Disusun oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Syariah tentang “Sistem
Ekonomi Islam”. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian system ekonomi islam,
prinsip-prinsip ekonomi Islam, karakteristik system ekonomi islam, kelebihan dan kekurangan
ekonomi Islam, dan nilai nilai dasar system ekonomi islam. Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, baik dalam penyusunan kata,
2ahasa, dan sistematika pembahasannya. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan masukan atau
kritikan serta saran yang bersifat membangun untuk mendorong kami menjadi lebih baik ke
depanya. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .............................................................................................. 2
Daftar Isi ......................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 4
Latar Belakang ................................................................................................. 4
Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
Tujuan .............................................................................................................. 5
BAB II Pembahasan ...................................................................................... 6
Pengertian Sistem Ekonomi Islam ................................................................... 6
Prinsip Sistem Ekonomi Islam ......................................................................... 7
Karakteristik Sistem Ekonomi Islam ............................................................... 10
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi Islam ........................................ 13
Nilai-nilai Dasar Sistem Ekonomi Islam ......................................................... 16
BAB III Kesimpulan ...................................................................................... 19
Daftar Pustaka ............................................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem menurut wekipedia berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa
Yunani (sustēma) yang artinya suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai
suatu tujuan.
Ekonomi Islam menurut Hasanuz Zaman merupakan pengetahuan, aplikasi dan aturan
syariah yang mencegah ketidakadilan dalam permintaan dan pembuangan sumber daya material
untuk memberikan kepuasan kepada manusia. Tidak hanya itu, Ekonomi Islam juga
memungkinkan mereka untuk melakukan kewajiban mereka kepada Allah dan masyarakat.
Kata Islam setelah “Ekonomi” dalam ungkapan Ekonomi Islam berfungsi sebagai identitas
tanpa mempengaruhi makna atau definisi ekonomi itu sendiri. Karena definisinya lebih ditentukan
oleh perspektif atau lebih tepat lagi worldview yang digunakan sebagai landasan nilai.
Sistem Ekonomi Islam melekat dengan kehidupan sehari-hari kita sesuai ajaran pendahulu
kita sejak tahun 7 Masehi atau 1 Muharam. Jika kita telusuri sejarah sebelum masa
kapitalisme modern muncul, peradapan islam sudah pernah mencapai kegemilangan dalam
berbagai bidang dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang relatif lebih makmur. Suatu
kondisi yang berbanding terbalik dengan kondisi sekarang. Persoalannya mengapa ini bisa terjadi,
apakah nilai nilai islam sudah tidak mampu mengatasi permasalahan kehidupan manusia.
Padahal Allah sudah menyatakan bahwa agama islam sudah sempurna, artinya jika kita mau
mengikuti Allah dan Rasulnya maka semua permasalahan akan dapat diatasi.
Meskipun Sistem Ekonomi Islam tak terlepas dari kehidupan sehari-hari kita, banyak
masyarakat yang belum memahami secara mendalam apa saja ciri-ciri ekonomi islam, apa prinsip
dari ekonomi islam, manfaat dan kelemahan dari sistem ekonomi islam itu sendiri dan bagaimana
nilai nilai dasar ekonomi islam membaur dengan pola kehidupan masyarakat yang sekarang.
4
Hal tersebut terlihat dari tidak adanya representasi ideal negara yang menggunakan sistem
ekonomi islam kemudian masalah mendasar yang ada di negara kita ini yaitu persoalan keadilan
yang perlu diselesaikan tergantung piihan sistem ekonomi mana yang kita gunakan. Oleh karena
itu menimbang adanya permasalahan ekonomi yang ada, makalah ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui sistem ekonomi islam lebih dalam lagi dengan harapan sedikit demi sedikit
permasalahan ekonomi dapat terselesaikan.
1.4. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Esensi sistem ekonomi Islam ini dapat beranjak dari dua segmen; pertama, segmen
normatif filoso-fis, yakni Islam itu rahmat li al-‘âlamîn, petunjuk hidup ba
gi manusia sejak dahulu dalam mengatur kehidupan ekonomi manusia dalam berbagai sektor
sampai akhir zaman. Kedua, segmen empirik, yakni Muhammad saw., sebagai Rasulullah,
pembawa dan penyebar jaran-ajaran Islam, dan para sahabatnya harus menjadi acuan dan pedoman
bagi masyarakat, khususnya umat Islam.
Sistem merupakan suatu kesatuan yang dijadikan landasan untuk melakukan sesuatu.
Sistem seringkali juga disebut cara melakukan sesuatu. Sistem pula yang membedakan apa
yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan sedangkan ekonomi islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam dan dibangun untuk tujuan yang dicapai sesuai dengan cara ajaran islam.
Tujuan sistem ekonomi Islam itu sendiri adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia yang diwujudkan melaluil dasar-dasar kemanusiaan dengan cara-cara yang
nasionalistik dan demokratis dalam rangka mengorganisasi faktor produksi, distribusi, dan
pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan/perundang-undangan
Islam (sunnatullah).
6
2.2. PRINSIP SISTEM EKONOMI ISLAM
Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang merupakan bangunan ekonomi Islam didasarkan atas
lima nilai universal yakni: tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah
(pemerintah) dan ma’ad (hasil). Lima nilai universal memiliki fungsi seperti pondasi, yaitu
menentukan kuat tidaknya suatu bangunan. Tauhid (keesaan Allah), memiliki arti bahwa semua
yang kita lakukan di dunia akan dipertanggung jawabkan kepada Allah di akhirat
kelak. ‘Adl (keadilan), memiliki arti bahwa Allah telah memerintahkan manusia untuk berbuat adil
dan tidak menzalimi pihak lain demi memeroleh keuntungan pribadi. Nubuwwah (kenabian),
menjadikan sifat dan sikap nabi sebagai teladan dalam melakukan segala aktivitas di
dunia. Khilafah (pemerintahan), peran pemerintah adalah memastikan tidak ada distorsi sehingga
perekonomian dapat berjalan dengan baik. Ma’ad (hasil), dalam Islam hasil (laba) yang diperoleh
di dunia juga menjadi laba di akhirat. Dari kelima nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip
derivatif yaitu kepemilikan multijenis (multiple ownership), kebebasan bertindak atau
berusaha (freedom to act) serta keadilan sosial (social justice).
Di atas semua nilai dan prinsip tersebut, dibangunlah konsep yang memayungi semuanya,
yaitu konsep Akhlak. Akhlak menempati posisi puncak, karena inilah yang menjadi tujuan Islam
dan dakwah para Nabi. Akhlaq inilah yang menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam
melakukan aktivitasnya.
7
Pada dasarnya prinsip-prinsip ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut.
A. Dalam ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian atau
titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal mungkin
dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan bersama didunia, yaitu untuk diri sendiri dan untuk
orang lain. Namun yang terpenting bahwa kegiatan tersebut akan dipertanggungjawabkan di
akhirat nanti.
C. Kekuatan penggerak utama ekonomi islam adalah kerjasama. Seorang muslim, apakah ia
sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan sebagainya, harus berpegangan
pada tuntunan Allah SWT dalam Al Quran QS An Nissa ayat 29 yang artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepdamu”.
D. Kepemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai capital produktif yang akan
meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Al Quran QS
Al Hadiid ayat 7 mengungkapkan bahwa “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka
orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh
pahala yang besar”. Apa yang diberikan Allah SWT kepada Rosul-Nya sebagai harta rampasan
dari penduduk negeri-negeri itu adalah untuk Allah SWT, untuk Rosul, kaum kerabat, anak-anak
yatim orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya
beredar diantara orang –orang kaya saja diantara kalian”. Oleh karena itu, system ekonomi islam
menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja..
8
E. Islam menjamin kepemilikan masyarakat, dan pengggunaannya direncanakan umutk
kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari sunah Rosulullah yang menyatakan ”bahwa
masyarakat punya hak yang sama atas air, padang rumput, dan api”. Sunan Rosulullah tersebut
menghendaki semua industri ekstaktif yang ada hubungannya dengan produksi air, bahan tambang,
bahkan makanan, harus dikelola oleh Negara. Demikian juga berbagai macam bahan bakar untuk
keperluan dalam negeri dan industry tidak boleh dikuasai oleh individu.
F. Seorang muslim harus takut kepda Allah SWTdan akhirat, seperti diuraikan dalam Al
Quran Al Baqarah ayat 281, yang artinya: “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada)
hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing masing diri
diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun
tidak dianiaya (dirugikan)”. Oleh karena itu islam mencela keuntungan yang berlebihan,
perdagangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua bentuk diskriminasi dan
penindasan.
G. Seorang muslim yang kekayaannya melebihi ukuran tertentu (nisab) diwajibkan untuk
membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya (sebagai sanksi
atas penguasaan harta tersebut), yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang
membutuhkan. Menurut pendapat para ulama, zakat dikenakan 2,5% (dua setengah persen) untuk
semua kekayaan yang tidak produktif (idle assets), termasuk didalamnya adalah uang kas,
deposito, emas, perak, dan permata, pendapatan bersih dari transaksi (net earning from
transaction), dan 10% (sepuluh persen) dari pendapatan bersih infestasi.
H. Islam melarang setiap pembayaran bunga (riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah
pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah ataupun institusi lainnya.
9
2.3. KARAKTERISTIK SISTEM EKONOMI ISLAM
Bersumber pada Islam itu sendiri yang meliputi tiga asas pokok mengatur teori ekonomi dalam
islam, yaitu asas akidah, akhlak, dan asas hukum (muamalah). Ada beberapa sebagaimana
disebutkan dalam Al-Mawsu’ah Al-ilmiah wa al-amaliyah al-islamiyah yang dapat diringkas
sebagai berikut:
10
B. Ekonomi terikat dengan Akidah, Syariah (hukum), dan Moral
Diantara bukti hubungan ekonomi dan moral dalam islam (yafie, 2003: 41-42) adalah:
larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian atas
harta orang lain atau kepentingan masyarakat, larangan melakukan penipuan dalam transaksi,
larangan menimbun emas dan perak atau sarana-sarana moneter lainnya, sehingga mencegah
peredaran uang, larangan melakukan pemborosan, karena akan menghancurkan individu dalam
masyarakat.
11
F. Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian
Islam memperkenankan Negara untuk mengatur masalah perekonomian agar kebutuhan
masyarakat baik secara individu maupun social dapat terpenuhi secara proporsioanal. Dalam islam
Negara berkewajiban melindungi kepentingan masyarakat dari ketidakadilan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang, ataupun dari Negara lain. Negara juga berkewajiaban
memberikan jaminan social agar seluruh masyarakat dapat hidup secara layak.
G. Bimbingan Komsumsi
Islam melarang orang yang suka kemewahan dan bersikap angkuh terhadap hukum karena
kekayaan, sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-Israa ayat 16
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri maka Kami perintahkan kepada orang-orang
yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan
dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami),
kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS al-Isra` [17]: 16).
H. Petunjuk Investasi
Tentang kriteria atau standar dalam menilai proyek investasi, al-Mawsu’ah Al-ilmiyahwa
Al-amaliyah Al-islamiyah memandang ada lima criteria yang sesuai dengan islam untuk dijadikan
pedoman dalam menilai proyek investasi, yaitu:
I. Zakat
Zakat adalah salah satu karakteristik ekonomi islam mengenai harta yang tidak terdapat
dalam perekonomian lain. System perekonomian diluar islam tidak mengenal tuntutan Allah
12
kepada pemilik harta agar menyisihkan sabagian harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat
kikir, dengki, dan dendam.
J. larangan riba
Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang pada bidangnya yang normal yaitu
sebagai fasilitas ransaksi dan alat penilaian barang. Diantara factor yang menyelewengkan uang
dari bidangnya yang normal adalah bunga (riba). Ada beberapa pendapat lain mengenai
karakteristik ekonomi islam, diantaranya dikemukakan oleh Marthon (2004, 27-33). Menurutnya
hal-hal yang membedakan ekonomi islam secara operasioanal dengan ekonomi sosialis maupun
kapitalis adalah:
a. dialektika nilai-nilai spiritualis dan matrealisme
b. kebebasan berekonomi
c. dualisme kepemilikan
B. Adanya Pengakuan Tehadap Hak Kepemilikan Individu terhadap Harta dan Hak
Untuk Memiliki Harta
Dalam sistem ekonomi ini, pengakuan terhadap hak kepemilikan dan untuk memiliki harta
sangat diakui. Namun, tentunya kepemilikan dan cara memilikinya harus sesuai dengan cara-cara
islam. Dalam islam pengaturan kepemilikan harta didasarkan atas kemaslahatan. Sehingga dengan
begitu maka kepemilikan atas harta tersebut akan menimbulkan sikap saling menghormati dan
13
menghargai antar sesama. Kesadaran bahwa harta tersebut hanyalah titipan dari Allah SWT, juga
merupakan nilai dasar yang harus di tanamkan
C. Adanya Ketidaksamaan Ekonomi Dalam Batas yang Wajar
Dalam islam memang diakui adanya perbedaan ekonomi pada setiap perorangan. Akan
tetapi, pada kenyataannya ketidaksamaan tersebut bukan didasari karena ketetapan Allah seperti
juga bentuk dari yayasan. Melainkan karena ulah manusia sendiri, yang memandang bahwa
seorang yang memiliki jabatan dan harta memiliki derajat yang lebih tinggi di bandingkan orang
lain. Sehingga menimbulkan sebuah paradigma “Bahwa Allah SWT tidak adil”. Pandangan inilah
yang harus di buang, karena dihadapan sang pencipta setiap manusia itu derajatnya sama.
D. Adanya Jaminan Sosial dan Hak untuk Hidup bagi Individu dalam Sebuah Negara
Setiap individu memiliki hak untuk dapat hidup dan mempertahakan hidupnya dalam
sebuah negara. Setiap warga negara juga dijamin hak sosialnya untuk mendapatkan kebutuhannya.
Tugas pokok ini menjadi tanggung jawab bagi setiap pemerintahan dalam sebuah negara. Dalam
sistem ekonomi syariah, negara memiliki tanggung jawab untuk mengalokasikan sumber daya
alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyatnya secara umum.
14
mengesampingkan ide dan pengetahuan lain, termasuk juga ekonomi syariah. Sehingga sistem
ekonomi konvensional hampir mempengaruhi seluruh prilaku manusia.
15
E. Tidak Adanya Representasi Ideal Negara Yang Menggunakan Sistem Ekonomi Ini
Beberapa negara seperti negara islam Timur Tengah yang menggunakan islam sebagai
pedoman pemerintahannya ternyata belum mampu dalam menjalankam sistem ekonomi syariah
secara profesional. Hal inilah yang kemudian menyebabkan tingkat kesejahteran di negara tersebut
kalah cepat di bandingkan dengan dataran eropa. Kondisi ini tentu sangat berpengaruh dan menjadi
pertimbangan berat ketika harus memilih menggunakan sistem ekonomi ini.
Nilai-nilai dasar ekonomi Islam adalah seperangkat nilai filosofis maupun institusional yang
diyakini menjadi landasan paradigma islam.
Konsep kepemilikan dalam perspektif Islam berkaitan dengan hukum Allah SWT karena
melibatkan halal haramnya suatu hal. Pemanfaatan segala hal untuk kepentingan umat dan agama
Islam harus lebih diutamakan kecuali kepentingan kolektif yang ditujukan untuk menjalankan
perintah Allah SWT.
Penggambaran sistem ekonomi dalam pemanfaatan hak milik kekayaan dijelaskan oleh
Mannan (1993), yaitu kepemilikan yang sah secara umum, artinya segala bentuk hak kepemilikan
didapatkan dengan cara yang sesuai dengan hukum (halal). Kajian hukum syariat mengenal dua
bentuk kepemilikan, yaitu:
✓ Kepemilikan sempurna (al-milk at-tam): materi dan manfaat benda dimiliki sepenuhnya,
sehingga seluruh hak kebendaan terkaid berada dibawah penguasaanya. Status kepemilikan ini
didapat dengan Ihraz Almubahat (menupayakan/ mengusahakan hal-hal yang dibolehkan), Uqud
(akad transaksi), Khalafiyah (peninggalan seperti warisan), Tawaluk min Mamluk
(berkembangnya aset yang dimiliki).
✓ Kepemilikan tidak sempurna (al-milk an-naqis): hak menguasai materi benda, sedangkan
hak pemanfaatannya dikuasai oleh pihak lain, begitu sebaliknya. Status kepemilikan ini didapat
dengan I’arah (pinjam-meminjam), Ijarah (sewa-menyewa), Wakaf, Wasiat. (pengenlan ekslusif)
16
B. Nilai Dasar Keadilan
Konsep keadilan system ekonomi islami berbeda dengan system ekonomi lainnya
diantaranya:
a. pertama, keadilan sosial Islami dilandasi prinsip keimanan yaitu, bahwa semua yang
ada di alam semesta adala milik Allah. (Q.S. 10/Yunus:55).
b. Kedua, keadilan sosial dalam Islam berakar pada moral,
c. ketiga, secara filosofis, konsep keadilan sosial berlandaskan pada pandangannya
mengenai sesuatu yang memaksimumkan kebahagiaan manusia. Dengan kata lain,
kebahagiaan adalah wujud apa saja yang membahagiakan manusia.
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan dan tidak pula
kikir, dan adalah keadaan itu ditengah-tengah antara yang demikian.” (al-Furqan:67)
“ Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca
(keseimbangan) itu”. (ar-Rahman:9).
Inti dari Ekonomi Islam ini adalah keseimbangan antara Sektor riel dan sektor moneter.
✓ akad tijari yaitu transaksi yang juga berorientasi pada keuntungan pasti terletak pada
pertambahan sektor riel, seperti: Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah. Murabahah yaitu jual
beli, ada beberapa macam murabahah yaitu
• Ba’i Naqdan (tunai)
17
• Ba’i Assalam yaitu jual beli yang dimana pengiriman barang di berikan di kemudian hari,
• Ishtisna yaitu pemberian barang yang dicicil lalu dibayar dikemudian hari,
• Ijaraoh atau sewa, dan
• Ijarah Muntahiya Bi Tamlik yaitu akad sewa dan pada akhir periode diberikan opsi apakah
dilunasi atau tetap menjadi sewa
✓ Akad tabaru yaitu akad yang hanya berorientasi pada amal kebajikan, seperti Zakat, Infak,
Sedekah, Wakalah, dan kafalah
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
✓ http://jurnal.untagcirebon.ac.id/index.php/cendekia-jaya/article/view/61/46
✓ https://pengertiandefinisi.com/pengertian-ekonomi-islam-menurut-para-
ahli/#:~:text=Menurut%20Muhammad%20Abdul%20Manan%2C%20Ekonomi
,diangkat%20dari%20nilai%2Dnilai%20islam.&text=Bahwa%20Ekonomi%20I
slam%20adalah%20bagian%20dari%20Ilmu%20Ekonomi%20yang%20mempu
nyai%20sifat%20interdisipliner.
✓ https://sarjanaekonomi.co.id/sistem-ekonomi-islam/
✓ http://ejournal.iaifa.ac.id/index.php/salimiya/article/view/88/94
✓ http://repository.stainparepare.ac.id/295/1/12.2200.049.pdf
20