ASURANSI SYARIAH
A. PENGERTIAN
Pengertian asuransi secara umum yaitu perjanjian antara penanggung
(perusahaaan asuransi) dengan tertanggung untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung atas resiko kerugian yang tertera didalam perjanjian dan tertanggung
berkewajiban membayara premi kepada perusahaan asuransi.
Pengertian asuransi syariah itu sendiri adalah saling menanggung atau
tanggung jawab sosial. Intinya asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara
manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang baragam yang akan
terjadi dalam kehidupannya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam
aktivitasnya.
B. SEJARAH
Perkembangan Asuransi syariah Di Indonesia
1. 1994
Perusahaan asuransi pelopor asuransi berbasis syariah adalah PT Syarikat Takaful
lndonesia (Takaful lndonesia).
2. 2010-2011
Mulai menjadi tren di Indonesia, ditandai dengan banyaknya pemilik modal yang
berani melakukan investasi. Pendapatan premi asuransi syariah sendiri mencapai
nilai Rp 4,97 triliun pada 2011.
3. 2011 – Sekarang
Semakin berkembang, dengan semakin banyaknya asuransi syariah seiring dengan
perkembangan perbankan syariah, termasuk perusahaan asuransi umum seperti
Sunlife dan Alianz, juga menerbitkan produk asuransi berbasis syariah.
C. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum asuransi syariah di Indonesia antara lain:
Dasar hukum dalam Al Quran dan Hadist:
1) Al Maidah ayat 2,
2) An Nisaa ayat 9
D. AKAD
Akad dalam asuransi syariah :
a. Akad Tabarru’ (Fatwa DSN No.53/DSN-MUI/III/2006)
Akad Tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan antar peserta
pemegang polis. Akad Tabarru’ bertujuan untuk tolong-menolong, tidak untuk
komersial.
b. Akad Wakalah bil Ujrah (Fatwa DSN No.52/DSN-MUI/III/2006)
Akad Wakalah bil Ujrah dilakukan antara perusahaan asuransi dengan peserta,
yaitu di mana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi dengan
imbalan pemberian ujrah (fee).
c. Akad Mudharabah (Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001)
Dalam akad mudharabah, perusahaan bertindak sebagai mudharib(pengelola)
dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (peserta), Peserta memberikan kuasa
kepada Pengelola untuk mengelola dana tabarru’, sesuai dengan kuasa dan wewenang
yang diberikan dengan mendapatkan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang
besarnya telah disepakati bersama.
E. PERBEDAAN
a. Kontrak/Perjanjian/ Akad
Kontrak/Akad pada asuransi syariah adalah akad hibah (jenis akad tabbarru’)
sebagai bentuk ta’awwun (tolong menolong/saling menanggung risiko di antara
peserta) sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan kontrak pada asuransi konvensional
yaitu kontrak pertanggungan oleh perusahaan asuransi kepada peserta asuransi
sebagai tertanggung.
b. Kepemilikan Dana
Proteksi Syariah menerapkan kepemilikan dana bersama (dana kolektif para
peserta). Jika ada peserta yang mengalami musibah maka peserta lain akan membantu
(memberikan santunan) melalui kumpulan dana tabarru’. Ini adalah bagian dari
prinsip sharing of risk. Sharing of risk ini tidak berlaku pada asuransi konvensional,
di mana perusahaan asuransi yang mengelola dan menentukan dana perlindungan
nasabah yang berasal dari pembayaran premi per bulan.
c. Memiliki Dewan Pengawas Syariah
Berbeda dengan konvensional, untuk memastikan prinsip syariah maka,
perusahaan asuransi syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang
melakukan fungsi pengawasan terhadap pemenuhan prinsip syariah pada kegiatan
usaha lembaga keuangan syariah, termasuk proteksi syariah
d. Halal
Investasi berbentuk Tabarru’ dilakukan sesuai syariat Islam, sehingga
portofolio investasi hanya akan melibatkan instrumen yang halal saja.
Sumber :
Abdullah, Muh. Ruslan., dan Fasiha Kamal.2014.Pengantar Islamic Economics Mengenal Konsep
dan Praktek Ekonomi Islami. Makassar:LIPa (Lumbung Informasi Pendidikan).
Tjahjawulan, Indah dan Yuke Ratna Permatasari. 2018. Islam, Perdagangan, Pasar Global.
Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tarmizi, Erwandi.2018.Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor:Berkat Mulia Insani