bermula dari jatuhnya nilai portofolio saham yang dimilikinya. JS
Saving Plan merupakan produk asuransi jiwa sekaligus investasi yang ditawarkan melalui
perbankan atau bancassurance. Berbeda dengan produk asuransi unit link yang risiko
investasinya ditanggung pemegang polis, JS Saving merupakan investasi non unit link yang
risikonya sepenuhnya ditanggung perusahaan asuransi. Tujuh bank yang menjadi agen
penjual yakni PT Bank Rakyat Indonesia, Standard Chartered Bank, PT Bank Tabungan
Negara Tbk, PT Bank QNB Indonesia, PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank Victoria
International Tbk (BVIC), dan PT Bank KEB Hana. JS Saving Plan yang ditawarkan dengan
jaminan return sebesar 9 persen hingga 13 persen sejak 2013 hingga 2018 dengan periode
pencairan setiap tahun. Nilai return ini jauh lebih tinggi atau hampir dua kali lipat daripada
bunga yang ditawarkan deposito bank yang saat ini besarannya di kisaran 5-7 persen.
Beberapa hal yang dijelaskan oleh para AP yang melakukan audit tersebut sebagai berikut:

1. Bahwa para AP telah melakukan audit laporan keuangan untuk tahun buku 2016 dan
2017, serta 2015. Laporan Auditor Independen (LAI) telah diterbitkan oleh para AP
tersebut untuk tahun-tahun tersebut sesuai dengan bukti-bukti audit yang diperoleh.
2. Laporan Keuangan dan LAI tahun buku 2016 dan beberapa tahun sebelumnya telah
dipublikasikan dalam website perusahaan tersebut dalam format annual
report lengkap yang dapat didownload publik.
3. Untuk tahun 2017 AP  hanya menerbitkan LAI satu kali, tidak ada penerbitan kembali
laporan audit. Berdasarkan penelusuran di website perusahaan tersebut, laporan

6
keuangan lengkap dalam format annual report untuk tahun 2017 tidak dipublikasikan
sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
4. Bahwa perusahaan juga memiliki kewajiban penyampaian laporan berkala kepada
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai media untuk pengawasan.

Selanjutnya dari penelusuran di media massa selama tahun 2018 telah terjadi 4 orang yang
menjabat direktur utama secara bergantian, serta perusahaan menurut pemberitaan mengalami
kesulitan likuiditas untuk membayar klaim pelanggan atas kewajiban jatuh tempo karena
perusahaan, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tidak ingin mengalami cut
loss ketika melakukan pelepasan atas investasi yang turun nilainya akibat kondisi
pasar.Bahwa dapat disampaikan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, laporan keuangan merupakan tanggung jawab direksi dan dewan komisaris
perusahaan. Penjelasan Pasal 69 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas menyatakan bahwa Laporan keuangan yang dihasilkan harus
mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari aktiva, kewajiban, modal, dan hasil usaha dari
Perseroan. Direksi dan Dewan Komisaris mempunyai tanggung jawab penuh akan kebenaran
isi laporan keuangan Perseroan. Sedangkan tanggung jawab auditor terletak pada opini yang
diterbitkan dalam laporan auditor independen yang disimpulkan berdasarkan pelaksanaan
prosedur untuk mendapatkan bukti-bukti atas saldo-saldo penyajian angka-angka dan
pengungkapan dalam laporan keuangan.

7
BAB 4

KESIMPULAN

Tata kelola perusahaan yang tidak baik ditunjukkan oleh Jiwasraya dengan menerbitkan
produk layanan yang sama sekali tidak menguntungkan bagi perusahaan. Justru sebaliknya,
perusahaan sangat bergantung dengan penjualan produk yang sebenarnya tidak baik bagi
perusahaan. Akibatnya perusahan menjadi kolaps dan tidak mampu memenuhi kewajibannya
untuk membayar polis dari produk yang mereka andalkan. Adanya ketidakjelasan dalam
proses investasi dana nasabah juga menjadi faktor utama mengapa Jiwasraya selalu memiliki
kinerja negatif, bahkan selalu membukukan laba semu sampai pada akhirnya menderita
kerugian yang jumlahnya tidak sedikit. Dengan adanya contoh pengelolaan yang tidak sesuai
tata kelola persusahaan yang baik, menyebabkan proses pengendalian melalui audit internal
juga tidak bisa diterapkan secara optimal, hal ini menunjukkan bahwa keberadaan audit
internal dan berjalannya proses audit tersebut menjadi sebuah keharusan.

Anda mungkin juga menyukai