Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adilla Shafa Nafisa Marahaenis

Nim : 01031281924027

Mk : Akuntansi Syariah (A)

Macama macam zakat pertanian, perkebunan, dan hasil tambang

Ada berbagai zakat diantaranya yakni zakat pertanian. Zakat pertanian adalah satu zakat
yang dikenakan atas makanan pokok yang mengenyangkan, atas sebuah negri yang telah cukup
nishab dan haulnya yang hukum Islamnya telah diatur dalam peraturan perundang-undangan
Islam yang mencakup hukum syari’ah dan hukum fikih. Dalam kajian fiqh klasik, hasil pertanian
adalah semua hasil pertanian yang ditanam dengan menggunakan bibit bijian yang hasilnya dapat
dimakan oleh manusia dan hewan serta lainnya. Sedangkan yang dimaksud hasil perkebunan
adalah buah-buahan yang berasal dari pepohonan atau umbi-umbian

Hasil pertanian berupa makanan pokok seperti beras, gandum, jagung, kurma, dll nishab
zakatnya adalah 5 wasq atau setara dengan 653 kg gabah sedangkan apabila hasil pertanian
berupa makanan pokok seperti buah-buahan sayur-sayuran, daun, bunga dll maka nishabnya
disetararkan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling umum di daerah tersebut.
Hasil pertanian tsb juga harus sesuai dengan syarat sahnya zakat yang diperinci dalam madzhab-
madzhab fiqih :

a) Hendaklah tanah itu termasuk tanah ‘usyriyyah. Oleh karena itu tidak wajib zakat pada
tanah kharajiyyah sebab usyur (sepersepuluh) dan kharaj (pajak) tidak bisa digabungkan
dalam satu tanah menurut mereka
b) Adanya sesuatu yang keluar. Kalau tanah tidak mengeluarkan apa-apa, maka tidak wajib
sepersepuluh. Sebab, kewajiban adalah bagian dari sesuatu yang keluar.
c) Yang tumbuh dari tanah tersebut adalah tanaman yang sengaja ditanami oleh
penanamnya dan dikehendaki pembuahannya. Dengan demikian, zakat tidak diwajibkan
atas tanaman yang hanya menghasilkan kayu bakar, rerumputan, dan sejenisnya.
Alasannya karena tetumbuhan tersebut tidak membuat tanah berkembang bahkan justru
merusaknya.
Hasil pertanian dan perkebunan berdasarkan pengairannya ditetapkan untuk menentukan
volume zakat pertanian dan perkebunan :

a) Apabila lahan yang irigasinya ditentukan dengan curah hujan, sungai-sungai, mata air, atau
lainnya (lahan tadah hujan) yang diperoleh tanpa mengalami kesulitan, maka persentase zakatnya
10% (1/10) dari hasil pertanian. b) Adapun zakat yang irigasinya menggunakan alat yang
beragam (bendungan irigasi), maka persentase zakatnya adalah 5% (1/20), karena kewajiban
petani/tanggungan untuk biaya pengairan dapat mempengaruhi tingkat nilai kekayaan dari aset
yang berkembang. c) Apabila pengairan pada setengah periode lahan melalui curah hujan dan
setengah periode lainnya melalui irigasi, maka persentase zakatnya 7,5% dari hasil pertanian.
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah saw : “ Pada yang disirami oleh sungai dan hujan, maka
sepersepuluh (1/10), dan yang disirami dengan pengairan (irigasi), maka seperduapuluh (1/20) ”

Sumber zakat hasil pertanian adalah seluruh hasil pertanian atau perkebunan setelah dipotong
biaya :

1. Biaya produksi atau pengolahan pertanian dan perkebunan tsb ; biaya benih, pupuk,
pemberantas hama, dll
2. Hasil pertanian dan perkebunan yang dikonsumsi sendiri untuk keperluan sehari-hari bagi
keluarga petani atau pekebun tsb
3. Biaya sewa tanah. Menurut para fuqaha, apabila petani dan pekebun telah membayar
pajak tanah, maka tidak perlu lagi membayar zakat.
4. Biaya kehidupan sehari-hari. Apabila petani dan pekebun membiayai keluarganya hanya
dari hasil pertanian dan perkebunan tsb, maka dpat terjadi pengurangan kewajiban zakat
asset pertanian dan perkebunan.
5. Biaya selain utang, sewa, dan pajak. Besarnya zakat pertanian, diambil setelah biaya
pengolahan dikeluarkan dari hasil pertanian tsb atau dengan kata lain zakat diambil dari
hasil bersih pertanian dan perkebunan.

Dengan kata lain pada sistem pertanian saat ini, biaya pengelolaan tidak sekedar air tetapi
juga pupuk, insektisida dan lain-lain. Oleh karena itu, untuk menentukan zakatnya, biaya pupuk,
insektisida dan sebagainya tersebut diperhitungkan sebagai pengurang hasil panen, baru
kemudian apabila lebih nishab hasil panen tsb dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% (tergantung
sistem pengairan).

Contoh :

Seorang petani warga Ulee Kareng memiliki sawah yang diairi dengan air irigasi ditanami padi
dengan hasil panen kali ini 5 ton padi. Dalam pengelolaan dibutuhkan pupuk, insektisida dll
seharga Rp 600.000. Harga gabah Rp 3.000/kg,

Ditanya : Wajibkah petani tersebut membayar zakat, jika ia berapa zakat nya panen kali ini?

Jawab :

Hasil panen = 5.000 kg

Biaya pupuk, insektisida dan lain-lain (Rp 600.000 : Rp 3.000/kg) = 200 kg

Hasil panen bersih = 4.800 kg

Ketentuan nishab zakat adalah 5 wasq atau 653 kg, maka

Zakat 5% × 4.800 kg = 240 kg

Jika diuangkan menjadi = Rp. 720.000,-

Jadi petani tsb wajib membayar zakat saat panen kali ini sebesar Rp. 720.000,-

Zakat hasil tambang (Ma’din) merupakan sesuatu benda yang terdapat dalam perut bumi 
(selain air) dan memiliki nilai ekonomis. Contohnya : 1. Logam yang dapat diolah : emas, perak,
aluminium, timah, tembaga, besi, giok. 2. Benda padat yang tidak dapat dibentuk : kapur, zionit,
marmer,  zamrud, batubara dan lain-lain 3. Minyak.

Wahbah Az-Zuhaili14 di dalam kitabnya al-Fiqh alIslam wa Adillatuh berpendapat bahwa dua
syarat yang mewajibkan dikeluarkannya zakat barang- barang tambang, yakni:

1. barang tambang itu telah dileburkan dan dibersihkan dan sudah sampai satu nisab

2. seyogyanya orang yang melakukan eksplorasi ialah mereka yang memang oleh syara’
berkewajiban untuk zakat.
Hasil barang tambang yang dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai ketentuan

 Kewajiban zakat pada barang tambang berlaku apabila diusahakan oleh perorangan

maupun perusahaan. Adapun jika dikelola oleh negara dan digunakan untuk kepentingan

umum, maka tidak ada zakat padanya.

 Kewajiban zakatnya baru berlaku apabila hasilnya mencapai nilai nisab emas (85

gram)atau perak (595 gram).

 Mengingat eksplorasinya membutuhkan biaya investasi yang besar, maka zakat yang

dikenakan hanya 2.5%.

 Tidak disyaratkan genap satu tahun (haul) untuk waktu pengeluaran zakatnya.

 Zakatnya dikeluarkan setelah barang-barang tersebut dieksplorasi dan telah diproses.

 Hendaklah orang yang mengeksplorasinya adalah orang muslim, atau perusahaan yang

dimiliki oleh orang-orang muslim.

Adapun dalam Undang-undang Indonesia bahwa barang tambang wajib dikeluarkan


zakatnya sebanyak 20% yang dihasilkan baik dari dalam tanah maupun laut, baik itu dalam
bentuk benda padat, cair ataupun gas. Maka diwajibkan zakatnya bersih, setelah dikurangi biaya
produksi dan juga penelitian

Anda mungkin juga menyukai