Anda di halaman 1dari 15

Pengertian PPh pasal 23 | Pajak penghasilan (PPh) pasal 23 adalah pajak yang dipotong

atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap
yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong PPh pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya.

Pemotong PPh pasal 23

Pemotong PPh pasal 23 adalah:

1. Badan pemerintah.
2. Subjek pajak badan dalam negeri.

3. Penyelenggara kegiatan.

4. Bentuk usaha tetap (BUT).

5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

6. Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang telah mendapat penunjukan dari
Dirjen Pajak untuk memotong pajak PPh pasal 23, yang meliputi:

a. Akuntan, arsitek, notaris, PPAT, kecuali PPAT tersebut adalah Camat, pengacara,
konsultan yang melakukan pekerjaan bebas.

Page 1 of 15
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.

Wajib pajak PPh pasal 23

Wajib pajak Yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23 adalah:

a. Wajib pajak dalam negeri


b. Bentuk usaha tetap (BUT)

yang menerima atau memperoleh penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21.

Objek dan tarif PPh pasal 23

Penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, hadiah, penghargaan, bonus, dan imbalan
sejenisnya, selain yang telah dipotong PPh pasal 21, dipotong PPh pasal 23 dengan tarif 15%
dari penghasilan bruto.

Penghasilan berupa:

 sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai pajak
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) UU PPh;
 imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21 UU PPh

dikenai PPh pasal 23 dengan tarif 2% dari penghasilan bruto.

Jumlah penghasilan bruto pada jasa lainnya:

 Untuk jasa katering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
 Untuk jasa selain jasa katering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:

o Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai


imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak

Page 2 of 15
penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan,
berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa.

o Pembayaran kepada penyedia jasa atas pengadaan/pembelian barang atau


material yang terkait dengan jasa yang diberikan.

o Pembayaran kepada pihak ketiga yang dibayarkan melalui penyedia jasa, terkait
Jasa yang diberikan oleh penyedia jasa.

o Pembayaran kepada penyedia Jasa yang merupakan penggantian


(reimbursement) atas biaya yang telah dibayarkan penyedia jasa kepada pihak
ketiga dalam rangka pemberian jasa bersangkutan.

Pembayaran tidak termasuk dalam jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh pasal 23
sepanjang dapat dibuktikan dengan:

 Kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan.
 Faktur pembelian atas pengadaan/pembelian barang.

 Faktur tagihan dari pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis.

 Faktur tagihan dan/atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa
kepada pihak ketiga.

Dalam hal tidak terdapat bukti, jumlah bruto sebagai dasar pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 23 adalah sebesar keseluruhan pembayaran kepada penyedia jasa, tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai.

Jasa lain yang dipotong PPh pasal 23:

 Jasa penilai (appraisal).


 Jasa aktuaris.

 Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan.

 Jasa hukum.

 Jasa arsitektur.

 Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape.

 Jasa perancang (design).

 Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali
yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap.

 Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi
(migas).

Page 3 of 15
 Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi dan
penambangan minyak dan gas bumi (migas).

 Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara.

 Jasa penebangan hutan.

 Jasa pengolahan limbah.

 Jasa penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services).

 Jasa perantara dan/atau keagenan.

 Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa
Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI).

 Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh Kustodian Sentral


Efek Indonesia (KSEI).

 Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara.

 Jasa mixing film.

 Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise, banner, pamphlet,
baliho dan folder.

 Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.

 Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website.

 Jasa internet termasuk sambungannya.

 Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau program.

 Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.

 Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,


TV kabel, dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan inempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi.

 Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut dan udara.

 Jasa maklon.

 Jasa penyelidikan dan keamanan.

 Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer.

Page 4 of 15
 Jasa penyediaan tempat. dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan.

 Jasa pembasmian hama.

 Jasa kebersihan atau cleaning service.

 Jasa sedot septic tank.

 Jasa pemeliharaan kolam.

 Jasa katering atau tata boga.

 Jasa freight forwarding.

 Jasa logistik.

 Jasa pengurusan dokumen.

 Jasa pengepakan.

 Jasa loading dan unloading.

 Jasa laboratorium dan/ atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau insitusi
pendidikan dalam rangka perielitian akademis.

 Jasa pengelolaan parkir.

 Jasa penyondiran tanah.

 Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan.

 Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit.

 Jasa pemeliharaan tanaman.

 Jasa pemanenan.

 Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan/atau


perhutanan.

 Jasa dekorasi.

 Jasa pencetakan/penerbitan.

 Jasa penerjemahan.

 Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang


Pajak Penghasilan.

 Jasa pelayanan kepelabuhanan.

 Jasa pengangkutan melalui jalur pipa.

 Jasa pengelolaan penitipan anak.


Page 5 of 15
 Jasa pelatihan dan/atau kursus.

 Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM.

 Jasa sertifikasi.

 Jasa survey.

 Jasa tester.

 Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas)
adalah jasa penunjang berupa:

 Jasa penyemenan dasar (primary cementing) yaitu penempatan bubur semen secara
tepat di antara pipa selubung dan lubang sumur.
 Jasa penyemenan perbaikan (remedial cementing) , yaitu penempatan bubur semen
untuk maksud-maksud:

o Penyumbatan kembali formasi yang sudah kosong.

o Penyumbatan kembali zona yang berproduksi air.

o Perbaikan dari penyemenan dasar yang gagal.

o Penutupan sumur.

 Jasa pengontrolan pasir (sand contron, yaitu jasa yang menjamin bahwa bagian-bagian
formasi yang tidak terkonsolidasi tidak akan ikut terproduksi ke dalam rangkaian pipa
produksi dan menghilangkan kemungkinan tersumbatnya pipa.

 Jasa pengasaman (matrix acidizing) , yaitu pekerjaan untuk memperbesar daya tembus
formasi dan menaikan produktivitas dengan jalan menghilangkan material penyumbat
yang tidak diinginkan.

 Jasa peretakan hidrolika (hydraulic), yaitu pekerjaan yang dilakukan dalam hal cara
pengasaman tidak cocok, misalnya perawatan pada formasi yang mempunyai daya
tembus sangat kecil.

 Jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing), yaitu jasa yang dikerjakan
untuk menghilangkan cairan buatan yang berada dalam sumur baru yang telah selesai,
sehingga aliran yang terjadi sesuai dengan tekanan asli formasi dan kemudian menjadi
besar sebagai akibat dari gas nitrogen yang telah dipompakan ke dalam cairan buatan
dalam sumur.

 Jasa uji kandung lapisan (drill steam testing), penyelesaian sementara suatu sumur baru
agar dapat mengevaluasi kemampuan berproduksi.

 Jasa reparasi pompa reda (reda repair) .

Page 6 of 15
 Jasa pemasangan instalasi dan perawatan.

 Jasa penggantian peralatan/material.

 Jasa mud logging, yaitu memasukkan lumpur ke dalam sumur.

 Jasa mud engineering.

 Jasa well logging dan perforating.

 Jasa stimulasi dan secondary decovery.

 Jasa well testing dan wire line service.

 Jasa alat control navigasi lepas pantai yang berkaitan dengan drilling.

 Jasa pemeliharaan untuk pekerjaan drilling.

 Jasa mobilisasi dan demobilisasi anjungan drilling.

 Jasa directional drilling dan surveys.

 Jasa exploratory drilling.

 Jasa location stacking/ positioning.

 Penelitian pendahuluan.

 Jasa pembebasan lahan.

 Jasa penyiapan lahan pengeboran seperti pembukaan lahan, pembuatan sumur air,
penggalian lubang cadangan, dan lain-lain.

 Jasa pemasangan peralatan rig.

 Jasa pembuatan lubang utama dan pembukaan lubang rig.

 Jasa pengeboran lubang utama dengan mesin bor kecil.

 Jasa penggalian lubang tambahan.

 Jasa penanganan penempatan sumur dan akses transportasi.

 Jasa penanganan arus pelayanan (service line) dan komunikasi.

 Jasa pengelolaan air (water system).

 Jasa penanganan rigging up dan/atau rigging down.

 Jasa pengadaan sumber daya manusia dan sumber daya lain seperti peralatan (tools),
perlengkapan (equipment) dan kelengkapan lain.

 Jasa penyelaman dan/atau pengelasan.

 Jasa proses completion untuk membuat sumur siap digunakan.

Page 7 of 15
 Jasa pump fees.

 Jasa pencabutan peralatan bor.

 Jasa pengujian kadar minyak.

 Jasa pengurusan legalitas usaha.

 Jasa sehubungan dengan lelang.

 Jasa seismic reflection studies.

 Jasa survey geomagnetic, gravity, dan survey lainnya.

 Jasa lainnya yang sejenis yang terkait di bidang pengeboran, produksi dan/atau
penutupan pertambangan minyak dan gas bumi (migas).

Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi dan penambangan
minyak dan gas bumi (migas) adalah semua jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang
pertambangan umum berupa:

 Jasa pengeboran.
 Jasa penebasan.

 Jasa pengupasan dan pengeboran.

 Jasa penambangan.

 Jasa pengangkutan/ sistem transportasi, kecuali Jasa angkutan umum.

 Jasa pengolahan bahan galian.

 Jasa reklamasi tambang.

 Jasa pelaksanaan mekanikal, elektrikal, manufaktur, fabrikasi, dan


penggalian/pemindahan tanah.

 Jasa mobilisasi dan/atau demobilisasi.

 Jasa pengurusan legalitas usaha.

 Jasa peminjaman dana.

 Jasa pembebasan lahan.

 Jasa stockpiling.

 Jasa lainnya yang sejenis di bidang pertambangan umum.

Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara adalah berupa:

 Bidang aeronautika, termasuk:

Page 8 of 15
o Jasa pendaratan, penempatan, penyimpanan pesawat udara, dan jasa lain
sehubungan dengan pendaratan pesawat udara.

o Jasa penggunaan jembatan pintu (avio bridge).

o Jasa pelayanan penerbangan.

o Jasa ground handling, yaitu pengurusan seluruh atau sebagian dari proses
pelayanan penumpang dan bagasinya serta kargo, yang diangkut dengan pesawat
udara, baik yang berangkat maupun yang datang, selama pesawat udara di darat.

o Jasa penunjang lain di bidang aeronautika.

 Bidang non-aeronautika, termasuk:

o Jasa katering di pesawat dan jasa pembersihan pantry pesawat.

o Jasa penunjang lain di bidang non-aeronautika.

Bukan Objek PPh pasal 23

Pemotongan PPh Pasal 23 tidak dilakukan atas:

 Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.


 Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi.

 Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh dan dividen yang
diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c) UU PPh.

 Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf I UU PPh.

 Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.

 Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.

Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh merupakan penghasilan
yang termasuk bukan objek PPh, yaitu dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.


 Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor

Page 9 of 15
Penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c) UU PPh adalah paling tinggi sebesar 10% dan
bersifat final.

Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf I UU PPh merupakan
penghasilan yang termasuk bukan objek PPh, yaitu bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif.

Saat terutang dan saat pemotongan PPh pasal 23

Saat terutangnya Pajak Penghasilan Pasal 23 UU PPh adalah pada saat pembayaran, saat
disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan jatuh tempo (seperti: bunga dan sewa), saat
yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur (seperti: royalti, imbalan jasa teknik
atau jasa manajemen atau jasa lainnya).

Yang dimaksud dengan "saat disediakan untuk dibayarkan" (seperti : untuk dividen) adalah:

 Untuk perusahaan yang tidak go public, adalah saat dibukukan sebagai utang dividen
yang akan dibayarkan, yaitu pada saat pembagian dividen diumumkan atau ditentukan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. Demikian pula apabila
perusahaan yang bersangkutan dalam tahun berjalan membagikan dividen sementara
(dividen interim), maka Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan
terutang pada saat diumumkan atau ditentukan dalam Rapat Direksi atau pemegang
saham sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan yang bersangkutan.
 Untuk perusahaan yang go public, adalah pada tanggal penentuan kepemilikan
pemegang saham yang berhak atas dividen (recording date). Dengan perkataan lain
pemotongan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana diatur dalam Pasal 23 Undang-
Undang Pajak Penghasilan baru dapat dilakukan setelah para pemegang saham yang
berhak "menerima atau memperoleh" dividen tersebut diketahui, meskipun dividen
tersebut belum diterima secara tunai.

Yang dimaksud dengan "saat jatuh tempo pembayaran" (seperti : untuk bunga atau sewa)
adalah saat kewajiban untuk melakukan pembayaran yang didasarkan atas kesepakatan, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis dalam kontrak atau perjanjian atau faktur.

Pemotongan PPh pasal 23 dilakukan pada akhir bulan dibayarkannya penghasilan, disediakan
untuk dibayarkannya penghasilan; atau jatuh temponya pembayaran penghasilan yang
bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

Page 10 of 15
Tempat pemotongan PPh pasal 23:

 Atas transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang


pembayarannya dilakukan oleh kantor pusat, maka PPh Pasal 23 dipotong, disetor, dan
dilaporkan oleh kantor pusat.
 Atas transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang
pembayarannya dilakukan oleh kantor cabang, misalnya pembayaran sewa mesin oleh
kantor cabang, PPh Pasal 23 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh kantor cabang yang
bersangkutan.

Ketentuan tentang pemusatan pelaksanaan pemotongan, penyetoran, pelaporan PPh Pasal 23


tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kode akun pajak dan kode jenis setoran PPh pasal 23

Kode Akun Pajak PPh pasal 23: 411124

Kode Jenis Setoran PPh pasal 23:

 100 | Masa PPh Pasal 23.


 101 | PPh Pasal 23 atas Dividen.

 102 | PPh Pasal 23 atas Bunga.

 103 | PPh Pasal 23 atas Royalti.

 104 | PPh Pasal 23 atas Jasa.

PPh pasal 23 disetorkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan dilaporkan paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

Akuntansi PPh pasal 23

Dari sudut pandang Wajib Pajak yang dipotong, PPh pasal 23 tergolong pajak penghasilan yang
tidak bersifat final. PPh yang tidak bersifat final dicatat mula-mula sebagai aktiva (atau disebut
juga aset), yaitu beban dibayar di muka. Pada akhir periode, PPh pasal 23 dibayar di muka itu
ditutup (atau dikreditkan) ke akun PPh terutang, bersama-sama dengan pajak penghasilan lain
yang dipotong/dipungut pihak lain yang juga tidak bersifat final. Jika PPh terutang lebih besar
daripada PPh dibayar di muka, perusahaan harus melunasi kurang bayar PPh itu sebelum
menyampaikan SPT tahunan.

Akuntansi PPh pasal 23 dari pihak pemotong hanya dimaksudkan untuk mengakui timbulnya
utang PPh pasal 23 yang dipotong dalam satu masa pajak (satu bulan), yang harus disetor ke
kas negara. Kewajiban perpajakan pihak pemotong lebih bersifat administratif, yaitu melakukan
pemotongan, mencatat pemotongan yang terjadi, menyetorkan hasil pemotongan, dan
melaporkannya dalam SPT masa PPh pasal 23.

Page 11 of 15
Contoh jurnal dan cara menghitung PPh pasal 23 dari sudut pandang wajib pajak
penerima penghasilan

Untuk memudahkan pemahaman mengenai pencatatan transaksi terkait PPh pasal 23, berikut
ini diberikan contoh jurnal dan cara perhitungan PPh pasal 23 dari sudut pandang pihak yang
dipotong.

Firma Maju Bersama (belum menjadi Pengusaha Kena Pajak menurut ketentuan PPN) memiliki
bidang usaha penyerahan jasa konsultan. Transaksi yang terkait dengan penghasilan yang
merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 selama bulan Mei 2018 adalah sebagai berikut:

Pada tanggal 4 Mei, Firma Maju Bersama memberikan jasa konsultansi kepada CV Sumringah
dengan mendapat imbalan Rp100.000.000 tunai.

Berapakah jumlah PPh pasal 23 yang dipotong oleh CV Sumringah terkait pembayaran
honorarium tersebut?

Berdasarkan ketentuan PPh pasal 23, imbalan sehubungan dengan jasa konsultan dikenai PPh
pasal 23 dengan tarif 2% dari penghasilan bruto. Jumlah PPh pasal 23 yang dipotong adalah
Rp2.000.000 (Rp100.000.000 × 2%).

Bagaimanakah jurnal di pihak Firma Maju Bersama untuk mencatat transaksi


penerimaan kas dan pemotongan PPh pasal 23 tersebut?

Akun PPh 23 Dibayar di Muka adalah aktiva lancar yang akan ditutup (dikreditkan) ke PPh
terutang pada akhir tahun fiskal.

Pada tanggal 17 Mei, Firma Maju Bersama memberikan jasa konsultansi kepada PT Minerva,
menerbitkan faktur tagihan senilai Rp200.000.000 yang pembayarannya akan diterima pada
tanggal 21 Mei.

Bagaimanakah ayat jurnal di pihak Firma Maju Bersama untuk mencatat penyerahan
jasa dan penerbitan faktur tersebut?

Page 12 of 15
Kewajiban pemotongan PPh pasal 23 ada di pihak PT Minerva. Firma menerbitkan faktur sesuai
tarif jasa konsultansi yang ditagihkan kepada PT Minerva.

Pada tanggal 21 Mei, Firma Maju Bersama menerima pembayaran atas faktur yang diterbitkan
tanggal 17 Mei kepada PT Minerva.

Berapakah jumlah PPh pasal 23 yang dipotong oleh PT Minerva terkait pembayaran
tersebut?

Mengacu pada ketentuan PPh pasal 23, imbalan sehubungan dengan jasa konsultan dikenai PPh
pasal 23 dengan tarif 2% dari penghasilan bruto. Jumlah PPh pasal 23 yang dipotong adalah
Rp4.000.000 (Rp200.000.000 × 2%).

Bagaimanakah jurnal di pihak Firma Maju Bersama untuk mencatat transaksi


penerimaan kas dan pemotongan PPh pasal 23 tersebut?

Perhatikan, PPh 23 Dibayar di Muka dicatat sebagai aktiva lancar oleh Wajib Pajak pada saat
pembayaran.

Pada tanggal 25 Mei, rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Ambarawa mengumumkan
pembagian dividen sebesar Rp1.000.000.000. PT Ambarawa adalah perseroan tertutup (belum
go-public). Firma Maju Bersama memiliki 10% saham PT Ambarawa.

Berapakah jumlah PPh pasal 23 yang akan dipotong oleh PT Ambarawa terkait
pembagian dividen tersebut?

Firma Maju Bersama adalah Wajib Pajak Badan yang atas dividen yang diterimanya tidak
berlaku ketentuan PPh pasal 4 ayat (2). Berdasarkan ketentuan PPh pasal 23, penghasilan
berupa dividen dikenai PPh pasal 23 dengan tarif 15% dari penghasilan bruto.

Kepemilikan Firma Maju Bersama adalah 10%, sehingga dividen yang menjadi hak Firma Maju
Bersama adalah Rp100.000.000 (Rp1.000.000.000 × 10%).

Jumlah PPh pasal 23 yang dipotong adalah Rp15.000.000 (Rp100.000.000 × 15%).

Page 13 of 15
Bagaimanakah jurnal di pihak Firma Maju Bersama untuk mencatat timbulnya hak atas
dividen serta kewajiban PPh pasal 23 tersebut?

Standar akuntansi keuangan mengharuskan perusahaan mengakui penghasilan pada saat hak
untuk memperolehnya timbul dan jumlahnya sudah dapat ditentukan, meskipun pembayaran
belum dilakukan. Perhatikan, dalam contoh di atas Firma Maju Bersama mengakui piutang
sebesar jumlah neto, yaitu setelah dipotong PPh pasal 23.

Pada tanggal 31 Mei, Firma Maju Bersama menerima pembayaran dividen dari PT Ambarawa.

Bagaimanakah ayat jurnal di pihak Firma Maju Bersama untuk mencatat penerimaan kas
tersebut?

Jumlah kas yang diterima setelah dipotong PPh pasal 23 oleh PT Ambarawa.

Contoh jurnal dan cara menghitung PPh pasal 23 dari sudut pandang pemotong

Seperti telah disinggung sebelumnya, kewajiban perpajakan pihak pemotong lebih bersifat
administratif, yaitu melakukan pemotongan, mencatat pemotongan yang terjadi, menyetorkan
hasil pemotongan, dan melaporkannya dalam SPT masa PPh pasal 23.

Firma Maju Bersama (belum menjadi Pengusaha Kena Pajak menurut ketentuan PPN) memiliki
bidang usaha penyerahan jasa konsultan. Transaksi yang terkait dengan kewajiban Firma Maju
Bersama sebagai pemotong PPh pasal 23 selama bulan Mei dan Juni 2018 disajikan sebagai
berikut:

Pada tanggal 8 Mei, Firma Maju Bersama menyewa mobil PO Express untuk 5 hari dengan sewa
sebesar Rp4.000.000, dibayar tunai.

Page 14 of 15
Berapakah jumlah PPh pasal 23 yang dipotong oleh Firma Maju Bersama terkait
pembayaran sewa tersebut?

Mengacu pada ketentuan PPh pasal 23, penghasilan berupa sewa dikenai PPh pasal 23 dengan
tarif 2% dari penghasilan bruto. Jumlah PPh pasal 23 yang dipotong adalah Rp80.000
(Rp4.000.000 × 2%).

Bagaimanakah jurnal di pihak Firma Maju Bersama untuk mencatat transaksi


penerimaan kas dan pemotongan PPh pasal 23 tersebut?

Akun Utang PPh 23 mencerminkan hasil pemotongan PPh pasal 23 yang harus disetor ke kas
negara dan dilaporkan oleh Firma Maju Bersama.

Pada tanggal 10 Juni, Firma Maju Bersama menyetor utang PPh Pasal 23 ke kas negara.

Bagaimanakah jurnal di pihak Firma Maju Bersama untuk mencatat penyetoran hasil
pemotongan PPh pasal 23 tersebut?

Selain berkewajiban menyetor, Firma Maju Bersama juga wajib melaporkan pemotongan PPh
pasal 23 dengan menggunakan SPT masa PPh pasal 23.

Source :
https://www.warsidi.com/2018/05/pph-pasal-23-pajak-penghasilan-pasal-23.html
https://www.warsidi.com/2018/05/contoh-jurnal-cara-menghitung-pph-pasal-23.html

Page 15 of 15

Anda mungkin juga menyukai