Anda di halaman 1dari 33

KONSEP DAN PRINSIP DASAR DARI ASURANSI SYARIAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Perbankan Syariah

DOSEN PENGAMPU :
Rahmawati, SE., MM., Ph.D.

DISUSUN OLEH :
Mohammad Iqbal Asseghaf 11190820000041
Muhammad Imam Adamy 11190820000105
Muhammad Dava Fajri Firdaus 11190820000106
Fachriza Ramadhan 11190820000110
Muhammad Akmal Rafi Anas 11190820000117
Muhammad Rifaldi 11190820000154
Muhammad Vibran Rahadian Azis 11190820000159

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Pasal 1,
dijelaskan bahwa Asuransi berdasarkan prinsip syariah adalah usaha saling tolong
menolong (ta’awuni) dan melindungi (takafuli) di antara para peserta melalui
pembentukan kumpulan dana (dana tabarru) yang dikelola sesuai prinsip syariah
untuk menghadapi risiko tertentu. Sementara itu, Dana tabarru adalah kumpulan dana
yang berasal dari kontribusi para peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai
dengan akad tabarru yang disepakati. Dijelaskan juga peserta adalah orang atau badan
yang menjadi peserta program asuransi dengan prinsip syariah, atau perusahaan
asuransi yang menjadi peserta program reasuransi dengan prinsip syariah.

Asuransi syariah adalah sekumpulan orang yang saling membantu, saling


menjamin dan bekerjasama dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’.
Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan dana tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Pelaksanaan perjanjian asuransi syariah harus terbebas dari hal riba, gharar
dan maisir. Dari definisi tersebut jelas bahwa dalam menanggung kemungkinan
terjadinya resiko, para peserta asuransi bersama-sama mendermakan hartanya dalam
bentuk dana tabarru’ dan menggunakannya untuk membantu salah satu peserta yang
tertimpa musibah atau risiko. Jadi letak perbedaaan antara asuransi syariah dan
asuransi konvensional adalah pada bagian risiko itu dikelola dan ditanggung dan
bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan lain terletak pada hubungan
antara operator (penanggung) dengan peserta (tertanggung), dimana asuransi syariah
pengaturan pengelolaan resikonya memenuhi ketentua syariah, tolong menolong serta
mutual yang melibatkan peserta dan operator. Ada beberapa prinsip dalam asuransi
syariah. Berikut diantaranya :

a. Prinsip berserah diri dan ikhtiar


b. Prinsip tolong menolong

1
2

c. Prinsip saling bertanggungjawab


d. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan
e. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan
f. Prinsip itikad baik
g. Prinsip kepentingan terasuransikan
h. Prinsip penyebab dominan
i. Prinsip ganti rugi; Fungsi asuransi adalah mengalihkan atau membagi resiko
yang kemungkinan diderita atau dihadapi oleh tertanggung karena terjadinya
suatu peristiwa.
j. Prinsip subrogasi
k. Prinsip kontribusi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peraturan Asuransi Syariah


Terkait dengan asuransi syariah, pemerintah telah membuat peraturan tentang
asuransi syariah. Lebih tepatnya, asuransi syariah diatur didalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha
Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah. Peraturan tersebut yang telah
dibuat oleh Menteri Keuangan, disesuaikan dengan fatwa-fatwa yang telah ditetapkan
oleh Dewan Syariah Nasional. Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008
Nomor 81 juga mengatur tentang penyelenggaraan usaha asuransi dan reasuransi
dengan prinsip syariah. Selain itu, asuransi syariah juga diatur didalam Keputusan
Presiden Nomor 84/P Tahun 2009.

Didalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Pasal 1,


dijelaskan bahwa Asuransi berdasarkan prinsip syariah adalah usaha saling tolong
menolong (ta’awuni) dan melindungi (takafuli) di antara para peserta melalui
pembentukan kumpulan dana (dana tabarru) yang dikelola sesuai prinsip syariah
untuk menghadapi risiko tertentu. Sementara itu, Dana tabarru adalah kumpulan dana
yang berasal dari kontribusi para peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai
dengan akad tabarru yang disepakati. Dijelaskan juga peserta adalah orang atau badan
yang menjadi peserta program asuransi dengan prinsip syariah, atau perusahaan
asuransi yang menjadi peserta program reasuransi dengan prinsip syariah.

Selanjutnya, di pasal 2 dijelaskan prinsip dasar perusahaan asuransi syariah


yaitu, didalam perusahaan asuransi syariah harus menerapkan prinsip kesepakatan
tolong menolong (ta’awun) dan saling menanggung (takaful) di antara para peserta.
Prinsip-prinsip lainnya yang dijelaskan dalam pasal tersebut antara lain; adanya
kontribusi Peserta ke dalam dana tabarru, perusahaan bertindak sebagai pengelola
dana tabarru, dipenuhinya prinsip keadilan (ad’l), dapat dipercaya (amanah),
keseimbangan (tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan keuniversalan (syumul), dan
tidak mengandung hal-hal yang diharamkan, seperti ketidakpastian/ketidakjelasan
(gharar), perjudian (maysir), bunga (riba), penganiayaan (zhulm), suap (risywah),
maksiat, dan objek haram. Di dalam bab 4, dijelaskan tentang akad-akad yang

3
4

terdapat didalam asuransi syariah, sementara itu di dalam bab 7 dijelaskan


pengawasan terhadap lembaga asuransi syariah, dilakukan oleh Dewan Pengawas
Syariah, yang mana pelaporan hasil pengawasan disampaikan sesuai dengan tata cara
dan bentuk pelaporan yang diatur lebih lanjut dengan peraturan badan pengawas pasar
modal dan lembaga keuangan.

2.2 Peraturan Pertanggungjawaban di Lembaga Asuransi di Indonesia

Di dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69 /POJK.05/2016


Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
Perusahaan Reasuransi, Dan Perusahaan Reasuransi Syariah, lebih tepatnya di pasal
28 dijelaskan bahwa perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau unit
syariah pada perusahaan asuransi wajib bertanggung jawab atas pembayaran klaim
atau manfaat yang timbul apabila agen asuransi telah menerima premi atau kontribusi,
tetapi belum menyerahkannya kepada perusahaan asuransi, perusahaan asuransi
syariah, atau unit syariah pada perusahaan asuransi tersebut.

Sementara itu, didalam Pasal 42 dijelaskan tugas dan tanggung jawab tenaga
ahli perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah. Tugas dan tanggung jawab
tenaga ahli perusahaan asuransi yaitu; melakukan evaluasi penerapan manajemen
underwriting asuransi di perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau unit
syariah pada perusahaan asuransi; melakukan evaluasi atas aspek teknis dalam proses
reasuransi di perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau unit syariah pada
perusahaan asuransi, dan melakukan evaluasi atas aspek teknis dalam proses
penyelesaian klaim di perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau unit
syariah pada perusahaan asuransi, turut serta dalam penerapan manajemen risiko di
perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah atau unit syariah pada perusahaan
asuransi, dan tugas dan tanggung jawab lain yang ditetapkan oleh perusahaan
asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau unit syariah pada perusahaan asuransi.

Dalam pasal 29, dijelaskan bahwa dalam hal pembayaran premi atau
kontribusi yang diterima oleh perusahaan pialang asuransi atau perusahaan pialang
reasuransi telah diserahkan kepada perusahaan atau unit syariah, pembayaran klaim
atau manfaat yang timbul merupakan tanggung jawab perusahaan atau unit syariah.
Didalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010, dijelaskan tentang
pemisahaan kekayaan dan kewajiban, ayat 1-3 berisi; perusahaan wajib memisahkan
5

kekayaan dan kewajiban dana tabarru dari kekayaan dan kewajiban perusahaan,
perusahaan asuransi jiwa yang memasarkan produk asuransi dengan prinsip syariah
yang mengandung unsur investasi wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban dana
investasi peserta dari kekayaan dan kewajiban perusahaan maupun dari kekayaan dan
kewajiban dana tabarru, dan perusahaan wajib membuat catatan terpisah untuk
kekayaan dan kewajiban perusahaan, dana tabarru’, dan dana investasi peserta.

2.3 Prinsip Dasar Asuransi Syariah


Berdasarkan fatwa Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001, Asuransi
Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Berikut adalah produk-
produk turunan dari asuransi syariah.

1. Asuransi Jiwa Syariah


Perusahaan asuransi akan memberikan manfaat berupa uang pertanggungan
kepada ahli waris apabila peserta asuransi meninggal dunia.
2. Asuransi Pendidikan Syariah
Dengan asuransi ini dana pendidikan akan telah disepakati akan diberikan
kepada penerima hibah (Anak) sesuai dengan jenjang pendidikan. Ahli waris
juga tetap akan mendapatkan manfaat dana pendidikan apabila peserta
asuransi meninggal dunia.
3. Asuransi Kesehatan Syariah
Asuransi yang akan memberikan santunan atau penggantian jika peserta
asuransi sakit, atau kecelakaan.
4. Asuransi dengan Investasi (unit link) Syariah
Produk yang memberikan manfaat asuransi dan manfaat hasil investasi.
Sebagian premi yang dibayar dalam investasi ini dialokasikan untuk
dana tabarru’ dan sebagian dialokasikan sebagai investasi peserta.
5. Asuransi Kerugian Syariah
Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung atas kerugian harta
benda yang dipertanggungjawabkan.
6. Asuransi Syariah Berkelompok
6

Asuransi ini dirancang khusus untuk peserta kumpulan seperti perusahaan,


organisasi, maupun komunitas. Dengan jumlah peserta yang lebih banyak
asuransi ini lebih murah bila dibandingakan dengan asuransi syariah individu.
7. Asuransi Haji dan Umroh
Asuransi ini memberikan perlindungan finansial bagi jama’ah haji/umroh atas
musibah yang terjadi selama menjalankan ibadah haji/umroh. Khusus asuransi
haji telah diatur melalui fatwa MUI nomor 39/DSN-MUI/X/2002 tentang
asuransi haji agar para jamaah mendapatkan ketenangan selama menjalankan
ibadah haji.

Berikut perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional.

Karakteristik Asuransi Syariah Asuransi konvensional


Sifat Bisnis Penyebaran Risiko/Risk Pengalihan Risiko/Risk
Sharing Transfer
Tanggung Jawab Peserta menghibahkan Pemegang polis wajib
dan Intensi Sebagian kontribusinya membayar premi untuk
Pemegang Polis/ untuk kepentingan saling memperoleh perlindungan
Peserta menolong dan saling jiwa, kesehatan
melindungi dgn peserta dan/atau hartanya dari
lainnya atas musibah/risiko perusahaan
yang terjadi
Kepemilikan Dana Dana Tabarru' dan Dana Seluruhnya dimiliki
Kelolaan Investasi Peserta dimiliki perusahaan sesuai dengan
peserta sesuai dengan akad/ perjanjian, kecuali investasi
perjanjian dari produk unit link.
Hak atas surplus Hak seluruh peserta dan Hak perusahaan
underwriting dapat dibagi sesuai dengan
kesepakatan peserta
Praktik yang Dilarang (Misalnya: Riba, Tidak dilarang
Diharamkan Maisyir, & Gharar)

2.4 Sistem Operasional Asuransi Syariah


Perjanjian (Akad) Asuransi Syariah
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI akad dalam asuransi syariah terdapat 4 jenis
akad yaitu akad tabarru’, akad tijarah, akad wakalah bil Ujrah, dan
akad mudharabah musytarakah, berikut penjelasannya:

1. Akad Tabarru’ (Tolong Menolong)
7

Peserta Asuransi memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong


peserta lain yang terkena musibah, sedangkan perusahaan asuransi sebagai
pengelola dana hibah.
2. Akad Tijarah (Mudharabah)
Dalam akad ini perusahaan asuransi sebagai mudharib (Pengelola), dan peserta
sebagai shahibul mal (Pemegang Polis). Premi dari akad ini dapat
diinvestasikan dan hasil keuntungan atas investasi tersebut dibagi-hasilkan
kepada para pesertanya.
3. Akad Wakalah bil Ujrah
Akad ini memberikan kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dana peserta dengan imbalan pemberian ujrah (fee). Perusahaan
asuransi sebagai wakil dapat menginvestasikan premi yang diberikan, namun
tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi.
4. Akad Mudharabah Musytarakah
Akad ini merupakan pengembangan dari akad mudharabah, dimana
perusahaan asuransi sebagai mudharib dan juga menyertakan dananya dalam
investasi bersama dana peserta. Bagi hasil investasi dibagikan antara
perusahaan asuransi dan peserta sesuai nisbah yang disepakati sesuai dengan
porsi dana masing-masing.

2.5 Investasi oleh Perusahaan Asuransi Syariah


2.5.1 Urgensi Investasi oleh Asuransi Syariah
Salah satu instrumen dalam konsep ekonomi umat tersebut adalah dengan
asuransi syariah. Asuransi syariah mengandung nilai saling tolong-menolong, saling
menanggung risiko, kejujuran, asas adil, transparan dan ikhlas yang mana nilai-nilai
tersebut merupakan nilai universal yang tidak hanya menjadi rahmat yang dimonopoli
suatu pihak saja, melainkan dapat menjadi rahmat seluruh umat manusia. Dalam
tinjauan fiqh, asuransi syariah juga telah memenuhi kesesuaian dengan syariah Islam
sehingga bisa dimanfaatkan oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia (tidak hanya
muslim). Hal ini telah ditetapkan dalam fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001.
Dengan telah diterbitkannya fatwa ini maka tidak ada keraguan lagi terhadap
eksistensi asuransi syariah.

Dalam konteks investasi. Seseorang tentu saja akan membutuhkan dana yang
nantinya akan digunakan untuk keperluan masa depan, contohnya saja untuk dana
8

pernikahan, atau dana untuk pendidikan sekolah anak, atau juga dana untuk membeli
rumah nanti. Oleh karena itulah dilakukan investasi, di mana investasi ini dilakukan
agar dana yang ditabung dan diinvestasikan nantinya akan berkembang (gain) dan
akhirnya akan mendapatkan profit. Sedangkan dalam konteks investasi dalam
asuransi, seperti yang kita ketahui adalah bahwa kita sebagai manusia tentu saja boleh
berencana, namun keputusan akhir dari rencana kita serta takdir kehidupan kita tentu
saja berada di tangan Tuhan YME. Bagaimana jika nantinya kita dipanggil lebih dulu
untuk menghadap-Nya? Siapa yang nantinya akan meneruskan setoran investasi yang
sebelumnya kalian sudah lakukan? Dari kasus tersebut, tentu saja kita akan
membutuhkan suatu “alat” yang akan tetap melindungi investasi yang kita lakukan
agar tetap terjaga pertumbuhan dananya meskipun kita sudah tidak ada lagi di dunia.
Alat tersebut adalah asuransi dwiguna, yaitu asuransi yang menjamin dan
memberikan proteksi terhadap investasi.

Sebagai alat pengemban dana, investasi dapat diibaratkan seperti menanam


pohon. Pohon yang baru ditanam perlu diberi pupuk dan disiram terus menerus agar
dapat tumbuh dengan baik, dan juga pohon tersebut perlu dilindungi, seperti membuat
pagar agar nantinya tidak terganggu dengan aktivitas makhluk lain seperti manusia
dan hewan. Dan begitulah cara asuransi melindungi investasi. Asuransi syariah dapat
menjadi alternative pilihan proteksi dan investasi bagi warga masyarakat yang
menginginkan produk sesuai dengan prinsip syariah.

Fenomena asuransi syariah adalah unik (al-ghuruba) di tengah arus ekonomi


kapitalistik dan individualistik. Secara financial, sistem asuransi syariah
memungkinkan perolehan manfaat yang lebih baik. Bersamaan dengan itu, semangat
solidaritas pun dipupuk melalui iuran kebajikan (tabarru’) peserta asuransi. Selain itu,
sistem tabarru’ dan bagi hasil (mudarabah) yang ditetapkan dalam pola operasional
asuransi syariah mengharuskan adanya transparansi di dalam status dana dan
pengelolaannya.

Sejak awal peserta mengetahui dengan jelas komponen premi yang


disetorkannya, yaitu tabarru’, tabungan, dan biaya pengelolaan. Selain itu peserta
dapat juga melihat perkembangan dari waktu ke waktu yang berkenaan dengan nilai
tunai polisnya, yakni akumulasi tabungan bagi hasilnya. Demikian pula saat terjadi
klaim ketika peserta meninggal, di mana di dalamnya terdapat santunan kebajikan,
9

tabungan yang sudah disetorkan dan bagi hasil tabungannya. Dalam hal investasi,
selain pertimbangan profitabilitas, kesesuaian usaha dengan ketentuan syariah
merupakan faktor penentu kepuutusan investasi. Oleh karena itulah, peran dari DSN
atau Dewan Pengawas Syariah menjadi sangat penting dan krusial mengingat hal ini
tidak ditemukan dalam sistem asuransi konvensional.

2.5.2 Bentuk - Bentuk Investasi Asuransi Syariah

Berikut adalah bentuk-bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat


pada sektor asuransi syariah.

1. Saham Syariah
Saham dari kata Suhman artinya nasib atau bagian. Saham juga dari kata Siham
berarti busur panah. Jadi, saham adalah surat berharga kepemilikan perusahaan,
yang memberikan hak untuk ikut serta mengatur perusahaan, yang memberikan
keuntungan dan kerugian.
2. Obligasi Syariah
Sebagaimana fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002,
obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo.
3. Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal sebagai pemilik dana (shahibul maal) untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi sebagai
wakil shahibul maal menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam. Pemilik dana
(investor) yang menginginkan investasi halal akan mengamanahkan dananya
dengan akad wakalah kepada Manajer Investasi. Reksadana syariah akan
bertindak dalam akad mudharabah sebagai mudharib yang mengelola dana milik
bersama dari para investor.
4. Deposito Mudharabah
Dalam operasionalisasi di dunia perbankan, deposito mudharabah mempunyai
karakteristik tersendiri, yaitu: Pertama, kedua belah pihak yangmengadakan
10

kontrak antara pemilik dana dan mudharib akan menentukankapasitas baik


sebagai nasabah maupun pemilik. Di dalam akad tercantumpernyataan yang
harus dilakukan kedua belah pihak yang mengadakan kontrak dengan ketentuan
yaitu: di dalam perjanjian tersebut harus dinyatakan secara tersurat maupun
tersirat mengenai tujuan kontrak dan penawaran dan penerimaanharus
disepakati kedua belah pihak di dalam kontrak tersebut.
5. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah akad atau perjanjian jual beli antara bank dengan
supplier untuk barang yang dipesan oleh nasabah. Pembiayaan murabahah
dalam istilah fiqh adalah akad jual beli atas barang tertentu, dalam transaksi jual
beli tersebut penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan
termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil. Pembiayaan
murabahah mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi ketika akan
melakukan kontrak jual beli yaitu ada penjual, pembeli, harga dan barang yang
diperjualbelikan serta ijab-kabul.

2.6 Konsep – Konsep Asuransi Investasi Syariah

Asuransi syariah adalah sekumpulan orang yang saling membantu, saling


menjamin dan bekerjasama dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’.
Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan dana tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Pelaksanaan perjanjian asuransi syariah harus terbebas dari hal riba, gharar
dan maisir. Dari definisi tersebut jelas bahwa dalam menanggung kemungkinan
terjadinya resiko, para peserta asuransi bersama-sama mendermakan hartanya dalam
bentuk dana tabarru’ dan menggunakannya untuk membantu salah satu peserta yang
tertimpa musibah atau risiko. Jadi letak perbedaaan antara asuransi syariah dan
asuransi konvensional adalah pada bagian risiko itu dikelola dan ditanggung dan
bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan lain terletak pada hubungan
antara operator (penanggung) dengan peserta (tertanggung), dimana asuransi syariah
pengaturan pengelolaan resikonya memenuhi ketentua syariah, tolong menolong serta
11

mutual yang melibatkan peserta dan operator. Ada beberapa prinsip dalam asuransi
syariah. Berikut diantaranya :

l. Prinsip berserah diri dan ikhtiar


m. Prinsip tolong menolong
n. Prinsip saling bertanggungjawab
o. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan
p. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan
q. Prinsip itikad baik
r. Prinsip kepentingan terasuransikan
s. Prinsip penyebab dominan
t. Prinsip ganti rugi; Fungsi asuransi adalah mengalihkan atau membagi resiko
yang kemungkinan diderita atau dihadapi oleh tertanggung karena terjadinya
suatu peristiwa.
u. Prinsip subrogasi
v. Prinsip kontribusi.

Underwriting; merupakan proses penyelesaian dan pengelompokan risiko yang akan


ditanggung. Tujuan underwriting dalam asuransi syariah adalah ensure rate adequace
(memastikan kecukupan rate premi) dan equity (keadilan).

Alokasi Surplus dan Defisit Underwriting dana Tabarru’;

a) Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta


dan bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada
entitas pengelola diakui sebagai pengurang surplus dalam laporan perubahan
dana tabarru’.
b) Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas pengelola diakui
sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi, dan surplus underwriting dana
tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta diakui sebagai kewajiban dalam
neraca.
c) Pinjaman qard dalam neraca dan pendapatan dalam laporan surplus defisit
underwriting dana tabarru’ diakui pada saat entitas asuransi menyalurkan
dana talangan sebesar jumlah yang disalurkan.

Penyajian;
12

1. Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada


peserta disajikan secara terpisah pada pos “bagian surplus underwriting dana
tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta” dana bagian surplus yang
didistribusikan kepada entitas pengelola disajikan secara terpisah pada pos
“bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada
pengelola” dalam laporan perubahan dana tabarru’.
2. Penyisihan teknis disajikan secara terpisah pada kewajiban dalam neraca.
3. Dana tabarru’ disajikan sebagai dana peserta yang terpisah dari kewajiban
dan ekuitas dalam neraca (laporan posisi keuangan).
4. Cadangan dana tabarru’ disajikan secara terpisah pada laporan dana
tabarru’.

2.7 Akuntansi untuk Konstribusi Peserta, Alokasi Surplus dan defisit Underwriter.

Akuntansi untuk transaksi asuransi syariah sendiri telah diatur dalam PSAK
No. 108 yang secara resmi dikeluarkan oleh DSAK Syariah pada bulan April 2009
dan berlaku efektif per 1 Januari 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah merupakan PSAK
yang ditujukan untuk entitas asuransi syariah dan hanya mengatur tentang transaksi
asuransi syariah secara resmi. Pada PSAK 108 paragraf 03 menyatakan bahwa hanya
mengatur kontribusi peserta, alokasi surplus atau defisit underwriting, penyisihan
teknis dan cadangan dana tabarru'. Berikut ini penjelasan yang lebih rinci terkait
aturan pada PSAK 108.

1. Dalam laporan posisi keuangan, Pasiva diklasifikasikan menjadi liabilitas,


dana peserta dan ekuitas. Dana peserta dibedakan menjadi dana investasi dan
dana tabarru'. Dana peserta adalah semua dana yang dimiliki peserta, baik
dimiliki secara individual seperti dana investasi maupun dana kolektif seperti
dana tabarru'.
2. Kontribusi peserta (premi) adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban
peserta, baik untuk porsi risiko mau pun ujrah. Kontribusi peserta diakui
sebagai pendapatan dana tabarru' (untuk akad asuransi syariah jangka pendek
pengakuan pendapatannya disesuaikan dengan periode akuntansinya,
sedangkan untuk akad asuransi syariah jangka panjang diakui pada saat jatuh
tempo pembayaran dari peserta). Hal ini berbeda dengan asuransi
13

konvensional dimana kontribusi peserta (premi) merupakan pendapatan bagi


perusahaan asuransi.
3. Selain dari kontribusi peserta, perubahan saldo dana tabarru' juga berasal dari
hasil investasi dana tabarru' dan surplus, atau defisit underwriting dana
tabarru’, Investasi dana tabarru' dilakukan oleh entitas asuransi dengan akad
wakalah dimana entitas asuransi sebagai wakil peserta, atau dengan akad
mudarabah/mudarabah musytarakah dimana entitas asuransi sebagai pengelola
dana (mudharib).
4. Bagian kontribusi untuk ujrah atau fee bagi pengelola akan diakui sebagai
pendapatan pada laporan laba rugi entitas asuransi secara garis lurus selama
masa akad dan sebagai pengurang dana tabarru', Perlakuan ini memperjelas
posisi entitas asuransi hanya sebagai pengelola dana tabarru' dan bukan
sebagai pemilik dari dana tersebut.
5. Apabila dana tabarru' tidak mencukupi untuk membayar klaim maka, entitas
asuransi berkewajiban untuk menanggulangi kekurangan tersebut dengan
memberi pinjaman.
6. Dana investasi yang diterima dari peserta dibedakan menjadi dana investasi
wakalah, dana investasi mudarabah, atau dana investasi mudarabah
musytarakah, tergantung dari akad yang digunakan.
7. Surplus dan Defisit Underwriting Dana Tabarru'. Surplus underwriting
a) dapat didistribusikan sepenuhnya untuk peserta secara kolektif yaitu,
menambah dana tabarru', atau
b) didistribusikan ke dana tabarru' dan peserta secara individual atau
c) didistribusikan untuk dana tabarru', individual peserta, dan entitas
asuransi.

Besaran alokasi dan kesepakatan pendistribusiannya ditentukan oleh


peserta secara kolektif, regulator atau kebijakan manajemen. Bagian yang
menjadi hak peserta individual maupun entitas asuransi akan dilaporkan
sebagai pengurang surplus underwriting. Bagian yang diterima oleh entitas
asuransi dilaporkan sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi. Bagian yang
diterima oleh peserta individual dilaporkan dalam liabilitas.

2.8 Penyisihan Teknis (Technical Provision)


14

a. Penyisihan teknis diakui pada akhir periode pelaporan sebagai beban dalam
laporan surplus deficit underwriting dana tabarru’.
b. Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:
1) Penyisihan kontribusi yang belum men-jadi hak dihitung
menggunakan metode yang berlaku dalam industri per-asuransian.
2) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar jumlah estimasi
klaim yang masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah
estimasi tersebut harus mencukupi untuk mampu memenuhi klaim
yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan,
setelah mengurangkan bagian reasuransi dan bagian klaim yang telah
dibayarkan.
3) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar jumlah
estimasi klaim yang diekspektasikan akan dibayarkan pada tanggal
neraca berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang terkait dengan
klaim yang paling kini yang dilaporkan dan metode statistik.

2.9 Cadangan Dana Tabarru’

a. Cadangan dana tabarru’ diakui pada saat dibentuk sebesar jumlah yang
dianggap mencerminkan kehati-hatian (deemed prudent) agar mencapai tujuan
pembentukannya yang bersumber dari surplus underwriting dana tabarru’.
b. Pada akhir periode pelaporan, jumlah yang diperlukan untuk mencapai saldo
cadangan dana tabarru’ yang dibutuhkan diperlukan sebagai penyesuaian atas
surplus underwriting dana tabarru’.

2.10 Laporan Keuangan Asuransi Syariah

Berikut laporan keuangan asuransi Syariah berdasarkan pada Laporan


Keuangan PT. Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi tahun 2020.

2.10.1 Laporan Posisi Keuangan

Seperti laporan posisi keuangan pada umumnya laporan posisi keuangan PT


Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi berisi akun akun seperti aset, liabilitas dan
ekuitas perusahaan. Namun ada yang berbeda dengan laporan posisi keuangan
perusahaan konvensional karena pada laporan posisi keuangan asuransi syariah
terdapat tambahan yaitu akun Dana Syirkah Temporer sebagai pelengkap antara
15

ekuitas dan liabilitas. Dan di laporan keuangan posisi keuangan ini juga menunjukan
perubahan antara laporan posisi keuangan tahun 2019 dan laporan posisi keuangan
tahun 2020.

Di tahun 2020 terjadi kenaikan Jumlah Total Aset yang disebabkan oleh
kenaikan akun kas dan setara kas yang dimana mengalami kenaikan sebesar lebih dari
100% dari tahun sebelumnya. Dibagian liabilitas, ekuitas dan dana syirkah temporer
tidak mengalami perubahan yang signifikan tetapi tetap mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya.

2.10.2 Laporan Surplus (Defisit) ‘Underwritting Dana Tabarru’

Pada laporan surplus (defisit) ‘underwritting tabarru’ itu terdiri dari


pendapatan asuransi dan beban asuransi. Pada laporan surplus dana tabarru’
mengalami perubahan yang sangat signifikan yang dimana pada tahun 2019
perusahaan ini mengalami defisit pada total dana tabarru’ namun pada tahun 2020
perusahaan ini mengalami surplus dikarenakan adanya kenaikan pada akun
Kontribusi Bruto.

2.10.3 Laporan Perubahan Dana Tabarru’

Laporan ini berisikan perubahan total dana tabarru’ yang dimana bertujuan
untuk menunjukan saldo akhir dari dana tabarru’ perusahaan ini, yang dimana sesuai
dengan hasil yang ada di laporan surplus (defisit) dana tabarru’ diatas yang
menbgalami perubahan maka terjadi pula perubahan pada laporan ini, yang dimana
pada tahun 2019 saldo akhir dana tabarru’ sebesar (Rp. 14.385.773.683), karena tahun
2020 perusahaan ini mengalami surplus maka pada saldo akhirnya sebesar (Rp.
13.494.215.238).

2.10.4 Laporan Laba/Rugi dan Penghasilan Komprehensif lain

Laporan ini tidak ada bedanya dengan laporan laba rugi perusahaan
konvensional yang dimana menunjukan total laba atau rugi perusahaan. Yang dimana
pada laporan laba rugi perusahaan ini pada tahun 2020 menunjukan bahwa
perusahaan ini mengalami kenaikan laba dibandingkan pada tahun sebelumnya yang
dimana pad tahun sebelumnya hanya sebesar Rp. 576.846.249, dan di tahun ini
menjadi Rp. 2.613.897.890.
16

2.10.5 Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas disusun untuk menyajikan, untuk setiap komponen


ekuitas, saldo awal, setiap kenaikan selama periode tersebut, setiap penurunan selama
periode tersebut, dan saldo akhir. Saldo per 31 desember 2020 perusahaan PT.
Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi adalah sebesar Rp. 116.312.299.430.

2.10.6 Laporan Arus Kas

Sama seperti perusahaan konvensional laporan arus kas berikan tentang


kenaikan atau penurunan jumlah uang yang dimiliki bisnis, institusi, atau individu.
Yang dimana pada kasus perusahaan ini jumlah kas dan setara kas mengalmi kenaikan
dikarenakan membengkaknya dana pada akun reasuransi yang dimana pada tahun
2020 sebesar Rp. 41.017.735.673 yang sebelumnya hanya sebesar Rp. 3.106.306.856
saja.

2.10.7 Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat

Pada laporan ini ditunjukan berapa besaran yang masuk dan dikeluarkan
perushaan untuk dana zakat perusahaan yang dimana saldo akhir dana zakat tahun
2020 mengalami penurunan dikarenakan pada tahun 2020 perusahaan menyalurkan
dana zakat yang pada tahun sebelumnya perusahaan ini tidak menyalurkan dana zakat.
17

2.10.8 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

Pada tahun 2020 perusahaan ini tidak menggunakan dana kebajikan yang
menyebabkan kenaikan pada saldo akhir dana kebajikan perusahaan ini.
2.11 Tingkat Pengungkapan lembaga Asuransi Syariah (Kasus)

Sesuai dengan PSAK 108 terkait dengan asuransi syariah, pengungkapan pada
lembaga asuransi syariah sebagai entitas pengelola harus mengungkapkan terkait
kontribusi, mengungkapkan terkait dengan dana investasi, mengungkapkan terkait
penyisihan teknis, mengungkapkan terkait cadangan dana tabarru’, mengungkapkan
asset dan kewajiban yang menjadi milik dana tabarru’. Pada kasus ini kelompok kami
mengambil PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk sebagai bahan analisis
kami terkait pengungkapannya.

1. Pengungkapan terkait kontribusi


a. Kebijakan akuntansi untuk kontribusi yang diterima dan perubahannya serta
pembatasan polis asuransi dan konsekuensinya
2018:
Kontribusi Tabarru’:
18

Kontribusi atas kontrak jangka pendek diakui dalam periode kontrak


sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Kontribusi
atas kontrak jangka panjang diakui pada saat jatuh tempo dari pemegang polis.
Kontribusi yang diterima sebelum diterbitkannya polis asuransi dicatat sebagai
titipan kontribusi

Kontribusi Ujrah:

Bagian kontribusi untuk ujrah entitas pengelola diakui sebagai pendapatan


dari entitas pengelola secara garis lurus selama masaakad dan menjadi beban
dari dana tabarru'. Biaya akuisisi entitas pengelola diakui sebagai beban dari
enttitas pengelola selaras dengan pengakuan pendapatan ujrah tersebut.

2019:
Kontribusi Tabarru’:
Kontribusi atas kontrak jangka pendek diakui dalam periode kontrak
sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Kontribusi
atas kontrak jangka panjang diakui pada saat jatuh tempo dari pemegang polis.
Kontribusi yang diterima sebelum diterbitkannyapolis asuransi dicatat sebagai
titipan kontribusi. Kontribusi tabarru' diakui sebagai pendapatan asuransi
dalam Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’dan tidak diakui
sebagai pendapatan perusahaan.
Kontribusi Ujrah:
Bagian kontribusi untuk ujrah entitas pengelola diakui sebagai pendapatan
dari entitas pengelola secara garis lurus selama masaakad dan menjadi beban
dari dana tabarru'. Biaya akuisisi entitas pengelola diakui sebagai beban dari
enttitas pengelola selaras dengan pengakuan pendapatan ujrah tersebut.
2020:
Kontribusi Tabarru’:
Kontribusi atas kontrak jangka pendek diakui dalam periode kontrak
sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Kontribusi
atas kontrak jangka panjang diakui pada saat jatuh tempo dari pemegang polis.
Kontribusi yang diterima sebelum diterbitkannyapolis asuransi dicatat sebagai
titipan kontribusi. Kontribusi tabarru' diakui sebagai pendapatan asuransi
19

dalam Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’dan tidak diakui


sebagai pendapatan perusahaan.
Kontribusi Ujrah:
Bagian kontribusi untuk ujrah entitas pengelola diakui sebagai pendapatan
dari entitas pengelola secara garis lurus selama masaakad dan menjadi beban
dari dana tabarru'. Biaya akuisisi entitas pengelola diakui sebagai beban dari
enttitas pengelola selaras dengan pengakuan pendapatan ujrah tersebut.

Hasil Analisis:

Entitas Sudah menjelaskan hasil kontribusi yang diterimanya setiap


tahunnya, namun dalam hal ini perusahaan tidak menjelaskan pembatasan
polis asuransi dan konsekuensinya.

b. Piutang kontribusi dari peserta, entitas asuransi, dan reasuransi.


2018:

Jenis 2018 2019 2020 Hasil analisis


Pengungkapan

Piutang Piutang Piutang Piutang Perusahaan


Kontribusi dari kontribusi kontribusi kontribusi menjelaskan
peserta dan meliputi meliputi tagihan meliputi terkait
entitas asuransi tagihan kontribusi tagihan dengan
kontribusi kepada kontribusi Piutang
kepada tertanggung / kepada Kontribusi
tertanggung / agen sebagai tertanggung / dari peserta
agen sebagai akibat transaksi agen sebagai entitas
akibat asuransi. Dalam akibat asuransi, dan
transaksi hal Perusahaan transaksi kontribusi
asuransi. memberikan asuransi. dari re-
Dalam hal potongan Dalam hal asuransi
Perusahaan kontribusi Perusahaan setiap
memberikan kepada memberikan tahunnya.
potongan tertanggung, potongan
kontribusi maka potongan kontribusi
kepada tersebut kepada
tertanggung, langsung tertanggung,
maka potongan dikurangkan maka potongan
tersebut dari piutang tersebut
langsung kontribusinya. langsung
dikurangkan dikurangkan
dari piutang dari piutang
kontribusinya kontribusinya.
20

Piutang Piutang Piutang Piutang


reasuransi reasuransi tidak reasuransi
kontribusi dari
tidak boleh boleh tidak boleh
re-asuransi dikompensasik dikompensasika dikompensasik
an dengan n dengan utang an dengan
utang reasuransi, utang
reasuransi, kecuali apabila reasuransi,
kecuali apabila kontrak kecuali apabila
kontrak reasuransi kontrak
reasuransi menyatakan reasuransi
menyatakan adanyakompens menyatakan
adanyakompen asi. Apabila adanyakompen
sasi. Apabila dalam sasi. Apabila
dalam kompensasi dalam
kompensasi tersebut timbul kompensasi
tersebut timbul saldo kredit, tersebut timbul
saldo kredit, maka saldo saldo kredit,
maka saldo tersebut maka saldo
tersebut disajikan pada tersebut
disajikan pada kelompok disajikan pada
kelompok liabilitas kelompok
liabilitas sebagaiutang liabilitas
sebagaiutang reasuransi. sebagaiutang
reasuransi. reasuransi.

c. Rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi


2018:

2019:
21

2020:
Hasil Analisis:
Perusahaan telah mengungkapkan rincian kontribusi berdasarkan produk asuransinya
setiap tahun secara mendetail.

a. Pengungkapan atas jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk


bagian resiko dan ujrah dari total kontribusi peserta per jenis asuransi. Dilihat
dari laporan keuangannya pada tahun 2018, 2019 dan 2020, perusahaan PT
Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk belum mengungkapkan jumlah
dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian resiko dan ujrah
dari total kontribusi peserta per jenis asuransi.
b. Pengungkapan atas kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana
tabarru’

2018 2019 2020 Hasil analisis


Bagian surplus Bagian surplus Bagian surplus Dari hasil analisis
underwriting dana underwriting dana underwriting dana
kami menyatakan
tabarru’ yang tabarru’ yang tabarru’ yang
22

didistribusikan didistribusikan didistribusikan bahwa perusahaan


kepada peserta kepada peserta dan kepada peserta dan
ini telah
dan perusahaan perusahaan diakui perusahaan diakui
diakui sebagai sebagai pengurang sebagai pengurang mengungkapkan
pengurang surplus surplus dalam surplus dalam
kebijakan
dalam Laporan Laporan Perubahan Laporan Perubahan
Perubahan DanaTabarru’. DanaTabarru’. perlakuan surplus
DanaTabarru’. Surplus dana Surplus dana
atau defisit
Surplus dana tabarru’yang tabarru’yang
tabarru’yang didistribusikan didistribusikan underwriting dana
didistribusikan kepada peserta kepada peserta
tabarru’
kepada peserta diakui sebagai diakui sebagai
diakui sebagai liabilitas dalam liabilitas dalam
liabilitas dalam Laporan Posisi Laporan Posisi
Laporan Posisi Keuangan, jika Keuangan, jika
Keuangan, jika belum dibayarkan belum dibayarkan
belum dibayarkan
Penetapan Penetapan besaran Penetapan besaran
besaran pembagian surplus pembagian surplus
pembagian under writing dana under writing dana
surplus under tabarru’ tabarru’
writing dana didistribusikan didistribusikan
tabarru’ kepada cadangan kepada cadangan
didistribusikan dana tabarru’, dana tabarru’,
kepada cadangan peserta dan kepada peserta dan kepada
dana tabarru’, perusahaan sebagai perusahaan sebagai
peserta dan pengelola sesuai pengelola sesuai
kepada dengan akad. dengan akad.
perusahaan Surplus under Surplus under
sebagai pengelola writing dana writing dana
sesuai dengan tabarru’yang tabarru’yang
akad. Surplus diterima perusahaan diterima
under writing diakui sebagai perusahaan diakui
dana tabarru’yang pendapatan dalam sebagai pendapatan
diterima Laporan Laba Rugi dalam Laporan
perusahaan diakui dan Penghasilan Laba Rugi dan
sebagai Komprehensif Lain Penghasilan
pendapatan dalam Komprehensif Lain
Laporan Laba
Rugi dan
Penghasilan
Komprehensif
Lain

c. Pengungkapan atas jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup defisit


underwriting (jika ada)

2018 2019 2020


23

Jika terjadi defisit under Jika terjadi defisit under Jika terjadi defisit under
writing dana tabarru’, writing dana tabarru’, writing dana tabarru’,
perusahaan wajib perusahaan wajib perusahaan wajib
menanggulangi menanggulangi kekurangan menanggulangi
kekurangan tersebut dalam tersebut dalam bentuk kekurangan tersebut
bentuk pinjaman (qardh). pinjaman (qardh). dalam bentuk pinjaman
Pengembalian qardh Pengembalian qardh kepada (qardh). Pengembalian
kepada perusahaan berasal perusahaan berasal dari qardh kepada perusahaan
dari surplus dana tabarru’ surplus dana tabarru’ yang berasal dari surplus dana
yang akan datang. akan datang. Pinjaman tabarru’ yang akan
Pinjaman qardh dalam qardh dalam laporan datang. Pinjaman qardh
laporan keuangan dan keuangan dan pendapatan dalam laporan keuangan
pendapatan dalam Laporan dalam Laporan Surplus dan pendapatan dalam
Surplus Defisit Under Defisit Under writing Laporan Surplus Defisit
writing DanaTabarru’diakui pada Under writing
DanaTabarru’diakui pada saat perusahaan DanaTabarru’diakui pada
saat perusahaan menyalurkan dana talangan saat perusahaan
menyalurkan dana sebesar jumlah yang menyalurkan dana
talangan sebesar jumlah disalurkan. talangan sebesar jumlah
yang disalurkan. yang disalurkan.

Hasil analisis:

Perusahaan telah mengungkapkan jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup


defisit underwriting.

2. Pengungkapan terkait dengan dana investasi (Rincian jumlah dana investasi


berdasarkan akad yang digunakan dalam pengumpulan dan pengelolaan
dana investasi)
2018:
24

2019:

2020:

Hasil Analisis:
25

Pengungkapan terkait dengan dana investasi (Rincian jumlah dana investasi


berdasarkan akad yang digunakan dalam pengumpulan dan pengelolaan dana
investasi) telah dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk sesuai
dengan standar yang berlaku.

3. Pengungkapan terkait penyisihan teknis


Perusahaan telah mengungkapkan Jenis penyisihan teknis (saldo awal, jumlah yang
ditambahkan dan digunakan selama periode berjalan, dan saldo akhir) dan juga
Dasar yang digunakan dalam penentuan jumlah untuk setiap penyisihan teknis dan
perubahan basis yang digunakan setiap tahunnya mulai dari tahun 2018 hingga tahun
2020.
2018:

2019:

2020:
26

4. Pengungkapkan terkait cadangan dana tabarru’


PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk telah mengungkapkan Cadangan
dana tabarru’ yang disajikan pada Laporan Posisi Keuangan.

5. Pengungkapkan asset dan kewajiban yang menjadi milik dana tabarru’.


2018:
27

2019:
28

2020:

Hasil analisis:
Perusahaan telah mengungkapkan asset dan kewajiban yang menjadi milik dana
tabarru’ pada bagian catatan atas laporan keuangan baik di tahun 2018, 2019, maupun
2020 dalam bentuk laporan posisi keuangan untuk dana tabarru’.

Rekapitulasi Tingkat Pengungkapan PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra


Abadi Tbk Sesuai Dengan PSAK 108

PENGUNGKAPA JENIS PENGUNGKAPAN 2018 2019 2020


N
Pengungkapan a. Kebijakan akuntansi untuk √ √ √
kontribusi yang diterima dan
terkait kontribusi
perubahannya
pembatasan polis asuransi dan
konsekuensinya.
b. pembatasan polis asuransi dan X X X
konsekuensinya
c. Piutang kontribusi dari peserta, √ √ √
entitas asuransi, dan reasuransi.
d. Rincian kontribusi berdasarkan √ √ √
jenis asuransi
e. Jumlah dan persentase komponen X X X
kontribusi untuk bagian resiko
dan ujrah dari total kontribusi
per jenis asurans
f. Kebijakan perlakuan surplus atau √ √ √
deficit underwriting dana tabarru’
g. Jumlah pinjaman (qard) untuk √ √ √
menutup deficit underwriting (jika
ada).
Pengungkapan √ √ √
29

terkait dengan dana


investasi (Rincian
jumlah dana
investasi berdasarka
akad yang
digunakan dalam
pengumpulan dan
pengelolaan dana
investasi
Pengungkapan √ √ √
terkait penyisihan
teknis
Pengungkapkan √ √ √
terkait cadangan
dana tabarru’
Pegungkapkan asset √ √ √
dan kewajiban yang
menjadi milik dana
tabarru’.
BAB III
KESIMPULAN

Asuransi berdasarkan prinsip syariah adalah usaha saling tolong menolong


(ta’awuni) dan melindungi (takafuli) di antara para peserta melalui pembentukan
kumpulan dana (dana tabarru) yang dikelola sesuai prinsip syariah untuk menghadapi
risiko tertentu. Sementara itu, Dana tabarru adalah kumpulan dana yang berasal dari
kontribusi para peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai dengan akad tabarru
yang disepakati. Dijelaskan juga peserta adalah orang atau badan yang menjadi
peserta program asuransi dengan prinsip syariah, atau perusahaan asuransi yang
menjadi peserta program reasuransi dengan prinsip syariah.

Asuransi syariah adalah sekumpulan orang yang saling membantu, saling


menjamin dan bekerjasama dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’.
Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan dana tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Pelaksanaan perjanjian asuransi syariah harus terbebas dari hal riba, gharar
dan maisir. Dari definisi tersebut jelas bahwa dalam menanggung kemungkinan
terjadinya resiko, para peserta asuransi bersama-sama mendermakan hartanya dalam
bentuk dana tabarru’ dan menggunakannya untuk membantu salah satu peserta yang
tertimpa musibah atau risiko. Jadi letak perbedaaan antara asuransi syariah dan
asuransi konvensional adalah pada bagian risiko itu dikelola dan ditanggung dan
bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan lain terletak pada hubungan
antara operator (penanggung) dengan peserta (tertanggung), dimana asuransi syariah
pengaturan pengelolaan resikonya memenuhi ketentua syariah, tolong menolong serta
mutual yang melibatkan peserta dan operator

30
31
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis,
Teoritis, & Praktis. Jakarta: Prenada Media.

Ali, Zinuddin. 2008. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Syariah. 2015. Exposure Draft Revisi PSAK No. 108.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Kristianto, Djoko. “Implikasi Akuntansi Syariah dan Asuransi Syariah Dalam Lembaga
Keuangan Syariah”, Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, 7 (1), April
2009.

JMA Syariah. Laporan Keuangan PT. Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk. Tahun
2018. https://www.jmasyariah.com/laporan-keuangan-tahunan/

JMA Syariah. Laporan Keuangan PT. Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk. Tahun
2019. https://www.jmasyariah.com/laporan-keuangan-tahunan/

JMA Syariah. Laporan Keuangan PT. Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk. Tahun
2020. https://www.jmasyariah.com/laporan-keuangan-tahunan/

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Prinsip Dasar


Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69 /Pojk.05/2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha


Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, Dan
Perusahaan Reasuransi Syariah.

Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional. Jakarta. Gema Insani Press.

Wasilah Nurhayati, Sri. 2019. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta. Salemba Empat.

32

Anda mungkin juga menyukai