Anda di halaman 1dari 31

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994

Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan

Peraturan Menteri Keuangan Republik


Indonesia Nomor 82/PMK.03/2017
Tentang Pemberian Pengurangan Pajak
Bumi Dan Bangunan

Kanwil JB II 2
Pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun
1994 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan

MENTERI KEUANGAN

DAPAT
memberikan pengurangan pajak yang terhutang

a. karenakondisi tertentu obyek pajak yang


ada hubungannya dengan subyek pajak
dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya;

bencana
b. dalam hal obyek pajak terkena

alam atau sebab lain yang diluar biasa.


Ketentuan mengenai pemberian pengurangan pajak
diatur
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
3
oleh Menteri Keuangan.
Y-Values
3.5

2.5

1.5

0.5

0
4
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
WAJIB PAJAK MENTERI KEUANGAN KEPALA
Melalui KPP KANWIL DJP
Surat
Permohonan

dokumen, data, 4 Bulan sejak


informasi, dan/atau permohonan
1. Langsung diterima
keterangan
2. POS
3. Jasa 15 hari kerja sejak surat dikirim
Ekspedisi

SURAT KEPUTUSAN
MENOLAK
1. BPS MENGABULKAN SEBAGIAN
2. Resi POS Tanggal pada bukti
3. Resi Jasa tanda terima adalah
Ekspedisi tanggal surat
permohonan diterima 5
Pasal 6 ayat (1) PMK
No.82/PMK.03/2017 6
ADD A FOOTER 7
KONDISI TERTENTU
Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
yaitu kerugian dan kesulitan likuiditas pada:
1. akhir tahun buku sebelum tahun pengajuan permohonan
Pengurangan PBB, dalam hal Wajib Pajak menyelenggarakan
pembukuan; atau
2. akhir tahun kalender sebelum tahun pengajuan permohonan
Pengurangan PBB, dalam hal Wajib Pajak melakukan
pencatatan.

KERUGIAN KESULITAN LIKUIDITAS

kerugian komersial yang diketahui dari :


1. laporan keuangan yang dilampirkan
kondisi ketidakmampuan Wajib Pajak
dalam SPT Tahunan PPh; atau
dalam membayar utang jangka
2. pencatatan yang dilampirkan dalam
pendeknya dengan kas yang diperoleh
SPT Tahunan PPh, dalam hal Wajib
dari kegiatan usaha. 9
Pajak tidak menyelenggarakan
pembukuan.
KONDISI TERTENTU
Pasal 3 & 4 PMK No.82/PMK.03/2017

Pengurangan PBB diberikan kepada Wajib


Pajak atas PBB yang terutang yang
tercantum dalam:

SPPT •jumlah pokok pajak yang tercantum


dalam SPPT
Maksimal

SKP PBB
•jumlah pokok pajak ditambah
dengan denda administrasi yang
75%
tercantum dalam SKP PBB

•jumlah pokok pajak ditambah


STP PBB dengan denda administrasi yang
tercantum dalam STP PBB.

10
Pasal 5 ayat (2)PMK No.82/PMK.03/2017

a. Wajib Pajak tidak sedang mengajukan keberatan PBB atas SPPT atau
SKP PBB yang dimohonkan Pengurangan PBB;
b. Wajib Pajak tidak mengajukan banding atas surat keputusan keberatan PBB
c. Wajib Pajak tidak mengajukan permintaan pengurangan denda
administrasi atas SKP PBB atau STP PBB yang diterbitkan atas dasar surat
keputusan keberatan PBB, atau Wajib Pajak mengajukan permintaan
pengurangan denda administrasi atas SKP PBB atau STP PBB yang
diterbitkan atas dasar surat keputusan keberatan PBB tetapi dianggap bukan
sebagai permintaan karena tidak memenuhi persyaratan;

11
d. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan pengurangan atas SPPT atau
SKP PBB yang tidak benar atau Wajib Pajak mengajukan permohonan
pengurangan atas SPPT atau SKP PBB yang tidak benar tetapi dianggap
bukan sebagai permohonan
e. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan pembatalan
atas SPPT, SKP PBB, atau STP PBB yang diterbitkan atas dasar surat
keputusan keberatan PBB, yang tidak benar atau Wajib Pajak
mengajukan permohonan pembatalan SPPT, SKP PBB, atau STP
PBB yang diterbitkan atas dasar surat keputusan keberatan PBB yang tidak
benar tetapi dianggap bukan sebagai permohonan;
f. Wajib Pajak tidak sedang mengajukan pembetulan atas SPPT,
SKP PBB, atau STP PBB yang diterbitkan atas dasar surat keputusan
keberatan PBB; dan

Lanjutan . . . . 12
g. diajukan dalam jangka waktu:
1. 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT;
2. 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SKP PBB;
3. 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya STP PBB yang
diterbitkan atas dasar¬ surat keputusan keberatan PBB; atau
4. 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat keputusan
pembetulan atas SPPT, SKP PBB, atau STP PBB yang diterbitkan atas
dasar surat keputusan keberatan PBB dalam hal:
a. permohonan pembetulan atas SPPT diajukan dalam waktu 3 (tiga)
bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT; atau
b. permohonan pembetulan atas SKP PBB atau STP PBB yang
diterbitkan atas dasar surat keputusan keberatan PBB diajukan
dalam waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SKP
PBB atau STP PBB yang diterbitkan atas dasar surat keputusan
keberatan PBB.

Ketentuan jangka diatas tidak berlaku dalam hal Wajib Pajak dapat
membuktikan bahwa dalam jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi 13
karena keadaan di luar kekuasaannya.
KONDISI TERTENTU 14
BENCANA ALAM ATAU SEBAB LAIN YANG LUAR BIASA
Pasal 2 ayat (5) & (6) PMK No.82/PMK.03/2017

BENCANA ALAM SEBAB LAIN YANG LUAR BIASA

bencana yang diakibatkan oleh


peristiwa atau serangkaian peristiwa
antara lain kebakaran, wabah penyakit
yang disebabkan oleh alam antara lain
wabah hama, huru-hara, kerusuhan,
gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
atau tindakan anarkis.
banjir, kekeringan, angin topan, atau
tanah longsor.

16
BENCANA ALAM ATAU SEBAB LAIN YANG
LUAR BIASA
Pasal 3 & 4 PMK No.82/PMK.03/2017

Pengurangan PBB diberikan kepada Wajib


Pajak atas PBB yang terutang yang
tercantum dalam:

SPPT •jumlah pokok pajak yang tercantum


dalam SPPT
Maksimal

SKP PBB
•jumlah pokok pajak ditambah
dengan denda administrasi yang 100%
tercantum dalam SKP PBB

•jumlah pokok pajak ditambah


STP PBB dengan denda administrasi yang
tercantum dalam STP PBB.

17
Pasal 5 ayat (4)PMK No.82/PMK.03/2017

6 (enam) bulan terhitung sejak


a. diajukan dalam jangka waktu paling lama
tanggal terjadinya bencana alam atau sebab lain yang luar biasa;
dan
b. mencabut pengajuan keberatan PBB, banding, peninjauan kembali, serta
permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan PBB yang tidak benar,
dalam hal atas
atau pengurangan/penghapusan denda administrasi PBB,
pengajuan atau permohonan dimaksud belum diterbitkan
keputusan atau putusan.

18
BENCANA ALAM ATAU SEBAB 19
LAIN YANG LUAR BIASA
ADD A FOOTER 20
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994
Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan

Peraturan Menteri Keuangan Republik


Indonesia Nomor 249/PMK.03/2016
Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor
253/Pmk.03/2014 Tentang Tata Cara
Pengajuan Dan Penyelesaian
Keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan

Kanwil JB II 22
KEBERATAN
Pasal 15 ayat (1), ayat (7) UU PBB

Wajib Pajak dapat mengajukan


keberatan pada Direktur Jenderal Pajak atas :

 SPPT
 SKP

Catatan :
 Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak.
Y-Values
3.5

2.5

1.5

0.5

0
24
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
DIREKTUR JENDERAL
WAJIB PAJAK KEPALA
PAJAK
KANWIL DJP
Surat Melalui KPP
Permohonan

dokumen, data, 12 Bulan sejak


informasi, dan/atau SPUH permohonan
BILA DIANGGAP PERLU: diterima
1. Langsung keterangan
DJP melaksanakan peninjauan di lokasi
2. POS
objek pajak, tempat kedudukan Wajib
3. Jasa 15 hari kerja sejak surat dikirim
Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap
Ekspedisi perlu
Bila tidak dipenuhi
1. surat Jenderal
Direktur peminjamanPajakyang kedua;
terlebih SURAT KEPUTUSAN
dahulu
dan/atau
memberitahukan secara tertulis kepada Menerima Seluruhnya atau Sebagian
2. surat
Wajib permintaan
Pajak keterangan yang
dengan menggunakan surat Menolak
1. BPS kedua
pemberitahuan peninjauan dalam rangka Menambah Besarnya PBB terutang
2. Resi POS (Dipenuhi
Tanggal 10 harikeberatan
padapenelitian
bukti sejak dikirim)
PBB
3. Resi Jasa tanda Bila diperlukan
terima adalah
Ekspedisi 1. surat
tanggal suratpeminjaman tambahan
2. surat
permohonan permintaan keterangan
diterima 25
tambahan
SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN
Pasal 4 PMK No 249/PMK.03/2016

a. satu Surat Keberatan untuk satu SPPT atau SKP PBB;


b. diajukan secara tertulis Indonesia;
c. ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajak dan disampaikan melalui KPP;
d. dilampiri dengan fotokopi SPPT atau SKP PBB yang diajukan keberatan;
e. dikemukakan jumlah PBB yang terutang menurut penghitungan Wajib Pajak dan disertai dengan alasan
pengajuan keberatan;
f. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP PBB, kecuali Wajib Pajak
dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya
dengan disertai bukti pendukung;
g. ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau dalam hal Surat Keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, Surat
Keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan; dan
h. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan:
1. pengurangan atau pembatalan SPPT atau SKP PBB yang tidak benar;
2. pengurangan PBB; atau
3. pengurangan denda administrasi PBB.
syarat
TIDAK DIPENUHI

TIDAK DIANGGAP SURAT KEBERATAN SEHINGGA TIDAK DIPERTIMBANGKAN

Dalam hal Surat Keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, atau huruf g,
Wajib Pajak dapat melakukan perbaikan atas Surat Keberatan tersebut dan
menyampaikan kembali sebelum jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf f terlampaui.

27
Pasal 7 PMK no 249/PMK.03/2016
ADD A FOOTER 28
TANDA BUKTI PENERIMAAN
SURAT KEBERATAN
Pasal 6 PMK no 249/PMK.03/2016

TANDA BUKTI PENERIMAAN

TANDA TERIMA YG DIBUAT OLEH TANDA PENGIRIMAN SURAT KEBERATAN


PEGAWAI DITJEN PAJAK MELALUI POS DENGAN BUKTI
YG DITUNJUK UNTUK MENERIMA SURAT PENGIRIMAN SURAT, ATAU MELALUI
KEBERATAN CARA LAIN YANG DIATUR PMK

CATATAN :
Batas Waktu penyelesaian Keberatan
dihitung sejak tanggal diterimanya surat permohonan keberatan
WP
HAK WAJIB PAJAK DALAM PENGAJUAN KEBERATAN
Pasal 8 PMK No 249/PMK.03/2016

WAJIB PAJAK DIBERI HAK

Wajib Pajak dapat meminta keterangan secara tertulis hal-


hal yang menjadi dasar pengenaan PBB kepada
Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala KPP.

bila diminta

WAJIB DIPENUHI SECARA TERTULIS OLEH


DIREKTUR JENDERAL PAJAK
BACK

Anda mungkin juga menyukai