Anda di halaman 1dari 21

No : _________________

Date : _________________

Nama : Alpha Amdra Pragoga


NIM : B1033171035
Mata Kuliah : Perpajakan 2
Jurusan/Kelas : Akuntansi B Malam
Resume PPN dan PPnBM
A. Konsep Dasar PPN dan PPnBM
Seperti kita ketahui, PPN berasal dari Pajak Penjualan yang
termodifikasi. Pada dasarnya
terdapat 2 cara dalam pengambilan Pajak Penjualan, yaitu
dengan cara Single Stage Levies
dan Multi-Stage Levies. Pada Single Stage Levies, terdapat 3
tempat dimana pajak tersebut
diambil. Yaitu pada pihak produsen atau pedagang
besar/grosir, atau pada tingkat konsumen
akhir. Akan tetapi, pada masing-masing tingkatan terdapat
kelemahan-kelemahan yang
memungkinkan untuk memberatkan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajibannya. Pada
sistem yang kedua (Multi-Stage Levies) juga terbagi menjadi
2 sistem, yaitu Cumulative
Cascade Systems dan Non Cumulative System (Value
Added).
Pada Cumulative Cascade Systems pajak dipungut pada
tingkat peredaran barang pada jalur
produksi dan distribusi tanpa adanya penyesuaian
(adjustment) terhadap pajak yang telah
dibayar pada jalur sebelumnya. Pajak ini dipungut setiap kali
ada pemindahan barang pada
jalur berikutnya. Karena tidak ada kredit pajak, maka beban
No : _________________
Date : _________________

pajak menjadi berlipat ganda


(kumulatif) melebihi tarif yang sebenarnya berlaku untuk
peredaran barang tersebut.
Sedangkan pada Non Cumulative System (Value Added)
pajak hanya timbul karena adanya
faktor produksi yang terpakai untuk menambah nilai barang
tersebut seperti bunga, sewa,
upah kerja, termasuk semua biaya untuk mendapatkan laba.
Jadi yang menyebabkan PPN

(Value Added Tax) makin bertambah di setiap tingkatan


penjualan adalah adanya unsur-
unsur yang menambah nilai suatu barang yang mempunyai
biaya tertentu yang labanya
tersebut dapat diambil pajak darinya. Sehingga tidak terjadi
perlipatan ganda biaya pajak
karena pada dasarnya biaya produksi yang produsen
keluarkan sudah dibayarkan ketika raw
material tersebut dirubah menjadi produk siap pakai
Sebelum kita mengetahui objek apa saja yang dapat
dikenakan PPN dan PPnBM, maka kita
seharusnya mengetahui beberapa aspek-aspek yang berkaitan
dengan diambilnya pajak
tersebut. Di antaranya seperti, Barang Kena Pajak (BKP),
Jasa Kena Pajak (JKP), dan
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
1.Barang Kena Pajak (BKP)
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak
No : _________________
Date : _________________

berwujud.
Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.
Yang dimaksud dengan “Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud” adalah:
a.Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang
kesusastraan, kesenian atau karya
ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau
proses rahasia, merek dagang, atau
bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa
lainnya;
b.Hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial,
komersial, atau ilmiah;
c.Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah,
teknikal, industrial, atau komersial;
d.Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan
dengan penggunaan atau hak
menggunakan hak-hak tersebut pada huruf a, penggunaan
atau hak menggunakan
peralatan/perlengkapan tersebut pada huruf b, atau pemberian
pengetahuan atau informasi

tersebut pada huruf c, berupa:


• Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau
rekaman suara atau keduanya, yang
disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat
optik, atau teknologi yang serupa;
• Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau
rekaman suara atau keduanya,
untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan melalui satelit,
kabel, serat optik, atau
No : _________________
Date : _________________

teknologi yang serupa; dan


• Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh
spectrum radio komunikasi;
e.Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup
(motion picture films), film atau
pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran
radio; dan
f.Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan
dengan penggunaan atau
pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak
lainnya sebagaimana tersebut di
atas
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali undang-
undang menetapkan
sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai berikut:
a.Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya,
seperti:
• Minyak mentah (crude oil);
• Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh
masyarakat;
• Panas bumi;
• Asbes, batu tulis, batu kapur, batu apung, batu permata,
bentonite, dolomit, feldspar

(feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips,


No : _________________
Date : _________________

kalsit, kaolin, leusit, magnesit,


mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir
kuarsa, perlit, fosfat (phospat),
talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat,
tawas (alum), tras, yarosif,
zeolit, basal, dan trakkit;
• Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
• Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
bijih perak, serta bijih
bauksit.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh rakyat banyak, seperti:
• Beras;
• Gabah;
• Jagung;
• Sagu;
• Kedelai;
• Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
• Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah
melalui proses disembelih,
dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak
dikemas, digarami, dikapur,
diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;
• Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang
dibersihkan, diasinkan, atau
dikemas;
• Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses
didinginkan maupun dipanaskan,
tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya,
No : _________________
Date : _________________

dan/atau dikemas atau tidak dikemas;


• Buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik
yang telah melalui proses

dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading,


dan/atau dikemas atau tidak dikemas;
• Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci,
ditiriskan, dan/atau disimpan pada
suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak,
termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha
jasa boga atau catering; dan
d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga (saham,
obligasi, dan lainnya)
2. Jasa Kena Pajak (JKP)
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan
suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,
kemudahan, atau hak tersedia
untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk
menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.
Jasa Kena Pajak (JKP) adalah jasa yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang
PPN 1984. Dan dari jasa-jasa tersebut, dikeluarkanlah
beberapa jenis jasa yang menurut
Undang-Undang tidak termasuk JKP tersebut, di antaranya
No : _________________
Date : _________________

seperti:
a. Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:
• Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
• Jasa dokter hewan;
• Jasa ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi
dll;
• Jasa kebidanan dan dukun bayi;
• Jasa paramedis dan perawat;
• Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, lab.
kesehatan, dan sanatorium;

• Jasa psikolog dam psikiater;


• Jasa pengobatan alternative.
b. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:
• Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo;
• Jasa pemadam kebakaran;
• Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
• Jasa lembaga rehabilitasi;
• Jasa pemakaman atau rumah duka;
• Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial
c. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko
d. Jasa keuangan, meliputi:
• Jasa menghimpun dana dari masyarakat;
• Jasa menempatkan, meminjam, dan meminjamkan dana
kepada pihak lain;
No : _________________
Date : _________________

• Jasa pembiayaan;
• Jasa penyaluran pinjaman atas hukum gadai, termasuk gadai
syariah dan fidusia; dan
• Jasa penjaminan
e. Jasa asuransi
f. Jasa di bidang keagamaan
g. Jasa pendidikan
h. Jasa kesenian dan hiburan
i. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
j. Jasa angkutan umum di darat, air dan udara yang menjadi
bagian tidak terpisahkan dari

jasa angkutan udara luar negeri


k. Jasa tenaga kerja
l. Jasa perhotelan
m. Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum
n. Jasa penyediaan tempat parkir
o. Jasa telepon umum
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
q. Jasa boga atau katering
3. Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha Kena Pajak adalah orang pribadi atau badan dalam
bentuk apa pun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor, mengekspor barang
No : _________________
Date : _________________

melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak


berwujud dari luar Daerah Pabean
melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah
Pabean yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang
dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984
a. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak:
• Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan untuk menjadi
pengusaha kena pajak.
• Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.
• Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal
pajak keluaran lebih besar daripada
pajak masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan
pajak penjualan atas barang
mewah yang berutang
• Melaporkan penghitungan pajak.

b. Pengecualian kewajiaban pengusaha kena pajak


• Pengusaha kecil
• Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang atau jasa
yang tidak dikenakan PPN.
4. Pengusaha Kecil
Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama 1 (satu)
tahun buku melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
dengan jumlah peredaran bruto
dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 4.800.000,-
No : _________________
Date : _________________

(empat miliar delapan ratus juta


rupiah).
Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak
apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah
peredaran bruto dan/atau
penerimaan brutonya melebihi Rp 4.800.000,- (empat miliar
delapan ratus juta rupiah).
Kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak dilakukan
paling lama akhir bulan berikutnya setelah bulan saat
peredaran bruto dan/atau penerimaan
brutonya melebihi Rp 4.800.000,- (empat miliar delapan ratus
juta rupiah). Beberapa hal
yang perlu diketahui sehubungan dengan pengusaha kecil:
a. Dilarang membuat faktur pajak.
b. Tidak wajib memasukkan SPT Masa PPN.
c. Diwajibkan membuat pembukuan atau pencatatan
d. Wajib lapor untuk dikukuhkan sebagai PKP, bagi
pengusaha kecil yang memperoleh
peredaran bruto di atas batas yang telah ditentukan.
5. Penyerahan Barang Kena Pajak
Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan
penyerahan Barang Kena Pajak.

Penyerahan barang kena pajak yang termasuk dalam


pengertian penyerahan BKP adalah
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian
No : _________________
Date : _________________

b. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau


perjanjian sewa guna usaha
(leasing);
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui
juru lelang;
d. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas
BKP ;
e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan;
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan BKP antar
cabang;
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi; dan
h. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian
pembiayaan yang dilakukan
Berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap
langsung dari PKP kepada pihak
yang membutuhkan BKP.
Sedangkan penyerahan barang yang tidak termasuk dalam
pengertian penyerahan BKP
adalah:
a. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud
dalam Kitab Undang-undang Hukum
Dagang;
b. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;
c. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan BKP antar
cabang dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak
No : _________________
Date : _________________

terutang;
d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan

pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan


pengalihan dan yang menerima
pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan
e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak
Masukan atas perolehannya tidak
dapat dikreditkan
6. Objek Pajak Pertambahan Nilai
a. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha. Syarat-
Syaratnya adalah:
• Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP;
• Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP
Tidak Berwujud;
• Penyerahan dilakukan dalam Daerah Pabean; dan
• Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
b. Impor BKP;
c. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha. Syarat-syaratnya
adalah:
• Jasa yang diserahkan merupakan JKP;
• Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
No : _________________
Date : _________________

• Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau


pekerjaannya.
d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean;
e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean;
f. Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
g. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

h. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam


kegiatan usaha atau pekerjaan
oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan
sendiri atau pihak lain;
i. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan
oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan
7. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Dengan pertimbangan bahwa:
a. Perlu keseimbangan pembebanan pajak Antara konsumen
yang berpenghasilan rendah
Dan konsumen yang berpenghasilan tinggi
b. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang
tergolong mewah
c. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau
tradisional
d. Perlu untuk mengamankan Negara
Maka atas penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh
produsen atau impor BKP yang
No : _________________
Date : _________________

Tergolong Mewah, disamping dikenakan Pajak Pertambahan


Nilai (PPN) juga dikenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan
pokok;
b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh
masyarakat berpenghasilan tinggi;
dan/atau
d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status;
PPnBM dikenakan atas:
a. Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan
oleh Pengusaha yang
menghasilkan BKP yang Tergolong Mewah tersebut di dalam
Daerah Pabean dalam kegiatan

usaha atau pekerjaannya;


b. Impor BKP yang Tergolong Mewah.
PPnBM merupakan pungutan tambahan di samping PPN.
PPnBM hanya dikenakan 1 (satu)
kali pada waktu penyerahan BKP yang Tergolong Mewah
oleh pengusaha yang
Menghasilkan atau pada waktu impor BKP yang Tergolong
Mewah.
8. Tarif PPN dan PPnBM
a. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
• Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10 % (sepuluh
persen). Sedangkan tarif PPN
No : _________________
Date : _________________

yang diterapkan sebesar 0% adalah sebagai berikut


1. Ekspor BKP Berwujud
2. Ekspor BKP Tidak Berwujud
3. Ekspor JKP
b. Tarif PPnBM
• Tarif PPnBM dapat diterapkan ke beberapa kelompok, yaitu
tarif paling rendah 10%
dan paling tinggi 200%. Atas ekspor barang Kena pajak
(BKP) yang tergolong mewah
dikenai pajak dengan tarif 0% (nol persen).PPnBM yang telah
dibayar atas perolehan BKP
yang tergolong mewah yang diekspor dapat diminta kembali
(restitusi).
9. Mekanisme Pengenaan PPN
a. Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai
berikut:
• Pada saat membeli JKP atau BKP, akan dipungut PPN oleh
PKP penjual. Ini merupakan
pembayaran pajak di muka (Pajak Masukan).
• Pada saat menjual BKP atau JKP wajib memungut PPN
(Pajak Pengeluaran). Ini sebagai

bukti memungut PPN. Dan wajib membuat faktur


• Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak
dengan surat pemberitahuan
masa pajak pertambahan nilai.
• Apabila masa pajak lebih kecil daripada jumlah masukan
maka dapat direstitusi. Dan apabila
No : _________________
Date : _________________

jumlah pajak pengeluaran lebih besar daripada pajak masukan


selisihnya disetor ke kas
negara.
B. Faktur Pajak
Bukti pungutan pajak yang dibuat PKP yang melakukan
penyerahan BKP atau JKP.
Yang harus dibuat pada:
a. Akhir bulan penyerahan barang atau jasa kena pajak
b. Setiap penerimaaan termin sebagai tahap pekerjaan
c. Saat lain yang diatur berdasarkan peraturan menteri
keuangan republik Indonesia
Fungsi Faktur Pajak
a. Peran penting Faktur Pajak sangat berguna bagi PKP.
Dengan adanya faktur pajak maka
PKP memiliki bukti bahwa PKP telah melakukan penyetoran,
pemungutan hingga pelaporan
SPT Masa PPN sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Jika tejadi kesalahan dalam mengisi faktur pajak, PKP
dapat melakukan pembetulan faktur
pajak tersebut. Jika tidak dilakukan pembetulan sama sekali,
maka hal ini akan merugikan PKP
yakni pada saat auditor memeriksa pajak PKP.
C. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk
menghitung pajak yang
terutang, berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain
.
No : _________________
Date : _________________

yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan


1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya
yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP), tidak termasuk PPN yang
dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur
Pajak
2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua
biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa
Kena Pajak (JKP),ekspor Jasa
Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud,
tetapi tidak termasuk PPN
yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan
harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh penerima
jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh
penerima manfaat Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
penghitungan bea masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak
berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut
Undang-Undang PPN
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua
biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh eksportir
No : _________________
Date : _________________

5. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai


Dasar Pengenaan Pajak
Dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
adalah sebagai berikut :
1. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga
Jual atau Penggantian setelah

dikurangi laba kotor;


2. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah
Harga Jual atau Penggantian
setelah dikurangi laba kotor;
3. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah
perkiraan harga jual rata-rata;
4. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-
rata per judul film;
5. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar
harga jual eceran;
6. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau
aktiva yang menurut tujuan
Semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan,
Adalah harga pasar wajar;
7. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang
atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga
pokok penjualan atau harga
perolehan;
8. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang
No : _________________
Date : _________________

adalah harga lelang;


9. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10%
(sepuluh persen) dari jumlah yang
ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
10. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro
pariwisata adalah 10% (sepuluh)
persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya
ditagih.
Contoh Cara Menghitung PPN dan PPnBM
1. PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga
Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00

PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak


Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “A”.
2. Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor
tersebut sebagai bagian dari suatu
BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan
PPnBM dengan tarif misalnya 35%
Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang
diimpor tersebut tidak dapat
dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 dapat
ditambahkan ke dalam harga BKP
yang dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya.
Misalnya PKP “D” menjual BKP
No : _________________
Date : _________________

yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan PPn BM


yang terutang adalah
a. Dasar Pengenaan Pajak = Rp50.000.000,00
b. PPN % 10%x Rp50.000.000,00
= Rp5.000.000,00
c. PPnBM = 35% x Rp50.000.000,00
= Rp17.500.000,00
PPN sebesar Rp500.000,00 yang dibayar pada saat impor
merupakan pajak masukan bagi
PKP “D” dan PPN sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak
keluaran bagi PKP “D”. Sedangkan
PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan.
Begitu pun dengan PPnBM sebesar
Rp17.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”.
D. SAAT PELAPORAN PPN/ PPnBM
1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus
dilaporkan dalam SPT Masa dan
disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling
lama akhir bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB,
SKPKBT, dan STP yang telah dilunasi

segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.


3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan
a. Bendahara Pemerintah harus dilaporkan paling lama akhir
bulan berikutnya setelah Masa
No : _________________
Date : _________________

Pajak berakhir.
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus
dilaporkan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
4. Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN
dan PPnBM dihitung sendiri oleh
PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan
kepada KPP setempat paling lama
akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

Anda mungkin juga menyukai