Anda di halaman 1dari 20

Disusun oleh:

Chika Adelia Agustin (16.05.52.0238)


Nurjanah (16.05.52.0268)
Arum Pramesti Wardani (16.05.52.0270)
Ulfa Nurul Azizah (16.05.52.0285)
Fasicha Mutiara Putri (16.05.52.0302)
Pasal 16 B UU PPN

Penyerahan Terutang Penyerahan


tidak dipungut PPN Dibebaskan PPN

 Kegiatan di kawasan atau tempat tertentu di dalam daerah pabean;


 Penyerahan BKP atau JKP tertentu;
 Impor BKP tertentu;
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean.
 Pemanfaatan JKP tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
 Mendorong ekspor
 Menampung kemungkinan perjanjian dengan
Negara lain di bidang perdaganan investasi
 Mendorong peningkatan kesehatan masyarakat
melalui pengadaaan vaksin
 Menjamin tersediannya peralatan TNI/Polri yang
memadai untuk melindungi wilyah Republik
Indonesia
 Menjamin tersedianya data batas dan foto udara
wilayah republic Indonesia yang dilakukan oleh
TNI untuk mendukung Pertahanan Nasional
 Menjamin tersedianya perumahan yang
terjangkau oleh masyarakat kalangan bawah
Impor BKP tertentu yang dibebaskan dari bea masuk
• Barang perwakilan Negara asing beserta pejabatnya yang
bertugas
di Indonesia berdasarkan asas timbal balik
• Barang untuk keperluan badan internasional
• Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal,
social
, atau kebudayaan
• Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan
tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum
• Barang untuk keperluan penenlitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan

Pelaksanaan Proyek Milik Pemerintah yang dananya


Impor Barang Operasional oleh Mitra Kerja Pertamina untuk
membangun kilang
Impor barang operasi yang dilakukan oleh Badan Usaha
swasta selaku mitra kerja Pertamina untuk membangun
kilang, PPN dan PPnBM-nya tidak dipungut sepanjang
barang tersebut berupa barang dan perlatan yang
digunakan secara langsung untuk operasi pemurnian
dan pengolahan migas. Fasilitas tersebut berlaku
selama masa pembangunan kilang sampai saat
berproduksi komersial.
Impor barang berdasarkan kontrak bagi hasil minyak dan gas bumi
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

Fasilitas PPN dan PPnBM tidak dipungut diberikan kepada


pengusaha di Kawasan Berikat yang selanjutnya disebut “PDKB” di
dalam KAPET, ditetapkan bahwa PPN dan PPnBM terhadap
KAPET tidak dipungut
atas:
• Impor barang modal atau peralatan untuk
pembangunan/konstruksi/ perluasan Kawasan Berikat dan
peralatan perkantoran yang semata- mata dipakai oleh
Pelenggara Kawasan Berikat(PKB)
• Impor barang modal atau peralatan lain yang berhubungan
langsung dengan kegiatan produksi pengusaha di kawasan
berikat yang semata-mata di pakai di PDKB
• Impr BKP untuk diolah di PDKB
• Pemasukan BKP dari daerah pabean lainnya (DPIL) untuk
diolah ke
PDKB
• Pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lain untuk
diolah
• Pengeluaran barang atau bahan dari PDKB ke perusahaan
industri dari DPIL atau PDKB lain dalam rangka subkontrak
• Penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan subkontrak oleh
PKP di
DPIL atau PDKB lainnya kepada PKP PDKB asal
• Peminjaman mesin atau peralatan pabrik dalam rangka
subkontrak dari PDKB kepada perusahaan industri DPIL atau
PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal
Ketentuan fasilitas PPN dan PPnBM yang tidak dipungut
a.Faktur Pajak Standar diterbitkan paling lama pada saat
pengiriman barang
b.Faktur Pajak Dicap : “PPN TIDAK DIPUNGUT
BERDASARKAN PP NO.2/2009”;
c. Mendapatkan Pemberitahuan Pabean FTZ-03 yang
telah di- Endorse oleh Petugas DJP dengan catatan
“DAPAT DIBERIKAN FASILITAS PPN TIDAK
DIPUNGUT”.
Impor/Penyerahan BKP Tertentu yg dibebaskan dari PPN
1. Senjata, amunisi, alat angkutan di air/di bawah air/di udara, kendaraan
lapis baja, kendaraan patroli, dan kendaraan angkutan khusus lainnya,
serta suku cadangnya, yang diimpor oleh atau diserahkan kpd Dephan,
TNI, Polri;
2. Komponen/bahan yang belum dibuat di dlm negeri, yang diimpor oleh PT
PINDAD untuk pembuatan senjata/amunisi utk keperluan Dephan, TNI,
Polri;
3. Vaksin Polio dalam rangka PIN;
4. Buku pelajaran umum, kitab suci dan buku pelajaran agama;
5. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap
ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran
atau keselamatan manusia yang diimpor atau diserahkan kepada dan
digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa
Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan
Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan
usahanya;
6. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan
atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan
Udara Niaga Nasional, dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan
atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor atau diperoleh oleh pihak
yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang
digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan atau reparasi pesawat
udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

7. Kereta Api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT
(PERSERO) Kereta Api Indonesia, dan komponen atau bahan yang
diimpor atau diserahkan oleh pihak yang ditunjuk oleh PT (PERSERO)
Kereta Api Indonesia, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku
cadang, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan, serta prasarana
yang akan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia; dan

8. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Departemen


Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas dan photo udara
wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung
pertahanan Nasional, yang diimpor atau diserahkan oleh Departemen
Pertahanan, TNI atau pihak yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan
atau TNI.
Penyerahan BKP Tertentu yang dibebaskan PPN
Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro,
asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang batasannya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.03/2007.
Penyerahan JKP Tertentu yg dibebaskan dari pengenaan PPN
1. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Laut Nasional, Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa
Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan
Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional, yang meliputi: Jasa
persewaan kapal; Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa
tambat, dan jasa labuh; Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal;
2. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional
yang meliputi: Jasa persewaan pesawat udara; Jasa perawatan atau
reparasi pesawat udara;
3. Jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh PT
(PERSERO) Kereta Api Indonesia;
4. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan
Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana,
pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya,
dan pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah;
5. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah
sangat sederhana; dan
6. Jasa yang diterima oleh Departemen Pertahanan atau TNI yang
dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data batas dan photo udara
wilayah NKRI untuk mendukung pertahanan nasional.
Ketentuan terhadap fasilitas PPN dan PPNBm
• Surat Keterangan Bebas, Permohonan untuk memperoleh SKB PPN
diajukan kepada Direktur Jenderal
• Dephan, TNI/POLRI atau orang atau badan yang mengimpor harus
menyerahkan SKB PPN beserta PIB (Pemberitahun Impor Barang)
kepada Dirjen Bea dan Cukai Dirjen Bea dan Cukai setelah menerima
dokumen SKB dan PIB, membubuhkan cap "PPN DIBEBASKAN
SESUAI PP NOMOR 146 TAHUN 2000 SEBAGAIMANA TELAH
DIUBAH DENGAN PP NOMOR 38 TAHUN 2003" serta mencantumkan
Nomor dan Tanggal SKB PPN pada setiap lembar PIB pada saat
penyelesaian dokumen impor
• PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP tertentu yang dibebaskan
dari pengenaan PPN, wajib menerbitkan Faktur Pajak dan
membubuhkan cap "PPN DIBEBASKAN SESUAI PP NOMOR 146
TAHUN 2000 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PP NOMOR
38 TAHUN 2003“ Pembubuhan cap pada Faktur Pajak dilakukan setelah
menerima SKB PPN kecuali tidak wajib SKB
• BKP Tertentu Digunakan Tidak Sesuai Tujuan atau Dipindahtangankan
PPN Harus Disetor ke Kas Negara Jika tidak dipenuhi, DJP Dapat
Menerbitkan SKPKB sebesar PPN terutang ditambah sanksi bunga 2%
per bulan maks. 24 bulan Dalam Jk. Waktu 5 Tahun Sejak Impor atau
Perolehan Dalam Jk. Waktu 1 bulan sejak dijual
• Pajak Masukan yang tercantum dalam PIB atau dalam Faktur Pajak yang
PPNnya dibebaskan, tidak dapat dikreditkan
Penyerahan Rumah yang dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai
Rumah Sederhana / Sangat Sederhana
 Rumah Sederhana Sehat dan Rumah Inti Tumbuh;
 Perolehannya secara tunai atau kredit;
 Harga Jual < Rp.70.000.000,00;
 Rumah pertama yang dimiliki;
 Sebagai Tempat Tinggal;
 Tidak dipindahtangankan selama 5 Tahun;

Rumah Sederhana / Sangat Sederhana


 Bangunan bertingkat sebagai tempat hunian/tempat
tinggal;
 Perolehannya secara tunai atau kredit;
 Harga Jual < Rp.75.000.000,00;
 Luas bangunan < 21 m2
 Unit hunian pertama yang dimiliki;
 Tidak dipindahtangankan selama 5 tahun;
Bangunan sederhana (bertingkat atau tidak);
Tidak dipindahtangankan selama 5 tahun.

Diperuntukkan bagi para Diperuntukkan untuk


buruh tidak tetap atau pemondokan pelajar atau
pekerja sektor informal mahasiswa
berpenghasilan rendah
dengan biaya sewa yang
disepakati;

Pondok Boro Asrama Mahasiwa /


Pelajar
Fasilitas PPN atas Penyerahan Minyak Goreng
• PPN ditanggung pemerintah atas penyerahan minyak goreng sawit oleh
PKP dalam bentuk
Minyak goreng curah
Minyak goreng sawit kemasan sederhana dengan merek MINYAKITA
Yang diproduksi oleh produsen yang didaftarkan di Depag dengan
model dan desain dan spesifikasi kemasan yang ditetapkan oleh
Menpag
• PKP yang melakukan penyerahan wajib membuat Faktur Pjak dengan
memubuhkan cap “PPN DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK
231/PMK.001/2008”

Fasilitas PPN Atas Impor Barang Modal Di Bidang


Pertambangan Migas
Dasar Hukum :
PP No.2/2009;
PMK No.45/PMK.03/2009

Kawasan Bebas
Suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
RI yang terpisah dari Daerah Pabean sehingga bebas dari pengenaan
Bea Masuk, PPN, PPnBM dan Cukai. Kawasan bebas berfungsi
sebagai tempat untuk mengembangkan usaha di bidang perdagangan,
jasa, industry, pertambangan dan energi, asuransi, transportasi,
maritim dan perikanan dan bidang-bidang lainnya.

Pulau sabang, Pulau Bintan, Pulau Karimun, dan Pulau Batam


Bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi
persyaratan tertentu di dalam daerah pabean yang digunakan
untuk menimbun, mengolah, memamerkan, dan
menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan
perlakuan khusus di bidang kepabean, cukai dan perpajakan
yang dapat berbentuk kawasan berikat, pergudangan berikat,
entrepot untuk tujuan pameran
Adapun perlakuan perpajakan yang berkaitan dengan Tempat
Penimbuanan Berikat ditentukan sebagai berikut:
• Barang atau bahan impor yang dimasukan ke Tempat
Penimbunan Berikat diberikan fasilitas di bidang perpajakan
• Atas penyerahan BKP dari dalam Daerah Pabean Indonesia
Lainnya (PDIL) ke tempat penimbunan berikat tidak dipungut
PPN dan PPnBM
• Barang asal impor yang dikeluarkan dari tempat Penimbunan
Berikat dengan tujuan diimpor untuk dipakai, sepanjang tidak
ditunjukan kepada pihak yang memperoleh fasilitas pembebasan
atau penangguhan bea masuk, cukai atau pajak dalam rangka
impor maka dikenakan PPN dan PPnBM
• Barang yang dimasukan ke Tempat Penimbunan Berikat berupa
barang untuk dikonsumsi seperti barang untuk keperluan sehari-
hari berupa minuman dan makanan tidak memperoleh fasilitas
perpajakan
Kawasan berikat
Suatu bangunan, tempat atau kawasan dengan batas-batas tertentu
yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang
dan bahan, kegiatan rancangan bangun, perekayasaan, penyortiran,
pemeriksaan awal, pemerikasaan akhir, dan pengepakan atas barang dan
bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam DPIL, yang hasilnya
terutama untuk tujuan ekspor, dan usaha kegiatan pergudangan atau
penimbunan barang

Pergudangan berikat
Gudang berikat adalah suatu bangunan atau tempat dengan batas-
batas tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha, penimbunan,
,
pengemasan, penyortiran, pengepakan, pemberian merk/label, pemotongan
atau kegiatan lain dalam rangka fungsinya sebagai pusat distribusi barang-
barang asal impor tujuan dimasukan ke daerah pabean Indonesia lainnya.
Enterpot untuk tujuan pameran
Entropot untuk tujuan pameran (ETP) adalah suatau banguan atau
kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya dilakukan
kegiatan usaha penyelenggaraan pameran barang hasil industri asal
impor atau barang hasil industri dari dalam daerah pabaen yang
penyelenggaraannya bersifat internasional

Toko Bebas Bea


Toko bebas Bea (TBB) adalah bangunan dengan batas-batas tertentu
yang dipergunakan untuk melakuan kegiatan usaha menjual barang asal
impor dan atau barang asal daerah pabean kepada warga Negara asing
tertentu yang bertugas di Indonesia , yang berangkat ke luar negeri atau
orang yang tiba dari luar negeri denagn mendapatkan pembebasan Bea
masuk, cukai, dan pajak

Anda mungkin juga menyukai