“Koperasi Syariah”
Disusun Oleh :
Windarti (11190820000048)
Akuntansi 5 – D
JURUSAN AKUNTANSI
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Koperasi syariah atau yang sering disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)
adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan
simpanan sesuai pola syariah. Munculnya jenis koperasi ini berawal dari Keputusan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004
tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi syariah. Keberadaan koperasi Syariah
dengan jumlah yang signifikan pada beberapa daerah di Indonesia tidak didukung oleh
faktor-faktor pendukung yang memungkinkan lembaga mikro ini untuk terus berkembang
dan berjalan dengan baik. Fakta yang ada di lapangan menunjukkan banyak koperasi syariah
yang tenggelam dan bubar.
Koperasi syariah tidak hanya berfungsi dalam penyaluran modal tetapi juga berfungsi
untuk menangani kegiatan sosial demikian juga mendukung keuangan inklusif. Keuangan
inklusif adalah suatu keadaan dimana semua orang memiliki akses terhadap layanan jasa
keuangan yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau dan cara yang menyenangkan,
tidak rumit, serta menjunjung harga diri dan kehormatan (Radyati 2012). Dilihat secara
konsepsi, koperasi syariah merupakan suatu lembaga yang eksistensinya sangat dibutuhkan
masyarakat terutama kalangan mikro. Akan tetapi di sisi lain, yaitu dalam bidang
operasionalnya masih memiliki banyak kelemahan. Maka problematika tersebut harus dapat
diatasi dengan baik agar mampu mewujudkan terciptanya citra positif bagi lembaga keuangan
mikro syariah yang bersih serta dipercaya oleh masyarakat.
Jika dilihat dari latar belakang berdirinya, koperasi syariah merupakan jawaban
terhadap tuntutan dan kebutuhan kalangan umat Muslim. Kehadiran koperasi syariah muncul
di saat umat Islam mengharapkan adanya lembaga keuangan yang berbasis syariah dan bebas
dari unsur riba yang dinyatakan haram. Beberapa model pembiayaan lain yang ada adalah
model berbasis tanggung renteng atau dikenal dengan istilah group lending model (Akanji
2007); (Lukman et al. 2008); (Schurmann and Johnston 2009), dan (Fukuyama 2002).
Demikian pula bentuk koperasi kredit dengan basis bunga (Stiglitz 1990), (Banerjee, Besley,
and Guinnane 1994), (Rudjito 2003), dan (Robinson 2001).
BAB II
TINJAUAN KONSEP/PEMBAHASAN
Ikhtisar Ringkas
PSAK 106 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
musyarakah, tetapi tidak me tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad musyarakah. Untuk pertanggungjawaban
pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif
atau pihak yang mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang
terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh
syariah.
PSAK 106 juga memberikan ketentuan pengakuan akuntansi untuk mitra aktif dan
mitra pasif, pada saat akad, selama akad, dan saat akhir akad. Pernyataan ini juga
memberikan ketentuan minimum penyajian bagi mitra aktif dan mitra pasif. Untuk
mendukung transparansi pelaporan transaksi Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait
transaksi musyarakah, seperti isi kesepakatan utama usaha musyarakah, pengelola usaha,
dan pengungkapan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan.
Biaya pra akad yang terjadi akibat akad musyarakah (biaya studi kelayakan) tidak
dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh
mitra musyarakah. Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau
penyerahan aset nonkas kepada mitra aktif. Adapun Akun investasi musyarakah dapat
diukur dalam bentuk kas maupun aset nonkas :
1) Investasi musyarakah yang diserahkan dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
dibayarkan. Jurnal yang harus dibuat oleh Koperasi syariah untuk mencatat investasi
musyarakah dalam bentuk kas adalah:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Kas xxx
2) Investasi musyarakah yang diserahkan dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai
wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka
perlakuannya adalah sebagai berikut:
a. Apabila nilai wajar lebih besar daripada nilai tercatat maka diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad. Jurnal yang harus
dicatat oleh Koperasi syariah untuk mencatat keuntungan tangguhan adalah :
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Asset Nonkas xxx
Cr.KeuntunganTangguhan xxx
Setelah dilakukan pengakuan keuntungan tangguhan, Koperasi syariah harus
melakukan amortisasi keuntungan tangguhan tersebut selama masa manfaat.
Adapun jurnal amortisasi keuntungan tangguhan yang harus dicatat oleh
Koperasi syariah adalah sebagai berikut :
Dr. Keuntungan Tangguhan xxx
Cr. Keuntungan xxx
b. Sebaliknya, apabila niali wajar lebih kecil daripada nilai tercatat maka diakui
sebagai kerugian pada saat terjadinya. Berikut jurnal yang harus dibuat oleh
koperasi syariah untuk mencatat kerugian pada saat penyerahan aset nonkas:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
3) Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan
akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan
dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan. Jurnal yang harus dibuat oleh
Koperasi syariah untuk mencatat penyusunan investasi musyarakah (aset tetap) adalah
:
Dr. Beban Penyusutan xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
4) Biaya yang terjadi akibat musyarakah (misalnya biaya studi kelayakan) tidak dapat
diakui sebagai bagian investasi musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh
mitra musyarakah.
Dari investasi musyarakah, dapat diperoleh keuntungan atau kerugian dari usaha yang
dijalankan. Berikut adalah jurnal yang dapat dibuat oleh Koperasi syariah, meliputi :
1) Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan, maka jurnal yang harus
dibuat oleh Koperasi syariah adalah :
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil xxx
2) harus dibuat oleh Koperasi syariah adalah :
Dr. Kerugian xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
1) Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan diakhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang disepakati pada
saat penyerahan aset. Jurnal yang harus dibuat oleh Koperasi syariah apabila tidak ada
kerugian adalah :
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Sebaliknya, apabila terjadi kerugian, maka jurnal yang harus dibuat oleh Koperasi
syariah adalah :
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
2) Ketika akad musyarakah berakhir, aset nonkas akan dilikuidasi/dijual terlebih dahulu
dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara nilai buku dengan
nilai jual) didistribusikan kepada setiap 33 mitra usaha nisbah. Jurnal yang harus
dibuat oleh Koperasi syariah untuk mencatat penjualan aset nonkas yang mengalami
keuntungan adalah :
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Sebaliknya, apabila dalam penjualan investasi musyarakah mengalami kerugian, maka
jurnal yang harus dibuat Koperasi syariah adalah :
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Keuntungan xxx
Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian dana
mitra usaha secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah kas atau
nilai wajar aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah jumlah dana
syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif. Adapun bagian mitra
pasif, nilai investasi musyarakahnya sebesar kas atau nilai wajar aset yang diserahkan
pada awal akad dikurangi dengan pengembalian dari mitra aktif jika ada.
Skor Predikat
2,26 – 3,00 Baik
1,51 – 2,25 Cukup Baik
0,76 – 1, 50 Kurang Baik
0 – 0, 75 Tidak Baik
d. Aspek Efisiensi
Aspek ini mencakup rasio biaya operasional terhadap pelayanan, aktiva tetap terhadap
total aset, dan rasio efisiensi pelayanan.
rasio biaya operasional terhadap pelayanan
Biaya Operasional Pelayanan
x 100 %
Partisipasi Bruto
aktiva tetap terhadap total aset
Aktiva tetap
x 100 %
Total Aset
rasio efisiensi pelayanan
Biaya gaji dan honor karyawan
x 100 %
Jumlah piutang dan pembiyaan
e. Aspek Likuiditas
Aspek ini mencakup rasio kas dan rasio pembiayaan.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang
dapat disajikan dalam berbagai cara), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Standar khusus untuk koperasi syariah
telah disusun sebagai dasar atau pedoman pembuatan laporan keuangan yang bertujuan untuk
pemakai dan penyusun laporan keuangan. Dengan diterbitkannya standar khusus akuntansi
oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) berarti koperasi dapat menyusun laporan keuangan
berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim dengan memperhatikan karakteristik-
karakteristik koperasi.
Berkaitan dengan kegiatan bisnis keuangan dan legalitas yang berbadan hukum koperasi,
maka acuan penyusunan laporan keuangan koperasi syariah yaitu pada Standar Akuntansi
PSAK 101. Dan pada pelaksanaan kegiatannya dan berpedoman kepada Fatwa DSN dan DPS
(Dewan Pengawas Syariah), yang mana DPS bertugas sebagai pengawas dalam pelaksanaan
kegiatan perusahaan yang terkait agar tidak terlewat dengan prinsip Syariah yang ada.
BAB III
CONTOH SOAL
a. Transaksi
1) Mudharabah/Bagi Hasil
Bu purwantini ingin menjual bensin di depan rumahnya yang memang terletak
di pinggir jalan utama. Sebelumnya dia sempat menjual barang yang sama, namun
karena berbagai hal akhirnya usahanya tersebut tidak berlanjut. Dari pengalaman
menjual bensin sebelumnya, rata – rata penjualan bensin antara 8 – 12 botol per hari,
dengan keuntungan Rp.500,- / botol. Kemudian bu purwantini mengajukan
pembiayaan ke koperasi syari’ah Artha Gumilar dengan sistem mudhorobah/ bagi
hasil. sebesar Rp.500.000,- dan akan diangsur selama 5 bulan dengan asumsi
pendapatan/ hari dari jual bensin Rp.4.000,- sehingga asumsi keuntungan / bulan
sebesar Rp.120.000,-. Dengan berdasarkan keuntungan tsb, pihak koperasi
menawarkan nisbah/ bagi hasil 25 %: 75% ( koperasi : mitra ).
Dengan ilustrasi di atas, bisa dihitung pendapatan koperasi dan teknis angsuran bu
purwantini sebagai berikut.
Jenis usaha : jual bensin
Modal : Rp.500.000,-
Masa angsuran : 5 bulan
Nisbah : 25 % : 75 %
Asumsi keuntungan/ bln : Rp.120.000,-
Angsuran bulanan bu purwantini setiap bulan adalah sebagai berikut :
No Angsuran Angs. Pokok Basil Parts. Modal Jumlah Angs+ Basil
1 I 100.000 30.000 500.000 130.000
2 II 100.000 24.000 400.000 124.000
3 III 100.000 18.000 300.000 118.000
4 IV 100.000 12.000 200.000 112.000
5 V 100.000 6.000 100.000 106.000
6 Total 500.000 90.000 0 590.000
Jadi total keuntungan koperasi sebesar Rp.90.000,-
*Bagi hasil menyesuaikan pendapatan real ( setiap jatuh tempo/ masa angsuran,
koperasi dan mitra bersama-sama menghitung laba bulanan )
*Untuk usaha yang benar2 baru, dilakukan perkiraan sesuai dengan permodalan
kemudian pihak koperasi akan memberlakukan nisbah percobaan selama 1 bulan
untuk mengetahui kondisi real dari usaha mitra ( apakah sesuai dengan target
pencapaian keuntungan ), kemudian setelah 1 bulan percobaan, nisbah bisa
dievaluasi, apakah besaran nisbah tetap/ ditambah/ dikurangi ( berdasarkan
musyawarah kedua belah pihak).
2) Musyarakah/Kerjasama Modal dengan Bagi Hasil
Untuk musyarokah, perhitungan sama dengan mudhorobah hanya saja untuk
keuntungan koperasi disesuaikan dengan partisipasi permodalan.
Contoh; jika modal total Rp.10.000.000,- dengan asumsi keuntungan Rp.1.000.000,-
sedangkan permodalan koperasi Rp.7.000.000,- nisbah/ bagi hasil 40 % : 60 %
( koperasi : mitra usaha ) maka perhitungan keuntungan adalah sebagai berikut :
U koperasi = laba x ( parts. Koperasi/ modal total ) x nisbah koperasi
= Rp.1.000.000 x ( Rp.7.000.000/Rp.10.000.000 ) x 40 %
= Rp.280.000,-
Jika permodalan koperasi dalam pengembalian akan diangsur, hitungan sama dengan
mudhorobah di atas (tabel).
3) Ijarah/Sewa
Ibu parmi berencana memperpanjang masa kontrak rumah yang ia beserta
keluarganya tinggali selama 1 tahun. sedangkan beliau hanya punya uang cash
Rp.1.000.000,- . kemudian ia mengajukan pembiayaan ijaaroh ke koperasi.
Selanjutnya koperasi menyewa rumah tersebut selama 1 tahun kemudian
menyewakan kembali rumah tersebut ke bu parmi dengan sistem kontrak bulanan
seharga Rp.300.000,- ( dengan kesepakatan ). Karena ibu parmi sudah memiliki uang
Rp. 1.000.000,- dan akan dibayarkan ke koperasi, shg untuk masa 1 tahun ibu parmi
hanya membayar ke koperasi sebesar Rp.200.000,- / bulan. {[ 3.600.000 ( 2.000.000/
3.000.000 )]/ 12 bulan }.
Dari transaksi ini, koperasi mendapatkan keuntungan sebesar Rp.400.000,-
4) Murabahah/Jual Beli
Pa’ soni berencana akan membeli tabung gas untuk melengkapi perlengkapan
usahanya. Kemudian mengajukan pembiayaan murobahah dengan koperasi.
Selanjutnya koperasi membelikan barang sesuai pesanan dengan harga Rp.120.000,- .
selanjutnya koperasi menjual ke pa’ soni dan mendapatkan keuntungan dari penjualan
tabung gas tersebut sebesar Rp.15.000,- dengan sistem pembayaran cash 1 bulan
berikutnya.
b. Kasus
Pembiayaan Mudharabah Bermasalah pada Koperasi Syariah KANINDO JATIM
Permasalahan perekonomian yang begitu kompleks mengharuskan masyarakat untuk
mencari alternatif lain untuk memperoleh penghasilan seperti membuka usaha sendiri.
Untuk mendukung berjalannya usaha, tentu masyarakat butuh modal dana untuk
mendorong berjalannya usaha tersebut. Koperasi Syariah KANINDO Jatim menawarkan
produknya yaitu pembiayaan mudharabah kepada para masyarakat. Namun, seiring
berjalannya waktu, tidak sedikit adanya pembiayaan bermasalah karena ketidakmampuan
anggota untuk membayar tepat waktu atau jatuh tempo pembayaran, serta usaha yang
dijalankan tidak berjalan dengan baik dan lancar.
Kemudian adapun upaya preventif yang dapat ditempuh oleh Koperasi Syariah
KANINDO Jatim dalam menghadapi permasalahan dalam produk pembiayaan
mudharabahnya adalah sebagai berikut :
1. Pencegahan
Upaya pencegahan merupakan langkah utama yang perlu dilakukan oleh Koperasi
Syariah dalam mencegah adanya pembiayaan mudharabah macet, dimulai dari adanya
pemahaman dan pelaksanaan proses pembiayaan yang baik dan benar, pemantauan
dan pembinaan yang baik, serta memahami faktor-faktor yang menjadi sebab
timbulnya pembiayaan bermasalah. Langkah yang dilakukan meliputi :
a) Pemahaman dan pelaksanaan proses pembiayaan yang baik dan benar,
menyangkut pihak internal koperasi dan eksternal koperasi (mitra).
b) Pemantauan dan pembinaan (on site dan on desk monitoring)
c) Pemahaman terhadap factor-faktor yang menjadi penyebab adanya pembiayaan
bermasalah
Dari segi represifnya, Koperasi Syariah dapat melakukan berbagai upaya dalam
menyelesaikan permasalahan pembiayaan macet dengan mengambil langkah
penyelesaian sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKAS) yaitu sebagai
berikut :
1) Melakukan Revitalisasi
Revitalisasi dilakukan dengan cara :
a) Penataan Kembali (Restructuring)
Penataan kembali dilakukan dengan 3 skema, yaitu :
1. Penambahan Dana (Suplesi)
Mitra diperkenankan untuk mengambil sisa debet selama masih dalam
jangka waktu pembiayaan yang disepakati dalam akad.
2. Novasi
Novasi merupakan perjanjian antara koperasi dengan mitra yang
menyebabkan pembiayaan lama menjadi hangus
3. Pembaruan Pembiayaan
Hal ini tidak berarti pembaruan perjanjian menyebabkan perjanjian lama
menjadi hangus dengan adanya pembaruan perjanjian tersebut, namun ini
merupakan tindakan yang dilakukan oleh Koperasi Syariah terhadap suatu
fasilitas pembiayaan yang diberikan dengan ketentuan :
a. Mitra belum sanggup dalam melunasi pembiayaan yang telah diterima
sehingga mitra tersebut diberi kesempatan dalam memperoleh
pembiayaan dengan maksimal plafon seperti pembiayaan semula.
b. Mitra tidak diperkenankan untuk mengambil sisa debet dari
pembiayaan terdahulu.
b) Penjadwalan Kembali (Rescheduling)
Penjadwalan ulang dapat dilakukan dengan cara mengubah jangka waktu
pembiayaan, jadwal pembayaran (penanggalan, tenggang waktu), dan jumlah
angsuran.
c) Persyaratan Kembali (Reconditioning)
Koperasi Syariah akan melakukan tindakan ini apabila mitra terdapat :
1. Perubahan kepemilikan dana
2. Perubahan jaminan
3. Perubahan pengurus
4. Perubahan nama beserta status perusahaan
d) Bantuan Manajemen
Apabila dari hasil evaluasi ditemukan bahwa manajemen koperasi menjadi
salah satu factor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah, maka
Koperasi Syariah akan melakukan asistensi atau bantuan manajemen terhadap
usaha mitra.
2) Collection Agent
Apabila pihak koperasi dalam melakukan panagihan pembiayaan bermasalah
dinilai tidak cukup efektif, maka diperkenankan untuk menggunakan jasa pihak
ketiga dalam melakukan penagihan dengan syarat bahwa personal yang
bersangkutan harus capable, kredibel, amanah, serta memahami prinsip-prinsip
syariah dalam melakukan penagihan.
3) Penyelesaian melalui Jaminan (Eksekusi)
Dalam penyelesaian mutu jaminan, dilakukan dengan cara :
a. Non Mitigasi
1. Likuidasi Usaha
2. Ambil alih jaminan (off set) serta menjual jaminan
b. Write-off Sementara
4) Write-off Final
a. Klasifikasi Write-Off
1. Hapus Buku, yaitu penghapusbukuan seluruh pembiayaan mitra yang telah
termasuk dalam kategori pembiayaan macet akan tetapi masih akan tetap
ditagihkan
2. Hapus tagih, yaitu penghapusbukuan serta penghapustagihan seluruh
pembiayaan mitra yang sudah nyata-nyata macet.
b. Syarat dan Kondisi
1. Penghapus bukuan hanya dapat dilakukan terhadap mitra yang
pembiayaannya dengan bukti nyata telah tergolong dalam kategori
pembiayaan macet, akan tetapi berdasarkan analisis pihak koperasi secara
material masih terdapat sumber atau kemampuan untuk membayar.
2. Penghapus tagihan hanya dapat dilakukan terhadap mitra yang
pembiayaannya dengan bukti nyata tergolong dalam kategori pembiayaan
macet serta berdasarkan analisis perekonomian pihak koperasi, mitra yang
bersangkutan dengan nyata-nyata tidak mempunyai sumber untuk
melunasi pembiayaan atau memiliki kemampuan untuk membayar.
c. Sumber Penghapusan Pembiayaan
1. Sumber penghapusan bukuan adalah dana Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif Wajib Dibentuk (PPAP WD). Perolehan pembayaran kembali
dari mitra yang telah dihapusbukukan akan dimasukkan ke dalam
rekening PPAP.
2. Sumber penghapus tagihan adalah dana zakat yang dikelola oleh Baitul
Maal.
BAB IV
KESIMPULAN
Koperasi Syariah adalah suatu bentuk koperasi yang segala kegiatan usahanya
bergerak dibidang pembiayaan, simpanan, yang sesuai dengan pola bagi hasil (Syariah) dan
investasi (Kementrian Koperasi UKM RI tahun 2009 Pasal 1). Koperasi Syariah memiliki
tujuan yang sama pada koperasi umumnya yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi Syariah berlandaskan pada al-qur’an
dan as-sunnah serta Pancasila dan UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 yang berasaskan kekeluargaan.
Untuk mendirikan koperasi Syariah diperlukan modal awal yang bersumber dari dana usaha.
Dari sisi laporan keuangan pada koperasi Syariah yang telah dibahas bahwa laporan
keuangan tersebut sudah sesuai prinsip Syariah dalam produknya. Dan pada koperasi tersebut
juga sudah mengungkapkan laporan keuangan dengan membuat 5 laporan keuangan
diantaranya yaitu, laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Tetapi dari sisi PSAK dimana
kita merujuk pada PSAK 101 laporan keuangan koperasi Syariah tersebut belum sepenuhnya
sesuai dengan PSAK 101, dimana tidak terdapat dana syirkah temporer, tidak menyajikan
laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan tidak menyajikan sumber dan penggunaan
dana kebajikan. Hal ini bisa disebabkan salah satunya adalah faktor eksternal, kurangnya
pengawasan dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan Koperasi
Karyawan PT Bank Syariah Mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 99
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dan Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. PSAK 106:
Akuntansi Musyarakah.
Ahsari, S. (2019). Analisis Penilaian Kesehatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiyaaan
Syairah Pada Koperasi (Suatu Survey Pada Koperasi Syariah Tingkat Nasional).
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. (2016).
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiyaan Syariah dan
Unit Simpan Pinjam dan Pembiyaan Syariah Koperasi (Patent No. 7). IV.
Yusuf, B. (2016). Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah. Jurnal Bisnis Dan
Manajemen, 6(April), 101–112. https://doi.org/10.15408/ess.v6i1.3124
https://kopkarbsm.co.id/files/Laporan_Keuangan_2019_Kopkar_BSM.pdf