Defenisi
a. Defenisi PPH 22
Pajak Penghasilan Pasal 22 Mardiasmo (2018 : 257), Pajak Penghasilan
Pasal 22 (PPh 22) adalah pajak yang dibayarkan dalam tahun berjalan yang wajib
dipungut oleh Instansi Pemerintah baik pusat maupun daerah dan lembaga lainya
yang memiliki kewajiban yang sama dalam pembayaran atas penyerahan barang,
badanbadan tertentu baik pemerintah maupun swasta yang berkenaan dibidang
impor atau kegiatan usaha dibidang lain serta wajib pajak badan tertentu yang
wajib memungut pajak dari penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
b. Defenisi PPH 23
PPh 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dikenakan atas
penghasilan berupa bunga, royalti, sewa, jasa dan hadiah selain yang telah
dipotong oleh PPh 21. Penghasilan jenis ini terjadi karena adanya transaksi
antara pihak yang memberikan penghasilan dengan pihak yang menerima
penghasilan. Pihak yang memberikan penghasilan akan memotong dan
melaporkan PPh 23 ke kantor pajak. Subjek pajak PPh 23 wajib pajak orang
pribadi dalam negeri dan BUT (Bentuk Usaha Tetap). BUT sendiri adalah
bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dan dalam jangka waktu 12 bulan atau badan yang melakukan kegiatan di
Indonesia untuk menjalankan usaha. Pemotong pajak PPh 23, yaitu badan
pemerintahan, subjek pajak dalam negeri, BUT (Bentuk Usaha Tetap),
penyelenggara kegiatan, perwakilan usaha luar negeri dan OP (Orang
Pribadi) yang ditunjuk oleh DJP (Direktorat Jenderal Pajak).
c. Defenisi PPH 26
a. Objek PPH 22
Mardiasmo (2018 : 259), Objek dan Tarif PPh Pasal 22 berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh:
1. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga negara lainya;
2. Bendahara pengeluaran dengan mekanisme uang persediaan (UP); 547 3. KPA atau
pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA, berkenaan
pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS);
Dikenakan PPh Pasal 22 sebesar 1,5% (satu koma lima persen) dari harga pembelian tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
b. Objek PPH 23
1. Dividen
Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis
asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi.
2. Bunga
Yaitu bunga pinjaman dari wajib pajak badan ke wajib pajak badan dan/atau dari wajib
pajak orang pribadi ke wajib pajak orang pribadi serta denda keterlambatan pembayaran.
Dalam pengertian bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
3. Royalti
Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau perhitungan
apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak, sebagai imbalan atas penggunaan
atau hak menggunakan hak cipta, peralatan, dan/atau informasi.
4. Hadiah, Penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain kepada Orang Pribadi
Dikenakan PPh Pasal 23 jika hadiah atau penghargaan perlombaan, penghargaan, dan
hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lainnya diterima oleh wajib
pajak badan termasuk BUT.
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penguunaan harta, kecuali sewa tanah
dan/atau bangunan merupakan penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan
dengan kesepakatan untuk memberikan hak menggunakan harta selama jangka waktu
tertentu baik dengan perjanjian tertulis maupun tidak tertulis sehingga harta tersebut
hanya dapat digunakan oleh penerima hak selama jangka waktu yang telah disepakati.
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan,
dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Pemerintah telah menambahkan 62 jenis jasa lainnya yang menjadi objek PPh pasal 23.
Penambahan objek PPh 23 ini tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
141/PMK.03/2015. Lihat daftar lengkap objek PPh 23 jasa lainnya di sini.
Objek PPh Pasal 23 telah ditambahkan oleh pemerintah hingga menjadi 62 jenis jasa lainnya
seperti yang tercantum dalam PMK No. 141/PMK.03/2015. Berikut ini adalah daftar lengkap
objek PPh Pasal 23, tarif dan cara buat hitung, setor dan e-Filing yang mudah, cepat, aman dan
gratis!
1. Penilai (appraisal);
2. Aktuaris;
3. Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4. Hukum;
5. Arsitektur;
6. Perencanaan kota dan arsitektur landscape;
7. Perancang (design);
8. Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali yang
dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT);
9. Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
10. Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak
dan gas bumi (migas);
11. Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
12. Penebangan hutan;
13. Pengolahan limbah;
14. Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services);
15. Perantara dan/atau keagenan;
16. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan Bursa Efek, Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);
17. Kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
18. Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
19. Mixing film;
20. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner, pamphlet, baliho
dan folder;
21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.
22. Pembuatan dan/atau pengelolaan website;
23. Internet termasuk sambungannya;
24. Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau program;
25. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV Kabel,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
26. Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC
dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
27. Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat.
28. Maklon;
29. Penyelidikan dan keamanan;
30. Penyelenggara kegiatan atau event organizer;
31. Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lain
untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan;
32. Pembasmian hama;
33. Kebersihan atau cleaning service;
34. Sedot septic tank;
35. Pemeliharaan kolam;
36. Katering atau tata boga;
37. Freight forwarding;
38. Logistik;
39. Pengurusan dokumen;
40. Pengepakan;
41. Loading dan unloading;
42. Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau institusi
pendidikan dalam rangka penelitian akademis;
43. Pengelolaan parkir;
44. Penyondiran tanah;
45. Penyiapan dan/atau pengolahan lahan;
46. Pembibitan dan/atau penanaman bibit;
47. Pemeliharaan tanaman;
48. Permanenan;
49. Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan/atau perhutanan;
50. Dekorasi;
51. Pencetakan/penerbitan;
52. Penerjemahan;
53. Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak
Penghasilan;
54. Pelayanan pelabuhan;
55. Pengangkutan melalui jalur pipa;
56. Pengelolaan penitipan anak;
57. Pelatihan dan/atau kursus;
58. Pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
59. Sertifikasi;
60. Survey;
61. Tester;
62. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah).
1. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar
Negeri berupa :
a. dividen;
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
g. Premi swap dan transaksi lindung lainnya; dan/atau
h. Keuntungan karena pembebasan utang.
2. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa :
a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;
b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui
pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
3. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau pengalihan saham
perusahaan antara conduit company atau spesial purpose company yang didirikan atau
bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
atau BUT di Indonesia;
4. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT di
Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
5. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia
dengan negara pihak pada persetujuan.
3. Kena pajak dan tidak kena pajak atau pengecualian (pasal 22, 23, dan 26)
a. Pph pasal 22
b. PPh pasal 23
c. PPh pasal 26
Dalam hal Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari suatu Bentuk
Usaha Tetap ditanamkan kembali di Indonesia, penghasilan dimaksud dikecualikan dari
pengenaan Pajak Penghasilan
Pengecualian dari pengenaan Pajak Penghasilan diberikan apabila seluruh Penghasilan Kena
Pajak sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari suatu Bentuk Usaha Tetap ditanamkan kembali
di Indonesia dalam bentuk:
1. Penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai
pendiri atau peserta pendiri;
2. Penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai
pemegang saham;
3. Pembelian aktiva tetap yang digunakan oleh Bentuk Usaha Tetap untuk menjalankan usaha
Bentuk Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk Usaha Tetap di Indonesia; atau
4. Investasi berupa aktiva tidak berwujud oleh Bentuk Usaha Tetap untuk menjalankan usaha
Bentuk Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.