Anda di halaman 1dari 17

BAB 9.

PPN dan PPnBM

Tujuan Khusus

Setelah mempelajari Bab ini, mahasiswa mampu menghitung PPN dan PPnBM.

A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Dasar hukum pengenaan PPN adalah UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan kedua
atas UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean;


b. Impor BKP;
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean;
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean;
e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean;
f. Ekspor BKP berwujud;
g. Ekspor BKP tidak berwujud;
h. Ekspor JKP; atau
i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi/badan

B. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang dalam kegiatan usaha atau,
pekerjaannya melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP dan atau ekspor BKP
yang dikenakah pajak berdasarkan UU PPN & PPnBM, tidak termasuk pengusaha kecil
kecuali pengusaha kecil tersebut memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP. Pengusaha yang
melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP dan atau ekspor BKP wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. Dengan demikian
pengusaha kena pajak (PKP) dapat digolongkan

a. Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP di dalam
daerah pabean; atau
b. Pengusaha yang melakukan ekspor BKP: atau
c. Pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan sebagai PKP.

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP
dan atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp.600.000.000,00 (Enam ratus juta rupiah).

Setiap Pengusaha Kena Pajak diwajibkan mencatat semua iuran perolehan dan penyerahan
BKP atau JKP dalam pembukuannya. Pada catatan daiam pembukuan itu harus dicantumkan

70
secara terpisah dan jelas mengenai jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa
yang terhutang pajak, yang tidak terhutang pajak yang dikenakan tarif 0% (nol persen) dan
yang dikenakan PPnBM.

PPN dipungut menggunakan Faktur Pajak Standar. PPN yang dipungut dengan menggunakan
Faktur Pajak Sederhana tidak dapat dikreditkan atau tidak dapat dihitung sebagai Pajak
Masukan. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran
untuk masa yang sama. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar dari
pada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan pajak yang harus dibayar oleh Pengusaha
Kena Pajak. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak
Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pembayaran pajak yang dapat
dikompensasikan dengan pajak terhutang dalam Masa Pajak berikutnya, atau dapat
dikembalikan. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terutang dalam Masa Pajak terjadi pada
saat:

 Penyerahan BKP;
 Impor BKP;
 Penyerahan JKP;
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean;
 Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean;
 Ekspor BKP berwujud;
 Ekspor BKP tidak berwujud; atau
 Ekspor JKP.

Dalam hal pembayaran diterima sebelum menyerahan BKP atau JKP, maka pajak yang
terhutang dalam Masa Pajak terjadi pada saat pembayaran. Pengusaha Kena Pajak wajib
melaporkan penghitungan pajak kepada Pelayanan Pajak dalam jangka waktu 20 (duapuluh)
hari setelah akhir Masa Pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa.

C. Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan PPN

Pada dasamya semua barang dan jasa merupakan BKP dan JKP, sehingga dikenakan PPN,
kecuali jenis barang dan jenis jasa berikut:

1. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN:

a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya:

1) Minyak mentah;
2) Gas bumi;
3) Panas bumi;
4) Pasir dan kerikil;
5) Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara; dan
6) Bijih timah, bijih besi, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih
bauksit, dan
71
7) Barang hasil penambangan dan pengeboran lainnya yang diambil langsung dari
sumbernya.

b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu:

1) Segala jenis beras dan gabah, seperti.: beras putih, beras merah, beras ketan hitam,
dan beras ketan putih, dalam bentuk:

a) Beras berkulit (padi atau gabah) selain benih;


b) Digiling;
c) Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disoseh, dikilapkan maupun
tidak;
d) Beras pecah; dan
e) Menir [groat] dari beras.

2) Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning kemerahan
atau popcorn (jagung brondong), dalam bentuk:

a) Jagung yang telah dikupas maupun belum/jagung tongkol dan biji


jagung/jagung pipilan;. dan
b) Menir [groat/beras iagung, sepanjang masih daiam bentuk butiran.

3) Sagu, dalam bentuk:

a) Empulur sagu;
b) Tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu.

4) Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning atau
kedelai hitam dalam bentuk peeah atau utuh.

5) Garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.

a) Garam meja;
b) Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 kg atau lebih.

c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak,
tidak termasuk makanan dan minurnan yang diserahkan oleh usaha catering atau usaha jasa
boga.

d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

e. Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama
mahasiswa dan pelajar.

f. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara,
alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan patroli, dan kendaraan khusus lainnya,
serta suku cadangnya yang diserahkan kepada Departemen Pertahanan, TNI, atau POLRI,

72
dan komponen atau bahan yang diperlukan dalam pembuatan seniata dan amunisi oleh PT
(PERSERO) PINDAD untuk keperluan Departemen Pertahanan, TNI, atau POLRI.

g. Vaksin folio dalam rangka pekan imunisasi nasional (PIN).

h. Buku-buku pelajaran umum, kitab suei, dan buku-buku agama.

i. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan angkutan penyeberangan,
kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat
keselamatan pelayaran atau alat kaselamatan manusia yang diserahkan kepada dan digunahan
oieh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional. Perusahaan Penangkap Ikan Nasional,
Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara iasa
Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya.

j. Pesawat udara, suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diserahkan kepada dan
digunakan oleh perusahaan angkutan udara niaga nasional dan suku cadang serta peralatan
untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diperoleh oleh pihak yang ditunjuk
perusahaan angkutan udara niaga nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa
perawatan atau reparasi pesawat udara kepada perusahaan angkutan udara niaga nasional.

k. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta
prasarana yang diserahkan kepada dan digunakan oleh PT [PERSERO) Kereta Api Indonesia
dan komponen atau bahan yang diserahkan kepada PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia,
yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau
npemeiiharaan, serta prasarana yang akan digunakan PT [PERSERO) Kereta Api Indonesia.

l. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo
udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional yang
diserahkan kepada Departemen Pertahanan atau TNI.

2. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN:

a. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis, meliputi:

1) Jasa dokter umum, jasa dokter spesialis, jasa dokter gigi;


2) Jasa dokter hewan;
3) Jasa ahli kesehatan, seperti: akupuntur, ahli gizi, fisioterapi, ahli gigi;
4) Jasa kebidanan, dan dukun bayi;
5) Jasa paramedis, dan perawat; dan
6) Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan
sanaterium.

b. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:

1) Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jempo;

2) Jasa pemadam kebakaran, kecuali yang bersifat komersial;

73
3) Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;

4) Jasa lembaga rehabilitasi, kecuali yang bersifat komersial; ·

5) Jasa pemakaman, termasuk krematorium;

6) Jasa di bidang olah raga, kecuali yang bersifat kemersial;

7) Jasa pelayanan sosial lainnya, kecuali yang bersifat komersial.

c. Jasa di Bidang pengiriman surat dengan perangko yang dilakukan oleh PT Pos
Indonesia (Persero).
d. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi, meliputi:

1) jasa perbankan, kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan surat kontrak
(perjanjian), serta anjak piutang.

2) jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi; dan

3) jasa sewa guna usaha dengan hak opsi.

g. Jasa di bidang keagamaan, meliputi

1) jasa pelayanan rumah ibadah;

2) jasa pemberian khotbah atau dakwah; dan

3) jasa lainnya di bidang keagamaan.

f. Jasa dibidang pendidikan, meliputi:

1) jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan


umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.

2) jasa penyelenggara pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus.

g. Jasa di bidang kesénian dan hiburan yang sudah dikenakan pajak tontonan termasuk
jasa kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti pementasan kesenian tradisional,
yang diselenggarakan secara cuma-cuma.
h. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan seperti jasa penyiaran radio atau
televisi baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swasta yang bukan
bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
i. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air, meliputi jasa angkutan umum di
darat, di laut, di danau maupun di sungai yang dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta.
j. Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi

1) jasa tenaga kerja;

74
2) jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertangung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan

3) jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.

k. Jasa di bidang perhotelan, meliputi:

1) jasa persewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,


losmen, hastel serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang
menginap; dan

2) jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen dan hostel.

l. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, seperti
izin mendirikan bangunan (IMB), pemberian ijin usaha perdagangan, pemberian
nomor pokok wajib pajak dan pembuatan kartu tanda penduduk (KTP).
m. Jasa yang diterima oleh perusahaan angkutan laut nasional, perusahaan penangkapan
ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa kepelabuhan nasional, yang meliputi:

1) jasa persewaan kapal;

2) jasa kepelabuhan, meliputi: jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh.

3) jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal.

n. jasa yang diterima oleh perusahaan angkutan udara nasional yang meliputi:

1) jasa persewaan pesawat udara; dan

2) jasa perawatan reparasi pesawat udara;

o. jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh PT (PERSERO) Kereta
Api Indonesia.
p. jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan rumah
sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama
mahasiswa dan pelaiar, dan pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan
ibadah.
q. jasa persewaaan rumah susun sederhana. rumah sederhana, dan rumah sangat
sederhana.
r. jasa yang diterima oleh departemen pertahanan atau TNI yang dimanfaatkan dalam
rangka penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik indonesia
untuk mendukung pertahanan nasional.

D. Membayar, Menyetor dan Melaporkan PPN

75
Yang berkewajiban untuk membayar/menyetor dan melapor Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
adalah:

1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)


2. Pemungut PPN adalah;
a. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara dan
b. Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah
c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Yang Wajib Disetor

1. Oleh PKP adalah :

a. PPN yang dihitung sendiri melalui pengkreditan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran.
Yang disetor adalah selisih Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, bila pajak Masukan
lebih kecil dari Pajak Keluaran.
b. PPN yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
dan Surat Tagihan Pajak (STP).

2. Oleh Pemungut PPN yang wajib disetor adalah PPN yang dipungut.

Tempat Pembayaran/Penyetoran Pajak

1. Kantor Pos dan Giro;


2. Bank Pemerintah, kecuali BTN;
3. Bank Pembangunan Daerah;
4. Bank Devisa;
5. Bank-bank lain penerima setoran paiak; atau
6. Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Khusus untuk impor.

Saat Pembayaran/Penyetoran PPN

1. PPN yang dihitung sendiri oleh PKP harus disetorkan paling lambat tanggal
15 bulan takwim berikutnya setelah bulan Masa Pajak. Contoh: Masa Pajak
Januari 2011, penyetoran paling lambat tanggal 15 Pebruari 2011.
2. PPN yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP harus dibayar /
disetor sesuai batas waktu yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP
tersebut.
3. PPN atas impor, harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk, dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/dibebaskan, harus
dilunasi pada saat penyelesaian dokumen impor.
4. PPN yang pemungutannya dilakukan oleh:
a. Bendaharawan Pemerintah, msetor paling lamhat tanggal 7 bulan
takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

76
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN atas impor,
menyetor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan pajak
dilakukan.
5. PPN dari penyerahan tepung terigu oleh Badan Urusan Logistik (BULOG),
harus dilunasi sendiri oleh PKP sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang
(D.O) ditebus.

Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran jatuh pada hari libur, maka
pembayaran atau penyetoran dapat dilaksanakan pada hari kerja berikutnya.

Saat Pelaporan PPN

1. PPN yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam Masa PPN dan
disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lambat 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir.
2. PPN yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang telah dilunasi segera
dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.
3. PPN yang pemungutannya dilakukan:
a. Bendaharawan Pemerintah harus dilaporkan paling lambat 14 hari setelah
bulan dilakukannya pembayaran atas tagihan.
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor, harus dilaporkan secara
mingguan selambat lambatnya 7 hari setelah batas waktu penyetoran pajak
berakhir.
4. Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dihitung sendiri oleh PKP,
harus dilaporkan dalam SPT Masa PPN dan disampaikan kepada KPP setempat paling
lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Apabila tanggal jatuh tempo pelaporan jatuh pada hari libur, maka pelaporan harus
dilaksanakan pada hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo.

Sarana Pembayaran/Penyetoran PPN

1. Untuk membayar/menyetor PPN digunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP) yang
tersedia di Kantor kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-kantor Penyuluhan dan
Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) di seluruh Indonesia.
2. Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap dan sah bila jumlah PPN yang disetorkan
telah sesuai dengan yang tercantum di dalam Daftar Nominatif Wajib Pajak (DNWP)
yang dibuat oleh: Bank penerima pembayaran, Kantor Pos dan Giro, atau Kantor
Direktorat jenderal Bea dan Cukai penerima setoran.

E. Tarif PPN

1. Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen)


2. Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:
a. Ekspor BKP berwujud;

77
b. Ekspor BKP tidak berwujud; dan .
c. Ekspor JKP.
3. Tarif PPN untuk kegiatan membangun sendiri adalah 10% dari DPP.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah 40% dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan
atau dibayarkan, tidak termasuk harga perolehan tanah. Kegiatan membangun sendiri
yang dikenakan PPN adalah yang memenuhi kriteria berikut:
a. Peruntukan bangunan adalah untuk tempat tinggal atau tempat usaha;
b. Luas bangunan 200 m2 atau lebih; dan
c. Sifat bangunan permanen yang konstruksi utamanya terdiri beton dan kayu
yang tahan lama (tahan lebih dari 25 tahun).

Cara Menghitung PPN

PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dengan Dasar Pengenaan
Pajak (DPP). DPP adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang, yaitu:
Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain.

1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak
termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur
Pajak.
2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP),
tidak termasuk pajak yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak.
3. Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN.
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
5. Nilai lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Nilai
lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah sebagai berikut:
a. Untuk pemakaian sendiri BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
b. Untuk pemberian cuma-cuma BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
c. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan Harga
Jual rata-rata;
d. Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
e. Untuk persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
adalah harga pasar yang wajar;
f. Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersehut menurut ketentuan dapat
dikreditkan, adalah harga pasar yang wajar.
g. Untuk kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari Harga jual;

78
h. Untuk penyerahan jasa giro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10%
dari jumlah tagihan atau jumiah yang seharusnya ditagih;
i. Untuk jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah
yang seharusnya ditagih;
j. Untuk jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang
diterima berupa service charge, provisi, dan diskon;
k. Untuk penyerahan BKP dan atau JKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya
dan penyerahan dan atau JKP antar cabang adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor dan
l. Untuk penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
adalah harga lelang.

F. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Dasar hukum pengenaan PPnBM adalah UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga
atas Undang·Undang Nomar 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertamhahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dipungut
terhadap:

1. Penyerahan Barang Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan


Barang di Daerah Pabean dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya;
2. Terhadap impor Barang Mewah.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan hanya satu kali pada waktu penyerahan oleh
pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor. Pajak Penjualan Barang Mewah yang
terhutang dalam suatu masa pajak dihitung dengan mengalikan tarif pajak dengan dasar
pengenaan paiak. Tarif PPnBM adalah antara 10% sampai dengan 200%. Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang sudah dibayar pada waktu perolehan atau impor Barang Mewah,
tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha kena Pajak yang
mengekspor Barang Mewah dapat meminta kembali pajak yang dibayar pada waktu
perolehan Barang Mewah itu. Tata cara membayar/menyetor dan melaporkan PPnBM sama
dengan tata cara membayar/menyetor dan melaporkan PPN. Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan barang mewah wajib membuat Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (SPT Masa PPnBM).

G. Yang termasuk Barang Mewah

Jenis BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dengan tarif 20% (dua puluh persen) adalah sebagai
berikut:

79
a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat
penerima siaran televisi.

1. Tungku, kompor, tungku terbuka, alat masak (termasuk tungku dengan ketel tambahan
untuk pemanasan sentral), panggangan besar, anglo, gelang gas, piring pemanas, dan
peralatan rumah tangga tanpa listrik semacam itu, dari besi atau baja, jenis non portabel.

a. Peralatan masak dan piring pemanas:


b. Dengan bahan bakar gas atau gabungan gas dan bahan bakar lainnya.
c. Peralatan lainnya:

Dengan bahan bakar gas atau gabuugan gas dan bahan bakar lainnya.

2. Lemari pendingin: ·

a. Kombinasi lemari pendingin-pembeku, dari tipe rumah tangga dengan


kapasitas di atas 180 liter sampai dengan 230 liter.
b. Lemari pendingin, tipe rumah tangga dengan kapasitas di atas 180 liter sampai
dengan 230 liter:
1) Tipe kompresi.
2) Lain-lain

b. Kelompok hunian mewah, seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, townhouse,


dan sejenisnya adalah:

1. Rumah dan town house dari jenis non strata title, dengan luas bangunan 350m2 atau
lebih.
2. Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title, dan sejenisnya, dengan
luas bangunan 150 m2 atau lebih.

e. Kelompok pesawat penerima televisi dan antena serta reflektor antena:

1. Aparatus penerima untuk televisi, digabung atau tidak dengan penerima siaran radio
atau aparatus perekam atau pereproduksi suara atau video; monitor video
a) Monitor video berwarna di atas 17 inch sampai dengan 43 inch:
• Monitor tabung sinar katoda:
 Untuk keperluan komputer
 Untuk keperluan selain komputer
• Monitor selain tabung sinar katoda:
 Monitor tipe FPD untuk data video dan komputer, untuk overhead
proyektor untuk komputer.
 Lain lain.
b) Aparatus penerima untuk televisi berukuran di atas 29 inch sampai dengan 43
inch:
• Televisi warna, menggunakan baterai

80
• Televisi warna lainnya.
2. Proyektor video:
a) Mempunyai kapasitas untuk memproyeksikan pada layar berukuran 300 inch atau
lebih.
b) Proyektor data video dan komputer tipe FPD (JTA1/8-200)
c) Lain-lain.
3. Antena dan refiektor antena dari segala jenis, selain yang digunakan untuk keperluan
penyiaran radio atau televisi, usaha jasa telekomunikasi, dan yang digunakan untuk
alat radar, alat radio pembantu navigasi dan alat radio kendali jarak jauh.
4. Antena dan reflektor antena dari segala jenis untuk penerima siaran radio atau televisi
dengan nilai impor atau harga jual Rp.500.000,00 atau lebih per set atau per unit.

f. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin mencuci piring, mesin pengering, pesawat
elektromagnetik, dan instrument musik.

1. Mesin pengatur suhu udara, terdiri dari kipas yang digerakkan dengan motor dan
elemen untuk mengubah suhu dan kelembaban udara, termasuk mesin tersebut yang
tidak dapat mengatur kelembaban suhu udara secara terpisah:
a) Dari tipe jendela atau dinding, dengan kapasitas di atas 2 PK sampai dengan 3 PK
b) Dari jenis yang digunakan untuk orang, di dalam kendaraan bermotor
2. Mesin pencuci piring, dari tipe rumah tangga:
a) Dioperasikan seeara elektrik
b) Tidak dioperasikan seeara eleletrik
3. Mesin pengering dengan kapasitas linen kering tidak melebihi 10 kg dari jenis yang
dipakai untuk rumah tangga.
4. Microwave oven.
5. Piano, termasuk piano otomatis, harpaichord dan instrumen keyboard bersenar
lainnya:
a) Piano tegak
b) Grand piano
c) Lain-lain
6. Instrumen musik, dengan suara yang dihasilkan, atau harus diperkuat, secara elektrik
(misalnya: organ, gitar, akordeon):
a) lnstrumen keyboard selain akordeon
b) Lain-lain

e. Kelompok wangi-wangian

 Parfum dan cairan pewangi yang siap dijual eceran dengan nilai impor atau harga jual
Rp.2.000,00 atau lebih per mili liter (cc).

H. Contoh Penghitungan PPN dan PPnBM

81
1. PKP AMAN dalam bulan April 2016 menjual tunai BKP kepada PKP BADU dengan
Harga jual Rp. 25.000.000,00. PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP AMAN =
10% x Rp.25.000.000,00 = Rp.2.500.000,00. PPN sebesar Rp.2.500.000,00 tersebut
merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh PKP AMAN.
2. PKP BADU daiam bulan April 2010 melakukan penyerahan JKP dengan memperoleh
Penggantian sebesar Rp.15.000.000,00. PPN yang tentang yang dipungut oleh PKP
BADU = 10% x Rp.15.000.000,00 = Rp.1.500.000,00. PPN sebesar Rp. 1.500.000,00
tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh PKP BADU.
3. PKP CIPTA mengimpor BKP dari luar Daerah Pabean dengan Nilai impor sebesar
Rp.35.000.000,00. PPN yang dipungut melaiui Direktorat Jenderai Bea dan Cukai = 10%
x Rp.35.000.000.00 = Rp.3.500.000,00.
4. PKP DIRMAN mengimpor BKP yang tergolong Mewah dengan nilai impor sebesar
Rp.50.000.000,00. BKP yang tergolong mewah tersebut selain dikenakan PPN juga
dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif 20%. Penghitungan PPN dan PPnBM yang
terutang atas impor BKP tergolong mewah tsb. adalah:

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) = Rp.50.000.000,00


PPN = 10% x Rp.50.000.000,00 = Rp.5.000.000,00
PPn BM = 20% x Rp.50.000.000,00 = Rp.10.000.000,00

Kemudian PKP DIRMAN menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari
suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif
misalnya 35%. Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut
tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp.10.000.000,00 dapat ditambahkan ke
dalam harga BKP yang dihasilkan oleh PKP DIRMAN atau dibebankan sebagai biaya.

Misalnya PKP DIRMAN menjual BKP yang dihasilkannya kepada PKP EKA dengan
harga jual Rp.150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPnBM terutang adalah:

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) = Rp.150.000.000,00


PPN = 10% x Rp.150.000.000.00 = Rp.15.000.000,00
PPnBM = 35% x Rp.150.000.000,00 = Rp.52.500.000,00
PKP DIRMAN dapat mengkreditkan PPN sebesar Rp.5.000.000,00 yang dibayar pada
saat impor BKP terhadap PPN sebesar Rp.15.000.000,00. Sedangkan PPnBM sebesar
Rp.10.000.000,00 tidak dapat dikreditkan baik dengan PPN sebesar Rp.15.000.000,00
maupun dengan PPnBM sebesar Rp.52.500.000,00

5. PKP Fa. SENTOSA RAHARJA membangun sendiri sebuah gedung untuk salah satu
mini market yang dikelolanya. Jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam
pembangunan gedung tersebut adalah Rp.1.250.000.000,00 tidak termasuk harga
perolehan tanahnya sebesar Rp.725.000.000,00. Besarnya PPN yang harus dibayar oleh
PKP Fa.SENTOSA RAHARJA adalah sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak PPN = 40% x Rp.1.250.000.000,00 = Rp.500.000.000,00.


PPN terutang yang harus dibayar = 10% x Rp.500.000.000,00 = Rp.50.000.000,00.

82
6. Perusahaan Travel PT BALI SHANTI menangani suatu paket tour (6 wisatawan) dari
Inggris untuk 7 hari di Bali dengan total biaya US$6,000.00. Kurs yang berlaku adalah
Rp.10.000,00,- PPN yang dipungut perusahaan itu adalah:

Nilai paket tour = 6.000 x Rp.10.000,00 = Rp.60.000.000,00.


DPP PPN = 10% x Rp.600.000,00 = Rp.6.000.000,00
PPN 10% x Rp.6.000.000,00 = Rp.600.000,00.

7. Untuk kelancaran operasional, PT JAYA MULIA SEJAHTERA akan mengganti


kendaraan kendaraan bermotor dengan yang baru. Kendaraan yang lama di jual kepada
Tuan Handoko dengan harga sebagai berikut:

a. 3 buah Honda GL Pro @ Rp. 6.000.000,00 = Rp.18.000.000,00


b. 2 buah Honda Astrea @ Rp. 4.500.000,00 = Rp. 9.000.000,00
c. 1 buah Suzuki Earry @ Rp.17.500.000.00 = Rp. 17.500.000,00 +

Jumlah = Rp.44.500.000,00

PPN yang dipungut terhadap Tuan Handoko adalah sbb:

Jumlah harga jual kendaraan bermotor = Rp.44.500.000,00


DPP PPN = 10% x Rp.44.500.000,00 = Rp.4.450.000,00
PPN = 10% x Rp.4.450.000,00 = Rp.445.000,00

8. Karena krisis keuangan global, PT GERAK CEPAT merasa perlu untuk menjual tagihan-
tagihannya sebesar Rp.270.000.000,00 kepada perusahaan anjak piutang. PT GERAK
CEPAT membayar jasa perusahaan anjak piutang berupa discount 5%, provisi 3%, dan
service charge 7%. PPN yang dipungut perusahaan anjak piutang adalah sbb:

Discount = 5% x 270.000.000,00 = Rp.13.500.000,00


Provisi = 3% x 270.000.000,00 = Rp. 5.100.000,00
Service charge = 7% x 270.000.000,00 = Rp. 18.900.000,00+
Total imbalan yang diterima = Rp.37.500000,00

DPP PPN = 5% x 37.500.000,00 = Rp. 1.875.000,00


PPN = 10% x Rp. 11.875.000,00 = Rp.187.500,00 .

PT GERAK CEPAT melepas tagihannya sebesar Rp.270.000.000,00 dan menerima


pembayaran tunai Rp.270.000.000,00 -Rp.37.500.000,00 - Rp.187.500,00 =
Rp.232.312.500,00 ditambah bukti pungutan PPN berupa Faktur Pajak sejumlah
Rp.187.500.00

83
Latihan Bab 10. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.

1. KARMILA mengelola sebuah perusahaan catering BOGA MTRASA yang sudah


memulai usaha sejak 2 Januari 2002. KARMILA telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak. Dalam bulan Mei 2009 dapat dikutip beberapa transaksi antara lain
sebagai berikut:
1) Menerima pembayaran Rp.20.000.000,00 dari PT. SERITI sebuah perusahaan
penerbangan perintis atas penyediaan katering yang penyerahannya dilakukan
dalam bulan Februari 2009.
2) Menerima pembayaran Rp.10.000.000,00 dari PT. JASA (BUMN) sesuai
dengan surat tagihan tertanggal 17 April 2009 yang Faktur Pajak tertanggal 15
April 2009.
3) Menyerahkan katering kepada PT.TELASIH yang merayakan HUT pada akhir
bulan Mei 2009 dengan harga kontrak Rp.35.000.000,00. Pembayaran akan
ditransfer pada awal juni 2009.
4) Menerima katering kepada Tuan Ismail yang menyelenggarakan resepsi
perkawinan pada tanggal 29 Mei 2009 pembayarannya Rp. 25.000.000,00
diterima pada tanggal 4 Juni 2009. Tuan Ismail tidak memiliki NPWP.
5) Menjual beberapa unit kompor gas dengan harga jual Rp.2.000.000,00 kepada
restoran SIANG MALAM. Kompor gas ini dibeli pada tanggal 4 Januari 2005.
6) Meniual satu unit mobil box dengan harga jual Rp.20.000.000,00 kepada Tuan
Husin. Mobil ini dibeli pada tanggal 17 November 2004.

Dalam hal terutang PPN, dalam harga jual tersebut belum termasuk PPN.

Permasalahan:

a. Hitung berapa PPN yang tentang pada saat menerima pembayaran atau
melakukan penyerahan tersebut di atas ?
b. Hitung beberapa PPN yang wajib dipungut atau dibayar oleh Pemungut PPN
atau KARMILA atas setiap perbuatan hukum tersebut?

2. PARMIN mengelola sudah industri sepatu sejak tahun 1997. Ia sudah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak. Sejak semula, PARMlN selalu memberitahu kepada
PKP setempat bahwa dalam penghitungan PPh-nya, ia menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Bersih (Netto) karena jumlah peredarannya brutonya
dalam satu tahun kurang dari Rp. 600.000.000,00, dan ia tidak mampu
menyelenggarakan pembukuan. Demikian pula halnya dalam penghitungan PPh tahun
2009. Jumlah penyerahan sepatu dan pembayaran yang diterima dalam bulan juli
2009 dapat dirinci sebagai berikut :
1) Penyerahan seeara konsinyasi Rp.20.000.000,00 kepada toko sepatu.
2) Penyerahan kepada pembeli selaku kunsumen akhir, pembayaran tunai Rp.
Rp.50.000.000,00.
3) Diterima pembayaran Rp.40.000.000,00 dengan rincian :

84
a) Rp.20.000.000,00 sebagai pelunasan atas penyerahan tanggal 12 juni
2009 yang seluruhnya sebesar Rp. 25.000.000,00.
b) Rp.15.000.000.00 sebagai pelunasan atas penyerahan tangal 8 Mei
2009 yang seluruhnya sebesar Rp. 20.000.000,00.
c) Rp.5.000.000,00 sebagai pelunasan atas penyerahan tanggal 21 Mei
2009 berjumlah Rp. 15.000.000,00 yang pada waktu itu belum dibayar.
Kepada pembelinya dibuatkan Faktur Pajak Sederhana.
4) Diterima pembayaran Rp.25.000.000.00 dari Bank BRI sesuai dengan surat
tagihan tertanggal 5 juni 2009 yang penyerahannya dilakukan pada tanggal 2
Mei 2009.

Berdasarkan Faktur Pajak Standar yang diterima dan tidak cacat, Pajak
Masukan yang dibayar selama bulan juli 2009 adalah Rp.2.850.000,00.

Hitung berapa PPN yang wajib dibayar ke Kas Negara untuk Masa pajak
Juli 2009?

Bacaan Lebih Lanjut

Direktur Jenderal Pajak. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-48./PI/2008 tentang
Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Tanggal 16 Desember 2008.

Direktur jenderai Pajak Peraturan Direktur jenderal Pajak Nomor PER-146/ PI /2006 Tentang
Bentuk, isi, dan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT MASA PPN), Tanggal 3 Oktober 2007.

Menteri Keuangan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia


Nomor 571 /KMK-03 /2003 tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan
Nilai, Tanggal 29 Desember 2003.

Mentari Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia


Nomor 103 /PMK.03/ 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 620/PMK.03/2004 tentang jenis Barang Kena Pajak Yang
Tergolong Mewah selain Kendaraan Bermotor yang Dikenakan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah, Tanggal 10 Juni 2009.

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia


Nomor 31 /PMK-03/2008 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomar 155/KMK.03/2001 tentang Peiaksanaan Pajak Partambahan
Nilai yang Dibebaskan atas impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak
Tertentu yang Bersifat Strategis, Tanggal 19 Februari 2009.

Presiden Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun


2009 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Jasa Tertentu

85
Kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Untuk Pengoperasian Pesawat Udara
Yang Dilakukan Penerbangan Luar Negeri, Tanggal 24 Maret 2009.

Republik Indonesia, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
tanggal 31 Desember 1983.

Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomar 11 tahun 1994 tentang


Perubahan Undang-undang Republik Indonesia Nomar 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, Tanggal 9 Nopember 1994.

Republik Indonesia, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 tentang
Perubahan Kedua Undang-undang Repubiik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Ni1ai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Tanga! 2 Agustus 2000.

Republik Indonesia, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983
tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah, Tanggal 15 Oktober 2009.

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 251 /KMK.03
/2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor
567/KMK.04/2000 tentang Nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak Tanggal 31
Mei 2002.

www.pajak.go.id

86

Anda mungkin juga menyukai