Anda di halaman 1dari 2

KONSEP USH’R

1. DEFINISI USH’R

USYR merupakan salah satu sumber keuangan yang pernah popular di dunia Islam.
‘Usyr jamaknya ‘usyur dalam bahasa Arab berarti sepersepuluh. Dalam tradisi
masyarakat Arab, ‘usyr merupakan pungutan sepersepuluh dari harta yang
diperdagangkan ketika seseorang melintasi perbatasan suatu negara. Jadi ‘usyr mirip
dengan bea cukai sekarang. Ush’r adalah jenis pajak yang dikenakan pada harta benda
perdagangan. Ush’r itu sendiri telah berlangsung pada masa Arab Jahiliyah,
khususnya di Makkah yang merupakan pusat perdagangan tersebar saat itu. Misalnya
serombongan kafilah pedagang melintasi perbatasan suatu wilayah, kafilah harus
menyerahkan seper sepuluh dari harta dagangan untuk diserahkan kepada penguasa
setempat sebagai konpensasi jaminan keamanan, sewa tempat, dan berbagai fasilitas
uang lazimnya menjadi tradisi di wilayah itu. Termasuk penggunaan sumber air untuk
keperluan kafilah dan untuk binatang yang dipergunakan sebagai kendaraan
pengangkut.
Sistem keuangan dengan model ush’r ini diterapkan di zaman Umar bin Khatab
dengan di latar belakangi oleh Abu Musa Al-Asy’ari yang telah menulis surat kepada
Umar bin Khattab yang berisi: Ambilah olehmu dari mereka seperti yangt dilakukan
oleh mereka kepada para pedagang muslim. Kemudian ambil pula dari ahlu dzimmah
separuh dari sepersepuluh dirhamnya. Namun, janganlah kamu mengambil dari
mereka sedikit juga bilamana jumlah barang mereka kurang dari dua ratus.
Selanjutnya bila mana mencapai dua ratus maka ambilah dari mereka lima
dirham.barang dagangan mereka hanya 200 dirham saja. Pada masa pemerintahan
Rasulullah Shallalu Alaihi Wasallam, ia menerapkan ush’r bea impor yang dikenakan
kepada semua pedagang dan dibayar hanya sekali dalam setahun. Adapun yang
menjadi objek ush’r pada masa Rasulullah adalah barang-barang yang bernilai 200
dirham dengan besar pajak 5% bagi orang non-Muslim dan 2,5% bagi orang
Islam.Perbedaan tingkat pajak yang dibebankan kepada orang Muslim dan orang non-
Muslim dikarenakan pada kenyataannya orang-orang non-Muslim lebih banyak
membutuhkan perlindungan dari pada orang Islam. Di sisi lain, orang Islam nantinya
juga akan dikenakan zakat atas perdagangannya. Beda halnya dengan orang non-
Muslim, yang mana mereka hanya akan dikenakan ush’r jika mereka 332 berada di
bawah yurisdiksi Ashir dan jika tidak maka mereka tidak akan dipungut apapun juga.

2. KETENTUAN USH’R

Ketentuan penerapan ush’r masih terdapat beberapa riwayat yang berbeda. Ada
pendapat yang mengatakan ush’r hanya diperuntukkan kepada non-muslim seperti ahl
alharb dan ahl al-dzimmi, dan tidak berlaku bagi para pedagang muslim. Pendapat
lain juga mengatakan umat Islam tidak terkecuali karena itu juga untuk kepentingan
mereka juga.Umar juga pernah memungut gandum dan minyak zaitun (nabth) separoh
dari ush’r (5%) agar mereka lebih banyak membawanya ke Madinah. Sedangkan
comoditi lain seperti biji-bijian (quthniyah) seperti adas, buncis, dan sejenisnya
dipungut ush’r (10%).tarifnya tetap, yaitu 10 persen atas hasil panen dari lahan yang
tidak beririgasi, dan 5 persen atas hasil panen dari lahan yang beririgasi. Pajak ini bisa
berupa uang, atau berupa bagian dari hasil pertanian itu sebagaimana tersirat dalam
Al-Qur’an surat Al-An’am: 141; “Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang
berujung dan tidak berujung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacammacam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa, dan tidak (sama rasanya). Makanlah dari
buahnya bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
dikeluarkan zakatnya), dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” Jadi ush’r itu merupakan hasil tanah,
yaitu pungutan yang diambil oleh negara dari pengelola tanah sebesar 1/10 333 dari
hasil panen riil, apabila tanamannya diari dengan air tadah hujan, dengan pengairan
alami. Dan negara akan mengmabil 1/20 dari hasil panen riil. Apabila tanamannya
diairi oleh orang atau yag lain dengan pengairan buatan. Imam Muslim meriwayatkan
dari Jabir yang mengatakan: Rasulullah SAW bersadba: “(Tanaman) apa saja yang
diari oleh bengawan dan hujan (harus diambil) 1/10 (dari hasil panennya). Dan apa
saja yang diairi dengan kincir air, maka (harus diambil) 1/20 (dari hasil panennya)”.

3. Dasar Dan Tarif Ush’r

Menurut rasulullah SAW, ush’r diwajibkan sebanyak sepersepuluh atau 10% dari
hasil tanah yang diairi oleh sumber alami seperti hujan, mata air, atau arus.
Bagaimanapun, tingkat ush’r adalah one-half , yaitu 1/20 atau 5% dari keseluruhan
hasil daratan yang diairi oleh alat-alat irigasi tiruan seperti sumur-sumur, ember, dan
lain-lain. Ush’r dibebankan sebelum dikurangi dengan biaya produksi. Nisab atau
jumlah minimum hasil pertanian yang dapat dikenakan ke ush’r adalah 5 wasaq dalam
ukuran berat. Jika hasil kurang dari itu, ushr tidak dapat dipungut.

4. Saat Ush’r Terutang

Ush’r atas hasil pertanian dibayar pada saat panen, manakala tanaman dituai atau
buah-buahan dibawa. Dalam Al-Quran disebutkan; “....dan bayarlah ketika datang
hari panen...” (Q.S. Al-an’am [6]:141). Dengan demikian, periode satu tahun (haul)
tidak penting bagi ush’r seperti zakat pada perak dan emas. 334 B. Pajak Penghasilan

Anda mungkin juga menyukai