Anda di halaman 1dari 18

ZAKAT PERTANIAN DAN ZAKAT PETERNAKAN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Zakat
Dosen Pengampu : Narulitasari, SE.Sy., M.Si.

Disusun Oleh:

1. Krisnia 185221257
2. Dwi Atika Novelenia 185221266
3. Siti Wulandari 185221273
4. Agung Yoga Pratama 185221295

PRPGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat dan rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka segenap kelompok lima
kelas Profesional Akuntansi Syariah 5G dapat menyelesaikan makalah Zakat
Pertanian dan Zakat Peternakan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Akuntansi Zakat. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Kami
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan beberapa pihak, sangatlah
sulit bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Akuntansi Zakat serta
bantuan teman-teman.
Kami menyadari bahwa pembuatan dan penyusunan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan kami. Atas segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan dalam makalah ini, kami mengharapkan masukan, kritik
dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 23 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi i

Kata Pengantar ii

BAB I

1. Latar Belakang 1

2. Rumusan Masalah 2

3. Tujuan 2

4. Manfaat 2

BAB II

1. Zakat Pertanian 3
a. Syarat-syarat zakat pertanian 3
b. Nisab untuk zakat pertanian 4
c. Dikeluarkannya zakat pertanian 4

d. Landasan hukum zakat pertanian 5

e. Hasil pertanian yang wajib dikeluarkan zakat 6

f. Zakat pertanian di Indonesia 6

2. Zakat peternakan 7

a. Pengertian zakat peternakan.......................................................................7

b. Dasar hukum zakat ternak 8

c. Syarat-syarat zakat ternak 9

ii
d. Nisab dan wajib zakat 10

BAB III

5. Kesimpulan 13

Daftar Pustakaiii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Zakat merupakan kewajiban mutlak atau harus dilakukan dan ditunaikan oleh
seorang Muslim dengan cara mengeluarkan sebagian harta yang merupakan hak
orang lain yang terdapat dalam harta yang telah sampai nisabnya dan telah cukup
haulnya diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Zakat kedudukannya setara dengan shalat, karena kewajiban shalat dan zakat
dapat dijumpai ada sebanyak 82 (delapan puluh dua) kali dalam Al-Qur’an.
Terkandung di dalam salah satu dfirman Allah yaitu di QS. Al-Baqarah: 43, “Dan
dirikanlah Shalat, tunaikanlah zakat…”. Kewajiban membayar zakat juga dijelaskan
dalam QS. At-Taubah: 103 yang artinya bahwa “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
berdoalah untuk mereka…”.
Zakat ini bisa dilakukan dengan membayarkan emas perak, barang tambang,
hewan ternak, hasil pertanian, dan hasil perdagangan. Seiring berkembangnya zaman,
zakat juga bisa dibayarkan dengan zakat profesi, zakat perusahaan, zakat hadiah,
zakat investai, dan zakat uang simpanan.
Di Indonesia tidak hanya dikenal dengan negara Maritim tetapi juga dikenal
sebagai negara Agraris. Hal ini bisa dilihat bahwa mata pencahariaan masyarakat
Indonesia sebagian besar adalah petani atau bercocok tanam. Mata pencaharian
tersebut tentu mempengaruhi pembayaran zakat di Indonesia mengenai zakat
pertanian. Kemudian di Indonesia juga ada yang membayarkan zakat peternkan.
Hewan yang bisa digunakan untuk zakat adalah hewan unta, sapi atau kerbau dan
domba atau kambing. Dalam makalah ini kita akan membahas mengenai zakat
pertanian dan peternakan di Indonesia.

1
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, kita dapat menyusun
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan zakat pertanian?
2. Apa yang dimaksud dengan zakat peternakan?
3. Bagaimana landasan hukum zakat pertanian dan peternakan?
4. Bagaimana ketentuannya zakat pertanian?
5. Bagaimana ketentuannya zakat peternakan?

3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, kita dapat menyusun tujuan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian zakat pertanian.
2. Mengetahui dan memahami pengertian zakat peternakan.
3. Mengetahui dan memahami landasan hukum mengenai zakat pertanian
dan zakat peternakan.
4. Mengetahui ketentuan-ketentuan mengenai zakat pertanian dan
peternakan.

4. Manfaat
Berdasaran rumusan masalah dan tujuan makalah ini kita dapat mengambil
manfaat sebagai berikut:
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami pengertian zakat pertanian.
2. Mahasiswa/i mengetahui dan memahami pengertian zakat peternakan.
3. Mahasiswa/i mengetahui dan memahami landasan hukum mengenai zakat
pertanian dan zakat peternakan.
5. Mahasiswa/i mengetahui ketentuan-ketentuan mengenai zakat pertanian
dan peternakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Zakat Pertanian
Masyarakat di Indonesia bermata pencaharian di laut dan di darat. Penghasilan
setiap harinya juga diperoleh dari hasil bekerjanya di darat dan laut tersebut. Sebagian
besar penduduk Indonesia bekerja sebagai nelayan dan petani. Penghasilan tersebut
sangat mempengaruhi zakat di Indonesia.
Pertanian di Indonesia sangatlah penting, karena pertanian di indonesia adalah
sumber daya alam terbesar dan sangat beragram, dapat meningkatkan pangsa
terhadap ekspor (ke luar negeri), penduduk Indonesia banyak yang bergantung pada
sektor pertanian, dan besarnya peran petani menyediakan makanan pokok ataupun
pangan di masyarakat dan menjadi alat untuk menunjang pertumbuhan di pedesaan.
Kemajuan dan kemunduran sektor pertanian juga berpengaruh pada pencapaian zakat
hasil pertanian. Jika dari hasil pertanian mendapatkan penghasilan yang rendah, maka
peran petani sebgai muzzaki atau orang yang berzakat juga semakin kecil.
Zakat pertanian merupakan termasuk ke zakat maal atau harta. Di Indonesia
selain zakat fitrah juga dikenal juga dengan zakat pertanian. Sesuai dengan namanya
bahawa zakat pertanian itu terdiri dari: biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran, buah-
buahan, umbi-umbian, dan tanaman atau sejenis dengan makanan pokok yang
mempunyai fungsi ekonomis atau nilai ekonomis.

a. Syarat-Syarat Zakat Pertanian


Zakat pertanian termasuk ke dalam zakat klasik. Para ulama juga sepakat
bahwa zakat bukan dikenakan kepada makanan pokok, tapi zakat pertanian
dikenakan pada tanaman hias, sayur-sayuran dan buah-buahan. Syaratnya adalah
sebagai berikut:
1. Hasil pertanian itu adalah milik sendiri.

3
Maksudnya adalah bahwa orang yang wajib membayar zakat pertanian
tersebut adalah pemilik lahan dan bukan yang menggarap lahannya.
Artinya pemilik lahan yang wajib membayar zakatnya bukan orang
yang menggarap tanahnya.
2. Sudah mencapai nisabnya.
Jika sudah mencapai nisabnya, maka sudah wajib untuk dizakati.

b. Nisab untuk Zakat Pertanian


Nisab untuk zakat pertanian menurut Abu Hanifah tidak dilihat dari sedikit
atau banyaknya buah yang dihasilkan selama tumbuhan tersebut masih tumbuh dan
keluar dari tanah. Sementara itu, dua murid Abu Hanifah dan mayoritas fukaha
menyatakan bahwa nisab adalah syarat, sehingga tidak ada kewajiban zakat pada
setiap tanaman yang belum mencapai 5 wasaq atau setara dengan 653 kg dalam
bentuk gabah dan 522 kg dalam bentuk beras atau 50 wasaq dalam takaran Mesir1.
Kemudian untuk kadar zakat hasil pertanian adalah:
1. Dikenai zakat sebesar sepersepuluh atau 10%
Apabila tanaman hasil pertanian diari dengan air hujan, air sungai dan tidak
adanya biaya tambahan untuk pengairan tanaman tersebut.
2. dikenai zakat sebesar seperduapuluh atau 5%
Jika tanaman tersebut diari dengan pompa untuk menarik air dari sumbernya
yang tentu membutuhkan biaya untuk itu, maka landaan hukum mengenai hal
tersebut, ditunjukkan oleh hadist dari Ibnu ’Umar, Rasullullah SAW bersabda:

ِ َ‫س َما ُء َسق‬


‫ت فِي َما‬ Uُ ‫ًّا َكانَ أَوْ َو ْال ُعي‬U^‫ال ُع ْش ُر َعثَ ِرًي‬,
َّ ‫ُون ال‬ ْ ‫ْال ُع ْش ِر نِصْ فُ بِالنَّضْ حِ ُسقِ َى َو َما‬
Artinya: “Tanaman yang diari dengan air hujan atau dengan mata air atau dengan air
hujan, maka dikenai zakat sepersepuluh atau 10%. Sedangkan tanaman yang diairi
dengan mengeluarkan biaya, maka dikenai zakat seperduapuluh atau 5%”.
1
Sri Nurhayati, Akuntansi dan Zakat Manajemen, Jakarta: Salemba Empat.
2019.

4
c. Dikeluarkannya Zakat Pertanian
Waktu untuk mengeluarkan zakat pertanian ini tidak mengenal atau
menunggu haul, dimana setiap panen ada kewajiban dan ketentuan membayarkan
zakat pertanian. Kewajiban zakat pertanian adalah ketika biji tanaman pertanian telah
mengeras atau matang dan siap dipanen. Sebelum waktu tersebut maka tidak
diwajibkan untuk zakat. Kemudian untuk buah-buahan diperkirakan berapa takaran
ketika buah tersebut telah mengering. Waktu untuk mengeluarkan zakat pertanian
yakni:
1. Meneluarkan setiap kali panen.
2. Zakat pertanian dikeluarkan setelah dua sampai tiga kali panen.
3. Mengeluarkan zakat pertanian pada bulan Ramadhan bersamaan dengan
zakat fitrah.

d. Landasan Hukum Zakat Pertanian


Beberapa ayat yang terkait dengan zakat pertanian adalah sebagai berikut:
1. QS. Al-Baqarah: 267

‫ين أَيُّهَا يَا‬


Uَ ‫ت ِم ْن أَ ْنفِقُوا آَ َمنُوا ال َّ ِذ‬
ِ ‫ض ِمنَ لَ ُك ْم أَ ْخ َرجْ نَا َو ِم َّم ا َك َس ْبتُ ْم َما طَيِّبَا‬
ِ ْ‫اأْل َر‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu.” (QS. Al-Baqarah: 267). Kata min disini artinya “sebagian” artinya tidak
semua tanaman atau hasil bumi itu dizakati.
2. QS. Al-An’am: 141
Artinya adalah : “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama

5
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin).

Uَ ‫ َولَي‬U‫س ُدونَ فِي َما‬


‫ْس‬ Uِ ‫ق َخ ْم‬ ُ ْ‫ أَو‬Uٌ‫ص َدقَة‬
Uٍ ‫س‬ َ
Rasulullah SAW juga bersabda sesuai dengan ayat tersebut, yang artinya adalah
“Tidak ada zakat bagi tanaman dibawah 5 wasaq”.

e. Hasil Pertanian yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya


1) Ulama bersepakat yang wajib dikeluarkan zakatnya ada empat macamnya,
yakni:
a. Gandum halus
b. Gandum kasar
c. Kurma
d. Anggur kering atau kismis
2) Selain itu, mayoritas ulama juga menjabarkan zakat hasil pertanian kepada
tanaman lain yang memiliki sebab hukum yang sama.
Namun ada perbedaan jumhur ulama mengenai sebab zakat pertanian.
Dalam hal ini pendapat Imam Syafi’i lebih banyak yang menggunakan. Dia
berpendapat bahwa zakat pertanian itu ada pada tanaman yang merupakan
kebutuhan pokok dan dapat disimpan. Gandum, kurma, dan kismis merupakan
makanan pokok di masa dahulu, dan bisa untuk disimpan. Hal ini diqiaskan pada
zaman sekarang adalah gandum, jagung, singkong, sagu, yang mempunyai sebab
yang sama.

f. Nisab Zakat Pertanian di Indonesia


Zakat pertanian tidak mengenal haul, dimana jika tanaman tersebut telah tiba
waktu dipanen, zakat bisa langsung dilakukan setelah panen tersebut. Yang

6
berartikan bahwa ketika sudah panen tiba dan telah mencapai nisabnya maka
pemilik wajib mengeluarkan zakatnya.
Di Indonesia zakat harta atau maal umumnya dikeluarkan pada saat bulan
Ramadhan atau bertepatan dengan pembayaran zakat fitrah. Hal tersebut bukan
menjadi masalah yang besar, karena jika masih dalam setahun waktu panennya.
Lebih baik zakat pertanian tidak dibayarkan ketika sudah melebihi waktu satu
tahun. Hal ini dikarenakan supaya pemilik tidak lupa membayarkannya.

3. Zakat Hewan Ternak


a. Pengertian Zakat Ternak
Zakat peternkan merupakan zakat yang wajib dikeluarkan atas binatang ternak
seperti unta, kerbau, sapi, kambing, domba. Zakat peternakan perhitungannya melihat
masing-masing jenis hewan ternak, baik nisab maupun kadarnya berbeda-beda dan
sifatnya bertingkat. Dalam zakat peternakan haulnya yaitusatu tahun untuk setiap
hewan.
Empat macam hewan yang termasuk ke dalam hewan ternak adalah:

1. Hewan ternak yang diniatkan untuk diperdagangkan. Dimana hewan


seperti ini dikenai zakat barang dagangan meskipun yang diperdagangkan
hanya satu ekor kambing, satu ekor sapi atau satu ekor unta saja.
2. Hewan ternak yang bisa diambil susu dan digembalakan di padang rumput
disebut sa-imah. Hewan tersebut dikenakan zakat jika telah mencapai nisab
dan telah memenuhi syarat lainnya untuk dizakatkan.
3. Hewan ternak yang diberi makan untuk diambil susunya dan diberi makan
rumput (tidak digembalakan). Seperti ini tidak dikenai zakat karena tidak
termasuk hewan yang diniatkan untuk diperdagangkan, juga tidak termasuk
hewan sa-imah.

7
4. Hewan ternak yang dipekerjakan seperti untuk memikul barang dan
menggarap sawah. Zakat untuk hewan ini merupakan hasil upah dari jerih
payah hewan tersebut jika telah mencapai haul dan nisab.2

b. Dasar Hukum Zakat Ternak


Allah SWT berfirman dalam (QS. An-Nahl: 66) yang artinya: “Dan
sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu.
Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu
yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya”.

Dari Aisyah ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulallah SAW bersabda: “Tidak wajib
zakat pada harta sehingga ia telah melewati masa satu tahun.” (HR at-Tirmidzi).
(Rahmat, 2018)

َ ‫سو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم ( فِي ُك ِّل‬


‫سائِ َم ِة‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ عَنْ َج ِّد ِه قَا َل‬,‫ عَنْ أَبِي ِه‬,‫يم‬ ٍ ‫َ َوعَنْ بَ ْه ِز ْب ِن َح ِك‬
‫ َو َمنْ َمنَ َع َها‬,ُ‫طاهَا ُمؤْ تَ ِج ًرا بِ َها فَلَهُ أَ ْج ُره‬
َ ‫ َمنْ أَ ْع‬,‫سابِ َها‬
َ ‫ق إِبِ ٌل عَنْ ِح‬ ُ ‫ اَل تُفَ َّر‬,‫ فِي أَ ْربَ ِعينَ بِ ْنتُ لَبُو ٍن‬:‫إِبِ ٍل‬
‫ َوأَبُو‬,ُ‫ َر َواهُ أَ ْح َمد‬ ) ‫ اَل يَ ِح ُّل آِل ِل ُم َح َّم ٍد ِم ْن َها ش َْي ٌء‬,‫ت َربِّنَا‬
ِ ‫ ع َْز َمةً ِمنْ َع َز َما‬,‫ش ْط َر َمالِ ِه‬ َ ‫فَإِنَّا آ ِخ ُذوهَا َو‬
 ِ ‫ق اَلشَّافِ ِع ُّي اَ ْلقَ ْو َل بِ ِه َعلَى ثُبُوتِه‬ َ َّ‫ َو َعل‬,‫ص َّح َحهُ اَ ْل َحا ِك ُم‬ َ َّ‫ َوالن‬,َ‫دَا ُود‬
َ ‫ َو‬,‫سائِ ُّي‬

Dari Bahz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pada setiap 40 ekor unta yang
dilepas mencari makan sendiri, zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya
memasuki tahun ketiga. Tidak boleh dipisahkan anak unta itu untuk mengurangi

2
https://muslim.or.id/9536-panduan-zakat-9-zakat-hewan-ternak.html, diakses
pada 27 september 2020

8
perhitungan zakat. Barangsiapa memberinya karena mengharap pahala, ia akan
mendapat pahala. Barangsiapa menolak untuk mengeluarkannya, kami akan
mengambilnya beserta setengah hartanya karena ia merupakan perintah keras dari
Tuhan kami. Keluarga Muhammad tidak halal mengambil zakat sedikit pun."
Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim. Syafi'i
memberikan komentar atas ketetapan hadits ini.3
Ternak yang digembalkan di tempat yang bebas tanpa upah dan biaya tambahan
yaitu yang digembalakan di pangonan maka wajib zakat, akan tetapi jika hewan
ternak tersebut diberi makan di kandang dan tidak digembalakan maka tidak
berkewajiban membayar, yang artinya bahwa hewan ternak tersebut membutuhkan
biaya tambahan, zakat sebagai mana sabda Rasulullah SAW.

Rasulallah SAW bersabda: ”kambing yang digembala (diladang bebas) dizakatkan


(HR Bukhari).

Rasulallah SAW bersabda: ”Unta yang digembala (di tempat bebas, tanpa upah)
setiap 40 unta zakatnya satu ekor bintu labun” (HR Shahih Abu Dawud, an-Nasai’).

c. Syarat umum untuk zakat hewan ternak adalah :


1. Sampai Nisab.
Nisab merupaka jumlah tertentu yang ditetapkan hukum syar’i. Orang yang
wajib mengeluarkan zakat ternak tentu harus seorang Muslim, orang

3
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam V 2.0,
Hadits No. 626

9
merdeka, berakal dan baligh juga telah mencapai nisab. Nisab yang
dikenakan untuk hewan unta minimal telah 5 ekor, kambing 40 ekor dan
sapi minimal 30 ekor.
2. Berlalu satu tahun.
Dalam istilah lain disebut juga haul, yaitu kadar di mana suatu komoditi
mulai meraih untung secara umum. Kita dapat melihat tanaman biasanya
baru dipanen setelah setahun. Begitu pula hewan ternak dikatakan telah
tumbuh secara umum setelah setahun.
3. Tenaganya tidak dipergunakan untuk produksi.
Ternak tidak dipekerjakan untuk kepentingan pemiliknya, seperti
dipekerjakan dalam menggarap tanah pertanian, dijadikan alat untuk
mengambil air guna menyirami tanaman. Atau bahkan digunakan untuk
mengangkut barang-barang.
(syarat khusus untuk unta dan sapi). “Unta dan sapi yang dipekerjakan di
tanah pertanian dan sapi yang dipekerjakan di ladang, tidak ada zakatnya,
karena ternak tersebut sebagai pekerja-pekerja tanah pertanian dan ladang”
(Abu Ubaid dari Zuhri).
4. Digembalakan
Digembalakan maksudnya ialah sengaja diurus sepanjang tahun untuk
maksud memperoleh susu, bibit baru, pembiakan dan dagingnya. Binatang
gembalaan adalah binatang yang memperoleh makanan di lapangan
pengembalaan terbuka sebagai konsekuensi, pemilik harus mencarikan
makanan untuk hewan ternak. Guna adanya syarat digembalakan ini adalah
bahwa zakat hanya diwajibkan pada kekayaan yang tidak berat dapat
dikeluarkan zakatnya oleh pemiliknya, yaitu kekayaan yang lebih dari
keperluan.4

4
https://www.mizanamanah.or.id/, diakses pada 27 september 2020

10
d. Nisab dan Wajib Zakat
Nisab serta banyaknya jumlah yang wajib di zakatkan yaitu :
1. Zakat hewan ternak kambing

Nisab Zakat
40 -120 ekor 1 ekor
121-200 ekor 2 ekor
201-300 ekor 3 ekor
Setiap pertambahan 100 + 1 ekor 

2. Zakat Hewan Ternak Sapi

Nisab Zakat
1 ekor sapi jantan atau betina umur 1-2
tahun. Tidak ada
30 - 39 ekor
tambahan lain hingga banyaknya mencapai
60 ekor
60 - 69 ekor 2 ekor sapi jantan umur 1-2 tahun.
2 ekor sapi, 1 ekor betina berumur 2 tahun
70 - 79 ekor dan satu ekor jantan
80 - 89 ekor 2 ekor sapi betina umur 2-3 tahun
setiap pertambahan 30
+ 1 ekor sapi jantan berumur 1
ekor

3. Zakat hewan ternak unta(Rahmat, 2018)

Nisab Zakat
5 - 9 ekor 1 ekor kambing
10-14 ekor 2 ekor kambing
Penambahan 5 ekor + 1 ekor kambing
1 ekor unta bintu makhad, yaitu anak
25-35 ekor
unta betina umur 1-2 tahun.
36-45 ekor 1 ekor unta bintu labun, yaitu anak

11
unta betina umur 2-3 tahun
1 ekor unta hiqqoh, yaitu anak unta
46-60 ekor
betina umur 3-4 tahun.
1 ekor unta jadz’ah, yaitu anak unta
61-75 ekor
betina umur 4-5 tahun.
76-90 ekor 2 ekor unta bintu labun
91-120 ekor 2 ekor unta hiqqoh.
Setiap pertambahan 40 ekor + 1 ekor unta bintu

BAB III
PENUTUP

5. Kesimpulan

12
Zakat pertanian tidak mengenal haul, dimana jika tanaman tersebut telah tiba
waktu dipanen, zakat bisa langsung dilakukan setelah panen tersebut. Yang
berartikan bahwa ketika sudah panen tiba dan telah mencapai nisabnya maka
pemilik wajib mengeluarkan zakatnya. Zakat yang dikenakan pada zakat pertanian
adalah ketika tanaman mencapai 5 wasaq atau setara dengan 653 kg dalam bentuk
gabah dan 522 kg dalam bentuk beras atau 50 wasaq dalam takaran Mesir. Ketentuan-
ketentuan sudah ada dalam landasan hukum yang mendasarinya, yaitu QS. Al-
Baqarah:267 dan QS.Al-An’am:141.
Dari penjelasan yang telah dijabarkan di atas bahwa hewan ternak yang wajib
di zakati yaitu, unta, sapi/kerbau, serta kambing/biri-biri dimana terdapat syarat dan
ketentuan yang harus dipenuhi sebelum diwajibkannya zakat yaitu:
1. Sampai Nisab.
2. Berlalu satu tahun.
3. Tenaganya tidak dipergunakan untuk produksi.
4. Digembalakan
Sedangkan dasar hukum diwajibkannya zakat ternak terdapat pada (QS. An-Nahl:
66).

13
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, D. (2018). POTENSIAL DI INDONESIA. 1(1), 31–37.

https://muslim.or.id/9536-panduan-zakat-9-zakat-hewan-ternak.html

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam V 2.0, Hadits
No. 626

https://www.mizanamanah.or.id/

Nurhayati,Sri. 2019. Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Salemba Empat.

iii

Anda mungkin juga menyukai