Anda di halaman 1dari 16

BAB XI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DAN


PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn.BM)

Undang-undang PPN barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah (disingkat
UU pajak pertambahan Nilai 1984) dan diubah terakhir dengan UU No 42/2009 ttg PPN dan PPn.BM,
mengatur pengenaan atas:
1. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN)
2. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM)

Pajak pertambahan nilai merupakan :


1. Pajak tidak langsung
2. Pajak atas konsumsi dalam negeri

Kelemahan PPn 1951 (Undang-undang yang lama).antara lain:


1. Adanya pajak berganda
2. Bermacam-macam tariff (ada 9 macam tarif).sehingga menimbulkan kesulitan pelaksanaannya.
3. Tidak mendorong ekspor.
4. Belum dapar mengatasi penyelundupan.

Kelebihan UU PPN 1984,antara lain:


1. Menghilangkan pajak berganda.
2. Tariof tunggal,sehingga memudahkan pelaksanaan.
3. Dapat menghindarkab penyelundupan (lebih mudah pengawasan).
4. Netral dalam persaingan dalam negeri.
5. Netral dalam perdagangan internasional.
6. Netral dalam pola konsumsi
7. Dapat mendorong ekspor

DASAR HUKUM
Peraturan perundang-undangan yang mengatur Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak penjulan atas
barang mewah (PPn BM) adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai
barang dan jasa penjualan atas barang mewah seharusnya telah diubah denngan Undang-undang Nomor 11
Tahun 1994 dan diganti lagi dengan Undanng-undang Nomor 18 tahun 2000. KEMUDIAN diganti lagi dgn
UU nomor 42 tahun 2009, terakhir UU No.7/2021 ttg HPP

PENGERTIAN-PENGERTIAN

169
1. Daerah Pabean adalah wilayah republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,perairan, dan ruang
uadra diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekskusif dan Landasan yang di
dalamnya berlaku Undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang kepabeanan.
2. Impor adalah seriap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.
3. Nilai Impor adalah nilai barupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah
pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-
undanngan Pabean untuk impor BKP, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut
menurut Undang-undang ini.
4. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah
Pabean.
5. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
eksportir.
6. Harga Jual adalah nilai berupa uang,termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkn dalam Faktur pajak.
7. Penggantian adalah nilai berupa uang,termasuk semua biaya yang dimnta atau seharusnya diminta
oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-
undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
8. Menghasilkan adlah kegitan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari
bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber
daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegutan tersebut.
9. Pajak masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha kena
pajak Karena perolehan BKP dan atau penerimaan JKP dan atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean dan atau impor BKP (PM= ADALAH SUATU PAJAK PPN YANG DIBAYAR OLEH
PEMBELI KEPADA PENJUAL, SAAT MEMBELI BKP/JKP, HAKIKATNYA UANG YG DIBAYAR
TADI, ADALAH UANG PEMBELI YANG ADA DI NEGARA)
10. Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha kena Pajak yang
melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKp, atau ekspor BKP (PK= ADALAH SUATU PAJAK
PPN YANG DIPUNGUT OLEH PENJUAL DARI PEMBELI, SAAT MENJUAL BKP/JKP,
HAKIKATNYA UANG HASIL PUNGUTAN TADI ADALAH UANG NEGARA YANG ADA DI
PENJUAL)
11. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwin atau jangka waktu
yang ditetapkan dengan keputusam mentri keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwin.

170
BARANG KENA PAJAK
1. Pengertian
Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa
barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak
berdasarkan undang-undang PPN.

2. Pengecualian BKP
Pada dasarnya semua barang adalah BKP,kecuali undang-undang menetapkam sebaliknya. Jenis barang
yang dikenakan PPN ditetapkan dengan peraturan pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok
barang sebagai berikut:
a. Barang hasil pertambangan,penggalian dan pengeboran. Yang diambil langsung dari sumbenya,
seperti:
 Minyak mentah (crude oil):
 Gas bumi
 Panas bumi
 Pasir dan Kerikil;
 Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara; dan
 Bijih besi, biji timah,biji emas, biji tembaga, biji nikel, dan biji perak serta biji bauksit.
b. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak , seperti :
 Beras
 Gabah
 Jagung
 Sagu
 Kedelai , dan
 Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel , restoran , rumah makan , warung, dan sejenisnya
meliputi makanan dan minuman baik yang di konsumsi ditempat maupun tidak, tidak termasuk
makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.
d. Uang, emas batangan dan surat surat berharga ( saham, obligasi dan lainnya).

JASA KENA PAJAK ( JKP )

1. Pengertian
Jasa kena pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum
yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk
jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas
petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN .

171
2. Pengecualian JKP
Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Jenis
jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas kelompok jasa
sebagai berikut :

a. Jasa dibidang pelayanan kesehatan medik, meliputi:


 Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi ;
 Jasa dokter hewan ;
 Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gizi, dan fisioterapi;
 Jasa kebidanan dan dukun bayi ;
 Jasa paramedis dan perawat ; dan
 Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium.
b. Jasa dibidang pelayanan sosial, meliputi :
 Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo ;
 Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial ;
 Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan ;
 Jasa Lembaga Rehabilitas kecuali yang bersifat komersial ;
 Jasa pemakaman termasuk krematorium ; dan
 Jasa dibidang olah raga kecuali yang bersifat komersial .
c. Jasa dibidang pengiriman surat dengan prangko .
d. Jasa dibidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi, seperti :
 Jasa perbankan kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa
penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak ( perjanjian ), jasa wali amanat,
serta anjak piutang .
 Jasa asuransi tidak termasuk broker asuransi ;
 Jasa sewa guna Usaha dengan Hak Opsi ,
e. Jasa dibidang keagamaan, seperti :
 Jasa pelayanan rumah ibadah
 Jasa pemberian khotbah atau dakwah ; dan
 Jasa lain dibidang keagamaan
f. Jasa dibidang pendidikan, spserti ;
 Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah ; dan
 Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah ( Kursus – kursus )
g. Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang tidak dikenakan Pajak Tontonan termasuk jasa dibidang
kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti : pementasan kesenian tradisional yang diselenggarkan
secara Cuma-Cuma.

172
h. Jasa dibidang penyiaran yang bukan bersifat iklan, seperti: penyiaran radio dan televisi yang dilakukan
oleh instansi Pmerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang
bertujuan komersial.
i. Jasa dibidang angkutan umum di darat dan di air seperti ; jasa angkutan umum di darat, di alut, di
danau dan di sungai yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta.
j. Jasa dibidang tenaga kerja , meliputi ;
 Jasa tenaga Kerja ;
 Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab
atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut ;
 Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.
k. Jasa dibidang perhotelan, seperti ;
 Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel,
serta yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap ; dan
 Jasa perswaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, dan hostel.
l. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum meliputi
jasa-jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, seperti; pemberian Izin mendirikan Bangunan,
Pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian nomor Pokok Wajib Pajak, pembuatan Kartu Tanda
Penduduk.

PENGUSAHA KENA PAJAK ( PKP )


1. Pengertian
a. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan,memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,melakukan usaha
jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah Pabean.
b. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud pada point A yang melakukan
penyerahan BKP dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan
Undang-undang PPN, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan , kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak. Termasuk pengertian PKP adalah pengusaha yang sejak semula
bermaksud melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP.
2. Termasuk Pengusaha Kena Pajak
a. Pabrikan atau produsen
b. Importir dan indentor
c. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan atau importir
d. Agen utama dan penyalur utama pabrikan atau importir
e. Pemegang hak paten atau merk dagang BKP
173
f. Pedagang Besar
g. Pengusaha yang melakukan penyerahan JKP
h. Pedagang eceran
3. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak berkewajiban antar lain untuk :
a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP
b. Memungut PPN dan PPn BM yang terutang
c. Membuat faktur pajak atas setiap penyerahan kena pajak
d. Membuat nota retur dalam hal terdapat pengembalian BKP
e. Melakukan pencatatan dalam pembukuan mengenai kegiatan usahanya
f. Menyetor PPN dan PPn BM yang terutang
g. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN
4. Pengecualian Pengusaha kena Pajak
Pengusaha yang tidak dibebani dari kewajiban perpajakan adalah :
a. Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kecil
b. Pengusaha yang menghasilkan barang yang tidak dikenakan PPN
c. Pengusaha dibidang jasa-jasa yang dikecualikan dari JKP
5. Pengusaha Kecil
Pengusaha Kecil adalah pengusaha yang selama 1 ( satu ) tahun buku melakukan penyerahan :
d. BKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp.360.000.000,00 atau
e. JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp. 180.000.000,00
Dalam hal pengusaha melakukan penyerahan BKP dan JKP , batas peredaran bruto untuk dapat
ditetapkan sebagai Pengusaha Kecil adalah :
a. Tidak lebih dari Rp. 360.000.000,00 jika peredearan BKP lebih dari 50% dari jumlah
seluruh bruto; atau
b. Tidak lebih dari Rp. 180.000.000,00 jika peredaran JKP lebih dari 50% dari jumlah
seluruh peredaran bruto dan penerimaan bruto.
Pengusaha kecil wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak apabila
sampai dengan suatu bulan dlam tahun buku jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan brutonya
melebihi batas yang telah ditetapkan. Pengusaha tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai PKP paling lambat pada akhir bulan berikutnya. PKP dapat mengajukan permohonan pencabutan
pengukuhan sebagai PKP apabila jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan brutonya dalam satu tahun
buku tidak melebihi batas yang telah ditentukan . Apabila diperiksa ternyata tidak memenuhi syarat,
maka:
a. Pengukuhan sebagai pengusaha kecil batal, dan untuk selanjutnya akan dikukuhkan
sebagai PKP
b. PPN yang seharusnya terutang ditagih ditambah sanksi yang berlaku,

174
c. Pajak masukan yang telah dubayar sampaikan dengan saat pembatalan tidak dapat
dikreditkan.
Beberapa hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pengusaha kecil:
a. dilarang membuat faktur pajak
b. Tidak wajib memasukkan SPT Masa PPN
c. Diwajibkan membuat pembukuan atau pencatatan
d. Wajib lapor untuk dikukuhkan sebagai PKP, bagi pengusaha kecil yang memperoleh
peredaran bruto di atas batas yang telah ditentukan.
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Penyerahan barang kena pajak yang termasuk dalam penegrtian penyerahan BKP adalah:
 Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian
 Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing
 Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang ;
 Pemakaian sendiri atau pemberian cuma-Cuma atas BKP * )
 Persedian BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
masih tersisa pada pembubaran perusahaan sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut
menurut ketentuan dapat dikreditkan;
 Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP antar Cabang ;
 Penyerahan BKP secara konsinyasi
Catatan * )
1. Pemakaian sendiri adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau
karyawanya baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri.
2. Pemberian cuma- cuma adalah pemberian yang diberikan tanpa pembayaran baik barang-
barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri, misalnya: contoh barang untuk
promosi
Sedangkan penyerahan barang yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah:
1. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang
Hukum Dagang;
2. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;
3. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP antar cabang
dalam hal Pengusaha Kena Pajak memperoleh izin pemusatan tempat pajak terutang.

OBYEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


PPN dikenakan atas :
1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. Syarat-
syaratnya :
 Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP
 Barang tidak berwujud yang diserahklan merupakan BKP tidak berwujud;
175
 Penyerahan dilakukan di dalam daerah Pabean;
 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2. Impor BKP ;
3. Penyerahan JKP yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak. Syarat-
syaratnya adalah :
 Jasa yang diserahkan merupakan JKP;
 Penyerahan dilakukan di dalam daerah Pabean;
 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dal;am Daerah Pabean ;
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
6. Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak;
7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan atau pekerjaan oleh orang pribadi
atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain;
8. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan (bukan inventory ) oleh
Pengusaha Kena Pajak, sepanjang Pajak Masukan yang dibayar pada saat perolehannya menurut
ketentuan dapat dikreditkan.

CARA KERJA SISTEM PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dikenakan atas pertambahan nilai (value added ) dari barang yang
dihasilkan atau diserahkan oleh Pengusaha Kena Pajak ( PKP ), apakah ia pabrikan, importir , agen utama ,
atau distributor utama.
Secara umum, pajak dipungut secara bertingkat pada jalur produksi dan distribusi dengan tidak ada unsur
pemungutan pajak berganda.
Dengan demikian, sistem Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ):
1. Dikenakan atas penyerahan
2. Dipungut secara bertingkat pada jalur produksi dan distribusi,
3. Mekanisme kredit pajak ( metode Faktur Pajak )
Untuk lebih jelasnya berikut ini di berikan contoh sebagai berikut :

A. Pertambahan Nilai
1. Beli :
a. bahan Baku Rp. 2000,-
b. bahan Pembantu 1000,-
c. Spare parts dll 1000,-
Rp. 4000,-
2. Biaya :
a. Penyusutan Rp . 250,-
b. Bunga Modal 750,-
176
c. Gaji / Upah 1000,-
d. Manajemen 750,-
e. Laba Usaha 750,-
Rp. 3.500,-

3. Harga Jual Rp. 7.500,-

a.Keluaran (output) 7.500,-


b. Masukan ( input ) 4000,-
Pertambahan Nilai/Value added ( harga jual-harga beli) Rp.3.500,-
Ppn yg terutang= 10% x 3500 = 350

B. PPN tingkat pabrikan


Tingkat Produksi Harga jual Pajak Keluaran Pajak masukan PPN
Petani kapas 1000 - - -
Pemintalan 1500 150 - 150
Penenunan 2000 200 150 50
Pencelupan 2300 230 200 30
Tekstil 3000 300 230 70
Jumlah PPN - - - 300
yang hrs dibyr

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANAG MEWAH (PPn BM )


Dengan pertimbangan bahwa :
1. Perlu adanya keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah
dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi ,
2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong Mewah(BKPTM).
3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil tradisional.
4. Perlu untuk mengamankan penerimaan Negara.

Maka atas penyerahan BKPTM oleh produsen atau impor BKPTM,disamping dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) Juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah(PPn BM).
PPn BM dikenakan atas:
1.Penyerahan BKP Yng Tergolong dilakukan oleh pengusaha yang amenghasilkan BKPTM tersebut di
dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaan.
2. Impor BKPTM oleh siapapun.

177
PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN.PPn BM hanya dikenakan 1(satu)kali pada waktu
penyerahan BKPTM oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor,pengertian umum dari Pajak
Masukan tidak dikenal pada PPN BM. Oleh karena itu,PPn BM yang telah dibayar tidak dapat dikreditkan
dengan PPn BM yang terutang.Dengann demikian prinsip pemungutannya hanya 1(satu)kali yaitu pada saat:
1. Penyerahan oleh pabrikan atau produsen BKPTM,atau
2. Impor BKPTM.

Dasar pengenaan pajak

Untuk menghitung besarnya pajak (PPn dan PPn BM) yang terutang perlu adanya Dasar Pengenaan Pajak
(DPP),yang menjadi DPP adalah:

1.Harga Jual
2.Nilai penggantian
3.Nilai Impor
4.Nilai Ekspor
5.Nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Penerapan DPP diatur dalam berbagai peraturan pelaksanaan undang-undang sebagaimana berikut :

1. Dalam penyerahan atau penjualan BKP,yang menjadi DPP adalah jumlah harga jual.
2. Dalam hal penyerahan JKP,yang menjadi DPP adalah Penggantian.
3. Dalam hal Impor,yang menjadi DPP adalah Nilai Impor.
4. Dalam hal ekspor,yang menjadi DPP adalah nilai ekspor.
5. Atas kegiatan membangun sendiri bangunan permanen berluas 400m 2 atau lebih,yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan,DPP-nya adalah 40%
(empat puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membangun (tidak termasuk harga
perolehan tanah).
6. Dalam hal pemanfaatan BKP tidak terwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean,DPP-nya adalah
sebesar jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP
atau JKP tersebut.
7. Dalam hal pemakaian sendiri maupun pemberian cuma-cuma,DPP-nya adalah harga jual dikurangi
laba kotor.
8. Dalam hal penyerahan media rekaman suara atau gambar,DPP-nya adalah perkiraan harga jual rata-
rata.
9. Dalam hal penyerahan media film cerita,DPP adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film.
10. Untuk persediaan BKP maupun aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual
belikan,yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,DPP-nya adalah harga pasar wajar.
178
11. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau pariwisatamaupun jasa pengiriman paket, DPP-nya
adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang harus ditagih.
12. Untuk penyerahan kendaraan bermotor bekas, DPP-nya 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan
atau jumlah yang harus ditagih.
13. Untuk penyerahan jasa anjak piutang, DPP-nya 5% (lima persen) dari jumlah seluruh imbalan
14. Pengusaha kena pajak pedagang eceran dapat memilih menggunakan mekanisme kredit pajak atau
menggunakan nilai lain sebagai DPP. Apabila menggunakan nilai lain sebagai DPP, DPP-nya 20%
(dua puluh persen) dari jumlah seluruh barang dagangan.

TARIF
1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (Sepuluh persen). Sedangkan Tarif PPN atas ekspor BKP
adalah 0% (nol persen). Pengenaan tarif 0% (nol persen) bukan berarti pembebesan dari pengenaan PPN,
tetapi Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor dapat dikreditkan.
Berdasarkan pertimbangan pengembangan ekonomi dan atau peningkatan kebutuhan dana untuk
pembangunan. Dengan peraturan pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% (lima
persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen) dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal.
2. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (UU PPN 18/2000)
Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM). Dengan peraturan pemerintah, dapat ditetapkan
dalam beberapa pengelompokan tarif, yaitu tarif paling rendah sebesar 10% (sepuluh persen) dan tarif
paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Tarif PPn BM yang berlaku saat ini adalah 10%,
20%, 30%, 40%, 50%, dan 75%.
1) Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 10% (sepuluh persen), adalah :
a. Kelompok kepala susu atau susu yang diasamkan/diragi mengandung tambahan gula atau
pemanis lainnya atau tidak diberi aroma atau tidak diberi rasa atau tidak mengandung
tambahan buah-buahan, biji-bijian, kokoa, yogurt, kephir, whey, keju, mentega atau
lemak atau minyak yang diperoleh dari susu yang dibotolkan/dikemas;
b. Kelompok air buah dan air sayuran, yang belum diragi dan tidak mengandung alkohol,
mengandung tambahan gula atau pemanis lainnya maupun tidak mengandung aroma maupun
tidak, yang dibotolkan/dikemas;
c. Kelompok minuman yang tidak mengandung alkohol, mengandung tambahan gula atau pemanis
lainnya maupun tidak mengandung aroma maupun tidak, yang dibotolkan/dikemas, serta air soda
yang dibotolkan/dikemas;
d. Kelompok produk kecantikan untuk memelihara kulit tangan, kaki, dan rambut, serta preparat
rias lainnya, yang dibotolkan/dikemas;
e. Kelompok alat rumah tangga., pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat penerima
siaran televisi;
179
f. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga; dan
g. Kelompok mesin pengatur suhu udara;
h. Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar; pesawat penerima siaran radio;
i. Kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya)
Artinya terhadap Produk diatas, selain dikenakan PPN 10% berkali-kali juga dikenakan PPn.BM
10% sekali saja

2) Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 20% (dua puluh persen), adalah :
a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, dan pesawat pemanas, selain yang disebut
dalam kelompok tarif 10% ;
b. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan
sejenisnya;
c. Kelompok pesawat penerima siaran televisi, dan antena serta reflektor antena, selain yang disebut
dalam kelompok tarif 10%;
d. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin setrika, mesin pencuci piring, mesin pengering,
pesawat elektromagnetik, dan instrumen musik;
e. Kelompok wangi-wangian
f. Kelompok permadani, selain yang terbuat dari serabut kelapa (coir), sutera, atau wool, atau bulu
hewan halus.
3) Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 30% (tiga puluh persen) adalah :
a. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk keperluan negara
atau angkutan umum;
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga, selain yang disebut dalam kelompok tarif 10%;
4) Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 40% (empat puluh persen), adalah :
a. Kelompok minuman yang mengandung alkohol;
b. Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau tiruan;
c. Kelompok permadani yang terbuat dari sutera atau wool;
d. Kelompok barang kaca dari kristal timah dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur, rias,
kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu;
e. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia atau dari
logam yang dilapisi logam mulia atau campuran dari padanya;
f. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang disebutkan dalam
kelompok tarif 30%, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum;
g. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemidikan, pesawat udara lainnya tanpa
tenaga penggerak;
180
h. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara;
i. Kelompok jenis alas kaki;
j. Kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah, tanah lempung cina atau keramik;
k. Kelompok barang-barang, perabot rumah tangga dan kantor;
l. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu, selain batu jalan dan
batu tepi jalan.
5) Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Atas Barang Mewah dengan tarif 50% (lima puluh persen), adalah :
a. Kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus;
b. Kelompok pesawat udara, selain yang dimaksud dalam kelompok tarif 40% kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan udara niaga;
c. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebutkan dalam kelompok tarif
10% dan kelompok tarif 30%;
d. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara;
6) Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 75% (tujuh puluh lima persen),
adalah :
a. Kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang disebut dalam kelompok tarif 40%;
b. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia dan atau mutiara
atau campuran dari padanya;
c. Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.
Untuk ekspor BKP Yang Tergolong Mewah (BKPTM), dikenakan tarif 0% (nol persen), PPn BM yang telah
dibayar atas perolehan BKPTM yang diekspor dapat diminta kembali (restitusi)

CARA MENGHITUNG PPN


Cara menghitung PPN adalah sebagai berikut :

PPN terutang = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak PPN

DPP PPN = - Harga jual/Beli.....................................Rp xx 10.000.000


- dikurangi:
- DP........................................Rp xx 0
- Discount...............................Rp xx 1,000,000
Jumlah Pengurang Rp xx
-------------- (-)
DPP PPN Rp xx 9.000.000
Jadi PPN terutang: 10% x DPP PPN 900.000

181
Contoh :
1. Pengusaha Kena Pajak “A” menjual tunai BKP Kepada Pengusaha Kena Pajak “B” dengan
Harga jual Rp 5.000.000.00. PPN yang terutang :
10% x Rp 25.000.000.00 = Rp 2.500.000.00.
PPN sebesar Rp 2.500.000.00. tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipunggut oleh perusahaan
Kena Pajak “A” sedangkan bagi pengusaha Kena Pajak “B” PPN tersebut merupakan pajak
Masukan.
2. Seseorang mengimpor BKP dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor Rp 15.000.000.00. PPN
yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai = 10% x Rp 15.000.000.00. = Rp
1.500.000.00.

CARA MENGHITUNG PPn BM


Cara menghitung PPn BM sebagai berikut :
PPn BM = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

MEKANISME KREDIT PAJAK


Pembeli BKP, Penerima JKP, pengimpor BKP, pihak yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean, atau pihak yang memanfaatkan JKP dari luar Daerah Pabean wajib membayar PPN dan
berhak menerima bukti pungutan pajak. PPN yang seharusnya sudah dibayar tersebut merupakan Pajak
Masukan bagi pembeli BKP, atau penerima JKP, atau pengimpor BKP, atau pihak yang memanfaatkan BKP
tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, atau pihak yang memanfaatkan JKP dari luar Daerah Pabean yang
berstatus PKP. Pajak Masukan yang wajib dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak dapat dikreditkan dengan
pajak Keluaran yang dipungutnya dalam Masa Pajak yang sama. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
tetapi belum dikreditkan dengan pajak Keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa
pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang
belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. Dalam hal belum ada pajak keluaran
dalam suatu Masa Pajak, maka pajak Masukan tetap dapat dikreditkan pajak Masukan yang dibayar untuk
perolehan BKP dan atau JKP dikreditkan dengan Pajak Keluaran di tempat Pengusaha Kena Pajak
dikukuhkan.

182
CONTOH KASUS PPN:
Selama bulan Mei 2022 CV NUANSA ELECTRONIC terjadi transaksi sbb;
1/5/16 : membeli 100 unit AC Toshiba @ Rp 1 jt dgn disc Rp 1jt, Menjual kepada PT HOTEL SENYIUR 10 unit
@ Rp 2jt dgn disc Rp 500.000
10/5/16 : menjual 200 unit TV SANKEN 14” kpd CV LANCAR @Rp 500.000 tanpa disc
20/5/16 : membeli 200 unit kipas angin Maspion @Rp 100.000 tanpa disc.
25/5/16 : menjual kulkas LG sebanyak 10 unit @Rp 1.700.000 dgn disc Rp 500.000
31/5/16 : membeli kulkas freezer 150 unit @Rp 1.750.000 dgn disc Rp 1 jta.

1) PM saat CV.Nuansa Membeli


1/5 beli ac 100 x Rp 1 jt Rp 100.000.000
Disc 1.000.000 –
DPP PPN Rp 99.000.000
PPN PM: 11% x Rp 99.000.000 Rp 10.890.000
29/5 beli kipas 200 x Rp 100,000 Rp 20.000.000
Disc Rp 0 -
DPP PPN Rp 20.000.000
PPN PM: 11% x 20jt Rp 2.200.000
31/5 beli kulkas 150 x Rp 1.750.000 Rp 262.500.000
Disc Rp 1.000.000 –
DPP PPN Rp 261.500.000
PPN PM: 11% x Rp 261.500.000 Rp 28.765.000 (+)
Jumlah PPN PM selama Mei 2022 Rp 41.855.000 artinya selama mei 22 CV Nuansa bayar PPN
sejumlah tsb via Penjual atau penjual telah memungut PPN dari CV Nuansa sejumlah tsb
2) PK saat CV Nuansa Menjual
1/5 jual ac 10 x Rp 2jt Rp 20.000.000
Disc Rp 500.000 –
DPP PPN Rp 19.500.000
PPN PK: 11% x 19.500.000 Rp 2.145.000
10/5 jual tv 200 x 500.000 Rp 100.000.000
Disc/DP Rp 0 -
DPP PPN Rp 100.000.000
PPN PK: 11% x 100jt Rp 11.000.000
25/5 jual kulkas 10 x Rp 1.700.000 Rp 17.000.000
Disc/DP Rp 500.000 -
DPP PPN Rp 16.500.000
183
PPN PK: 11% x 16.5jt Rp 1.815.000 (+)
Jumlah PPN PK selama Mei 2022 Rp 14.960.000 artinya selama mei 22 CV.Nuansa
telah Pemungut PPN dari para pembelinya sejumlah tsb atau para pembelinya telah membayar PPN via
CV.Nuansa sejumlah tsb
maka:
Jumlah PPN PM selama Mei 2022 Rp 41.855.000
Jumlah PPN PK selama Mei 2022 Rp 14.960.000 (-)
Terjadi Lebih PPN selama mei 2022 Rp 26.895.000 karena PM > PK
Jika terjadi Lebih bayar ada 2 opsi: 1) bisa dikompensasikan dgn masa pajak PPN berikutnya
3) Bisa diminta dikembalikan (Direstitusi) oleh Pemerintah ke CV Nuansa

Tentukan:
1) PPN Masukan (PM) selama bulan Mei 2022 Rp......> terjadi saat membeli ok
2) PPN Keluaran (PK) selama bulan Mei 2022 Rp......> terjadi saat menjual
3) Tentukan apakah selama Mei 2022, CV NUANSA ELECTRONIC lebih/kurang byr PPN/nihil ?

KONSEP DLM MENGISI FAKTUR STANDARD PPN.PPn.BM

1. YANG MENGISI FAKTUR ADALAH PERUSAHAAN PENJUAL


2. PADA AWAL/AKHIR BULAN SEMUA FAKTUR-2 YANG ADA HARUS DIPISAHKAN MENJADI
2 YAKNI:
A. FAKTUR MASUKAN (PM): ADALAH SUATU PPN YANG DIBAYAR OLEH
PERUSAHAAN Pembeli KEPADA PENJUAL, PADA SAAT MEMBELI BKP/JKP YG
DIKENAKAN PPN.(ketika perusahaan kita sbg Pembeli)
B. FAKTUR KELUARAN (PK): ADALAH SUATU PPN YANG DIPUNGUT OLEH
PERUSAHAAN PENJUAL DARI PERUSAHAAN PEMBELI PADA SAAT MENJUAL
BKP/JKP YG DIKENAKAN PPN (ketika perusahaan kita sbg Penjual)
3. KEMUDIAN PADA AKHIR BULAN AKAN DIKETAHUI HAL SBB.:
- Disebut PPN KURANG BYR, JIKA PM < PK
- Disebut PPN LEBIH BYR, JIKA PM > PK
- Disebut PPN NIHIL, JIKA PM = PK

184

Anda mungkin juga menyukai