Anda di halaman 1dari 29

Mekanisme Pemotongan dan

Pemungutan PPN dan/atau PPh


Atas Belanja dari Dana APBN/APBD

Disampaikan Oleh :
Amirul Mukminin
KPP Pratama Kuningan
Pengumuman Direktur Jenderal Pajak
Nomor PENG-05/PJ.09/2010 Tanggal 27 September 2010 :

Setiap Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah di lingkungan kementerian/


Lembaga/ Instansi Pemerintah, diingatkan kembali kewajiban untuk :
a. Melakukan pemotongan/pemungutan pajak;
b. Melakukan penyetoran pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos; dan
c. Melakukan pelaporan ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai batas waktu yang
ditentukan;
atas setiap transaksi yang dananya berasal dari APBN/APBD.

Pasal 22 ayat (1) huruf a UU PPh :


“Menteri Keuangan dapat menetapkan bendahara pemerintah untuk memungut pajak
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang”

2
DPP = 100/110 x belanja (included PPN)
Tarip Pajak :
• PPN = 10% x DPP = 10/110 x belanja
• PPh Pasal 22 = 1,5% x DPP = 1,5/110 x belanja
included PPN
• PPh Pasal 23 = 2% x DPP = 2/110 x belanja jasa
• PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas sewa
tanah/bangunan = 10 % x imbalan
PPh Pasal 22 atau Pasal 23 dikenakan 100% lebih tinggi
apabila rekanan tidak ber-NPWP.

3
PPh Pasal 23
Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada
Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan
sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:
1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, …
2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
Tarip menjadi 4% dari imbalan bruto bila rekanan tidak ber-NPWP.
Tidak seperti PPN dan PPh Pasal 22 yang ada batasan, maka PPh Pasal 23 ini tidak ada batasan. Sepanjang itu
objek PPh Pasal 23, maka harus tetap dipotong PPh-nya.

Pemotong dan/atau pemungut pajak tidak melakukan pemotongan dan/atau pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 23 untuk setiap transaksi yang merupakan objek pemotongan dan/atau
pemungutan Pajak Penghasilan yang tidak bersifat final apabila telah menerima fotokopi Surat
Keterangan Bebas (SKB) yang telah dilegalisasi oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib
Pajak (rekanan) menyampaikan kewajiban Surat Pemberitahuan Tahunan.
Peraturan DJP No : PER - 32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013

4
Jenis jasa lain yang dikenakan PPh 23 mengalami perubahan. Sebelumnya
terdapat 27 jenis jasa lain berdasarkan , sekarang berdasarkan 
PMK 141/PMK.03/2015 menjadi 60 jenis, berlaku mulai sejak 24 Agustus
2015 :
a. Jasa penilai (appraisal);
b. Jasa aktuaris;
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d. Jasa hukum;
e. Jasa arsitektur;
f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
g. Jasa perancang (design);
h. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh
bentuk usaha tetap;
i. Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
j. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan
gas bumi (migas);
k. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
1. Jasa penebangan hutan;
m. Jasa pengolahan limbah;
n. Jasa penyedia tenaga kerja dan atau tenaga ahli (outsourcing services);
o. Jasa perantara dan atau keagenan;
p. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, Kustodian Sentral
Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);
q. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
r. Jasa pengisian suara (dubbing) dan atau sulih suara;
s. Jasa mixing film;

7
t. Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan
folder;
u. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan;
v. Jasa pembuatan dan atau pengelolaan website;
w. Jasa internet termasuk sambungannya;
x. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan atau penyaluran data, informasi, dan atau program;
y. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan atau TV kabel, selain
yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan
atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
z. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan
atau bangunan, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya dibidang konstruksi dan
mempunyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
aa. Jasa perawatan kendaraan dan atau alat transportasi darat, laut dan udara;
ab. Jasa maklon;
ac. Jasa penyelidikan dan keamanan;
ad. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
ae. Jasa penyediaan tempat dan atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi, dan atau jasa periklanan;
af. Jasa pembasmian hama;
ag. Jasa kebersihan atau cleaning service;
ah. Jasa sedot septic tank;
a1. Jasa pemeliharaan kolam;
aJ. Jasa katering atau tata boga;

8
ak. Jasa freight forwarding;
al. Jasa logistik;
am. Jasa pengurusan dokumen;
an. Jasa pengepakan;
ao. Jasa loading dan unloading;
ap. Jasa laboratorium dan atau dilakukan oleh lembaga atau rangka penelitian akademis;
aq. Jasa pengelolaan parkir;
ar. Jasa penyondiran tanah;
as. Jasa penyiapan dan atau pengolahan lahan;
at. Jasa pembibitan dan atau penanaman bibit;
au. Jasa pemeliharaan tanaman;
av.·Jasa pemanenan;
aw. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan atau perhutanan;
ax. Jasa dekorasi;
ay. Jasa pencetakan/penerbitan;
az. Jasa penerjemahan;
ba. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
bb. Jasa pelayanan kepelabuhanan;
be. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;
bd. Jasa pengelolaan penitipan anak;
be. Jasa pelatihan dan/atau kursus;
bf. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
bg. Jasa sertifikasi;
bh. Jasa survei;
bi. Jasa tester, dan
bj. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada APBN atau APBD

9
Pembayaran yg Tidak Dipungut PPN (563/KMK.03/2003) :

a. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,- dan tidak merupakan pembayaran yang
terpecah-pecah;
b. pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas Pajak Pertambahan Nilai
tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;
Contoh : buku-buku pelajaran, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama (PP 146 Tahun 2000 stdd
PP 38 Tahun 2003)
d. Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar Minyak oleh PT
(PERSERO) PERTAMINA;
e. pembayaran atas rekening telepon;
f. pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan; atau
g. pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundang-
undangan yang berlaku tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. (Contoh : pasir dan batu kerikil,
dll)

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang sehubungan dengan pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dipungut dan disetor oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum.

10
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE -
23/PJ.3/1985 Tgl 25 Maret 1985

Penyerahan hasil penggalian yang sudah


diolah lebih lanjut, seperti : batu yang sudah
dipecah / dibentuk dalam berbagai ukuran,
pasir besi murni, pasir timah murni, ingot,
kapur gamping dan barang yang sejenis adalah
Barang Kena Pajak dan atas penyerahannya
terhutang Pajak Pertambahan Nilai.

11
Pembayaran yg Tidak Dipungut PPh Pasal 22
(154/PMK.03/2010 tgl 31 Agustus 2010):

Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dengan:


1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,- dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah;
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/ PDAM
dan benda-benda pos.

Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan


dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tidak Dipungut PPh Pasal 22
mulai tanggal 31 Agustus 2010

Pemotong dan/atau pemungut pajak tidak melakukan pemotongan dan/atau


pemungutan Pajak Penghasilan PPh Pasal 22 untuk setiap transaksi yang merupakan
objek pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan yang tidak bersifat final
apabila telah menerima fotokopi Surat Keterangan Bebas (SKB) yang telah dilegalisasi
oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak (rekanan) menyampaikan
kewajiban Surat Pemberitahuan Tahunan.
Peraturan DJP No : PER - 32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013

12
Jenis SKB (Surat Keterangan Bebas)
terkait PP No. 46/2013
• SKB PPh Pasal 21
• SKB PPh Pasal 22
• SKB PPh Pasal 22 Impor
• SKB PPh Pasal 23
• SKB PPN

1. Wajib Pajak (WP) yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu adalah WP yang dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
2. Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu yang untuk selanjutnya disebut Surat Keterangan Bebas adalah surat
keterangan yang menyatakan bahwa Wajib Pajak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dan dibebaskan dari
pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain yang dapat dikreditkan.

Sumber : Peraturan DJP No. : PER - 32/PJ/2013

13
Belanja Barang, secara umum dikenakan :
PPN = 10/110 x belanja = 10% X DPP
PPh Pasal 22 = 1,5% x DPP = 1,5/110 x belanja

Belanja Jasa, secara umum dikenakan :


PPN = 10/110 x belanja = 10% X DPP
PPh Pasal 23 = 2 % x DPP = 2/110 x belanja

PPh Pasal 22 atau Pasal 23 dikenakan 100% lebih tinggi


apabila rekanan tidak ber-NPWP.

14
Cara Pengisian Pada SSP
Jenis Pajak Nama dan NPWP Kode Akun Kode Jenis Setoran
Pajak (KJS)

PPh Pasal 21 Bendaharawan 411121 100

PPh Pasal 21 Bendaharawan 411121 402


Misal : untuk pembayaran
honor dari APBN/APBD yg
FINAL
PPh Pasal 22 DN Rekanan 411122 900

PPh Pasal 23 Bendaharawan 411124 100

PPh Final Pasal 4 ayat (2) jasa Bendaharawan 411128 409


konstruksi Misal : untuk jasa konstruksi,
misal pasang konstruksi baja
ringan

PPh Final Pasal 4 ayat (2) Bendaharawan 411128 403


sewa tanah dan bangunan

PPN Rekanan 411211 900

15
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang
Penunjukan Bendaharawan Pemerintah dan KPPN untuk
Memungut, Menyetor, dan Melaporkan PPN dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran,
dan Pelaporannya :

“SSP diisi dengan membubuhkan NPWP dan


identitas PKP Rekanan Pemerintah yang
bersangkutan, tetapi penandatanganan SSP
dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah
atau KPKN sebagai penyetor atas nama PKP
Rekanan Pemerintah.”
Lampiran Bagian II. 3. B

16
Batas Waktu Pembayaran ke Bank Persepsi/Kantor Pos dan
Batas Waktu Pelaporan ke KPP/KP2KP
No Jenis Pajak Batas Pembayaran Batas Pelaporan

1 PPh Pasal 4 ayat (2) pemotongan Tgl 10 bulan Tgl 20 bulan


berikutnya berikutnya
2 PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 Tgl 10 bulan Tgl 20 bulan
berikutnya berikutnya
3 PPh Pasal 22 Pemungutan oleh Hari yang sama 14 hari setelah
Bendaharawan dengan masa pajak berakhir
pembayaran atas
penyerahan barang
4 PPN dan PPnBM pemungutan Tgl 7 bulan Akhir bulan
bendaharawan berikutnya berikutnya setelah
masa pajak berakhir
5 PPN dan PPnBM pemungutan Tgl 15 bulan Akhir bulan
selain oleh bendaharawan berikutnya berikutnya setelah
masa pajak berakhir

Sumber : Pasal 2 dan 2A PMK 184/PMK.03/2007 stdtd PMK 80/PMK.03/2010


17
Contoh 1 :
Belanja ATK sebesar Rp 2.200.000,- dari rekanan yg
ber-NPWP dan sudah PKP.
 DPP = 100/110 x Rp 2.200.000 = Rp 2.000.000
 PPN = 10/110 x Rp 2.200.000 = Rp 200.000
= 10% x DPP = 10% x Rp 2.000.000 = Rp 200.000
PPN ini disetor ke Kantor Pos/Bank Persepsi dg SSP pakai
411211 – 900, pakai NPWP/Nama Rekanan.
 PPh Pasal 22 = 1,5/110 x Rp 2.200.000 = Rp 30.000
= 1,5% x DPP = Rp 30.000
PPh Pasal 22 ini disetor ke Kantor Pos/Bank Persepsi dg
SSP pakai 411122 – 900, pakai NPWP/Nama Rekanan
 Uang yang diterima rekanan =
Rp 2.200.000 - Rp 200.000 - Rp 30.000 = Rp 1,970,000

18
Contoh 2:
Belanja ATK sebesar Rp 1.000.000,- dari rekanan yg
belum ber-NPWP dan belum PKP.
 PPN = tidak dipungut oleh Bendahara krn pembayaran yang jumlahnya
paling banyak Rp 1.000.000,- dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-
pecah tidak dipungut PPN oleh Bendahara
• Kalau bendahara sering belanja pada rekanan tadi maka rekanan harus PKP
dan bendahara harus memungut PPN
• PPN yang terutang sehubungan dengan pembayaran yang jumlahnya paling
banyak Rp 1.000.000,- dipungut dan disetor oleh Pengusaha Kena Pajak
Rekanan Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum.
 PPh Pasal 22 = tidak dipungut oleh Bendahara krn pembayaran yang
jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,- dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah tidak dipungut PPh Ps 22.
 Uang yang diterima rekanan =
Rp 1.000.000 – 0 – 0 = Rp 1.000.000

19
Contoh 3:
Belanja AC berikut jasa pemasangannya, total belanja
Rp 2.750.000,- dari rekanan yg ber-NPWP dan sudah PKP. Rincian di
kontrak :
Harga AC = Rp 2.200.000 (termasuk PPN)
Biaya pemasangan AC = Rp 550.000,- (termasuk PPN)
 DPP = 100/110 x Rp 2.750.000 = Rp 2.500.000,- terdiri atas :
– DPP atas AC = 100/110 x Rp 2.200.000 = Rp 2.000.000,-
– DPP atas jasa pemasangan AC = 100/110 x Rp 550.000 = Rp 500.000,-
 PPN = 10/110 x Rp 2.750.000 = Rp 250.000,-
= 10% x DPP = Rp 250.000,-
 PPh Pasal 22 = 1,5/110 x Rp 2.200.000 = Rp 30.000,-
= 1,5% x Rp 2.000.000 = Rp 30.000,-
 PPh Pasal 23 = 2/110 x Rp 550.000 = Rp 10.000,-
= 2% x Rp 500.000 = Rp 10.000,-
 Uang yang diterima rekanan = DPP – PPh yg dipotong
= Rp 2.750.000 - Rp 250.000 - Rp 30.000 - Rp 10.000 = Rp 2,460,000,-
= Rp 2.500.000 - Rp 30.000 - Rp 10.000 = Rp 2,460,000,-

20
Contoh 4:
1. Belanja katering berikut dari rekanan yg ber-NPWP
dan sudah PKP. Nilai kontrak Rp 8jt
 PPN = tidak dipungut karena termasuk jenis JASA yang tidak
dikenai PPN (sesuai UU PPN terbaru yg berlaku mulai 1 April 2010)
 PPh Pasal 23 = 2% x Rp 8jt = Rp 160.000,- (sesuai 244/PMK.03/2008
31-12-2008). PPh Pasal 23 ini disetor ke Kantor Pos/Bank Persepsi dg SSP pakai
411124 – 100, pakai NPWP dan Nama Bendahara.
 Uang yang diterima rekanan = DPP – PPh yg dipotong
Rp 8.000.000 - Rp 160.000 = Rp 7,840,000,-
2. Belanja makanan dan minuman :
PPN = tidak dipungut karena termasuk jenis BARANG yang tidak
dikenai PPN
PPh Pasal 22 = 1,5 % x DPP

21
Contoh 5:
Belanja jasa cleaning servise dari rekanan yg ber-
NPWP dan sudah PKP sebesar Rp 5,5jt
 DPP = 100/110 x Rp 5.500.000 = Rp 5.000.000,-
 PPN = 10/110 x Rp 5.500.000 = Rp 500.000,-
= 10% x Rp 5.000.000 = Rp 500.000,-
PPN ini disetor ke Kantor Pos/Bank Persepsi dg SSP pakai 411211 –
900, pakai NPWP/Nama Rekanan
 PPh Pasal 23 = 2/110 x Rp 5.500.000 = Rp 100.000,-
= 2% x DPP = Rp 100.000,-
PPh Pasal 23 ini disetor ke Kantor Pos/Bank Persepsi dg SSP pakai
411124 – 100, pakai NPWP dan Nama Bendahara
 Uang yang diterima rekanan = DPP – PPh yg dipotong
= Rp 5.500.000 - Rp 500.000 - Rp 100.000 = Rp 4,900,000,-
= Rp 5.000.000 – Rp 100.000 = Rp 4,900,000,-

22
Contoh 6:
Belanja untuk sewa ballroom hotel bagi kegiatan seminar,
pertemuan, training atau rakorda sebesar Rp 3.300.000,-
 PPN = tidak dipungut bendahara karena termasuk jenis jasa perhotelan yang
tidak dikenai PPN. Tetapi pihak hotel akan memungut Pajak Daerah sesuai
UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sehingga di dalam pengeluaran ini
included pajak daerah.
 PPh Final Pasal 4 ayat (2) = penyewaan ballroom hotel tidak termasuk
dalam pengertian persewaan ruangan, sehingga tidak dipotong PPh
Final Pasal 4 ayat (2).
Sesuai penjelasan dalam S-07/PJ.43/2003 dan Nomor PENG-139/PJ.63/1989 :
Golongan jasa persewaan barang tidak bergerak antara lain meliputi jasa
persewaan gudang/bangunan untuk perkantoran, jasa persewaan tempat
usaha/pertokoan, jasa persewaan untuk tempat tinggal (flat, rumah tinggal)
kecuali hotel, losmen, motel dan rumah penginapan lainnya, dan sejenisnya.
 Uang yang diterima hotel =
Rp 3.300.000 – 0 – 0 = Rp 3.300.000,-

23
Contoh 7:
a. Sewa mesin stum/ mesin gilas dari rekanan ( Badan hukum atau Orang Pribadi) /
BUMN/ BUMD :
–PPN : 10/110 x belanja
–PPh Pasal 23 : 2/110 x belanja (kalau ber-NPWP)

b. Sewa mesin stum/ mesin gilas dari instansi pemerintah (misal dari Dinas Bina Marga
PU) : tidak ada pemotongan/pemungutan pajak, karena instansi pemerintah BUKAN
Subjek Pajak.

• Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 TAHUN 2000 dan penjelasannya, antara
lain diatur bahwa Badan Usaha Milik Negara dan Daerah merupakan Subjek Pajak tanpa memperhatikan nama
dan bentuknya, sehingga setiap unit tertentu dari badan Pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan
sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan Subjek Pajak.
• Unit tertentu dari badan Pemerintah yang memenuhi kriteria berikut tidak termasuk sebagai Subjek Pajak
yaitu :
a.dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b.dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
c.penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Daerah; dan
d.pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

24
Contoh 8 :
Belanja ATK pakai Dana BOS oleh Bendahara
Sekolah Negeri sebesar Rp 2.200.000,- dari
rekanan yg ber-NPWP dan sudah PKP.
 DPP = 100/110 x Rp 2.200.000 = Rp 2.000.000
 PPN = 10/110 x Rp 2.200.000 = Rp 200.000
= 10% x DPP = 10% x Rp 2.000.000 = Rp 200.000
PPN ini disetor ke Kantor Pos/Bank Persepsi dg SSP pakai
411211 – 900, pakai NPWP/Nama Rekanan
 PPh Pasal 22 = Rp 0 (karena Dana dari BOS)
 Uang yang diterima rekanan =
Rp 2.200.000 - Rp 200.000 - Rp 0 = Rp 2.000.000

25
Contoh 9
Pemasangan atap baja ringan melalui rekanan
pemborong dengan nilai sebesar Rp 8.800.000,-
 PPN = 10/110 x Rp 8.800.000 = Rp 800.000,-
PPN ini disetor ke Kantor Pos/Bank Persepsi dg SSP pakai 411211 – 900,
pakai NPWP/Nama Rekanan

 PPh Final Pasal 4 ayat (2) Jasa Konstruksi :


• 4% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
tidak memiliki kualifikasi usaha = 4% x Rp 8.000.000 = Rp 320.000,-

PPh Final ini disetor dengan SSP, kode akun pajak 411128 – 409, pakai
NPWP Bendahara

26
Pemotong PPh Pasal 21 meliputi:
a. pemberi kerja
b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang
kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,
instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan
Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan
lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua;
d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan
e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan
dengan suatu kegiatan

27
PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas : misal tukang
bangunan
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah
Satuan, Borongan
Upah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 8.200.000
Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 300.000 > 300.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 300.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp 3 jt s.d. Rp 8,2 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
Sumber : Pasal 9 ayat (1) PER-32/PJ/2015
Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk membangun
jembatan desa, balai desa, jalan desa dengan cara
“SWAKELOLA”:
• Pembelian pasir, tanah liat, pasir kwarsa (S-1090/PJ.51/2001) & batu kerikil dari toko yg ber-NPWP :
– objek PPh Pasal 22 : tarif 1,5 % x belanja. Disetor dg SSP pakai 411122 – 900.
– bukan objek PPN, jadi jangan dipungut PPN-nya SEBESAR APAPUN belanjanya.
• Pembelian aspal, genteng, batu kapur / limestone, batu marmer, batu onix, batu granite, bata merah, batu split, tripleks, asbes, papan
grc, besi, kayu, paku, baud, kabel listrik, cat, semen, dll dari toko yg ber-NPWP :
– Objek PPh Pasal 22 : tarif 1,5 /110 x belanja. Disetor dg SSP pakai 411122 – 900.
– Objek PPN : tarif 10/110 x belanja
• Sewa mesin molen, truck, dum truck dari rekanan :
– Objek PPh Pasal 23 : tarif 2/110 x belanja. Disetor dg SSP pakai 411124 – 100.
– Objek PPN : tarif 10/110 x belanja
• Upah buruh/ tukang bangunan yg dibayar harian, mingguan, satuan, borongan : (PER-31/PJ/2012)
– Tidak dipotong PPh Pasal 21 kalau sehari ≤ Rp 300.000,- dan <= Rp 3.000.000,- kumulatif sebulan
– Kalau > Rp 300.000 sehari dan <= Rp 3.000.000,- kumulatif sebulan, objek PPh Pasal 21 :
• tarif 5% x (upah tukang sehari - Rp 300.000) kalau ber-NPWP
• tarif 6% x (upah tukang sehari - Rp 300.000) kalau TIDAK ber-NPWP
• Honor Alokasi Dana Desa kepada PNS/ Anggota TNI/Polri/ Pensiunannya :
– Objek PPh Pasal 21 FINAL, sesuai Pasal 4 PP No. 80 tahun 2010 :
• Tarif : 0% apabila Golongan I dan II, Tamtama, Bintara dan pensiunannya
• Tarif : 5 % apabila Golongan III, Perwira Pertama dan pensiunannya. Disetor dg SSP pakai 411121 – 402.
• Tarif : 15% apabila Golongan IV, Perwira Menengah/Tinggi dan pensiunannya. Disetor dg SSP pakai 411121 – 402.
• Honor Alokasi Dana Desa kepada perangkat desa yang BUKAN PNS, diperlakukan sebagai peserta kegiatan tertentu:
– Objek PPh Pasal 21 : Tarif Pasal 17, biasanya 5 % karena pada lapisan terendah (kalau ber-NPWP) atau 6 % kalau tidak ber-
NPWP. Disetor dg SSP pakai 411121 – 100.

Dasar hukum penerapan pajak atas honor : SE-02/PJ./2006 Tgl 1 Feb 2006 (disesuaikan aturan terbaru), seperti Pasal 16 ayat (2)
PER-31/PJ/2012
Penggunaan Dana BOS oleh BENDAHARA SEKOLAH NEGERI
untuk membangun kelas dengan cara “SWAKELOLA”:
• Pembelian pasir, pasir kwarsa (S-1090/PJ.51/2001), tanah liat, & batu kerikil dari toko yg ber-NPWP :
– PPh Pasal 22 : tidak dipungut karena pakai Dana BOS. Disetor dg SSP pakai 411122 – 900.
– bukan objek PPN, jadi jangan dipungut PPN-nya
• Pembelian aspal, genteng, batu kapur / limestone, batu marmer, batu onix, batu granite, bata merah, batu split, tripleks, asbes, papan
grc, besi, kayu, paku, baud, kabel listrik, cat, semen, dll dari toko yg ber-NPWP :
– PPh Pasal 22 : tidak dipungut karena pakai Dana BOS
– Objek PPN : tarif 10/110 x belanja
• Sewa mesin molen, truck, dum truck :
– Objek PPh Pasal 23 : tarif 2/110 x belanja (kalau rekanan ber-NPWP)
– Objek PPN : tarif 10/110 x belanja
• Upah buruh/ tukang bangunan yg dibayar harian, mingguan, satuan, borongan : (PER-31/PJ/2012)
– Tidak dipotong PPh Pasal 21 kalau sehari ≤ Rp 300.000,- dan <= Rp 3.000.000,- kumulatif sebulan
– Kalau > Rp 300.000 sehari dan <= Rp 3.000.000,- kumulatif sebulan, objek PPh Pasal 21 :
• tarif 5% x (upah tukang sehari - Rp 300.000) kalau ber-NPWP
• tarif 6% x (upah tukang sehari - Rp 300.000) kalau TIDAK ber-NPWP

• Honor kepada PNS/ Anggota TNI/Polri/ Pensiunannya :


– Objek PPh Pasal 21 FINAL, sesuai Pasal 4 PP No. 80 tahun 2010 :
• Tarif : 0% apabila Golongan I dan II, Tamtama, Bintara dan pensiunannya
• Tarif : 5 % apabila Golongan III, Perwira Pertama dan pensiunannya. Disetor dg SSP pakai 411121 – 402.
• Tarif : 15% apabila Golongan IV, Perwira Menengah/Tinggi dan pensiunannya. Disetor dg SSP pakai 411121 – 402.
• Honor kepada guru yang BUKAN PNS , diperlakukan sebagai peserta kegiatan tertentu:
– Objek PPh Pasal 21 : Tarif Pasal 17 TIDAK FINAL, biasanya 5 % karena pada lapisan terendah (kalau ber-NPWP) atau 6 % kalau
tidak ber-NPWP. Disetor dg SSP pakai 411121 – 100.

Dasar hukum penerapan pajak atas honor : SE-02/PJ./2006 Tgl 1 Feb 2006 (disesuaikan aturan terbaru), seperti Pasal 16 ayat (2)
PER-31/PJ/2012
Masih Ingin Bertanya ???

• Kirim RAB dgn format


excel lewat email amirulsaputra@gmail.com

• Kirim pertanyaan lewat


08136500015
sms 9

Cari info peraturan pajak : www.pajak.go.id


31

Anda mungkin juga menyukai