Anda di halaman 1dari 7

YAYASAN PAKUAN SILIWANGI

UNIVERSITAS PAKUAN
FAKULTAS EKONOMI
Jl. Pakuan P.O. Box. 452 Telp. (0251) 8314918 Fax. (0251) 8314918 Bogor 16143

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP DARING TAHUN AKADEMIK 2019/2020


MATA KULIAH : MANAJEMEN PERPAJAKAN
KODE MATA KULIAH : 221KK6363
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
SEMESTER : VI (ENAM)
WAKTU : 24 (dua puluh empat) jam
HARI/TANGGAL : SENIN, 15 JUNI 2020
MEDIA YANG DIGUNAKAN* : Elearning.unpak.ac.id
*disesuaikan dengan pelaksanaan ujian

LEMBAR JAWABAN
NAMA : Yohanes George Gotera NPM : 022117018 Kelas : 6B

BERDOALAH SEBELUM MENGERJAKAN SOAL

1. Sebutkan jenis-jenis fasilitas perpajakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) secara lengkap.
Uraikan bagaimana fasilitas PPN tersebut diterapkan dan apa untungnya bagi Pengusaha Kena
Pajak (PKP) atau Wajib Pajak? Berikan masing-masing satu contoh penerapan fasiltas
perpajakan PPN tersebut. Anda bisa cari penerapannya di google search.
2. Sebutkan jenis-jenis faktur pajak Pajak Pertambahan Nilai, jelaskan dan berikan masing-
masing 2 (dua) contoh untuk setiap penerapan penggunaan jenis-jenis faktur pajak tersebut.
3. Sebutkan jenis-jenis keputusan apa saja yang dapat dilakukan perusahaan:
a. Dalam aktivitas pendanaan perusahaan, jelaskan bagaimana aspek perpajakannya?
Uraikan dengan lengkap dan benar.
b. Dalam aktivitas pembelian aktiva tetap perusahaan, jelaskan bagaimana aspek
perpajakannya? Uraikan dengan lengkap dan benar.

JAWABAN
1. A.) Jenis-Jenis Fasilitas PPN sebagai berikut:
1. Fasilitas PPN berupa pengenaan tarif 0%
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 atau UU PPN, pemberian fasilitas PPN
berupa pengenaan tarif 0% ini diberikan kepada kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
• Ekspor Barang Kena Pajak (BKP) berwujud
• Ekspor Barang Kena Pajak (BKP) tidak berwujud
• Ekspor Jasa Kena Pajak (JKP)
Terhadap tiga kegiatan di atas, pemerintah memberikan fasilitas berupa pengenaan tarif PPN
0%. Artinya, Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memang berorientasi ekspor akan
mendapatkan fasilitas PPN tarif 0% ini. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan daya
saing ekspor dari industri dalam negeri.

2. Fasilitas PPN dalam bentuk tidak dikenakan pungutan PPN


Fasilitas PPN dalam bentuk tidak dikenakan pungutan PPN diberikan pada barang dan
jasa yang penggunaannya menyangkut hajat hidup orang banyak. Hal ini dimungkinkan,
meski sejatinya barang dan jasa yang beredar di masyarakat merupakan BKP/JKP dan untuk
itu ada pungutan PPN. Pasalnya, ada beberapa jenis barang dan jasa yang keberadaannya
sangat dibutuhkan oleh khalayak umum. Oleh karena itu, kegiatan penyerahan dan
perolehan barang dan jasa yang dimaksud tidak dikenakan pungutan PPN. Jenis-jenis barang
dan jasa yang mendapatkan fasilitas PPN dalam bentuk tidak dikenakan pungutan PPN
tertuang dalam UU PPN Pasal 4A, dengan perincian sebagai berikut:

1. Jenis barang tidak dikenakan pungutan PPN


• Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya.
• Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
• Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering.
• Uang, emas batangan, dan surat berharga

2. Jasa yang tidak dikenakan pungutan PPN


• Jasa pelayanan kesehatan medis
• Jasa pelayanan sosial
• Jasa pengiriman surat dengan perangko
• Jasa keuangan
• Jasa asuransi
• Jasa keagamaan
• Jasa pendidikan
• Jasa kesenian dan hiburan
• Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
• Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri
• Jasa tenaga kerja
• Jasa perhotelan
• Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum
• Jasa penyediaan tempat parkir
• Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
• Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
• Jasa boga atau katering

3. Fasilitas PPN berupa pembebasan PPN


Fasilitas PPN berupa pembebasan PPN merupakan pembebasan kewajiban memungut PPN
kepada orang pribadi atau badah usaha yang melakukan kegiatan penyerahan:
1. BKP bersifat strategis, yang merupakan barang masuk kategori BKP namun memiliki nilai
strategis berdasarkan pertimbangan pemerintah. Sehingga atas BKP strategis ini
diberikan fasilitas PPN dibebaskan.
2. BKP tertentu, yang meliputi yang diperlukan untuk kepentingan umum atau untuk
kepentingan nasional yang dikelola oleh unit-unit pemerintah.
3. JKP tertentu, yang terdiri atas jasa yang diserahkan kontraktor untuk pemborong
bangunan, yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan serta jasa yang diterima
oleh Kementerian Pertahanan atau Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mendukung
pertahanan nasional.
4. Penyerahan BKP/JKP kepada perwakilan negara asing dan badan internasional serta
pejabatnya dengan asas timbal balik.
5. Jasa kebandarudaraan tertentu, yang meliputi pelayanan jasa penerbangan; pelayanan
jasa pendaratan, penempatan, dan penyimpanan pesawat udara, pelayanan jasa konter,
pelayanan jasa garbarata (aviobridge), pelayanan jasa bongkar muat penumpang, kargo,
pos.
Terhadap transaksi-transaksi yang mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan ini, tetap ada
kewajiban menerbitkan faktur pajak bagi PKP yang menyerahkan. Sebab, sejatinya transaksi-
transaksi yang mendapat fasilitas PPN dibebaskan ini merupakan transaksi terutang PPN.
Jadi, yang dibebaskan adalah kewajiban pemungutan PPN bukan kewajiban membuat faktur
pajak.
Faktur pajak untuk transaksi yang mendapat fasilitas PPNB dibebaskan ini adalah
menggunakan kode faktur kode 08 dan tetap mencantumkan besaran nilai PPN yang
dibebaskan. Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan BKP/JKP yang mendapatkan
fasilitas PPN dibebaskan, tidak dapat dikreditkan.

4. Fasilitas PPN dalam bentuk tidak dipungut PPN


Pemberian fasilitas PPN dalam bentuk tidak dipungut PPN diberikan kepada transaksi-
transaksi sebagai berikut:
1. Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean.
2. Penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu.
3. Impor BKP tertentu.
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
5. Pemanfaatan JKP tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
Fasilitas PPN dalam bentuk tidak dipungut PPN diberikan kepada transaksi-transaksi seperti
yang disebutkan di atas, yang dilakukan di/ke kawasan bebas dan kawasan berikat. Selain itu,
transaksi tidak dipungut PPN apabila yang melakukan kegiatan merupakan PKP yang
menjalankan pengolahan pada kawasan berikat.

B.) Bagaimana fasilitas PPN tersebut diterapkan?

• Fasilitas PPN berupa pengenaan tarif 0%


Pengenaan tarif 0% ini tidak berarti sebagai pembebasan PPN. Dengan demikian, pajak
masukan yang telah dibayar untuk perolehan BKP dan/atau JKP yang berkaitan dengan
kegiatan tersebut dapat dikreditkan.
• Fasilitas PPN dalam bentuk tidak dikenakan pungutan PPN
Untuk itu, jika pengusaha hanya memiliki usaha yang penyerahannya tidak dikenakan PPN,
maka pengusaha tersebut tidak wajib untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Selain itu, pajak masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP terkait kegiatan tersebut tidak
dapat dikreditkan.
• Fasilitas PPN berupa pembebasan PPN
Adanya perlakukan khusus berupa pembebasan dari pengenaan PPN mengakibatkan tidak
adanya pajak keluaran, sehingga pajak masukan yang berkaitan dengan penyerahan BKP
dan/atau JKP yang memperoleh pembebasan tersebut tidak dapat dikreditkan. Hal ini diatur
dalam Pasal 16B ayat (3) UU PPN.
• Fasilitas PPN dalam bentuk tidak dipungut PPN
Berbeda dengan fasilitas PPN dibebaskan, dalam fasilitas PPN tidak dipungut, pajak masukan
yang berkaitan dengan penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas dimaksud
tetap dapat dikreditkan.

C.) Apa untungnya bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau Wajib Pajak?

• Fasilitas PPN berupa pengenaan tarif 0%


Keuntungannya yaitu pengusaha yang menjalankan usahanya pada bidang ekspor BKP
berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan ekspor JKP akan mendapatkan fasilitas PPN 0%,
hal ini membantu pengusaha untuk meningkatkan daya saing ekspor dari industri dalam
negri.
• Fasilitas PPN dalam bentuk tidak dikenakan pungutan PPN
Keuntungan dari fasilitas PPN dalam bentuk tidak dikenakan pungutan PPN yaitu bagi
pengusaha yang hanya memiliki usaha yang penyerahannya tidak dikenakan PPN maka
pengusaha tersebut tidak wajib untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
• Fasilitas PPN berupa pembebasan PPN
Keuntungan nya untuk pengusaha kena pajak yaitu pengusaha dapat membebankan kepada
konsumen pajak masukan yang tidak dapat di kreditkan tersebut, Konsumen mendapatkan
manfaat dari pembebasan PPN tetapi keringanan itu tidak sebesar PPN yang dibebaskan.
• Fasilitas PPN dalam bentuk tidak dipungut PPN
Keuntungan pengusaha kena pajak dengan PPN tidak dipungut adalah bahwa atas barang
atau jasa yang diserahkan benar-benar bersih PPN "seperti tidak dikenai pajak". Dengan
demikian, harga barang yang dibayar konsumen seharusnya akan lebih murah.

D.) Berikan masing-masing satu contoh penerapan fasiltas perpajakan PPN tersebut

• Fasilitas PPN berupa pengenaan tarif 0%


PT. NPK melakukan ekspor BKP dengan nilai ekspor Rp28.000.000. Maka PPN yang terutang =
0% x Rp28.000.000 = Rp0. PPN sebesar Rp0 tersebut merupakan pajak keluaran.
• Fasilitas PPN dalam bentuk tidak dikenakan pungutan PPN
PT. NPK sebagai perusahaan catering memberikan jasa catering untuk memenuhi kebutuhan
penyediaan makan pada PT. B, atas jasa tersebut PT. NPK menerima uang sejumlah Rp.
15.000.000
Maka PPN yang terutang = Rp. 0 Karena Jasa Boga / Catering termasuk jasa yang tidak
dikenakan pungutan PPN.
• Fasilitas PPN berupa pembebasan PPN
PT. NPK bergerak dalam pengimpor barang hasil kelautan dan perikanan, pada tahun 2019
mengimpor udang, kepiting, dan lobster. Atas penyerahan BKP tersebut PT. NPK
mengeluarkan sebesar Rp. 150.000.000 (DPP) dan PPN = Rp 15.000.000
Kemudian di jual kepada konsumen sebesar Rp 170.000.000 dan PPN di bebaskan
Sehingga keuntungan yang di peroleh Rp 170.000.000 (PPN Dibebaskan) - Rp 165.000.000
(Pajak masukan di hitung sebagai HPP karena tidak bisa dikreditkan)
= Rp. 5.000.000
• Fasilitas PPN dalam bentuk tidak dipungut PPN
PT. NPK bergerak dalam pengimpor barang hasil kelautan dan perikanan, pada tahun 2019
mengimpor udang, kepiting, dan lobster. Atas penyerahan BKP tersebut PT. NPK
mengeluarkan sebesar Rp. 150.000.000 dan PPN = Rp 15.000.000
Kemudian di jual kepada konsumen sebesar Rp 170.000.000 dan PPN Tidak Dipungut
Sehingga keuntungan yang di peroleh Rp 170.000.000 (PPN tidak di pungut) - Rp 150.000.000
(Pajak masukan bisa dikreditkan)
= Rp. 20.000.000

2. Jenis-jenis Faktur Pajak PPN

1. Faktur Pajak Standar


Faktur Pajak Standar merupakan faktur pajak yang dibuat oleh PKP dengan ukuran dan bentuk
yang disesuaikan dengan kepentingan PKP. Biasanya faktur pajak standar berukuran kuarto.
Faktur pajak standar juga merupakan jenis faktur pajak yang wajib dibuat oleh PKP dan bisa
dikreditkan.
Faktur pajak standar memuat paling sedikit keterangan diantaranya:
• Nama, alamat, NPWP pihak yang menyerahkan dan menerima BKP/JKP
• Jenis barang, jumlah harga dan potongan harga,
• PPN dan PPnBM yang dipungut
• Kode serta nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak
• Nama, jabatan, tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak

2. Faktur Pajak Sederhana


Merupakan jenis faktur pajak yang tidak dapat dikreditkan serta dapat diterbitkan oleh PKP atau
bukan PKP. Jenis-jenis dokumen yang dapat dikategorikan kedalam faktur pajak sederhana
adalah invoice, nota, kwitansi yang berisi nilai PPN serta harga jual.

Membuat faktur pajak sederhana tidak memerlukan ijin dari siapapun, dan harus dibuat dalam
rangkap. Kelemahan dari faktur pajak sederhana yaitu pajak masukannya tidak dapat dikreditkan.

Faktur pajak sederhana dibuat dalam hal :


• Penyerahan BKP/JKP yang dilakukan kepada konsumen akhir
• Pembeli BKP/Penerima JKP yang nama, alamat atau NPWP-nya tidak diketahui

3. Faktur Pajak Gabungan


Merupakan jenis faktur pajak yang dibuat oleh PKP, meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan
kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 bulan
kalender. Faktur pajak gabungan wajib dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan BKP/JKP.
Faktur pajak gabungan digunakan oleh PKP yang melakukan transaksi lebih dari satu kali dalam
satu bulan.

Dokumen yang Disetarakan dengan Faktur Pajak PPN


Berbagai jenis dokumen yang keberdaannya diperlakukan dengan faktur pajak PPN diantaranya :
• PEB yang telah difiat muat Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta dilampiri
invoice
• PIB dan SSP untuk impor BKP
• Kuitansi atas penyerahan jasa telekomunikasi
• SSP PPN atas Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari luar daerah Pabean
• Tanda pembayaran/ kuitansi berlangganan listrik.
• Tiket, airwaybill, delivery bill yang dibuat perusahaan jasa angkutan udara dalam negeri
• SPPB (Surat Perintah Pengiriman Barang) dari BULOG

Contoh penerapan faktur pajak PPN


• Faktur Pajak Standar & Faktur Pajak Sederhana
01/02/2009
Penjualan tunai barang dagangan senilai Rp 50.000.000 dengan dibuatkan bukti faktur
pajak sederhana
02/02/2009
Penjualan kredit barang dagangan senilai Rp 100.000.000 dengan dibuatkan bukti faktur
pajak standar
03/02/2009
Diterima kembali barang dagang senilai Rp 20.000.000 dengan bukti nota retur
04/02/2009
Penjualan kredit barang dagangan senilai Rp 70.000.000 faktur pajak standar belum
dibuat
05/02/2009
Dibuatkan faktur pajak standar atas transaksi tanggal 04/02/2009
06/02/2008
Pembelian tunai barang dagangan senilai Rp 10.000.000 dengan diberikan bukti faktur
pajak standar
07/02/2008
Pembelian tunai barang dagangan senilai Rp 13.200.000 termasuk PPN dengan diberikan
bukti faktur pajak sederhana
08/02/2008
Pembayaran biaya servis mobil sedan senilai Rp 3.000.000 dengan diberikan bukti faktur
pajak standar
09/02/2008
Pembelian Pembelian kredit barang dagangan senilai Rp 20.000.000 dengan diberikan
bukti faktur pajak standar
10/02/2008
Dikembalikan barang yg dibeli tgl 10/02/2008 dagangan senilai Rp 5.000.000 dg
dibuatkan nota retur
11/02/2008
Pembelian Pembelian kredit barang dagangan senilai Rp 30.000.000 faktur pajak standar
belum diterima
12/02/2008
diterima bukti faktur pajak standar atas transaksi tanggal 11/02/2008

• Faktur Pajak Gabungan


Contoh 1:
CV. Nadila (berstatus PKP) melakukan penyerahan jasa service AC kepada CV. Puteri pada
tanggal 4, 7, 8, 13, 15, 17, 24, 27 dan 30 Januari 2020. Pada tanggal 27 Januari 2020
terdapat pembayaran oleh CV. Puteri atas penyerahan tanggal 4 Januari 2020. Dalam hal
CV. Nadila menerbitkan faktur pajak gabungan, faktur pajak gabungan dibuat pada
tanggal 31 Januari 2020 yang meliputi seluruh penyerahan yang terjadi pada bulan
Januari 2020.

Contoh 2:
CV. Cantik NPK (berstatus PKP) melakukan penjualan sabut kelapa kepada CV. YGG pada
tanggal 3, 5, 8, 11, 17, 25, 27 dan 30 Desember 2019. Pada tanggal 27 Desember 2019
terdapat pembayaran atas penyerahan tanggal 3 Desember 2019 dan pembayaran uang
muka untuk penyerahan yang akan dilakukan pada bulan Januari 2020 oleh CV. YGG.
Dalam hal CV. Cantik NPK menerbitkan faktur pajak gabungan, faktur pajak gabungan
dibuat pada tanggal 30 Desember 2019 yang meliputi seluruh penyerahan dan
pembayaran uang muka yang dilakukan pada bulan Desember 2019.

3. A.) Dalam aktivitas pendanaan perusahaan, jelaskan bagaimana aspek perpajakannya? Uraikan
dengan lengkap dan benar.
• Faktor Pajak mempengaruhi DER Pengaruh faktor pajak terhadap kenaikan maupun penurunan
DER dapat dikaitkan dengan keputusan investasi. Dalam proses pengambilan keputusan
tersebut, perusahaan akan membutuhkan tambahan dana, sehingga faktor pajak penghasilan
menjadi salah satu pertimbangan dalam rnembuat keputusan pendanaan. Terkait dengan pajak,
jika tarif pajak penghasilan tinggi maka perusahaan cenderung berupaya untuk mengurangi
beban pajak dengan memperoleh tambahan dana dalam bentuk hutang (obligasi). Hal ini
merupakan penambahan proporsi hutang atau dengan kata lain peningkatan DER menyebabkan
penurunan beban pajak, karena adanya beban bunga atas hutang sebagai penghematan
pembayaran pajak. Atau terjadi sebaliknya, peningkatan pajak menyebabkan penurunan DER.

• faktor pajak berpengaruh signifikan negatif terhadap kenaikan atau penurunan DPR. Jika pajak
meningkat maka dividen yang dibagikan akan mengalami penurunan karena laba yang menjadi
dasar alokasi dividen semakin kecil atau mengalami penurunan, dengan asumsi presentase
dividen adalah tetap setiap tahunnya. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya, jika pajak turun
maka jumlah dividen yang dibagikan akan meningkat pula. Manajemen juga akan mengambil
keputusan pembayaran dividen dengan tepat karena dividen bukan unsur pengurang pajak. Hal
ini disebabkan karena ada tipe investor tidak menyukai pembagian dividen yang tinggi karena
mereka akan membayar pajak yang tinggi pula, sehingga perusahaan harus memperhatikan
dampak pajak terhadap kekayaan pemegang saham juga. Selain itu, penentuan kebijakan
pembagian dividen terkait dengan Fee cash flows perusahaan setelah mengeliminasi beban
pajak. Jadi, faktor pajak penghasilan mempengaruhi perusahaan untuk membagikan deviden.

• Yaitu dengan menggunakan EAT maka hubungan rasio hutang dan pajak adalah negatif. Jadi,
faktor pajak mempengruhi keputusan pendanaan perusahaan, dimana keputusan pendanaan
menjadi reIevan dalam keadaan adanya pembayaran pajak. Relevansinya terletak pada
ketepatan keputusan pendanaan perusahaan yang dapat mengurangi beban pajak penghasilan,
salah satunya adalah beban bunga.

B.) Dalam aktivitas pembelian aktiva tetap perusahaan, jelaskan bagaimana aspek perpajakannya?
Uraikan dengan lengkap dan benar.
• Perolehan Aktiva Tetap secara Tunai
Aktiva tetap yang dibeli secara tunai, maka jumlah yang dapat dibebankan sebagai biaya untuk
menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar biaya penyusutan aktiva tetap. Metode yang
digunakan untuk dapat menghitung besarnya biaya penyusutan adalah metode Garis lurus
(Straight Line Method) dan untuk masa manfaat (umur ekonomis) adalah 4 tahun sesuai dengan
ketentuan peraturan perpajakan
• Perolehan Aktiva Tetap Melalui Kredit Bank
Jika perusahaan melakukan pembelian aktiva tetap melalui kredit bank, maka jumlah yang boleh
dibebankan sebagai biaya dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar
biaya penyusutan, biaya bunga atas pinjaman pada bank, ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan dan untuk penyelesaian administrasi kredit bank. Untuk menghitung
besarnya biaya penyusutan, metode yang digunakan adalah Metode Garis Lurus (Staraight Line
Method). Sedangkan masa manfaat (umur ekonomis) untuk kendaraan adalah 4 tahun sesuai
dengan ketentuan peraturan perpajakan.
• Perolehan Aktiva Tetap Melalui Sewa Guna Usaha (Leasing)
Jika perusahaan melakukan pembelian aktiva tetap melalui sewa guna usaha (leasing), maka
semua biaya yang dikeluarkan untuk membayar sewa guna usaha (lease payment) ditambah
biaya administrasi sewa guna usaha (leasing), yang meliputi pembayaran biaya asuransi dan
biaya lain-lain yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak. Selama
masa sewa guna lessor atau lessee tidak boleh melakukan pembukuan atas penyusutan barang
modal yang disewagunausahakan. Tetapi jika terdapat kesepakatan antara lessor dan lessee ada
opsi pembelian maka lessee dapat membukukan nilai sisa barang modal sebagai harga
perolehan untuk dilakukan penyusutan aktiva tetap.

Alternatif pembiayaan melalui tunai merupakan alternatif yang memiliki nilai penghematan
pajak terbesar dibandingkan pembiayaan dengan cara kredit bank dan pembiayaan secara sewa
guna usaha (leasing). Biaya perolehan aktiva tetap berwujud yang dikeluarkan secara tunai jauh
lebih kecil dibandingkan dengan kredit maupun sewa guna usaha (leasing). Besarnya
penghematan pajak dapat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga efektif dan discount factor yang
ditetapkan.

Perbandingan Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dengan pembelian secara tunai, kredit bank,
dan leasing (menggunakan metode penyusutan garis lurus)
Biaya yang boleh dikurangkan Tunai Kredit (9%) Leasing (13%)

Biaya Penyusutan 100.000.000,- 100.000.000,- 30.000.000,

Lease Payment 70.000.000,-

Biaya Bunga Pinjaman 9.643.381,- 9.870.262,-

Biaya Administrasi 2.000.000,- 2.000.000,-

Biaya Asuransi 5.000.000,- 5.000.000,-

Jumlah 100.000.000,- 116.643.381,- 116.870.262,-

PPh 28% 28.000.000,- 32.660.147,- 32.723.673,-

PV (Disc Rate 7,5%) 28.000.000,- 27.729.952,- 27.982.097,-

Sumber : Skripsi Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai,
Kredit dan Leasing (Daniel Benyamin de Poere dan Siti Ita Rosita) Program Studi Akuntansi, Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor, Indonesia
C.) Keputusan :
• Keputusan pendanaan perusahaan yang berhubungan dengan perpajakan yaitu perusahaan
dapat mengurangi beban pajak penghasilan, salah satunya adalah beban bunga.
• Keputusan pembelian aktiva tetap perusahaan
• Memilih alternatif pembiayaan melalui tunai dalam memperoleh aktiva tetap berwujud
karena dengan menggunakan pembiayaan melalui tunai, lebih menguntungkan diantara
alternatif pembiayaan secara kredit bank atau leasing.
• Perolehan aktiva tetap dengan pembiayaan tunai merupakan penghematan pajak yang
benar yaitu tidak menyimpang dari aturan perpajakan yang berlaku (lawful), sehingga
Wajib Pajak tetap dapat meminimalkan beban pajaknya serendah mungkin.
• Dapat dilihat tabel di atas untuk pembayran pajak penghasilan terutang yang paling
terkecil yaitu perolehan aktiva tetap dengan pembayaran tunai. Maka perusahaan dalam
keputusan ini sebaiknya membeli aktiva tetap nya dengan metode pembayaran tunai.

Anda mungkin juga menyukai