Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERTEMUAN KELIMA (5)

“Kegiatan Pada Perusahaan Asuransi Syariah”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Lembaga
Keuangan Non Bank.

Dosen Pengampu :
Nasrulloh, S.E.I., M.E

Disusun oleh:
Putri Damayanti (200721100148)

Ekonomi Syariah
Fakultas Keislaman
Universitas Trunojoyo Madura
Tahun Akademik 2022/2023
A. Dasar-Dasar Konsep Dari Asuransi syariah
Secara konsep, asuransi syariah dengan sharing of risk artinya membagi
risiko yang ada ke sesama anggota dengan akad hibah1 sehingga perusahaan
asuransi syariah disebut sebagai operator, bukan penanggung seperti pada
asuransi konvensional, dan nasabah disebut sebagai peserta, bukan tertanggung.
Kata operator tidak dipergunakan dalam tulisan ini, Hubungan antara risiko dan
asuransi merupakan hubungan yang erat satu sama lain. Yang satu akan selalu
melekat dan mengikuti yang lain. Tidak mungkin berbicara asuransi tanpa
membahas masalah risiko. Oleh sebab itu, asuransi sering juga disebut risk
business.2 konsep tabarru’ sebagai dasar bagi sistem asuransi syariah juga dapat
diaplikasikan dan memberi kemaslahatan bagi orang banyak.3
Tabarru’ bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas utnuk
tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta asuransi syariah, ketika di
antara mereka ada yang mendapat musibah. Menurut fatwa DSN MUI No.
53/DSNMUI/III/2006 tentang akad tabarru’, pada asuransi dan reasuransi
syariah, bahwa akad tabarru’ pada asuransi syariah dan reasuransi adalah semua
bentuk akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan
tolong menolong antara peserta, bukan tujuan komersial.4
Peserta asuransi syariah saling tolong menolong dan melindungi melalui
kontribusi ke Dana Tabarru. Dana tabarru yaitu kumpulan dana kebajikan dari
uang kontribusi para peserta Asuransi Jiwa Syariah yang setuju untuk saling
bantu apabila terjadi risiko di antara mereka. Dana ini kemudian dikelola sesuai
prinsip Syariah dan di bawah pengawasan Dewan Pengawas Syariah (DPS)3
untuk menghadapi risiko tertentu. Apabila terjadi risiko terhadap peserta,
santunan asuransi akan dibayarkan dari Dana Tabarru. Konsep ini juga dikenal
sebagai risk sharing. Sementara, dalam Asuransi Jiwa Konvesional, Nasabah
membayarkan sejumlah premi atas proteksi yang dibelinya ke perusahaan
asuransi. Apabila terjadi risiko atas nasabah, perusahaan asuransi jiwa akan
1
https://masoemuniversity.ac.id/berita/dasar-%E2%80%93-dasar-konsep-asuransi-
konvensional-dan-asuransi-syariah.php. Diakses senin jam 22.30.
2
Khoiril Anwar. Asuransi syariah, halal & maslahat. Tiga Serangkai, 2007.hal 8.
3
Nurul Ichsan. "Pengantar Asuransi Syariah." (2014).hal 72.
4
Muhammad Ajib. Asuransi syariah. Vol. 194. Lentera Islam, 2019. hal 61.

1
memberikan sejumlah santunan asuransi. Konsep ini juga dikenal sebagai risk
transferring. 5
. Sistem operasional asuransi syariah adalah menggunakan dua
akad, yaitu akad tabarru’ dan akad mudharabah. Dengan adanya dua akad ini
maka unsur gharar, maysir dan riba dapat dihilangkan, Penjelasan lebih gamblang
berkaitan dengan hal ini diberikan oleh Syafi’i. Antonio. Menurut Syafi’i
Antonio, masalah gharar dalam asuransi jiwa syariah dapat dieliminir karena
akad yang dipakai adalah akad takafuli atau akad tolong-menolong dan saling
menjamin. “Dalam konsep asuransi syariah, semua peserta asuransi menjadi
penolong dan penjamin satu sama lainnya. Jika peserta (A) meninggal, peserta
(B), (C), hingga (Z) turut membantunya. Demikian pula sebaliknya”.6

B. Sistem, Mekanisme Asuransi Syariah


Sistem operasional asuransi syariah (takaful) adalah saling bertanggung jawab,
bantu-membantu dan saling melindungi antara para pesertanya, Perusahaan
asuransi syariah diberi kepercayaan atau amanah oleh para peserta untuk
mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang halal dan memberikan
santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi dalam polis. Para peserta
berkedudukan sebagai pemilik modal (shâhibu al-mâl) dan perusahaan asuransi
sebagai pemegang amanah (mudhârib). Keuntungan yang diperoleh dari
pengembangan dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan dengan
ketentuan nisbah yang telah disepakatidi awal perjanjian. Dalam mekanisme
asuransi jiwa syariah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:7
1. Sistem pada produk saving (ada unsur tabungan)
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang premi secara teratur kepada
perusahaan asuransi. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta akan dipisah
dalam dua rekening yang berbeda yaitu rekening tabungan peserta dan rekening
tabarru’. Rekening tabungan peserta merupakan dana milik peserta yang
dibayarkan bila:

5
Hadi Daeng Mapuna. "Asuransi Jiwa Syariah; Konsep dan Sistem Operasionalnya." Al-
Risalah 19.1 (2019): 159-166.Hal160.
6
Ibid.hal 164-165.
7
Muhammad Ajib. Asuransi syariah. Vol. 194. Lentera Islam, 2019. hal 71-72.

2
- Perjanjian berakhir
- Peserta mengundurkan diri dan
- Peserta meninggal dunia.
Rekening tabarru’ merupakan kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan
oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan
saling membantu, yang dibayarkan apabila: - Peserta meninggal dunia - Perjanjian
berakhir (jika ada surplus dana) Sistem inilah sebagai implementasi dari akad
takafuli dan akad mudhârabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari
unsur gharar dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana peserta ini diinvestasikan
setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi reasuransi), akan dibagi
meurut prinsip mudhârabah. Presentase pembagian mudhârabah dibuat dalam
suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan
peserta, misalnya dengan 70: 30, 60: 40, dan seterusnya.
2. Sistem pada produk non saving (tidak ada unsur tabungan)
Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening
tabarru’ perusahaan. Yaitu kumpulan dana peserta yang diniatkan oleh peserta
sebagai iuran dan kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong. Kumpulan dana
peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam. Dibayarkan apabila
peserta:
- Peserta meninggal dan
- Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana).
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam.
Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim
dan premi reasuransi) setelah dikeluarkan zakatnya, akan dibagi antara peserta dan
perusahaan menurut kesepakatan dalam suatu perbandingan (porsi bagi hasil)
tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dengan peserta. Dapat
disimpulkan dari pemaparan di atas, bahwa perusahaan sebagai pemegang amanah
oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang
halal dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi dalam
polis. Adapun mekanisme asuransi jiwa syariah terbagi menjadi dua, mulai dari,
sistem yang mengandung unsur tabungan dan sistem yang tidak mengandung

3
unsur tabungan. Semua premi yang masuk merupakan dana peserta setelah
dikurangi fee perusahaan atas jasa pengelolaan dana. Ketika terjadi klaim
perusahaan tidak mengeluarkan dana apa pun dari kas perusahaan karena
penggantian klaim diambil dari dana tabarru’ peserta

C. Alur Transaksi Asuransi Syariah


Transaksi asuransi syariah yang dimaksud dalam Pernyataan ini adalah
transaksi yang terkait dengan kontribusi peserta, surplus dan defisit underwriting,
penyisihan teknis, dan saldo dana tabarru’.
Berbeda dengan PSAK 108 yang disahkan di tahun 2009, PSAK 108 (revisi
2016) memberikan definisi asuransi jangka pendek dan jangka panjang.
Klasifikasi tersebut mengacu ke PSAK 28: Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian
dan PSAK 36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa.
Akad asuransi syariah jangka pendek adalah akad asuransi syariah yang
memberi proteksi untuk periode sampai dengan dua belas bulan, atau memberi
proteksi untuk periode lebih dari dua belas bulan dan memungkinkan penyesuaian
persyaratan akad pada ulang tahun polis. Akad asuransi syariah jangka panjang
adalah akad asuransi syariah selain akad asuransi syariah jangka pendek.Dalam
hal pengakuan awal, kontribusi peserta diakui sebagai pendapatan dari dana
tabarru’ dengan ketentuan sebagai berikut:8
a. untuk akad asuransi syariah jangka pendek, kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dari dana tabarru’ sesuai periode akad asuransi;
b. untuk akad asuransi syariah jangka panjang, kontribusi peserta diakui
sebagai pendapatan dari dana tabarru’ pada saat jatuh tempo pembayaran dari
peserta.
Penyisihan Teknis, Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:

8
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-71-psak-108-
akuntansi-transaksi-asuransi-syariah. diakses selasa jam 22:08.

4
a. Kontribusi yang belum menjadi hak dihitung secara individual dari setiap
pertanggungan dan besarnya penyisihan ditetapkan secara proporsional
dengan jumlah proteksi yang diberikan.
b. Manfaat polis masa depan dihitung dengan mencerminkan estimasi
pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan dan penerimaan kontribusi
peserta di masa mendatang, dengan mempertimbangkan estimasi tingkat
imbal hasil investasi dana tabbaru’.
c. Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar estimasi jumlah klaim yang
masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah perkiraan tersebut harus
mencukupi untuk mampu memenuhi klaim yang terjadi dan dilaporkan
sampai dengan akhir periode pelaporan.
d. Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar estimasi jumlah
klaim yang akan dibayarkan pada tanggal pelaporan berdasarkan pada
pengalaman masa lalu yang terkait dengan klaim paling kini yang dilaporkan.
e. Perhitungan penyisihan teknis tersebut memasukan bagi

D. Keunggulan dan Kelemahan dari Asuransi Syariah dengan LKS Non


Bank lain
Konsep dasar asuransi syariah ini sangat sesuai dengan budaya masyarakat
Indonesia, yang gemar bergotong-royong untuk saling tolong-menolong. Oleh
sebab itu, produk asuransi syariah bersifat universal. Tidak terbatas pada pemeluk
agama Islam saja, melainkan boleh dimiliki oleh siapa pun.Dengan prinsip tolong-
menolong, asuransi syariah punya keunggulan dan manfaat yang beragam.
Berikut ini keunggulan asuransi syariah, yang dapat membantu kamu untuk lebih
paham akan manfaatnya.9
1. Pembagian keuntungan yang proporsional
Dalam asuransi syariah, profit dari hasil investasi dapat dibagikan ke masing-
masing peserta dan pengelola asuransi syariah itu sendiri. Hal ini tergantung akad

9
https://avrist.com/lifeguide/2021/04/14/keunggulan-asuransi-syariah/. Diakses selasa
jam 22:13.

5
yang telah disepakati. Ini berbeda dengan asuransi konvensional, di mana profit
dari hasil investasi akan menjadi milik perusahaan.
2. Tidak ada unsur riba dan gharar
Asuransi syariah dibangun dengan prinsip syariat Islam, jadi sudah tentu
tidak mengandung riba maupun sesuatu yang tidak pasti (gharar). Seluruh
pengelolaan dana tabarru’ dilakukan secara transparan sehingga dapat
mengoptimalkan keuntungan bagi masing-masing peserta.
3. Diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah
Seluruh produk asuransi syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah,
sehingga pengelolaan dananya tetap mengikuti kaidah-kaidah syariat Islam. Jadi,
kamu nggak perlu khawatir dana kamu akan hangus tiba-tiba, karena dana yang
terkumpul dikelola secara transparan.
4. Berlandaskan Quran dan Hadist
Inilah landasan utama dari produk asuransi syariah. Di mana setiap unsur,
pengelolaan, sistem penjualan, hingga pembagian hasil, menggunakan prinsip
yang sesuai dengan Quran dan Hadist. Kamu nggak perlu ragu lagi akan adanya
bunga atau biaya tak pasti, karena prinsip syariah mengutamakan kepastian yang
sesuai dengan akad/perjanjian.
Salah satu yang menjadi kekurangan dari asuransi syariah pertama adalah
terbatasnya jenis pilihan investasi, karena beberapa larangan keras pada produk
investasi yang tidak diperbolehkan seperti memiliki indikasi mengandung riba,
gharar (ketidakjelasan dana) dan maisir (judi). Sehingga dana premi dari
pemegang polis akan dikelola dan diinvestasikan sesuai dengan ketentuan tersebut
dari awal agar terhindari dari transaksi terlarang. Kedua Kekurangan asuransi
syariah adalah masih minimnya pemahaman dari produk asuransinya, agen
asuransi syariah yang masih sedikit dibandingkan asuransi konvensional, dan
instrumen investasi lebih sedikit karena harus disesuaikan dengan ajaran Islam
yaitu harus halal. serta perusahaan asuransi syariah yang sedikit, dan tidak
memiliki cabang yang luas di Indonesia.10
10
https://moneyduck.com/id/forums/700-apa-kekurangan-asuransi-syariah/. diakses
selasa jam 22:08.

6
E. Perbedaan dan persamaan Asuransi syariah dengan LKS Non Bank lain
1. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Konvensional Dibandingkan asuransi
konvensional
Asuransi syariah memiliki perbedaan mendasar dalam beberapa hal, yaitu:11
 Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong). Dimana
nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami
kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual-beli
antara nasabah dengan perusahaan).
 Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi)
diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil
(mudhârabah).Sedangkan pada asuransi konvensional, investasi dana
dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga Premi yang terkumpul
diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya sebagai
pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada asuransi
konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaanlah yang
memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana
tersebut.
 Bila ada peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim nasabah
dana diambilkan dari rekening tabarru’ (dana sosial) seluruh peserta yang
sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong-menolong. Sedangkan dalam
asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik
perusahaan.
 Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam
asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan.
Jika tak ada klaim, nasabah tak memperoleh apa-apa.Adanya Dewan
Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu
keharusan.
 Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen, produk serta kebijakan
investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam.
11
Muhammad Ajib. Asuransi syariah. Vol. 194. Lentera Islam, 2019. hal 58-60

7
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa letak perbedaan antara
asuransi syariah dan asuransi konvensional adalah bagaimana resiko itu dikelola
dan ditanggung.
2. Persamaan Asuransi Syariah dengan Konvensional Dibandingkan asuransi
konvensional12
 Kegiatan Akad Sama-sama Atas Kerelaan Masing-masing PihakSecara
istilah akad merupakan sesuatu yang menghubungkan kehendak antara
satu pihak dengan pihak yang lain dalam bentuk tertentu yang
menyebabkan adanya kewajiban untuk melakukan suatu tindakan.Dalam
konteks asuransi, baik asuransi syariah maupun asuransi konvensional
menggunakan prinsip kerelaan semua pihak. Sehingga ketika sudah terjadi
akad, masing-masing pihak pastinya sudah mengetahui hal-hal apa saja
yang menjadi tanggung jawabnya.
 Sama-sama Mempunyai Akad yang Bersifat Terus-menerus
(Mustamir)Masih berhubungan dengan akad yang merupakan bagian
penting dalam asuransi. Baik asuransi syariah maupun asuransi
konvensional mempunyai kontrak jangka panjang yang telah dipahami dan
disetujui oleh masing-masing pihak.Jika kamu melakukan suatu
pelanggaran, maka akan mendapatkan hadiah sanksi.Sehingga, dalam hal
ini kedua jenis asuransi tersebut sama-sama menggunakan akad yang
terus-menerus.
 Sama-sama Memberikan Jaminan Keamanan Bagi
AnggotanyaMeminimalkan resiko menjadi tujuan atas jaminan yang
diberikan oleh perusahaan asuransi syariah maupun asuransi
konvensional.Keamanan akan terjamin selama menggunakan perusahaan
asuransi yang resmi dan terdaftar secara legal.
 Sama-sama dijalankan Atas Kesepakatan Masing-masing PihakBaik
asuransi syariah dan asuransi konvensional dijalankan atas kesepakatan

12
https://www.mingseli.id/2020/11/persamaan-asuransi-syariah-dan-konvensional.html?
m=1. diakses selasa jam 22:08.

8
yang sudah disepakati oleh semua pihak. Hal ini bisa menjauhkan dari rasa
curiga.
 Perusahaan Asuransi Hanya Sebagai Fasilitator dan
IntermediasiPerusahaan asuransi merupakan media hubungan struktural
antara penyetor premi dengan penerima pembayaran klaim.

F. Permasalahan global dari Asuransi Syariah


Tantangan-tantangan yang di hadapi oleh industri asuransi syariah Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa masih banyak tantangan bagi
industri asuransi di Indonesia untuk terus berkembang di masa-masa mendatang.
Hasil survey literasi keuangan yang dilakukan OJK pada 2013 diketahui hanya 18
persen masyarakat yang memahami produk asuransi dan baru 12 persen
masyarakat yang memanfaatkan produk asuransi.Untuk terus tumbuh maka
industri asuransi harus mampu mengoptimalkan berbagai macam langkah guna
memberi edukasi mengenai pentingnya memiliki asuransi. Suatu industri ingin
maju maka harus didukung oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang
mungkin menjadi tantangan industri asuransi Indonesia kedepan adalah:13
1. Perlambatan ekonomi yang akan menurunkan permintaan (demand) pasar
asuransi dan juga kondisi pasar modal, pertumbuhan asuransi umum
tergantung kinerja sektor riil dengan melambatnya perekonomian pada satu
sampai dua tahun terakhir ini membuat indutri asuransi menghadapi
perlambatan pertumbuhan karena masyarakat lebih memilh untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya dahulu ketimbang untuk ikut asuransi.
2. Dari sisi permodalan industri asuransi dalam hal ini perusahaanasuransi harus
memenuhi kebutuhan modal minimal sekitar Rp. 100 miliar.
3. Adanya kompetisi terbuka untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) dimana Indonesia ikut serta di dalamnya.
4. Kurangnya sumber daya manusia yang paham dengan asuransi syariah.

13
Herry Ramadhani. "Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuransi Syariah di
Indonesia." Al-Tijary (2015): hal 65-66.

9
5. Masih rendahnya kesadaran pentingnya asuransi bagi masyarakat, rendahnya
pertumbuhan asuransi salah satunya diakibatnya rendah pendidikan
masyarakat Indonesia dan juga masyarakat masih anti dengan asuransi.
6. Banyak produk asuransi yang masih konvensional.
7. Masih kurangnya produk-produk asuransi yang bisa menjangkau kelas
menengah bawah dan kelas bawah, karena selama ini asuransi adalah produk
yang biayanya sangatmahal inovasi produk-produk asuransi yang rendah.
8. Terbatasnya kapasitas risk coverageindustri asuransi nasional. Kapasitas
perusahaan asuransi dan reasuransi nasional kita masih relatif terbatas untuk
dapat mencakup risiko terutama projek-projek berskala besar.
9. Rendahnya aksesibilitas dan distribusi produk asuransi ditengah-tengah
masyarakat. Kehadiran kantor asuransi di daerah-daerah masih tergolong
rendah.
10. Susah jika melakukan klaim asuransi. Jauhnya masyarakat terhadap produk
asuransi selain dari tingkat literasi keuangan yang masih kurang

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Khoiril. Asuransi syariah, halal & maslahat. Tiga Serangkai, 2007.


Ajib, Muhammad. Asuransi syariah. Vol. 194. Lentera Islam, 2019.
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-71-psak-
108-akuntansi-transaksi-asuransi-syariah.
https://avrist.com/lifeguide/2021/04/14/keunggulan-asuransi-syariah/.
https://moneyduck.com/id/forums/700-apa-kekurangan-asuransi-syariah/.
https://www.mingseli.id/2020/11/persamaan-asuransi-syariah-dan
konvensional.html?m=1.
https://masoemuniversity.ac.id/berita/dasar-%E2%80%93-dasar-konsep-asuransi-
konvensional-dan-asuransi-syariah.php.
Ichsan, Nurul. "Pengantar Asuransi Syariah." (2014).
Mapuna, Hadi Daeng. "Asuransi Jiwa Syariah; Konsep dan Sistem
Operasionalnya." Al-Risalah 19.1 (2019): 159-166.
Ramadhani, Herry. "Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuransi Syariah di
Indonesia." Al-Tijary (2015):

11

Anda mungkin juga menyukai