Salsabillah Suherman
Pembimbing:
Prof. Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ph.D., Ak.
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis
impementasi akuntansi asuransi syariah yang diterapkan pada produk asuransi
kerugian PT Asuransi Jasindo Syariah. Analisis dilakukan dengan membandingkan
penerapan akuntansi asuransi syariah PT Asuransi Jasindo Syariah dengan PSAK
No. 108 tentang Transaksi Akuntansi Asuransi Syariah, untuk melihat sejauh mana
penerapannya dalam laporan keuangan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study). Sumber data penelitian ini
adalah data primer yang diperoleh melalui kegiatan dokumentasi dan wawancara.
Data yang diperoleh dianalasis dengan metode triangulasi yang berpedoman pada
PSAK 108. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Asuransi Jasindo Syariah
menggunakan akad wakalah bil ujrah bil mudharabah dan akad tabarru’ dalam
melakukan transaksi, dan implementasi perlakuan akuntansi untuk transaksi
asuransi kerugian pada laporan keuangan PT Asuransi Jasindo Syariah telah sesuai
dengan PSAK 108 dalam hal pengakuan, pengukuran, penyusunan dan
pengungkapan.
ABSTRACT
This study aims to identify and to analyze the implementation of accounting
applied by PT Asuransi Jasindo Syariah. The application of sharia insurance
accounting in PT Asuransi Jasindo Syariah’s financial statements will be
compared with the requirements PSAK 108 About Transaction Sharia Insurance
Accounting to learn whether it has acted in compliance with PSAK 108. This
research is a qualitative descriptive with case study approach. The data source in
this research is namely primary data that is obtained through documentation and
interview. In analyzing the data, researchers analyzed data through triangulation
based on PSAK 108. The result showed the contract used in PT Asuransi Jasindo
Syariah are wakalah bil ujrah bil mudharabah and tabarru’ and the
implementation of accounting of general insurance transactions conducted by PT
Asuransi Jasindo Syariah has been in accordance with PSAK 108 in terms of
recognition, measurement, presentation and disclosure.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi nasional yang mengalami peningkatan tahun 2016
sebesar 5,02% (kompas.com). Hal ini secara tidak langsung mencerimankan adanya
kenaikan pendapatan perkapita dan pendapatan per jam kerja penduduk Indonesia.
Umumnya, kenaikan pendapatan berbanding lurus dengan meningkatnya biaya
hidup karena gaya hidup yang menjadi lebih baik. Salah satu indikasi ini bisa
terlihat dari jumlah kendaraan pribadi di Indonesia yang meningkat pesat,
mencapai 12% per tahun dan tren Properti yang diprediksi kembali meningkat pada
akhir tahun 2016 hingga tahun 2017 (mediaindonesia.com). Pertumbuhan ekonomi
yang terjadi tidak menutup kenyataan adanya kesenjangan ekonomi dalam
masyarakat, hal ini bisa dillihat dari cukup tingginya kriminalitas yang dimotivasi
dari keadaan ekonomi. Ancaman kriminalitas dan kecelakaan lalu lintas menjadi
hal yang tidak terduga, sehingga masyarakat melakukan berbagai cara untuk
mencegah ataupun mengurangi risiko kerugian yang mungkin terjadi akibat
peristiwa tidak terduga dengan mengasuransikan harta benda ke perusahaan
asuransi. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan asuransi kerugian di Indonesia
cukup baik, yang menurut Yasril Y. Rasyid, ketua umum Asosiasi Asuransi Umum
Indonesia, hingga akhir tahun 2016 didominasi oleh asuransi properti dan
kendaraan (CNN Indonesia). Asuransi kerugian memberikan jasa penanggulangan
resiko kerugian atau kehilangan peserta asuransi (pemegang polis) kepada pihak
ketiga akibat peristiwa tak terduga.
Tetapi, dibalik pesatnya perkembangan jasa asuransi, terdapat perdebatan
dikalangan ulama apakah asuransi diperbolehkan dalam islam. Beberapa ulama
masih meragukan halal atau tidaknya asuransi konvensional karena adanya Riba
(Bunga), Maisir (Judi), dan Gharar (Ketidakjelasan) yang merupakan tiga (3)
unsur yang tidak sesuai dengan prinsip syariah (Zulina, 2015). Masalah tersebut
membuat perusahaan asuransi mulai menawarkan produk asuransi yang berbasis
syariah yang biasa disebut Unit Asuransi Syariah. Asuransi syariah dilakukan
dengan akad-akad yang sesuai dengan syariah sehingga dipercaya tidak lagi
mengandung ketiga unsur yang diharamkan oleh islam. Menurut data yang diambil
pada situs resmi Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) terdapat lebih kurang
46 perusahaan yang tercatat sebagai anggota resmi. Pangsa pasar asuransi syariah
hingga tahun 2015 juga menunjukkan angka yang tinggi yaitu 5,43 persen
(Republika). Angka tersebut ternilai besar jika melihat pangsa pasar industri
keuangan syariah yang sampai saat ini belum mencapai 5 persen.
Akuntansi untuk transaksi asuransi syariah diatur dalam PSAK 108 yang
diterbitkan oleh DSAK—IAI dan berlaku sejak tahun 2009. Namun
kewenangannya dialihakan ke DSAS—IAI pada tahun 2013 setelah
dikeluarkannya surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-
B/DPN/IAI/XI/2013. Kemudian PSAK mengalami revisi pertama yang disahkan
pada 25 Mei 2016 dan mulai efektif digunakan sejak 1 Januari 2017. Beberapa
perubahan yang terjadi adalah mengenai pengakuan awal kontribusi peserta,
perhitungan penyisihan teknis manfaat polis masa depan, dan penyajiannya.
Perbedaan mendasar yang dapat ditemukan dalam PSAK No. 108 dan PSAK yang
2
mengatur asuransi konvensional adalah mengenai pengakuan pendapatan premi,
tidak diakui pendapatan perusahaan, tapi sebagai Kontribusi Peserta yang
didalamnya termasuk dana tabarru’ dan dana investasi, pendapatan pengelola (fee)
yang merupakan kewajiban untuk dbayarkan pemegang polis sebagai dana untuk
risiko dan ujrah, karena posisi perusahaan hanya sebagai pengelola dana. Meskipun
telah diatur dalam PSAK, dalam praktiknya masih ada beberapa hal yang tidak
sesuai dan masih mengandung unsur asuransi konvensional. Permasalahan lain
yaitu pengguna asuransi syariah masih sangat rendah yaitu 0,095% (dream.co.id)
meski pertumbuhan asset dan investasi mencapai 20%. Hal ini terjadi karena
pemahaman masyarakat tentang asuransi syariah masih sangat minim
(kompas.com).
Kurangnya tenaga profesional untuk menunjang pelaksanaan dan
pengembangan asuransi syariah juga menjadi kendala bagi usaha jasa asuransi
syariah. Menurut Martin P Lalamentik, direktur perusahaan Asuransi Sinar Mas,
broker-broker asuransi syariah, agen, dan adjuster sebagai penunjang industri
asuransi syariah masih sangat minim (Berita Satu). Hal senada juga diungkapkan
Gaol (dikutip dari Ichsan, 2016) bahwa kendala penting yang dihadapi asuransi
syariah adalah kurangnya SDM syariah.
Jika dilihat dari segi PSAK, Muhaimin Iqbal selaku mantan ketua AASI dan
Agus Edi Sumanto, direktur utama Asuransi Takaful, menganggap PSAK hanya
sekedar memodifikasi PSAK asuransi konvensional yang membuat perbedaan
hakiki dari asuransi konvensional menjadi tidak terlihat (Ichsan, 2016). Perusahaan
juga menganggap implementasi PSAK 108 sangat berdampak pada perbedaan hasil
perhitungan solvabilitas perusahaan. Penggunaan dana tabarru’ untuk perhitungan
RBC dapat mengakibatkan penurunan nilai solvabilitas pada asuransi syariah,
sehingga dikhawatirkan asuransi syariah nantinya bisa mengalami keadaan
insolvable. Terlihat pada penelitian yang dilakukan Sopyan (2010) terdapat
perbedaan hasil solvabilitas sebelum dan sesudah diterapkannya PSAK 108.
Peristiwa yang baru-baru ini terjadi juga membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini pada salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa
asuransi yang juga merupakan anggota Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia atau
biasa disebut AASI, yaitu PT. Jasindo Syariah. Jasindo Syariah baru saja
melakukan spin off dari perusahaan induknya yaitu PT. Jasa Asuransi Indonesia
pada bulan Mei tahun 2016 setelah sebelumnya hanya berbentuk unit usaha
syariah. PT. Jasindo Syariah merupakan perusahaan asuransi syariah pertama yang
terbentuk dari hasil spin off unit usaha syariah.
Laporan keuangan Jasindo Syariah sebelum melakukan pemisahan hanya
berupa laporan konsolidasi, sehingga informasi yang disajikan tidak sepenuhnya
menggambarkan keadaan unit usaha asuransi syariahnya. Selain itu investasi yang
dilakukan masih tercampur dengan dana investasi perusahaan induknya, sehingga
rincian investasi yang dilakukan belum secara khusus disajikan dalam laporan
keuangan bagian Catatan Atas Laporan Keuangan. Adanya pemisahan ini, peneliti
ingin melihat bagaimana implementasi PSAK 108 di PT Asuransi Syariah setelah
menjadi perusahaan full fledge dan perlakuan akuntansi dalam hal pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Asuransi Syariah
Asuransi merupakan istilah yang merujuk pada jasa perlindungan keuangan
terhadap jiwa maupun harta benda. Khoiril Anwar (2007) berpendapat bahwa
asuransi adalah salah satu cara mengurangi resiko kerugian bagi pelaku bisnis yang
mungkin terjadi dalam sebuah transaksi bisnis. Asuransi akan membantu untuk
mengganti biaya kerugian yang diderita sehingga kerugian yang diderita oleh
pelaku bisnis bisa diperkecil. Muhaimin (2005) mendefinisikan asuransi syariah
sebagai pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan syariah, tolong
menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator. Syariah berasal dari
ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Sedangkan PSAK No. 18
mendefinisikan asuransi syariah sebagai sistem menyeluruh dimana pemegang
polis akan mendonasikan atau dalam istilah islam disebut sebagai tabarru’
sebagian atau seluruh kontribusi (premi) untuk membayar ganti rugi atas klaim
yang dilakukan pemegang polis.
Landasan Hukum
Sesungguhnya konsep asuransi sudah dilakukan sejak zaman rasulullah.
Aqilah adalah salah satu kebiasaan suku Arab untuk memberikan kompensasi
(darah diyat) kepada pewaris tebunuh sebagai penutupan. Selain itu, Rasulullah
saw juga telah menetapkan management sharing of risk dengan memberikan
sejumlah kompensasi untuk berbagai kecelakaan akibat perang (Amrin, 2011).
Selain itu, sesungguhnya dalam Islam pun mengakui bahwa kematian, kecelakaan,
dan kemalangan lainnya merupakan takdir Allah SWT yang tidak bisa ditolak.
Namun sebagai manusia, kita juga diperintahkan untuk membuat perencanaan guna
menghadapi masa depan. Beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits yang
mengisyaratkan konsep asuransi, diantaranya yaitu:
a. Ayat mengenai perintah Allah untuk tolong-menolong sesama hamba Allah,
sesuai dengan tujuan dari adanya asuransi syariah dijelaskan pada QS. Al-
Maidah (5): 2 dan QA. Al-Baqarah (2): 185
b. Ayat mengenai perintah Allah untuk saling melindungi jika ada yang
kesusahan, sesuai dengan konsep asuransi syariah diantara sesama peserta
(pemegang polis) dijelaskan pada QS. Al-Quraisy (106): 4 dan QA. Al-
Baqarah (2): 126
Di Indonesia, landasan hukum terkait asuransi syariah yang diterbitkan
lembaga keuangan dan fatwa Majelis Ulama Indonesia yang pernah dan masih
berlaku hingga saat ini adalah:
a. DSN-MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah
b. DSN-MUI No.39/DSN-MUI/X/2002 tentang Asuransi Haji
c. Akad Wakalah Bil Ujrah Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah DSN-MUI No.
52/DSN MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah
dan Reasuransi Syari’ah
d. DSN-MUI No.53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi
Syariah dan Reasuransi Syariah
4
e. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003
tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi.
f. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003
tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransidan Perusahaan Reasuransi
g. Keputusan Direktur Jendral Lembaga Keuangan Nomor Kep.4499/LK/2000
tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi Dan
Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah
Peraturan mengenai pelaporan pada perusahaan asuransi syariah saat ini diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 108 mengenai
Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah dengan revisi terakhir tahun 2016.
5
Keluarga serupa dengan asuransi jiwa karena asuransi ini menawarkan
perlindungan diri peserta dari musibah kecelakaan dan kematian. Takaful keluarga
dibagi lagi ke dalam dua jenis, yaitu takaful individu dan takaful group
(kumpulan). Takaful jenis ini termasuk dalam asuransi jangka panjang yang masa
waktunya lebih dari satu tahun. Takaful Individu bisa dikatakan juga sebagai
asuransi kerugian, yaitu produk asuransi syariah yang memberikan perlindungan
keuangan kepada peserta yang mengalami musibah kehilangan, kerusakan atau
kecelakaan atas harta benda yang dimiliki peserta takaful.
6
Terdapat 43 paragraf dalam PSAK 108 yang menguraikan hal-hal terkait
asuransi syariah. Beberapa hal yang diuraikan dalam PSAK 108 ini adalah tujuan,
ruang lingkup, definisi, karakteristik hingga pelaporan dalam laporan keuangan
asuransi syariah. Transaksi asuransi yang dimaksud dalam PSAK 108 ini adalah
transaksi yang berpengaruh terhadap laporan keuangan, diantaranya masalah
kontribusi peserta (premi), surplus dan defisit underwriting, penyisihan teknis, dan
saldo dana tabarru’. PSAK 108 menjelaskan bagaimana pengukuran dan
pengakuan, penyajian dan pengungkapan yang seharusnya dilakukan dalam
menyusun laporan keuangan asuransi syariah.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012). Objek untuk penelitian ini adalah Produk
Asuransi Kerugian yang ada di PT. Jasindo Syariah (Jasindo Takaful) yang terletak
di Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study). Temuan-temuan pada
penelitian kualitatif tidak didapatkan melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan (Strauss & Corbin, 2003). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk memahami suatu fenomena terkait dengan apa yang dialami subjek
penelitian, misalnya motivasi, tindakan, perilaku, persepsi dan lainnya, yang
dijelaskan dalam bentuk kalimat pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007).
Pendekatan kasus adalah penelitian yang menyelidiki proses, menemukan
makna dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai suatu situasi,
individu maupun kelompok (Emzir, 2010). Penelitian yang menggunakan kata
bagaimana dan mengapa lebih cocok menggunakan metode studi kasus karena
objek penelitian berupa proses kegiatan atau tindakan beberapa orang (Yin, 2011).
Menghubungkan dengan definisi studi kasus menurut Creswell, penelitian ini
termasuk dalam studi kasus yang menyelidiki secara suatu proses yaitu, proses
dalam pembukuan transaksi-transaksi asuransi kerugian syariah.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari narasumber, tanpa
perantara ataupun literatur lain seperti buku, jurnal ilmiah atau artikel. Sesuai
dengan yang dikatakan Sugiyono (2012), Data primer berupa laporan keuangan
tahun 2016 yang didapatkan langsung dari Jasindo Syariah. Data primer juga
diperoleh peneliti dari wawancara dengan dua pihak yang ada di PT. Jasindo
Syariah. Teknik pengumpulan data adalah dengan wawaancara dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan secara semi-terstruktur (semistructure interview), yaitu
wawancara yang sifatnya lebih bebas dan terbuka. Narasumber untuk interview
adalah dari bagian keuangan yang akan membantu peneliti untuk menggali lebih
dalam tentang perlakuan akuntansi dan pengelolaan dana untuk produk asuransi
kerugian, sementara bagian pemasaran diharapkan mampu memberi informasi
tambahan lain terkait transaksi asuransi syariah yang bisa dijadikan data
pendukung hasil penelitian di PT. Jasindo Syariah. Dokumentasi dilakukan dengan
melihat dan menganalisa dokumen-dokumen yang oleh subjek yang diteliti. Fakta
dan data dalam perusahaan umumnya disimpan dalam bentuk dokumen, secara
fisik maupun hanya berupa file di penyimpanan data perusahaan (Moleong, 2007).
7
Teknik dokumentasi juga merupakan pelengkap dari penggunaan metode
wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini,
dokumentasi yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan tahun 2016.
Teknok analisis data ini menggunakan konsep triangulasi menurut Miles dan
Huberman (dikutip oleh Sugiyono, 2012) dengan alat penelitian berupa PSAK 108.
Teknik tersebut terdiri dari tiga langkah, reduksi data untuk memilah data yang
hanya diperlukan dalam hasil penelitian, penyajian data untuk memudahkan analisa
dengan membuat gambaran berupa tabel ataupun menyusunnya dengan susunan
yang tepat, dan terakhir penarikan kesimpulan yang menggambarkan sejauh mana
Jasindo Syariah mengimplementasikan kententuan yang ada di PSAK 108 ke
dalam laporan keuangannya.
Jasindo Syariah menerapkan akad wakalah bil ujrah bil mudharabah dalam
pengelolaan investasi dan pengelolaan risiko dana peserta (tabaaru’). Pengelolaan
risiko yang dilakukan meliputi kegiatan administrasi, pengelolaan dana,
pembayaran santunan klaim, underwriting, pengelolaan portofolio risiko,
reasuransi syariah, dan pemasaran serta asuransi. Penentuan nisbah ujrah dari dana
8
premi Jasindo Syariah dijelaskan dalam klausula wajib kedua tentang akad
wakalah bil ujrah bil mudharabah poin 4, yaitu:
Berdasarkan akad wakalah bil ujrah bil mudharabah, kontribusi yang
dibayarkan oleh peserta terdiri dari dana tabarru’ dan ujrah dengan
komposisi sebagai berikut:
a. Tabarru’ 50% (lima puluh persen)
b. Wakalah Fee 50% (lima puluh persen)
9
“Dalam PSAK 108 ada tiga opsi perlakuan surplus underwriting.
Jasindo Syariah memakai opsi ketiga. Jadi, surplus underwriting pada
akhir periode didistribusikan kepada tiga pihak, peserta, pengelola
atau perusahaan dan dana tabarru’. Sebelumnya rasio pembagiannya
40% untuk peserta, 10% untuk dana tabarru dan 50% pengelola. Tapi
kebijakan saat ini peserta 10% dan dana tabarru’ menjadi 40%.”
10
Tabarru bisa dikembalikan sesuai prorata hari dari dana tabarru dengan catatan,
bagian kontribusi yang menjadi hak pengelola tidak bisa dikembalikan.
Sementara itu, untuk peserta asuransi dengan pembiayaan yang
meembatalkan kontrak asuransi dan tidak melakukan klaim dalam periode asuransi
akan mendapatkan kembali kontribusi yang telah dibayarkan sebesar prorate hari
dari dana tabarru’. Tetapi jumlah pengembalian tidak termasuk kontribusi yang
dibayarkan untuk perluasan asuransi meninggal dunia (Natural Death) dan
kontribusi yang menjadi hak pengelola.
11
Jasindo Syariah merupakan perusahaan asuransi kerugian yang bersifat non-
saving atau tanpa tabungan, sehingga ketentuan PSAK 108 poin 17-18 yang
berbunyi:
“Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai:
a) Dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah
atau mudharabah musytarakah; dan atau
b) Kewajiban jika menggunakan akad wakalah”
Tidak berlaku untuk Jasindo Syariah. Kontribusi yang dibayarkan peserta memang
sudah termasuk dana untuk investasi, namun perusahaan tidak perlu mengakuinya
sebagai investasi dan bisa langsung mengakuinya sebagai Dana Tabarru’. Jasindo
Syariah langsung mengurangi saldo dari Dana Tabarru’ ketika melakukan
investasi. Hasil investasi juga langsung otomatis diakumulasikan ke dalam dana
tabarru’ pada akhir periode melalui Laporan Perubahan Dana Tabarru’ dan
Laporan Surplus (Defisit) Underwriting. Maka, Jasindo tidak perlu memiliki akun
Dana Syirkah Temporer, cukup Dana Tabarru’.
Analisa peneliti menunjukkan implementasi PSAK 108 terkait pengakuan
transaksi asuransi sudah dilakukan secara menyeluruh oleh Jasindo Syariah ke
dalam laporan keuangan tahu 2016, dan bisa dikatakan sesuai dengan ketentuan
dalam PSAK 108 tentang akuntansi transaksi asuransi syariah.
Gambar 4.1
Sebagian Laporan Laba/Rugi Jasindo Syariah
12
Gambar 4.1
Sebagian Laporan Surplus Underwriting Dana Tabarru’
Penyisihan Teknis
PT Asuransi Jasindo melakukan penyisihan terhadap kontribusi peserta,
artinya klaim yang mungkin terjadi di periode mendatang atau klaim yang sedang
dalam proses di periode saat ini yang diakui sebagai liabilitas dalam laporan
keuangan. Menurut PSAK 108, penyisihan teknik dalam asuransi syariah terdiri
dari tiga (3) jenis, yaitu penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak, klaim yang
masih dalam proses, dan klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan.
Penyisihan klaim dalam proses yaitu, jumlah penyisihan atas estimasi klaim
yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode namun baru akan
dibayarkan saat periode selanjutnya. Penyisihan ini diakui sebagai beban
penyisihan teknis yang berdampak pada pengurangan di laporan surplus (defisit)
underwriting dana tabarru’ dan disajikan dalam laporan posisi keuangan sebagai
utang klaim di bagian kewajiban. Penyisihan klaim dalam proses dilakukan secara
13
cermat dan hati-hati karena dana yang disisihkan harus bisa menutupi estimasi
klaim yang telah dilaporkan tersebut.
Penyisihan klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan, yaitu jumlah
penyisihan atas klaim yang telah terjadi tetapi tidak dilaporkan hingga akhir
periode. Penentuan jumlah penyisihan ini didasarkan pada pengalaman masa lalu
yang terkait dengan klaim periode terbaru yang dilaporkan. Klaim yang sudah
terjadi tapi belum dilaporkan disajikan sebagai liabilitas dalam laporan posisi
keuangan.
Imam Rosyadi, dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti menuturkan
bahwa penentuan besarnya penyisihan asuransi jangka pendek dan jangka panjang
hingga akhir periode 2016 adalah sama, yaitu sebesar 40% dari kontribusi peserta.
Namun setelah adanya revisi PSAK yang memisahkan perhitungan penyisihan
asuransi jangka pendek dan asuransi jangka panjang, penentuan jumlah penyisihan
harus dilakukan dengan memperhatikan arus kas masa depan (present value).
Perhitungan penyisihan terbaru ini menurut OJK nantinya harus dilakukan oleh
aktuaris internal, namun hingga saat ini masih diperbolehkan menggunakan
aktuaris eksternal.
Membandingkan uraian diatas dengan PSAK No. 108 poin 26 sampai 28
tentang penyisihan teknis, kebijakan yang ada di PT Asuransi Jasindo Syariah telah
sesuai dengan PSAK N0. 108 baik dari segi pengakuan maupu pengukuran
penyisihan teknis.
14
Gambar 4.2
Laporan Perubahan Dana Tabarru’
15
dan reasuransi di catatan atas laporan keuangan, serta incian kontribusi berdasarkan
jenis asuransinya.
Masih pada laporan yang sama, catatan atas laporan keuangan juga
menyinggung tentang besaran jumlah dan persentase komponen kontribusi untuk
bagian resiko dan ujrah dari total kontribusi per jenis asuransi, namun pembahasan
secara rinci dituangkan dalam klausula polis asuransi seperti yang telah peneliti
jabarkan pada sub bab sebelumnya. Hal-hal mengenai surplus/defisit underwriting
dana tabarru’ juga dijelaskan secara akuntansi dalam laporan surplus (defisit)
underwriting dana tabarru dan penjelasan secara kualitatif dalam klausula
perjanjian.
Jasindo syariah juga mengungkapkan informasi lain yang berguna bagi
pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi sifat dan luasan resiko yang
timbul dari akad asuransi terhadap dana tabarru. Informasi tersebut meliputi, tetapi
tidak terbatas pada tujuan, kebijakan dan proses pengelolaan serta metode
pengelolaan resiko.
Menurut laporan keuangan Jasindo Syariah, resiko yang timbul dari
instrument keuangan perusahaan ada tiga risiko. Pertama, resiko kredit yang
dikendalikan dengan cara menjalin hubungan dengan pihak yang kredibilitasnya
baik, menetapkan kebijakan verifikasi dan otoritasi kredit, serta memantau
kolektibilitas piutang secara berkala. Kedua, resiko likuiditas yang dikelola dengan
memantau jumlah kas dan bank agar tetap memadai untuk biaya operasional
perusahaan, dan secara berkala mengevaluasi proyeksi arus kas dan arus kas aktual.
Ketiga, resiko manajemen takaful yang pengelolaan risikonya belum dijelaskan
dalam laporan keuangan secara rinci seperti dua risko lainnya.
Informasi tentang resiko asuransi lain yang juga diungkapkan oleh Jasindo
Syariah adalah mengenai sensitivitas risiko asuransi dan informasi kualitatif
tentang sensitivitas itu sendiri. Salah satunya yaitu tingkat solvabilitas perusahaan
yang analisisnya dibandingkan dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
11/PMK.010/2011 tentang kesehatan keuangan usaha asuransi dan usaha retakaful
dengan syariah prinsip syariah.
PSAK 108 menyatakan bahwa perusahaan perlu mengungkapkan informasi
terkait dengan dana investasi dimana oleh Jasindo Syariah dilakukan meliputi
kebijakan akuntansi untuk pengelolaan dana investasi dari dana peserta, dan rincian
jumlah hasil investasi yang didapat berdasarkan akad yang digunakan dalam
pengumpulan dan pengelolaan dana tersebut.
Jasindo Syariah mengungkapkan dana investasi dari peserta mengenai
bagaimana pengelolaan dana investasi tersebut sesuai dengan kebijakan akuntansi
dan besarnya jumlah dana investasi berdasarkan akad yang yang digunakan dalam
pengumpulan dan pengelolaan dana investasi. Jasindo Syariah menggunakan akad
wakalah bil ujrah bil mudharabah dalam pengelolaan dana investasi peserta.
dijelaskan secara rinci dalam catatan atas laporan keuangan yang dikeluarkan
dalam bentuk deposito berjangka ke beberapa bank syariah sesuai dengan jumlah
sesuai peraturan yang berlaku. Tingkat bagi hasil yang tercantum dalam laporan
keuangan adalah kisaran 5% sampai dengan 10,5%. Tidak hanya sebatas itu,
Jasindo Syariah juga berinvestasi dalam bentuk sukuk dan unit peryertaan
reksadana.
Penyisihan teknis yang diungkapkan Jasindo Syariah meliputi jenis
penyisihan teknis (saldo awal, jumlah digunakan dan ditambahkan selama periode
16
serta saldo akhir) yang secara jelas dicantumkan dalam laporan surplus (defisit)
underwriting dana tabarru’. Kemudian terkait dasar yang digunakan dalam
penentuan jumlah penyisihan teknis dan perubahan basis yang digunakan. Jasindo
Syariah menyatakan dalam catatan atas laporan keuangan poin pengakuan
pendapatan kontribusi, bahwa dasar yang digunakan adalah Peraturan Menteri
Keuangan No. 228/PMK.010/2012.
Pengakuan terakhir adalah informasi terkait dana tabarru, yaitu pihak yang
menerima likuidasi atas produk atau entitas pengelola, dan jumlah yang dijadikan
dasar penentuan alokasi surplus underwriting. Jasindo syariah biasanya
menentukan pembagian 50% untuk pengelola, 10% untuk peserta dan 40% untuk
dana tabarru. Nisbah ini harus disetujui pada awal transaksi saat melakukan akad,
dan besaran nisbah bisa berubah jika ada penyesuaian terkait hal-hal yang
disebutkan dalam klausula. Pengungkapan yang dilakukan Jasindo Syariah sudah
sesuai dengan PSAK 108 dengan mengungkapkan rincian asset dari dana tabarru,
dana investasi peserta dan entitas pengelola.
17
alasan-alasan yang membuat mereka mentaati ketentuan PSAK. Menurut analisa
peneliti, terdapat beberapa alasan, diantaranya menghindari sanksi, agar laporan
keuangan perusahaan dipercaya investor dan masyarakat, memudahkan kerja
karyawan dengan mengikuti standar yang sudah ada, dan dapat dibandingkan
dengan perusahaan lain dibidangnya.
Setiap penyimpangan aturan, terutama yang bersifat nasional tentu akan
dikenakan sanksi, baik material maupun non material. Sama halnya apabila
perusahaan asuransi syariah tidak menerapkan PSAK yang sesuai, maka akan ada
sanksi non resmi berupa opini tidak wajar untuk laporan keuangannya yang
mungkin akan diberikan auditor. Hal ini tidak secara langsung memberi efek
negatif, namun opini tentang laporan keuangan sangat penting bagi sebuah
perusahaan karena bisa menentukan bagaimana citra perusahaan dimata investor
dan masyarakat. Mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian memberi nilai
tambah dan memperkuat alasan masyarakat untuk percaya dan menggunakan
produk perusahaan tersebut.
Laporan keuangan yang menggunakan PSAK sebagai pedoman
penyusunannya tentu mendapat pandangan positif dibandingkan yang tidak sesuai
PSAK. Oleh karena itu, Jasindo Syariah menyusun laporan keuangan sesuai
dengan PSAK supaya laporan keuangannya dianggap valid dan bisa dipercaya oleh
perusahaan atau masyarakat yang akan menggunakan jasa asuransi. Lebih lanjut,
karena standar yang digunakan dalam penyusunannya sama, hasil dalam laporan
keuangan perusahaan bisa dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lain.
Perbandingan ini bisa membantu perusahaan menilai bagaimana kinerja perusahaan
dalam sektor atau bidang asuransi syariah dalam satu periode. Karena tidak
selamanya penurunan hasil laporan keuangan diartikan lemahna kinerja
perusahaan, aspek eksternal salah satunya keadaan sektor yang bersangkutan juga
menjadi pertimbangan dalam menilai bagaimana pertumbuhan suatu perusahaan.
Penggunaan standar yang telah ada dan beraku secara nasional juga bisa
memudahkan karyawan dan perusahaan. Apabila terdapat perbedaan pendapat dari
pihak internal maupun eksternal terkait laporan keuangan, baik dalam pengakuan
atau pengukuran suatu akun—yang ternyata sudah ada dalam aturan, maka
perusahaan bisa langsung merujuk ada PSAK yang dijadikan pedoman. Hal ini
akan membantu mengurangi konflik beda pendapat perihal laporan keuangan
sesama perusahaan maupun sesama pihak dalam perusahaan yang punya
kepentingan. Namun dengan perusahaan mengikuti PSAK, perusahaan juga harus
terus mengikuti perkembangan yang terjadi dan menyesuaikannya dengan laporan
keuangan supaya tetap relevan dengan keadaan terkini.
PENUTUP
Kesimpulan
1) Mekanisme atau prosedur terkait transaksi asuransi syariah di Jasindo Syariah
sudah baik, mulai awal terjadinya akad dan pengelolaan dana hingga terjadinya
pembayaran klaim. Transaksi yang terjadi di Jasindo Syariah juga
menguntungkan dua pihak, peserta asurasni dan persuahaan sebagai pengelola.
Perusahaan mendapat manfaat berupa ujrah dan bagi hasil dari mengelola dana
dengan akad wakalah bil ujrah bil mudharabah. Peserta merasakan manfaat
mendapat penanggungan risiko hanya dengan membayar premi yang nilainya
lebih kecil dari nilai harta yang ditanggungkan.
18
2) Implementasi akuntansi syariah dalam produk asuransi PT Asuransi Jasindo
Syariah telah dilakukan dengan baik, karena aspek-aspek akuntansi yang
digunakan dalam melaporkan keuangan perusahaan sudah dilakukan sesuai
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Hal ini tercermin dari perlakuan
akuntansi mulai dari pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
asuransi syariah Jasindo Syariah yang telah sesuai dengan PSAK 108 tahun
2009 mengenai akuntansi transaksi asuransi syariah.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya menggunakan satu periode laporan keuangan dan satu
perusahaan, karena PSAK revisi terbaru baru berlaku sejak 1 Januari 2017. Oleh
karena itu penelitian ini masih berpedoman pada PSAK 2009 dengan laporan
keuangan tahun 2016 sebagai gambaran tentang implementasi PSAK 108 pada
praktik dan laporan keuangan produk asuransi kerugian.
Saran
1. Supaya perusahaan terus meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan
mulai menerapkan PSAK 108 revisi terbaru untuk laporan keuangan periode
selanjutnya.
2. Penelitian selanjutnya bisa mengembangkan penelitian ini dengan topik lain
yang berkaitan dengan asuransi syariah, misalnya berfokus pada metode
perhitungan penyisihan, atau penerapan PSAK 108 revisi terbaru dengan
objek penelitian pada jenis asuransi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasan. (2004). Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Prenata
Media.
Amrin, Abdullah. (2011). Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Anwar, Khoiril. (2007). Asuransi Syariah, Halal dan Maslahat. Solo: Penerbit
Tiga Serangkai
Bungan, Burhan. (2011). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Creswell, John W. (2008). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed, Edisi Ketiga Bandung : Pustaka Pelajar.
Dewi, Gemala. (2004). Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian
Syariah Di Indonesia, Jakarta : Kencana.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Ichsan, Nurul. (2016). Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi Umum
Syariah. Jurnal Ekonomi Islam, Volume 7 (2)
Kompas. (2016). Pemahaman Masyarakat Masih Rendah. Diakses dari:
http://cdn.assets.print.kompas.com/baca/ekonomi/finansial/2016/06/01/Pema
haman-Masyarakat-Masih-Rendah?utm_source=bacajuga
19
Moleong, Lexy J.(2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Muhaimin, Iqbal. (2011). Asuransi Umum Syariah dalam Praktik, (Jakarta: Gema
Insani Press.
Muid, Abdul (2014) Analisis mekanisme pengelolaan dana tabarru’ pada PT.
Prudential Life Assurance kantor agency cabang Kudus 1 dalam kajian
hukum Islam. (Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo).
Diakses dari http://eprints.walisongo.ac.id/3576/
Olavia, Lona. (2016). Enam Tantangan Terberat Asuransi Syariah. Diakses:
http://www.beritasatu.com/ekonomi/379181-enam-tantangan-terberat-
asuransi-syariah.html
Otoritas Jasa Keuangan, (2010), Peraturan Menteri Keuangan. Diakses dari:
http://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/asuransi/regulasi-asuransi-
syariah/default.aspx
Rusyidi, Untan Azimar. (2013). Jurnal Ilmiah: Asuransi Syariah Ditinjau Dari
Prinsip Hukum Ekonomi Syariah (Studi Pada PT. Asuransi Takaful Umum
Cabang Pontianak).
Diakses dari: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/nestor/article/view/4207
Sopyan, Ahmad. (2010). Dampak Penerapan PSAK 108 Terhadap Tingkat
Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi Pada Unit
Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967). (Skripsi Sarjana, UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta).
Diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/256
Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta.
Sula, M Syakir. (2000). Asuransi Syariah (Life and General), Konsep dan Sistem
Operasional, Jakarta: Gema Insani.
Wawancara Pribadi dengan, Imam Rosyadi, SE, SAS, AAAIK, AIIS, Kepala
Subdivisi Akuntansi PT. Asuransi Jasindo Syariah. Jakarta, 16 Mei 2017.
Wawancara Pribadi dengan, Wahyudi, SE, AAAIK, Kepala Cabang PT. Asuransi
Jasindo Syariah. Jakarta, 18 Mei 2017
20