Anda di halaman 1dari 14

Ka s u s J i w a s r a y a

Gagal Bayar Hingga Dugaan


Korupsi

Nama/NIM
Pendahuluan

PT Asuransi Jiwasraya
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak
di bidang asuransi jiwa. Perusahaan ini telah eksis sejak tahun 1859 dan merupakan perusahaan
asuransi jiwa tertua di Indonesia. Jiwasraya memiliki beragam produk baik individu maupun
grup/kumpulan dan selalu mengalami disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
Untuk memberikan layanan prima bagi pemegang polisnya, saat ini Jiwasraya memiliki Kantor
Pusat Bancassurance & Strategi Aliansi, Kantor Pusat Program Manfaat Karyawan, 14 Kantor
Wilayah, 71 Kantor Cabang, dan 494 Unit Kerja Area dengan dukungan 15 ribu agen diseluruh
Indonesia
Latar Belakang

PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah menjadi sorotan


masyarakat. Asuransi jiwa tertua di Indonesia itu mengalami
tekanan likuiditas sehingga ekuitas perseroan tercatat negatif
Rp23,92 triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya
membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun untuk kembali sehat.
Ternyata, kasus Jiwasraya merupakan puncak gunung es yang
baru mencuat. Jika dirunut, permasalahan Jiwasraya sudah
terjadi sejak tahun 2000-an.
Kronologi
2006 2008
01 02 BPK memberikan opini disclaimer
OJK menyatakan ekuitas untuk laporan keuangan 2006-2007.
Jiwasraya tercatat negatif Defisit perseroan Rp5,7 - Rp6,3
Rp3,29 triliun. triliun pada th 2008- 2009.

2012 2010-2011
04 03
Bapepam-LK memberikan izin produk JS
Proteksi Plan pada 18 Desember 2012. JS
Jiwasraya melanjutkan skema reasuransi
Proteksi Plan dipasarkan melalui kerja sama dan mencatatkan surplus sebesar Rp1,3
dengan bank (bancassurance). triliun pada akhir 2011
Kronologi
2014 2017
05 06
Jiwasraya menggelontorkan Laporan keuangan Jiwasraya pada
2017 dari JS Saving Plan naik
sponsor untuk klub sepakbola mencapai Rp21 triliun dan mendapat
asal Inggris, Manchester City laba Rp2,4 triliun, naik 37,64 persen
dari tahun 2016.

Agustus 2018 Mei 2018


08 07
Menteri BUMN mengumpulkan direksi untuk Hasil audit KAP PwC atas laporan keuangan
mendalami potensi gagal bayar perseroan dan 2017 mengoreksi laporan keuangan interim
meminta BPK dan BPKP untuk melakukan dari laba sebesar Rp2,4 triliun menjadi hanya
audit investigasi terhadap Jiwasraya. Rp428 miliar.
Kronologi
Oktober 2018 November 2018
09 10 Hexana mengungkap Jiwasraya membutuhkan dana
Perseroan mengumumkan tidak dapat sebesar Rp32,89 triliun untuk memenuhi RBC 120
membayar klaim polis jatuh tempo % dan ekuitas Jiwasraya negatif sebesar Rp27,24
nasabah JS Saving Plan sebesar Rp802 triliun serta liabilitas dari produk JS Saving Plan
yang bermasalah tercatat sebesar Rp15,75 triliun.
miliar

Desember 2019 November 2019


12 Penyidikan Kejagung menyebut ada pelanggaran 11
Kementerian BUMN melaporkan indikasi
prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi serta Ditjen kecurangan di Jiwasraya ke Kejagung dan Kejati
Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM mencekal DKI Jakarta menaikkan status pemeriksaan dari
10 nama yang diduga bertanggung jawab atas kasus
penyelidikan menjadi penyidikan pada kasus
Jiwasraya.
dugaan korupsi.
Pembahasan
Kronologi ke-1
Ekuitas Jiwasraya tercatat negatif disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
1.Kinerja saham berkualitas rendah
Saham-saham yang dimiliki Jiwasraya memberikan kinerja yang buruk, yang menyebabkan negative spread dan tekanan likuiditas pada perusahaan.
2.Bonus plan dan ukuran perusahaan
Bonus plan yang diberikan kepada manajer dan karyawan mempengaruhi praktik perataan laba positif, sedangkan ukuran perusahaan mempengaruhi
praktik perataan laba negatif.
3.Gagal bayar polis produk
Jiwasraya mengalami gagal bayar polis produk JS Saving Plan yang jatuh tempo pada Oktober-Desember 2019, yang menyebabkan ekuitas negatif
menjadi Rp 23,92 triliun pada September 2019.
4.Beban bunga atas produk di masa lampau
Jiwasraya memiliki beban bunga atas produk di masa lampau, yang menyebabkan kondisi keuangan perusahaan terus tertekan.
5.Pengaruh reasuransi
PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menjadi reasuradur sebesar 73,06% untuk Jiwasraya, yang menyebabkan beban keuangan
perusahaan menjadi lebih besar.
Pembahasan
Kronologi ke-2
Opini disclaimer dalam laporan keuangan adalah opini yang diberikan oleh auditor ketika auditor tidak dapat
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa. Hal ini dapat terjadi karena adanya keterbatasan dalam
lingkup audit, ketidakpastian dalam informasi keuangan, atau ketidakmampuan untuk memperoleh bukti yang cukup.
Dalam kasus Jiwasraya, BPK memberikan opini disclaimer untuk laporan keuangan tahun 2006-2007, yang
menunjukkan bahwa BPK tidak dapat memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut karena adanya
keterbatasan dalam lingkup audit.

Kronologi ke-3

Pada tahun 2011, Jiwasraya melanjutkan skema reasuransi dan mencatatkan surplus sebesar Rp1,3 triliun. Skema
reasuransi ini merupakan salah satu langkah yang diambil perusahaan untuk mengatasi kondisi keuangan yang sulit.
Namun, meskipun tercatat surplus pada tahun tersebut, kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan tetap
mengalami tekanan, terutama akibat defisit yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Pembahasan
Kronologi ke-4
Pada tahun 2011, Jiwasraya melanjutkan skema reasuransi dan mencatatkan surplus sebesar Rp1,3 triliun. Skema
reasuransi ini merupakan salah satu langkah yang diambil perusahaan untuk mengatasi kondisi keuangan yang sulit.
Meskipun tercatat surplus pada tahun tersebut, kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan tetap mengalami
tekanan, terutama akibat defisit yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Kronologi ke-5
Pada tahun 2014, Jiwasraya menggelontorkan sponsor untuk klub sepakbola asal Inggris, Manchester City. Jiwasraya membayar
sekitar Rp7,5 miliar per tahunnya untuk bisa bekerja sama dengan klub tersebut. Selain itu, Jiwasraya juga memberikan biaya
kunjungan senilai Rp4 miliar jika klub melakukan kunjungan ke Indonesia, biaya suvenir Jiwasraya dengan logo klub senilai Rp1
miliar per tahun, dan biaya konsultan sebesar Rp1 miliar per tahun. Keputusan Jiwasraya untuk menjadi sponsor klub sepakbola
ini dianggap tidak etis oleh beberapa pihak, mengingat kondisi keuangan perusahaan yang sedang buruk pada saat itu.
Pembahasan
Kronologi ke-6
Laporan keuangan Jiwasraya pada tahun 2017 menunjukkan bahwa pendapatan premi dari produk JS Saving Plan
mencapai Rp21 triliun, dan laba sebesar Rp2,4 triliun, naik 37,64% dari tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh
penjualan produk JS Saving Plan yang meningkat, sehingga meningkatkan pendapatan premi perusahaan. Namun,
kondisi keuangan perusahaan masih menjadi tekanan, terutama akibat defisit yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya.

Kronologi ke-7
Hasil audit KAP PwC atas laporan keuangan 2017 dari Jiwasraya mengoreksi laporan keuangan interim dari laba sebesar Rp2,4 triliun menjadi hanya
Rp428 miliar. Hal ini disebabkan oleh pencadangan teknis yang diperlukan dalam laporan keuangan tersebut. Setelah PwC mengoreksi laporan keuangan
interim Jiwasraya dari laba sebesar Rp2,4 triliun menjadi hanya Rp428 miliar, Jiwasraya melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi kondisi keuangan
yang sulit. Perusahaan meminta Kementerian BUMN, selaku pemegang saham, untuk menyiapkan langkah penyelamatan. Jiwasraya juga menyampaikan
alternatif penyehatan berupa penilaian ulang aset tanah dan mendirikan anak usaha, Jiwasraya Putra. Selain itu, perusahaan juga membutuhkan suntikan
modal sebesar Rp32,89 triliun untuk memenuhi rasio kecukupan modal yang ditetapkan oleh OJK.
Pembahasan
Kronologi ke-8
Setelah mengumpulkan direksi Jiwasraya untuk mendalami potensi gagal bayar perusahaan, Menteri BUMN Rini
Soemarno meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
untuk melakukan audit investigasi terhadap Jiwasraya. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap potensi gagal
bayar perusahaan dan untuk menyelidiki lebih lanjut kondisi keuangan Jiwasraya. Selain itu, pemerintah juga mencari
solusi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi, termasuk melalui langkah hukum dan politik.

Kronologi ke-9
Setelah mengumumkan ketidakmampuan untuk membayar klaim polis nasabah JS Saving Plan sebesar Rp802 miliar, Jiwasraya
menghadapi tekanan yang semakin besar. Pemerintah, melalui Kementerian BUMN, terus melakukan langkah-langkah untuk
menyelesaikan masalah ini. Selain itu, audit investigasi dilakukan oleh BPK dan BPKP untuk menyelidiki lebih lanjut kondisi
perusahaan. Pada akhirnya, Jiwasraya juga mengajukan permohonan restrukturisasi ke Pengadilan Niaga guna menyelesaikan
krisis keuangannya. Keputusan ini diambil setelah perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan yang semakin
memburuk.
Pembahasan
Kronologi ke-10
Jiwasraya membutuhkan dana sebesar Rp32,89 triliun untuk memenuhi RBC 120% dan ekuitas Jiwasraya negatif
sebesar Rp27,24 triliun. Selain itu, liabilitas dari produk JS Saving Plan yang bermasalah tercatat sebesar Rp15,75
triliun. Pada Oktober 2018, Jiwasraya mengumumkan ketidakmampuan untuk membayar klaim polis jatuh tempo
nasabah JS Saving Plan sebesar Rp802 miliar. Langkah-langkah penyelamatan, seperti audit investigasi oleh BPK dan
BPKP, serta langkah hukum dan politik, diambil sebagai respons terhadap kondisi keuangan yang sulit dan potensi
gagal bayar perusahaan.

Kronologi ke-11
Kementerian BUMN melaporkan tiga indikasi dugaan kecurangan di Jiwasraya ke Kejaksaan Agung dan Kejaksaan Tinggi yaitu
1. Janji investasi: Terdapat dugaan janji investasi yang tidak hati-hati, yang kemungkinan tidak sesuai dengan prinsip pengelolaan investasi yang sehat.
2. Produk investasi asset: Ada dugaan terkait produk investasi asset yang tidak hati-hati, yang mungkin menunjukkan adanya tindakan yang tidak
sesuai dengan prinsip pengelolaan investasi yang baik.
3. Laporan keuangan: Terdapat indikasi bahwa laporan keuangan Jiwasraya tidak transparan, menunjukkan adanya ketidakakuratan dalam pelaporan
keuangan perusahaan
Pembahasan
Kronologi ke-12
Pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi dalam kasus Jiwasraya merujuk pada dugaan
pelanggaran prinsip pengelolaan investasi yang sehat. Hal ini terkait dengan adanya indikasi bahwa
Jiwasraya melakukan investasi yang tidak hati-hati dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan investasi yang baik. Pelanggaran ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
kondisi keuangan Jiwasraya semakin buruk dan mengalami kesulitan dalam membayar klaim polis
nasabah.
Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM telah mencekal 10 nama yang diduga bertanggung
jawab atas kasus Jiwasraya. Beberapa dari nama-nama yang dicekal tersebut termasuk mantan
Direktur Utama Jiwasraya, Hendrisman Rahim, serta mantan Direktur Pemasaran, De Yong Adrian.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya penegakan hukum terkait kasus Jiwasraya yang
melibatkan dugaan pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi dan potensi tindak pidana
korupsi
Te r i m a
Ka s ih

Anda mungkin juga menyukai