0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan1 halaman
Kasus Jiwasraya terjadi karena pengelolaan investasi produk asuransi JS Saving Plan yang sangat berisiko. Dana nasabah dialokasikan ke saham-saham berfluktuasi tinggi dan reksadana berportofolio saham berisiko. Akibatnya, Jiwasraya tidak mampu membayar kewajiban polis nasabah. Lemahnya tata kelola, pengendalian, dan manajemen risiko Jiwasraya disebabkan internal audit yang kurang efektif.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Tugas 1 Internal Audit_Margareta Lillian L A_023002014006
Kasus Jiwasraya terjadi karena pengelolaan investasi produk asuransi JS Saving Plan yang sangat berisiko. Dana nasabah dialokasikan ke saham-saham berfluktuasi tinggi dan reksadana berportofolio saham berisiko. Akibatnya, Jiwasraya tidak mampu membayar kewajiban polis nasabah. Lemahnya tata kelola, pengendalian, dan manajemen risiko Jiwasraya disebabkan internal audit yang kurang efektif.
Kasus Jiwasraya terjadi karena pengelolaan investasi produk asuransi JS Saving Plan yang sangat berisiko. Dana nasabah dialokasikan ke saham-saham berfluktuasi tinggi dan reksadana berportofolio saham berisiko. Akibatnya, Jiwasraya tidak mampu membayar kewajiban polis nasabah. Lemahnya tata kelola, pengendalian, dan manajemen risiko Jiwasraya disebabkan internal audit yang kurang efektif.
1. Penyebab utama terjadinya kasus Jiwasraya? Kondisi keuangan Jiwasraya yang kurang baik bukan hanya terjadi sekarang saja, melainakan sudah pernah terjadi belasan tahun yang lalu (ditahun 2006, 2008, 2009). Tahun 2013 Jiwasraya meluncurkan produk asuransi jiwa dan investasi yang Bernama JS Saving Plan. JS Saving Plan merupakan sumber masalah dalam kasus Jiwasraya. Produk JS Saving plan menawarkan return investasi dan nilai polis asuransi yang sangat menggiurkan sehingga berhasil menarik ribuan nasabah dan menghimpun dana hingga trilliun rupiah. Tahun 2018, Jiwasraya mengumumkan jika pihaknya tidak mampu membayar kewajiban polis produk JS Saving Plan yang jatuh tempo dengan nilai mencapai Rp 802 Milyar rupiah. Saat itu asset Jiwasraya sebesar 23,26 triliun, sementara total kewajibannya sebesar Rp 50,5 trilun yang artinya ekuitas JIwasraya negatif sebesar 27,24 triliun. Akar dari permasalahan kasus Jiwasraya tersebut adalah ada di dalam pengelolaan asset investasi Jiwasraya khususnya yang berkaitan dengan produk JS Saving Plan. Dana kelolaan yang sangat besar jumlahnya dari produk JS Saving Plan ini dialokasikan ke saham-saham perusahaan yang memiliki fluktuasi harga saham dan resiko investasi yang sangat tinggi. Selain itu JIwasyara mengalokasikan investasi ke produk reksadana yang kurang baik dengan membeli produk reksadan yang isi dari portofolionya adalah saham-saham yang beresiko sangat tinggi, dimana seharusnya Jiwasraya memilih manager investasi dengan reputasi yang baik dan produk reksadana dengan portfolio investasi yang baik. Sepanjang tahun 2018, Jiwasraya menginvestasikan dana sebesar 5,7 triliun ke saham dan hanya 5% dana yang dialokasikan ke perusahaan yang memiliki fondasi bisnis yang baik, dan 95% dananya dialokasikan ke saham gorengan yang memiliki resiko sangat tinggi. Untuk reksadana, dari total investasi reksadana sebesar 14,9 triliun hanya 2 % dana yang dialokasikan kemanager investasi top tier (terbaik) di Indonesia. Hal-hal tersebut yang menyebabkan JIwasraya tidak mampu membayar polis para nasabahnya. 2. Kaitan definisi internal audit dengan kasus Jiwasraya. Dengan pengelolaan asset yang sangat buruk yang dilakukan oleh Jiwasraya menurut saya dikarenakan Jiwasraya tidak melakukan pengendalian, manajemen resiko, dan tata kelola yang baik dan efektif. Sehinga tujuan perusahaan tidak dapat tercapai dengan baik dikarenakan internal audit dalam perusahaan Jiwasraya yang sangat buruk.
Manajemen Risiko Dan Uang Untuk Trading Harian Dan Swing Trading: Panduan Lengkap Cara Memaksimalkan Keuntungan Anda Dan Meminimalkan Risiko Anda Dalam Perdagangan Forex, Futures, Dan Saham