Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lembaga keuangan bukan bank mulai banyak didirikan pada


tahun 1972. Lembaga bukan bank ialah semua badan yang
melakukan kegiatan di bidang keuangan, yang secara langsung
ataupun tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan
mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkan ke dalam
masyarakat, terutama guna membiayai investasi perusahaan-
perusahaan1. Salah satu lembaga keuangan bukan bank adalah
perusahaan asuransi, kebutuhan akan jasa perasuransian makin
dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia.

Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan


rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti
risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang
dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan
kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat
mengganggu kesinambungan usahanya. Disamping itu, usaha
perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting
peranannya karena dari kegiatan perlindungan risiko, perusahaan

1
Thamrin Abdullah, Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan,
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012, h. 15

1
2

asuransi menghimpun dana masyarakat dari penerimaan premi2.


Berbagai risiko tersebut mendorong lahirnya asuransi dengan
berbagai bentuk, misalnya asuransi kecelakaan lalu lintas, asuransi
jiwa, asuransi kebakaran, asuransi beasiswa untuk masa depan anak,
asuransi hari tua, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan dalam
bekerja, asuransi kecurian, asuransi mobil hilang, asuransi mobil
tabrakan, asuransi angkutan laut, angkutan udara bahkan orang haji
pun sekarang ini diasuransikan dan sebagainya3.

Perusahaan asuransi muncul karena masyarakat pada


umumnya adalah penghindar risiko. Asuransi menguntungkan
kehidupan masyarakat dengan mengurangi kekayaan yang harus
disisihkan untuk menutupi kerugian akibat kehilangan nyawa atau
harta benda4. Kenyataan ini memberi peluang tersendiri bagi
perusahaan asuransi yang memang menjadikan risiko sebagai obyek
bisnisnya. Sudah barang tentu operasional asuransi ini akan
berbenturan dengan keyakinan keagamaan, lebih- lebih ajaran Islam
dengan prinsip- prinsip hukum bermuamalahnya. Namun
bertambahnya tingkat kemakmuran dan adanya pergeseran budaya
sedikit banyak mengubah pola pandang masyarakat terhadap

2
Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, Jakarta : Bumi Aksara,
2000, h. 1
3
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah,
Bandung : Alfabeta, 2014, h. 42
4
Ktut Silvanita, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta :
Erlangga, 2009, h. 39
3

asuransi yang sebelumnya dianggap sebagai sesuatu yang kurang


penting bahkan tabu dilihat dari sudut pandang keyakinan
keagamaan kini menjadi semacam kebutuhan.

Kebutuhan akan asuransi di satu pihak dan semangat


mengamalkan ajaran Islam di pihak lain menjadi tidak problematis
lagi dengan bermunculannya asuransi Islam yang lazim disebut
takaful, dan takaful akan sangat prospektif sebagai lembaga bisnis
asuransi alternative. Namun perkembangan dan kemajuan takaful
akan sangat tergantung pada tingkat pemahaman masyarakat muslim
khususnya terhadap takaful sebagai asuransi syariah dan
perbedaannya dengan asuransi konvensional.5

Asuransi syariah di Indonesia memiliki peluang bisnis yang


prospektif dikarenakan seiring dengan potensi yang cukup besar.
Pangsa pasar yang sangat besar dari jumlah penduduknya yang
mayoritas beragama Islam ini, menarik perhatian para investor dari
mancanegara untuk melakukan portofolio investasi terhadap usaha
asuransi syariah6. Asuransi syariah berbeda dengan asuransi
konvensional. Pada asuransi syariah setiap peserta sejak awal
bermaksud saling menolong dan melindungi satu dengan yang lain
dengan menyisihkan dananya sebagai iuran kebajikan yang disebut

5
Ali Murtadho, et al. Menuju Lembaga Keuangan yang Islami dan
Dinamis, Semarang : Rafi Sarana Perkasa (RSP),2012, h.81- 82
6
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta : Sinar Grafika,
2008, h. 14
4

Tabarru’. Jadi sistem ini tidak menggunakan pengalihan risiko (risk


transfer) dimana tertanggung harus membayar premi, tetapi lebih
merupakan bagian risiko (risk sharing) dimana para peserta saling
menanggung. Kemudian akad yang digunakan dalam asuransi
syariah harus selaras dengan hukum Islam (syariah), artinya akad
yang dilakukan harus terhindar dari gharar (penipuan), maysir
(perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), di samping
itu investasi dana harus pada objek yang halal thoyyibah bukan
barang haram dan maksiat7.

Keberadaan asuransi syariah di Indonesia mempunyai


market share (pembagian pangsa pasar) tersendiri dalam pencaturan
bisnis usaha perasuransian di tanah air. Tidaklah mengherankan jika
orientasi yang dipakai oleh perusahaan asuransi syariah di Indonesia
saat ini lebih banyak mengejar market dari kalangan intern umat
Islam Indonesia. Secara kuantitatif, jumlah umat Islam di Indonesia
adalah mayoritas dari seluruh jumlah penduduk Indonesia. Suatu hal
yang wajar jika prediksi ke depan akan lebih banyak persaingan
antara perusahaan- perusahaan asuransi syariah untuk menggaet
market lebih besar di kalangan umat Islam.

Data yang ada pada Direktur Jendral Lembaga Keuangan


Direktorat Asuransi Departemen Keuangan Republik Indonesia saat

7
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta :
Kencana, 2009, h. 245-246
5

ini menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan dari


perkembangan usaha asuransi syariah8.Terbukti sampai Agustus
2015, jumlah perusahaan asuransi syariah Indonesia telah menjadi
52. Naik dari posisi tahun 2014 yang hanya 49 perusahaan.
Jumlahnya diyakini akan terus bertambah, karena pada saat ini ada
beberapa izin asuransi syariah, baik unit maupun full fledged masih
dalam proses di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam waktu dekat,
ada juga korporasi perusahaan yang ingin mengembangkan unit
syariah menjadi full fledged (spin off)9. Namun, pangsa pasar alias
market share industri asuransi syariah tahun ini diperkirakan bakal
stagnan. Sentiment positif bagi asuransi syariah terbilang terbatas,
sehingga pertumbuhan bisnis asuransi syariah diproyeksi tertahan.
Perolehan premi asuransi syariah amat bergantung pada lembaga
keuangan seperti perbankan dan perusahaan pembiayaan
(multifinance). Jika berkaca pada kondisi tahun lalu, pertumbuhan
bisnis dua sektor lembaga keuangan tersebut menurun. Otomatis,
dampaknya terasa bagi asuransi syariah.

Tahun ini, market share asuransi syariah diperkirakan di


kisaran 6%. Artinya tidak ada perubahan dibandingkan tahun lalu.
Sekedar gambaran, market share asuransi syariah pada tahun 2015
sebesar 6,5%, sedangkan tahun 2014 di level 5,25%. Tidak banyak

8
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu
Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta : Kencana, 2004, h.160
9
http://www.syariahfinance.com/component/tags/tag/222-asosiasi-
asuransi-syariah-indonesia-aasi.html. Diakses pada 06 Agustus 2016
6

sentiment positif bagi bisnis asuransi syariah tahun ini. Kecuali,


perusahaan melakukan diversifikasi. Sebab, industri otomotif saja
turun 20%, sehingga memukul asuransi umum syariah. Lalu, kredit
bank syariah yang pada 2014 bisa tumbuh 30% namun pada 2015
hanya tumbuh 10% sehingga berdampak pada perolehan asuransi
jiwa. Dan tahun ini bank syariah targetkan tumbuh 10%. Otoritas
Jasa keuangan (OJK) mencatat asset asuransi syariah pada 2015
mencapai Rp 26,51 triliun, naik 18% dibandingkan posisi pada 2014
sebesar Rp 22,36 triliun10.

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset


yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Munawir menyebutkan bahwa
perusahaan- perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar memiliki
dorongan yang kuat untuk menyajikan tingkat profitabilitas yang
tinggi dibandingkan dengan perusahaan- perusahaan yang lebih
kecil.11 Karena semakin besar ukuran atau skala perusahaan maka

10

http://www.asuransimikroindonesia.org/official/blog/2016/03/22/pangsa-pasar-
asuransi-syariah-bakal-stagnan.html. Diakses pada 12 Agustus 2016
11
Novi Sagita Ambarwati, Gede Adi Yuniarta, dan Ni Kadek
Sinarwati,” Pengaruh Modal Kerja, Likuiditas, Aktivitas dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.” E-Journal S1 Akuntansi, Universitas Pendidikan Ganesha, vol.
3 No. 1, 2015
7

akan semakin mudah pula perusahaan memperoleh sumber


pendanaan baik yang bersifat internal maupun eksternal.12

Untuk melihat ukuran perusahaan, para investor melihat dari


besar kecilnya perusahaan. Alasan investor memilih perusahaan
besar disebabkan karena biasanya perusahaan besar memiliki
manajemen yang baik dan kinerja perusahaan yang baik. Dengan
alasan tersebut investor mengharapkan keuntungan yang tinggi.
Investor memilih perusahaan kecil dengan alasan karena biasanya
operasional perusahaan kecil dapat terdeteksi oleh investor. Dengan
demikian investor dapat mengamati secara langsung perkembangan
keuntungan/return pada perusahaan kecil13.

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva,


penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva,
penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan
ukuran perusahaan karena dapat mengawali seberapa besar
perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak
modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin
banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula perusahaan tersebut dikenal oleh masyarakat.
12
Sri Harmuningsih, “ Pengaruh Profitabilitas, Size Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening.” Jurnal
Ekonomi, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, vol. 16 No. 2, 2012
13
Danang Sunyoto, Praktik SPSS Untuk Kasus, Yogyakarta : Nuha
Medika, 2011, h. 228
8

Dari ketiga variabel ini, total aktiva relatif lebih stabil dibandingkan
dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur
ukuran perusahaan.14
Menurut Prastowo, untuk menilai kinerja keuangan suatu
perusahaan diperlukan ukuran- ukuran. Salah satu cara untuk
mempelajari dan mengukur keadaan keuangan perusahaan adalah
dengan analisis rasio keuangan. Bahan untuk mengadakan analisis
rasio adalah laporan keuangan yang secara periodik dikeluarkan
perusahaan. Laporan keuangan dapat berbentuk neraca, laporan rugi
laba, atau laporan aliran kas15

Penilaian kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah dan


perusahaan reasuransi syariah secara teknis telah diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Adapun ketentuan yang
berkaitan dengan asuransi syariah tercantum dalam Pasal 15-18
mengenai kekayaan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip

14
Nila Permata Hati Simbolon,”Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan
dan Kemampulabaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Properti dan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Skripsi Sarjana Ekonomi,
Medan, Universitas Sumatra Utara, 2009
15
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga
Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 132
9

syariah16. Kinerja keuangan bisa dilihat dari laporan keuangan yang


memberikan informasi mengenai posisi kekayaan dan sumber dana
perusahaan, kinerja perusahaan, arus kas perusahaan, dan
pemberdayaan sumber- sumber ekonomi perusahaan. Informasi yang
diberikan dalam laporan keuangan mampu memberikan informasi
keberlanjutan perusahaan, tingkat efisiensi, dan penerapan nilai-
nilai islami perusahaan17.

Laporan keuangan yang akurat dapat membantu


menunjukkan apakah kondisi keuangan perusahaan cukup baik atau
tidak dan apakah perusahaan memperoleh keuntungan. Dengan
menganalisis laporan ini, manajemen perusahaan dapat mengetahui
kecenderungan- kecenderungan (tren) dan problem- problem pada
kegiatan perusahaan serta dapat mengembangkan strategi yang tepat
untuk memperbaiki kinerja perusahaan.18

Informasi struktur keuangan berguna untuk memprediksi


kebutuhan pinjaman di masa depan dan bagaimana penghasilan
bersih (laba) dan arus kas di masa depan akan didistribusikan kepada
mereka yang memiliki hak didalam entitas syariah, selain itu
berguna untuk memprediksi seberapa jauh entitas syariah akan

16
Abddul Ghofur Anshori, Asuransi Syariah Indonesia : Regulasi dan
Operasionalisasinya di dalam Kerangka Hukum Positif di Indonesia,
Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2008, h. 5-6
17
Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi dan Laporan Keuangan Islami,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011, h.159
18
Ali, Asuransi …, h. 91
10

berhasil meningkatkan lebih lanjut sumber keuangannya. Informasi


likuiditas dan solvabilitas berguna untuk memprediksi kemampuan
entitas syariah dalam pemenuhan komitmen keuangannya pada saat
jatuh tempo. Informasi kinerja entitas syariah, terutama profitabilitas
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi
yang mungkin dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi
kapasitas entitas syariah dalam menghasilkan arus kas dari sumber
daya yang ada. Disamping itu, informasi tersebut juga berguna
dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas entitas syariah
dalam memanfaatkan sumber daya19.

Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang


terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal,
disamping hal- hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang
maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat
banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan serta meningkatkan
mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu,
manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu
untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besarnya
keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan

19
Slamet Wiyono, Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia,
Banten : Shambie Publisher, 2009, h. 75-77
11

bukan berarti asal untung.20. Maka wajar apabila profitabilitas


menjadi pehatian utama para analis dan investor. Tingkat
profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolok ukur bagaimana
perusahaan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dengan
memperoleh keuntungan yang memadai dibanding dengan
risikonya.21
Asuransi Al Amin merupakan perusahaan asuransi jiwa
murni syariah yang menaruh perhatian bagi perkembangan
perasuransian di Indonesia khususnya perkembangan dan kebutuhan
masyarakat untuk dapat bermuamalah berdasarkan syariah Islam.
Asuransi Al Amin mendapatkan izin usaha di bidang asuransi jiwa
berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 30 April 2010. Dalam
waktu yang relatif singkat asuransi Al Amin menjadi perusahaan
asuransi syariah yang amanah dan terpercaya dan telah mendapatkan
tanggapan yang sangat baik dari masyarakat khususnya dari insan-
insan pemerhati industri perasuransian ditanah air. Hal ini dibuktikan
dengan diperolehnya serangkaian penghargaan dan mencapai ekuitas
sebesar Rp 100 milyar kebawah di tahun 2012 dan 2014.

Berdasar latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud


mengadakan penelitian yang membahas tentang “Pengaruh Ukuran

20
kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2008, h.196
21
Toto Prihadi, Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasio
Keuangan, Jakarta : PPM, 2008, h.51
12

Perusahaan, Tingkat Solvabilitas Dan Likuiditas Terhadap


Profitabilitas Asuransi Jiwa Syariah Al Amin.”

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan-


permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas


Asuransi Jiwa Syariah Al Amin ?
2. Apakah tingkat solvabilitas berpengaruh terhadap profitabilitas
Asuransi Jiwa Syariah Al Amin ?
3. Apakah tingkat likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas
Asuransi Jiwa Syariah Al Amin ?
4. Apakah ukuran perusahaan, tingkat solvabilitas dan likuiditas
berpengaruh secara bersama- sama terhadap profitabilitas
Asuransi Jiwa Syariah Al Amin ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan
terhadap profitabilitas Asuransi Jiwa Syariah Al Amin
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat
solvabilitas terhadap profitabilitas Asuransi Jiwa Syariah Al
Amin
13

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat likuiditas


terhadap profitabilitas Asuransi Jiwa Syariah Al Amin
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran
perusahaan, tingkat solvabiitas dan likuiditas secara bersama-
sama terhadap profitabilitas Asuransi Jiwa Syariah Al Amin
Penelitian ini memiliki manfaat:
1. Sebagai bahan evaluasi kinerja keuangan bagi Asuransi Jiwa
Syariah Al Amin dalam rangka mengevaluasi strategi keuangan
secara menyeluruh yang telah dijalankan dan berkaitan dengan
usaha lembaga untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan
2. Memberi manfaat secara teori dan aplikasi terhadap
pengembangan ilmu ekonomi Islam
3. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut

1.4 Sistematika Penulisan


Penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab sebagai berikut:

Bab I, merupakan Pendahuluan yang menjelaskan,


perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka yang menjelaskan deskripsi teori


tentang ukuran perusahaan, solvabilitas, likuiditas, profitabilitas,
asuransi syariah, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritik,
dan hipotesis penelitian
14

Bab III Metode Penelitian, berisi jenis dan sumber data,


metode pengumpulan data, variabel penelitian, dan metode analisis
data.

Bab IV Analisis Data dan Pembahasan, akan menguraikan


tentang gambaran umum objek penelitian, analisis data dan
interprestasi data.

Bab V Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai