Anda di halaman 1dari 44

PPh PEMOTONGAN & PEMUNGUTAN

PPh Pasal 4(2)

INSTRUKTUR : RIFKY KUSUMA WARDANA


& BRAVO ALDITO
Karakteristik PPh Final
• Penghasilan (obyek PPh final) tidak perlu
dihitung kembali dalam SPT Tahunan

• Pengeluaran dalam memperoleh


penghasilan (obyek PPh Final) yang
bersangkutan tidak boleh dibiayakan
secara fiskal

• Tidak Dapat Dikreditkan Terhadap Total


PPh Terutang

PPh Final = Pelunasan PPh

Tuesday, February 14,


2023
Kenapa Harus
Pajak Final ??
Penyederhanaan Administrasi
 PPh oleh OP yang belum terdaftar secara
resmi sebagai WP
 PPh atas obyek yang timbul atau terjadi
hanya sekali / tidak sering
 PPh berkaitan dengan pembayar pajak
tertentu yang dikecualikan dari kewajiban
tertentu seperti pembukuan atau
memasukkan SPT
 Obyek Tertentu :
 Industri spesifik
 Transaksi khusus
PPh Psl 4 (2)
MENGATUR PEMOTONGAN PAJAK ATAS

1. BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN LAIN


2. PENGH. DARI TRANSAKSI SAHAM DAN
SEKURITAS LAINNYA DI BURSA EFEK
3. PENGH. DARI PENGALIHAN HARTA
BERUPA TANAH DAN ATAU BANGUNAN
4. PENGHASILAN TERTENTU LAINNYA.

PENGENAAN PAJAKNYA DIATUR DENGAN


PERATURAN PEMERINTAH
PP 131 Th. 2000 jo PP
123/2015

MENGATUR PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN


BERUPA BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN

Bunga Deposito,
Bunga Tabungan, dan
Diskonto Sertifikat BI
TERMASUK BUNGA DARI DEPOSITO/TABUNGAN YANG
DITEMPATKAN DI LUAR NEGERI MELALUI BANK YANG
DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA
ATAU CABANG BANK LUAR NEGERI DI INDONESIA.

DIKENAKAN PPH FINAL


20% DARI JUMLAH BRUTO/
Tarif Sesuai TaxTreaty
Subjek pemotongan
a. WPDN
b. BUT
c. WPLN
Pemotong Pajak
d. Bank dan Bank Indonesia
e. Dana Pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menkeu, atas penjualan SBI
kepada pihak lain yang bukan Dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menkeu dan bukan bank
Tuesday, February 14, 202
3
Pengecualian
a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto, sepanjang jumlah
deposito/tabungan/SBI tidak melebihi Rp. 7.500.000,- dan bukan
jumlah yang dipecah-pecah
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang
didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri diIndonesia
c. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu sepanjang
dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud
dalam UU Dana Pensiun
d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam
rangka pemilikan RS dan RSS, kaveling siap bangun untuk RS
dan RSS, atau rumah susun sederhana, untuk dihuni sendiri

Tuesday, February 14, 202


3
• bunga dari deposito dalam mata uang
dolar Amerika Serikat yang dananya
bersumber dari Devisa Hasil Ekspor
1 Tarif 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto, untuk deposito dengan
. jangka waktu 1 (satu) bulan;
2 Tarif 7,5% (tujuh koma lima persen) dari jumlah bruto, untuk deposito
. dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan;
3 Tarif 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto, untuk deposito
. dengan jangka waktu 6 (enam) bulan; dan
4 Tarif 0% (nol persen) dari jumlah bruto, untuk deposito dengan jangka
. waktu lebih dari 6 (enam) bulan.

Tuesday, February 14, 202


3
• Atas bunga dari deposito dalam mata
uang rupiah yang dananya bersumber
dari Devisa Hasil Ekspor
1 Tarif 7,5% (tujuh koma lima persen) dari jumlah bruto, untuk deposito
. dengan jangka waktu 1 (satu) bulan;
2 Tarif 5% (lima persen) dari jumlah bruto, untuk deposito dengan
. jangka waktu 3 (tiga) bulan; dan
3 Tarif 0% (nol persen) dari jumlah bruto, untuk deposito dengan jangka
. waktu 6 (enam) bulan atau lebih dari 6 (enam) bulan.

Tuesday, February 14, 202


3
Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian

PP No. 132 tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000


Objek pemotongan:
hadiah undian, dengan nama dan dalam
bentuk apapun
Tarif pemotongan 25% dari jumlah bruto
Sifat pemotongan Final

Tuesday, February 14, 202


3
HADIAH

Lomba, Penghargaan,
Undian
Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan

PPh Final WP BADAN WPLN WPOP


= 25% Bruto

PPh Psl 23 PPh Psl 26 PPh Psl 21


= 15% Bruto = 20 % Bruto = Psl 17 x 50% Bruto
PPh Sewa Tanah/Bangunan

PP 29 Th. 1996 jo PP 05 Th. 2002


jo PP 34/2017
• PP 29/1996 jo PP 5/2002
• 120/KMK.03/2002
Dasar Hukum • KEP-227/PJ/2002

Sewa tanah dan atau bangunan:


tanah, rumah, rusun, apartemen, kondominium,
Objek Gd perkantoran, pertokoan,
pertemuan dan bagiannya, rumah kantor,
toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri

Tarif 10 % Final

Jumlah Bruto:
DPP semua jumlah yang dibayar atau terutang dengan nama
dan dalam bentuk apapun
Dlm perjanjian terpisah atau disatukan
Pajak Penghasilan atas penghasilan dari
persewaan tanah dan/atau bangunan

PP No. 5 Tahun 2002 juncto Keputusan Dirjen Pajak


No. KEP-227/PJ./2002

Pemotong pajak:
Penyewa, dalam hal penyewa adalah Badan
Pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
kerjasama operasi, perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang
ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

Tuesday, February 14, 202


3
SEWA HARTA

TANAH-BANGUNAN KENDARAAN HARTA LAINNYA


ANGK DARAT

PPh Final PPh Psl 23 PPh Psl 23


10% x Bruto 2% x Bruto 2% x Bruto
PP 14 Th. 1997
KEPMENKEU NO. 558/KMK.04/2000

PENGH. DARI TRANSAKSI PENJUALAN


SAHAM DI BURSA DIPUNGUT PPH
BERSIFAT FINAL

1. BESARNYA PPH FINAL 0.1% DARI NILAI TRANSAKSI PENJUALAN


2. PEMILIK SAHAM PENDIRI DIKENAKAN TAMBAHAN PPH

A. SEBESAR 0,5% DARI:

- NILAI SAHAM PADA SAAT PENUTUPAN BURSA AKHIR TAHUN 1996


- NILAI PADA SAAT PENAWARAN UMUM UNTUK SAHAM YANG
DIPERDAGANGKAN SETELAH 1 JANUARI 1997

PPH FINAL 0,5% DISETOR SENDIRI

ATAU

B. DIKENAKAN TARIF UMUM ATAS CAPITAL GAIN

Pemotong pajak: Penyelenggara bursa efek


PP 48 Th. 1994 diubah terakhir dgn PP 71 Th.2008
Pengalihan Hak Atas Tanah / Bangunan

Ruang Lingkup :

• penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan


hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah,
atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain
selain pemerintah

• penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak,


penyerahan hak, atau cara lain yang disepakati
dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan
PP 48 Th. 1994 diubah terakhir dgn PP 71 Th.2008
Pengalihan Hak Atas Tanah / Bangunan

Tarif :

• 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas


tanah dan/atau bangunan

• 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan atas


pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah
Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan

Sifat PPh : Final


PP 34/2016

2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan selain pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah Susun
Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;
1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun
Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;atau
0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
kepada pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat
penugasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang
mendapat penugasan khusus dari kepala daerah, sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

Tuesday, February 14, 202


3
PP 48 Th. 1994 diubah terakhir dgn PP 71 Th.2008
Pengalihan Hak Atas Tanah / Bangunan

Nilai Pengalihan :

• nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta


Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek Pajak tanah
dan/atau bangunan

• Pengalihan kepada pemerintah : nilai berdasarkan


keputusan pejabat yang bersangkutan

• Pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang :


nilai menurut risalah lelang
PP 71 TAHUN 2008
Perubahan Terakhir PPh Tanah & Bangunan

atas pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun


Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan
Pajak Penghasilan sebesar 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan

RUMAH SEDERHANA TERDIRI ATAS :

1. RUMAH SEDERHANA SEHAT


2. RUMAH INTI TUMBUH

YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

RUMAH SUSUN SEDERHANA ADALAH :

bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan


sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur baik bersatu
dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal termasuk
Rumah Susun Sederhana Milik.

YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN


PP 71 TAHUN 2008
Perubahan Terakhir PPh Tanah & Bangunan

Dalam hal pembayaran dilakukan dengan jalan angsuran

PPh dihitung berdasarkan jumlah setiap pembayaran angsuran termasuk :


1. Uang Muka
2. Bunga
3. Pungutan
4. Tambahan Pembayan Lain Yg dipenuhi Pembeli
PP 48 Th. 1994 diubah terakhir dgn PP 71 Th.2008
Pengalihan Hak Atas Tanah / Bangunan

Dikecualikan dari Pemotongan :

• WP ORANG PRIBADI YANG PENGHASILANNYA DIBAWAH PTKP


DAN JUMLAH PENGHASILAN BRUTO DARI PENGALIHAN HAK
ATAS TANAHNYA KURANG DARI RP. 60.000.000
• ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG MENERIMA ATAU
MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN KEPADA PEMERINTAH GUNA
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
YANG MEMERLUKAN PERSYARATAN KHUSUS.
• SEHUBUNGAN DENGAN HIBAH YANG DIBERIKAN KEPADA
KELUARGA SEDARAH DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SATU
DERAJAT, DAN BADAN KEAGAMAAN ATAU BADAN SOSIAL
ATAU PENGUSAHA KECIL TERMASUK KOPERASI YANG
DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN SEPANJANG TIDAK
ADA HUBUNGAN DENGAN USAHA, PEKERJAAN, KEPEMILIKAN,
ATAU PENGUASAAN PIHAK-PIHAK YANG BERSANGKUTAN.
• SEHUBUNGAN DENGAN WARISAN
Per 35/PJ./2008
Kewajiban NPWP dalam rangka Pengalihan Hak
Tanah & Bangunan
Atas pembayaran BPHTB dengan menggunakan SSB yang disebabkan
adanya pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib
dicantumkan NPWP yang dimilki Wajib Pajak yang bersangkutan.
Kecuali SSB yang digunakan untuk pembayaran BPHTB oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi dengan NJOP dan NPOP yang dialihkan kurang dari
Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

Atas pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) dengan menggunakan


SSP atas penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, wajib dicantumkan NPWP yang dimiliki Wajib Pajak yang
bersangkutan.

Kecuali SSP yang digunakan untuk pembayaran PPh atas penghasilan


dari pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi dengan jumlah pajak yang harus dibayar kurang
dari Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
PP 16 Th. 2009
PPh Bunga Obligasi

Definisi :

• Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara,


yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan

• Bunga Obligasi adalah imbalan yang diterima


dan/atau diperoleh pemegang Obligasi dalam
bentuk bunga dan/atau diskonto.

Dikenakan PPh Bersifat Final

Tata Cara PMK 85/PMK.03/2011 jo PMK 07/PMK.011/2012


PP 16 Th. 2009
PPh Bunga Obligasi

Obligasi Dengan Kupon


“Interest Bearing Debt Securities”

Tarif Bunga :

• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap

• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan
penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap.

dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi (Holding Period)

Tarif Diskonto :

• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap

• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan
penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap.

dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi,
tidak termasuk bunga berjalan
PP 16 Th. 2009
PPh Bunga Obligasi

Obligasi Tanpa Bunga


“Non Interest Bearing Debt Securities”

Tarif Diskonto :

• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam


negeri dan bentuk usaha tetap

• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif


berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap.

dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas


harga perolehan Obligasi,
PP 16 Th. 2009
PPh Bunga Obligasi

Bunga / Diskonto Obligasi Yang Diterima Perusahaan Reksadana


yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

• 0% (nol persen) untuk tahun 2009 sampai dengan


tahun 2010;

• 5% (lima persen) untuk tahun 2011 sampai dengan


tahun 2013; dan

• 15% (lima belas persen) untuk tahun 2014 dan


seterusnya
PP 16 Th. 2009
PPh Bunga Obligasi

Pemotong PPh

• penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen


pembayaran yang ditunjuk

• perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang


perantara dan/atau pembeli

Tidak Dilakukan Pemotongan


Bunga Obligasi & Diskonto yg diterima oleh :

• Bank WP DN & Cabang Bank LN sbg BUT

• Dana Pensiun yg telah disyahkan Menkeu


PP 55/2019

Tuesday, February 14, 202


3
PP 4 Th. 1995

PENGH. DARI TRANSAKSI PENJUALAN


SAHAM ATAU PENGALIHAN PENYERTAAN MODAL
PERUSAAHAAN MODAL VENTURA PADA PERUSAHAAN PASANGAN USAHANYA

TARIF PPh FINAL = 0,1% X NILAI TRANSAKSI PENJUALAN/PENGALIHAN

KRITERIA PERUSAHAAN PASANGAN USAHA :

1. PERUSAHAAN KECIL, MENENGAH ATAU YG MELAKUKAN USAHA DI SEKTOR YANG


DITETAPKAN MENKEU (KMK 250/KMK.04/1995)
2. SAHAMNYA TIDAK DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK

JIKA PASANGAN USAHA TIDAK MEMENUHI KRITERIA DIATAS, MAKA


DIKENAKAN TARIF UMUM

JIKA TRANSAKSI DILAKUKAN DI BURSA EFEK, MAKA MENGIKUTI


KETENTUAN PP 14 TAHUN 1997
PMK 79/PMK.03/2008
REVALUASI AKTIVA TETAP

TARIF PPh FINAL = 10% X SELISIH LEBIH PENILAIAN KEMBALI

SUBYEK REVALUASI :

WP BADAN DN TERMASUK BUT, YG PEMBUKUANNYA TIDAK DALAM


BAHASA INGGRIS DAN MATA UANG DOLLAR

OBYEK REVALUASI :

1. SELURUH AKTIVA TETAP BERWUJUD TERMASUK TANAH HAK MILIK / HGB


2. SELURUH AKTIVA TETAP BERWAJUD TIDAK TERMASUK TANAH

JIKA AKTIVA TETAP YG TELAH DIREVALUASI DIALIHKAN SEBELUM


BATAS WAKTU YANG DITENTUKAN,

DIKENAKAN TAMBAHAN PPH :

TARIF TERTINGGI WP BADAN PADA SAAT REVALUASI DIKURANGI 10%


PP 27 TAHUN 2008
PENGHASILAN DISKONTO
SURAT PERBENDAHAAN NEGARA
TARIF PPh FINAL =

- WP DALAM NEGERI = 20% X DISKONTO


- WP LUAR NEGERI = 20% ATAU TARI P3B X DISKONTO

DIKECUALIKAN DARI PEMOTONGAN :

1. BANK YANG DIDIRIKAN DI INDONESIA ATAU CABANG BANK LN DI INDONESIA


2. DANA PENSIUN YANG DISAHKAN MENKEU
3. REKSADANA SELAMA 5 TAHUN PERTAMA SEJAK PENDIRIAN / IJIN USAHA

PEMOTONGAN DILAKUKAN OLEH :

1. Penerbit SPN / kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayar, atas Diskonto
yang diterima pemegang SPN saat jatuh tempo;
2. Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara (dealer), atas
Diskonto yang diterima atau diperoleh penjual SPN pada saat transaksi di Pasar
Sekunder;
3. Perusahaan efek (broker), bank, dana pensiun, dan reksadana selaku pembeli
SPN tanpa melalui pedagang perantara, atas Diskonto yang diterima atau diperoleh
penjual SPN pada saat transaksi di Pasar Sekunder
PP 15 Th. 2009
PPh Atas Bunga Simpanan Koperasi
Kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi

Tarif :
- 0% untuk bunga simpanan s.d. Rp.240.000 per bulan
- 10% untuk bunga simpanan > Rp.240.000 per bulan

Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada


anggota koperasi orang pribadi, wajib memotong Pajak Penghasilan
yang bersifat final pada saat pembayaran
PAJAK PENGHASILAN ATAS
PENGHASILAN ATAS USAHA JASA KONSTRUKSI

DASAR HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008 jo PP 40/2009

BERLAKU PER 1 JANUARI 2008


PENGERTIAN-PENGERTIAN
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa
konsultansi pengawasan konstruksi.

Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan


perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-
masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau
bentuk fisik lain.

Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yg profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yg
mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan
fisik lain.

Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yg p[rofesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yg
mampu menyelenggarakan kegiatannya utk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di
dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan
dlm model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan
(engineering, procurement and construction) serta model penggabungan
perencanaan dan pembangunan (design and build).
PENGERTIAN-PENGERTIAN
Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yg profesional di bidang pengawasan jasa
konstruksi, yg mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan
diserahterimakan.

Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk


usaha tetap yang memerlukan layanan jasa konstruksi.

Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan termasuk bentuk


usaha tetap, yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa
kontruksi baik sebagai perencana konstruksi, pelaksana konstruksi,
dan pengawas konstruksi maupun sub-subnya

Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam suatu
kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan
SUBJEK PAJAK
USAHA JASA KONSTRUKSI

SUBJEK PAJAK

WP Orang Pribadi WP Badan BUT

YANG BERGERAK DI BIDANG

- JASA PERENCANAAN KONSTRUKSI


- JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
- JASA PENGAWASAN KONSTRUKSI
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PPh
USAHA JASA KONSTRUKSI

IMBALAN JASA
KONSTRUKSI

FINAL

JASA JASA
PERENCANAAN
PELAKSANAAN & PENGAWASAN

YG MEMILIKI YG TIDAK MEMILIKI YG MEMILIKI YG MEMILIKI YG TIDAK MEMILIKI


KUALIFIKASI KUALIFIKASI KUALIFIKASI USAHA KUALIFIKASI KUALIFIKASI
USAHA KECIL USAHA MENENGAH ATAU USAHA USAHA
KUALIFIKASI BESAR

2% 4% 3% 4% 6%

DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG


MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN
PELUNASAN PPh USAHA JASA KONSTRUKSI
PEMBERI HASIL

• BADAN PEMERINTAH,
• SUBJEK PAJAK BADAN DALAM
NEGERI,
• PENYELENGGARA KEGIATAN
• BUT • ORANG PRIBADI
• KERJASAMA OPERASI • BUKAN SUBJEK PAJAK
• PERWAKILAN PERUSAHAAN LUAR
NEGERI LAINNYA
• ORANG PRIBADI YANG DITETAPKAN
OLEH
DIRJEN PAJAK

PELUNASAN PPh MELALUI

PEMOTONGAN OLEH PENYETORAN SENDIRI OLEH


PEMBERI HASIL PEMBERI JASA
KETENTUAN KHUSUS UNTUK BUT

PENGHASILAN OBJEK PPh


DARI PASAL 26
FINAL BUT LABA LN
JASA ATAU
KONSTRUKSI TAX TREATY
KETENTUAN KHUSUS LAINNYA

SELISIH PAJAK YG TERUTANG


KEKURANGAN PPh DI LN ATAS PENGHASILAN
NILAI KONTRAK
ATAS PENGHASILAN PENGHASILAN LAIN
JASA KONSTRUKSI
DARI DARI LN
JASA KONSTRUKSI

Tidak Dibayar Oleh Disetor Sendiri Yang Diterima


Penyedian Jasa Oleh Penyedian Jasa Oleh penyedian jasa

Tidak Terutang
PPh Final Kredit Pajak Dikenakan Tarif
Berdasarkan Berdasarkan
UU PPh UU PPh
Sepanjang dicatat sebagai piutang Catatan :
yang tidak dapat ditagih & Telah Keuntungan/Selisih Kurs dari keg.Jasa Kons.
dilakukan upaya sebagaimana diatur Termasuk dlm perhitungan Nilai Kontrak Jasa
dalam Pasal 6 Ayat(1) huruf h UU PPh Kons. Yg Dikenakan PPh yg bersifat Final
TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN
PELAPORAN PPh OLEH PEMBERI HASIL
PEMBERI HASIL WAJIB :

MEMOTONG PPh PADA SAAT PEMBAYARAN UANG MUKA DAN TERMIJN, DAN
MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL ATAU BUKTI POTONG PPh
PASAL23

MENYETORKAN PPh YG TELAH DIPOTONG DENGAN MENGGUNAKAN SSP PADA


BANK PERSEPSI / KANTOR POS , SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL 10 BULAN
BERIKUTNYA SETELAH BULAN PEMBAYARAN IMBALAN

MELAPORKAN PEMOTONGAN/PENYETORAN KPD


KPP SETEMPAT, SELAMBAT-LAMBATNYA
TGL 20 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN
PEMBAYARAN IMBALAN
DENGAN

LAPORAN PEMOTONGAN/PENYETORAN PPh


ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA
KONSTRUKSI DENGAN DILAMPIRI :
- LEMBAR KE-3 SSP;
- LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
TATA CARA PENYETORAN DAN
PELAPORAN PPh OLEH PEMBERI JASA

KEWAJIBAN PEMBERI JASA :

MENYETOR SENDIRI PPh TERUTANG KE BANK PERSEPSI/KANTOR


POS DENGAN SSP SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL
15 BULAN BERIKUTNYA

MELAPORKAN PENYETORAN PPh KE KPP SELAMBAT-LAMBATNYA


TGL 20 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN DITERIMANYA
IMBALAN

LAPORAN BULANAN PPh BAGI


WP YANG BERGERAK DI BIDANG
USAHA JASA KONSTRUKSI
DILAMPIRI LEMBAR KE 3 SSP
KETENTUAN PERALIHAN

1. Terhadap kontrak yg ditandatangani sebelum tgl 1/1/2008 diatur :


a. pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak s.d tgl 31/12/08,
pengenaan PPh berdasarkan PP No.140 Tahun 2000 ttg PPh Atas
Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi;
b. untuk pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak setelah tgl
31/12/08, pengenaan PPh berdasarkan PP ini.
2. Kerugian dari usaha jasa konstruksi yang masih tersisa s.d Tahun 2008
hanya dapat dikompensasi s.d Tahun Pajak 2008

Anda mungkin juga menyukai