Anda di halaman 1dari 3

TATA KELOLA PERUSAHAAN ASURANSI, STUDI KASUS : GAGAL

BAYAR PT ASURANSI JIWASRAYA

Handy (202114077)

Aloysius Novenda Agung Priaji (202114080)

Petrus Christoffer Anggelo Silalahi (202114083)

Aloysius Gonzaga Wisanggeni (202114084)

Kasus Gagal Bayar Jiwasraya

Industri Keuangan Nasional akhir-akhir ini dihebohkan dengan kasus gagal bayar perusahaan
asuransi plat merah PT. Asuransi Jiwasraya ( Jiwasraya ) yang merupakan perusahaan asuransi
BUMN bidang asuransi terbesar. Kejaksaan Agung mengungkapkan potensi kerugian negara dari
kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) bisa mencapai Rp 17 triliun dan besaran nilai
yang sesungguhnya sedang dihitung oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Nilai tersebut berasal
dari penelaahan berkas selama 10 tahun, dari 2008 hingga 2018.

Gagal bayar Asuransi Jiwasraya sebenarnya terjadi pada salah satu produk unggulannya yang
bernama JS Saving plan. JS Saving plan merupakan produk asuransi jiwa sekaligus investasi yang
ditawarkan melalui perbankan atau bancassurance. Berbeda dengan produk asuransi unit link yang
risiko investasinya ditanggung pemegang polis, JS Saving plan merupakan investasi non unit link
yang risikonya sepenuhnya ditanggung perusahaan asuransi. JS Saving Plan menawarkan jaminan
return yang sangat tinggi dengan periode pencairan setiap tahun. Nilai return ini jauh lebih tinggi
atau hampir dua kali lipat daripada bunga yang ditawarkan deposito bank yang saat itu besarannya di
kisaran 5-7 persen. . Tercatat ada 17.000 pemegang polis JS Saving Plan. Adapun total pemegang
polis Jiwasraya secara keseluruhan termasuk pemegang polis produk lainnya mencapai 7 juta
pemegang polis.

Beberapa dugaan penyebab gagal bayarnya Jiwasraya diantaranya : Produk-produk yang merugi
( negative spread dan underpricing, harga kemurahan ), kinerja pengelolaan aset yang rendah,
kualitas aset investasi dan non investasi yang kurang likuid, sistem pengendalian perusahaan
yang masih lemah, tata Kelola perusahaan yang kurang baik, sistem informasi yang tidak andal,
kantor cabang yang tidak produktif, biaya operasional yang tidak efisien, akses permodalan yang
terbatas, kurangnya inovasi di bidang produk dan layanan, kualitas SDM asuransi yang terbatas,
budaya kerja yang kurang professional, sarana dan prasarana kerja yang belum modern.

Tata Kelola Perusahaan Asuransi

Dalam POJK Nomor 73/POJK.05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan
Perasuransian disebutkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik merupakan salah satu pilar dalam
membangun kondisi perekonomian yang sehat. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik berkaitan
erat dengan kredibilitas perusahaan yang menjalankan serta iklim perekonomian di suatu negara.
Pesatnya perkembangan industri perasuransian harus didukung dengan iklim yang kondusif. Dalam
rangka menunjang pencapaian iklim usaha yang kondusif serta persaingan usaha yang sehat, maka
penting bagi industri perasuransian untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Penerapan
tata kelola perusahaan yang baik oleh industi perasuransian tersebut menjadi salah satu bagian
penting dalam menangani risiko. Apabila penerapapan tata kelola Perusahaan Perasuransian dapat
berjalan dengan baik, maka manajemen risiko juga akan berjalan dengan efektif.

Pelaksanaan Good Corporate Governance perusahaan paling tidak harus memperhatikan beberapa


hal, antara lain :

 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, Dewan Komisaris


 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite Audit;
 Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan eksternal;
 Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian internal;
 Rencana strategis Perseroan;
 Pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Perseroan.

Apabila Asuransi Jiwasraya sebelumnya sudah konsisten mejalalankan tata kelola perusahaan yang
baik sesuai dengan peraturan yang sudah ada maka kecil kemungkinan terjadi kasus gagal bayar yang
nilainya sangat besar ini. Dampak gagal bayar Jiwasraya disinyalir berdampak massive dan sistemik.
Bagi Pelaku bisnis atau seluruh stakeholder jasa keuangan, kasus jiwasraya ini menjadi peringatan
serius tentang pentingnya tata kelola perusahaan yang baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai