DOSEN PENGAMPU :
Rahmawati, SE., MM., Ph.D.
DISUSUN OLEH :
Mohammad Iqbal Asseghaf 11190820000041
Muhammad Imam Adamy 11190820000105
Muhammad Dava Fajri Firdaus 11190820000106
Fachriza Ramadhan 11190820000110
Muhammad Akmal Rafi Anas 11190820000117
Muhammad Rifaldi 11190820000154
Muhammad Vibran Rahadian Azis 11190820000159
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pelaksanaan perjanjian asuransi syariah harus terbebas dari hal riba, gharar
dan maisir. Dari definisi tersebut jelas bahwa dalam menanggung kemungkinan
terjadinya resiko, para peserta asuransi bersama-sama mendermakan hartanya dalam
bentuk dana tabarru’ dan menggunakannya untuk membantu salah satu peserta yang
tertimpa musibah atau risiko. Jadi letak perbedaaan antara asuransi syariah dan
asuransi konvensional adalah pada bagian risiko itu dikelola dan ditanggung dan
bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan lain terletak pada hubungan
antara operator (penanggung) dengan peserta (tertanggung), dimana asuransi syariah
pengaturan pengelolaan resikonya memenuhi ketentua syariah, tolong menolong serta
mutual yang melibatkan peserta dan operator. Ada beberapa prinsip dalam asuransi
syariah. Berikut diantaranya :
1
2
3
4
Sementara itu, didalam Pasal 42 dijelaskan tugas dan tanggung jawab tenaga
ahli perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah. Tugas dan tanggung jawab
tenaga ahli perusahaan asuransi yaitu; melakukan evaluasi penerapan manajemen
underwriting asuransi di perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau unit
syariah pada perusahaan asuransi; melakukan evaluasi atas aspek teknis dalam proses
reasuransi di perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau unit syariah pada
perusahaan asuransi, dan melakukan evaluasi atas aspek teknis dalam proses
penyelesaian klaim di perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau unit
syariah pada perusahaan asuransi, turut serta dalam penerapan manajemen risiko di
perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah atau unit syariah pada perusahaan
asuransi, dan tugas dan tanggung jawab lain yang ditetapkan oleh perusahaan
asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau unit syariah pada perusahaan asuransi.
Dalam pasal 29, dijelaskan bahwa dalam hal pembayaran premi atau
kontribusi yang diterima oleh perusahaan pialang asuransi atau perusahaan pialang
reasuransi telah diserahkan kepada perusahaan atau unit syariah, pembayaran klaim
atau manfaat yang timbul merupakan tanggung jawab perusahaan atau unit syariah.
Didalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010, dijelaskan tentang
pemisahaan kekayaan dan kewajiban, ayat 1-3 berisi; perusahaan wajib memisahkan
5
kekayaan dan kewajiban dana tabarru dari kekayaan dan kewajiban perusahaan,
perusahaan asuransi jiwa yang memasarkan produk asuransi dengan prinsip syariah
yang mengandung unsur investasi wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban dana
investasi peserta dari kekayaan dan kewajiban perusahaan maupun dari kekayaan dan
kewajiban dana tabarru, dan perusahaan wajib membuat catatan terpisah untuk
kekayaan dan kewajiban perusahaan, dana tabarru’, dan dana investasi peserta.
1. Akad Tabarru’ (Tolong Menolong)
7
Dalam konteks investasi. Seseorang tentu saja akan membutuhkan dana yang
nantinya akan digunakan untuk keperluan masa depan, contohnya saja untuk dana
8
pernikahan, atau dana untuk pendidikan sekolah anak, atau juga dana untuk membeli
rumah nanti. Oleh karena itulah dilakukan investasi, di mana investasi ini dilakukan
agar dana yang ditabung dan diinvestasikan nantinya akan berkembang (gain) dan
akhirnya akan mendapatkan profit. Sedangkan dalam konteks investasi dalam
asuransi, seperti yang kita ketahui adalah bahwa kita sebagai manusia tentu saja boleh
berencana, namun keputusan akhir dari rencana kita serta takdir kehidupan kita tentu
saja berada di tangan Tuhan YME. Bagaimana jika nantinya kita dipanggil lebih dulu
untuk menghadap-Nya? Siapa yang nantinya akan meneruskan setoran investasi yang
sebelumnya kalian sudah lakukan? Dari kasus tersebut, tentu saja kita akan
membutuhkan suatu “alat” yang akan tetap melindungi investasi yang kita lakukan
agar tetap terjaga pertumbuhan dananya meskipun kita sudah tidak ada lagi di dunia.
Alat tersebut adalah asuransi dwiguna, yaitu asuransi yang menjamin dan
memberikan proteksi terhadap investasi.
tabungan yang sudah disetorkan dan bagi hasil tabungannya. Dalam hal investasi,
selain pertimbangan profitabilitas, kesesuaian usaha dengan ketentuan syariah
merupakan faktor penentu kepuutusan investasi. Oleh karena itulah, peran dari DSN
atau Dewan Pengawas Syariah menjadi sangat penting dan krusial mengingat hal ini
tidak ditemukan dalam sistem asuransi konvensional.
1. Saham Syariah
Saham dari kata Suhman artinya nasib atau bagian. Saham juga dari kata Siham
berarti busur panah. Jadi, saham adalah surat berharga kepemilikan perusahaan,
yang memberikan hak untuk ikut serta mengatur perusahaan, yang memberikan
keuntungan dan kerugian.
2. Obligasi Syariah
Sebagaimana fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002,
obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo.
3. Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal sebagai pemilik dana (shahibul maal) untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi sebagai
wakil shahibul maal menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam. Pemilik dana
(investor) yang menginginkan investasi halal akan mengamanahkan dananya
dengan akad wakalah kepada Manajer Investasi. Reksadana syariah akan
bertindak dalam akad mudharabah sebagai mudharib yang mengelola dana milik
bersama dari para investor.
4. Deposito Mudharabah
Dalam operasionalisasi di dunia perbankan, deposito mudharabah mempunyai
karakteristik tersendiri, yaitu: Pertama, kedua belah pihak yangmengadakan
10
Pelaksanaan perjanjian asuransi syariah harus terbebas dari hal riba, gharar
dan maisir. Dari definisi tersebut jelas bahwa dalam menanggung kemungkinan
terjadinya resiko, para peserta asuransi bersama-sama mendermakan hartanya dalam
bentuk dana tabarru’ dan menggunakannya untuk membantu salah satu peserta yang
tertimpa musibah atau risiko. Jadi letak perbedaaan antara asuransi syariah dan
asuransi konvensional adalah pada bagian risiko itu dikelola dan ditanggung dan
bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan lain terletak pada hubungan
antara operator (penanggung) dengan peserta (tertanggung), dimana asuransi syariah
pengaturan pengelolaan resikonya memenuhi ketentua syariah, tolong menolong serta
11
mutual yang melibatkan peserta dan operator. Ada beberapa prinsip dalam asuransi
syariah. Berikut diantaranya :
Penyajian;
12
2.7 Akuntansi untuk Konstribusi Peserta, Alokasi Surplus dan defisit Underwriter.
Akuntansi untuk transaksi asuransi syariah sendiri telah diatur dalam PSAK
No. 108 yang secara resmi dikeluarkan oleh DSAK Syariah pada bulan April 2009
dan berlaku efektif per 1 Januari 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah merupakan PSAK
yang ditujukan untuk entitas asuransi syariah dan hanya mengatur tentang transaksi
asuransi syariah secara resmi. Pada PSAK 108 paragraf 03 menyatakan bahwa hanya
mengatur kontribusi peserta, alokasi surplus atau defisit underwriting, penyisihan
teknis dan cadangan dana tabarru'. Berikut ini penjelasan yang lebih rinci terkait
aturan pada PSAK 108.
a. Penyisihan teknis diakui pada akhir periode pelaporan sebagai beban dalam
laporan surplus deficit underwriting dana tabarru’.
b. Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:
1) Penyisihan kontribusi yang belum men-jadi hak dihitung
menggunakan metode yang berlaku dalam industri per-asuransian.
2) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar jumlah estimasi
klaim yang masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah
estimasi tersebut harus mencukupi untuk mampu memenuhi klaim
yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan,
setelah mengurangkan bagian reasuransi dan bagian klaim yang telah
dibayarkan.
3) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar jumlah
estimasi klaim yang diekspektasikan akan dibayarkan pada tanggal
neraca berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang terkait dengan
klaim yang paling kini yang dilaporkan dan metode statistik.
a. Cadangan dana tabarru’ diakui pada saat dibentuk sebesar jumlah yang
dianggap mencerminkan kehati-hatian (deemed prudent) agar mencapai tujuan
pembentukannya yang bersumber dari surplus underwriting dana tabarru’.
b. Pada akhir periode pelaporan, jumlah yang diperlukan untuk mencapai saldo
cadangan dana tabarru’ yang dibutuhkan diperlukan sebagai penyesuaian atas
surplus underwriting dana tabarru’.
ekuitas dan liabilitas. Dan di laporan keuangan posisi keuangan ini juga menunjukan
perubahan antara laporan posisi keuangan tahun 2019 dan laporan posisi keuangan
tahun 2020.
Di tahun 2020 terjadi kenaikan Jumlah Total Aset yang disebabkan oleh
kenaikan akun kas dan setara kas yang dimana mengalami kenaikan sebesar lebih dari
100% dari tahun sebelumnya. Dibagian liabilitas, ekuitas dan dana syirkah temporer
tidak mengalami perubahan yang signifikan tetapi tetap mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya.
Laporan ini berisikan perubahan total dana tabarru’ yang dimana bertujuan
untuk menunjukan saldo akhir dari dana tabarru’ perusahaan ini, yang dimana sesuai
dengan hasil yang ada di laporan surplus (defisit) dana tabarru’ diatas yang
menbgalami perubahan maka terjadi pula perubahan pada laporan ini, yang dimana
pada tahun 2019 saldo akhir dana tabarru’ sebesar (Rp. 14.385.773.683), karena tahun
2020 perusahaan ini mengalami surplus maka pada saldo akhirnya sebesar (Rp.
13.494.215.238).
Laporan ini tidak ada bedanya dengan laporan laba rugi perusahaan
konvensional yang dimana menunjukan total laba atau rugi perusahaan. Yang dimana
pada laporan laba rugi perusahaan ini pada tahun 2020 menunjukan bahwa
perusahaan ini mengalami kenaikan laba dibandingkan pada tahun sebelumnya yang
dimana pad tahun sebelumnya hanya sebesar Rp. 576.846.249, dan di tahun ini
menjadi Rp. 2.613.897.890.
16
Pada laporan ini ditunjukan berapa besaran yang masuk dan dikeluarkan
perushaan untuk dana zakat perusahaan yang dimana saldo akhir dana zakat tahun
2020 mengalami penurunan dikarenakan pada tahun 2020 perusahaan menyalurkan
dana zakat yang pada tahun sebelumnya perusahaan ini tidak menyalurkan dana zakat.
17
Pada tahun 2020 perusahaan ini tidak menggunakan dana kebajikan yang
menyebabkan kenaikan pada saldo akhir dana kebajikan perusahaan ini.
2.11 Tingkat Pengungkapan lembaga Asuransi Syariah (Kasus)
Sesuai dengan PSAK 108 terkait dengan asuransi syariah, pengungkapan pada
lembaga asuransi syariah sebagai entitas pengelola harus mengungkapkan terkait
kontribusi, mengungkapkan terkait dengan dana investasi, mengungkapkan terkait
penyisihan teknis, mengungkapkan terkait cadangan dana tabarru’, mengungkapkan
asset dan kewajiban yang menjadi milik dana tabarru’. Pada kasus ini kelompok kami
mengambil PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk sebagai bahan analisis
kami terkait pengungkapannya.
Kontribusi Ujrah:
2019:
Kontribusi Tabarru’:
Kontribusi atas kontrak jangka pendek diakui dalam periode kontrak
sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Kontribusi
atas kontrak jangka panjang diakui pada saat jatuh tempo dari pemegang polis.
Kontribusi yang diterima sebelum diterbitkannyapolis asuransi dicatat sebagai
titipan kontribusi. Kontribusi tabarru' diakui sebagai pendapatan asuransi
dalam Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’dan tidak diakui
sebagai pendapatan perusahaan.
Kontribusi Ujrah:
Bagian kontribusi untuk ujrah entitas pengelola diakui sebagai pendapatan
dari entitas pengelola secara garis lurus selama masaakad dan menjadi beban
dari dana tabarru'. Biaya akuisisi entitas pengelola diakui sebagai beban dari
enttitas pengelola selaras dengan pengakuan pendapatan ujrah tersebut.
2020:
Kontribusi Tabarru’:
Kontribusi atas kontrak jangka pendek diakui dalam periode kontrak
sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Kontribusi
atas kontrak jangka panjang diakui pada saat jatuh tempo dari pemegang polis.
Kontribusi yang diterima sebelum diterbitkannyapolis asuransi dicatat sebagai
titipan kontribusi. Kontribusi tabarru' diakui sebagai pendapatan asuransi
19
Hasil Analisis:
2019:
21
2020:
Hasil Analisis:
Perusahaan telah mengungkapkan rincian kontribusi berdasarkan produk asuransinya
setiap tahun secara mendetail.
Jika terjadi defisit under Jika terjadi defisit under Jika terjadi defisit under
writing dana tabarru’, writing dana tabarru’, writing dana tabarru’,
perusahaan wajib perusahaan wajib perusahaan wajib
menanggulangi menanggulangi kekurangan menanggulangi
kekurangan tersebut dalam tersebut dalam bentuk kekurangan tersebut
bentuk pinjaman (qardh). pinjaman (qardh). dalam bentuk pinjaman
Pengembalian qardh Pengembalian qardh kepada (qardh). Pengembalian
kepada perusahaan berasal perusahaan berasal dari qardh kepada perusahaan
dari surplus dana tabarru’ surplus dana tabarru’ yang berasal dari surplus dana
yang akan datang. akan datang. Pinjaman tabarru’ yang akan
Pinjaman qardh dalam qardh dalam laporan datang. Pinjaman qardh
laporan keuangan dan keuangan dan pendapatan dalam laporan keuangan
pendapatan dalam Laporan dalam Laporan Surplus dan pendapatan dalam
Surplus Defisit Under Defisit Under writing Laporan Surplus Defisit
writing DanaTabarru’diakui pada Under writing
DanaTabarru’diakui pada saat perusahaan DanaTabarru’diakui pada
saat perusahaan menyalurkan dana talangan saat perusahaan
menyalurkan dana sebesar jumlah yang menyalurkan dana
talangan sebesar jumlah disalurkan. talangan sebesar jumlah
yang disalurkan. yang disalurkan.
Hasil analisis:
2019:
2020:
Hasil Analisis:
25
2019:
2020:
26
2019:
28
2020:
Hasil analisis:
Perusahaan telah mengungkapkan asset dan kewajiban yang menjadi milik dana
tabarru’ pada bagian catatan atas laporan keuangan baik di tahun 2018, 2019, maupun
2020 dalam bentuk laporan posisi keuangan untuk dana tabarru’.
Pelaksanaan perjanjian asuransi syariah harus terbebas dari hal riba, gharar
dan maisir. Dari definisi tersebut jelas bahwa dalam menanggung kemungkinan
terjadinya resiko, para peserta asuransi bersama-sama mendermakan hartanya dalam
bentuk dana tabarru’ dan menggunakannya untuk membantu salah satu peserta yang
tertimpa musibah atau risiko. Jadi letak perbedaaan antara asuransi syariah dan
asuransi konvensional adalah pada bagian risiko itu dikelola dan ditanggung dan
bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan lain terletak pada hubungan
antara operator (penanggung) dengan peserta (tertanggung), dimana asuransi syariah
pengaturan pengelolaan resikonya memenuhi ketentua syariah, tolong menolong serta
mutual yang melibatkan peserta dan operator
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis,
Teoritis, & Praktis. Jakarta: Prenada Media.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Syariah. 2015. Exposure Draft Revisi PSAK No. 108.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Kristianto, Djoko. “Implikasi Akuntansi Syariah dan Asuransi Syariah Dalam Lembaga
Keuangan Syariah”, Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, 7 (1), April
2009.
JMA Syariah. Laporan Keuangan PT. Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk. Tahun
2018. https://www.jmasyariah.com/laporan-keuangan-tahunan/
JMA Syariah. Laporan Keuangan PT. Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk. Tahun
2019. https://www.jmasyariah.com/laporan-keuangan-tahunan/
JMA Syariah. Laporan Keuangan PT. Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk. Tahun
2020. https://www.jmasyariah.com/laporan-keuangan-tahunan/
Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional. Jakarta. Gema Insani Press.
Wasilah Nurhayati, Sri. 2019. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta. Salemba Empat.
32