DOSEN PENGAMPU
Ahmad Mukhlisuddin, S.E.I., M.E
DISUSUN OLEH
KELOMPOK VI
Ismawati Sagaf
Imammuddin
Muhammad Aris Taufiqur R.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Zakat Pertanian dan Perkebunan” ini tepat pada
waktunya. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fikih Ziswaf.
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
materi. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................4
A. Definisi Zakat Pertanian dan Perkebunan.................................................4
1. Zakat Pertanian......................................................................................4
2. Zakat Perkebunan..................................................................................5
B. Landasan Hukum Zakat Pertanian dan Perkebunan..................................5
1. Landasan Hukum dari Al-Qur’an..........................................................6
2. Landasan Hukum dari Hadits................................................................9
C. Zakat Pertanian dan Perkebunan menurut Madzahibul Arba’ah.............10
1. Mazhab Syafi’i....................................................................................10
2. Mazhab Maliki.....................................................................................10
3. Mazhab Hanafi.....................................................................................11
4. Mazhab Hanbali...................................................................................12
D. Nishab dan Haul Zakat Pertanian dan Perkebunan.................................13
1. Nishab Zakat Pertanian dan Perkebunan.............................................13
2. Haul Zakat Pertanian dan Perkebunan.................................................16
BAB III PENUTUP...........................................................................................18
A. Simpulan..................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam, karena merupakan salah satu rukun ke-empat yang wajib dipenuhi
umat Islam. Adanya zakat sendiri bukan tanpa alasan, karena didalamnya
mengandung nilai fungsi sebagai suatu ibadah yang bersifat vertikal kepada
Allah. Tidak hanya itu zakat juga berperan aktif sebagai wujud ibadah yang
bersabda bahwa: “Zakat adalah jembatan agama Islam. Bagi siapapun yang
dirinya ...”.1 Oleh sebab itu keutamaan zakat sangatlah bernilai tinggi, bagi
siapa saja manusia yang sadar dan mau akan penunaian zakat.
Zakat sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu zakat fitrah dan zakat mal.
Zakat fitrah merupakan zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik lelaki dan
mal merupakan zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara zat
Namun yang perlu digaris bawahi akan zakat pertanian dan perkebunan
adalah sudah matangkah pengetahuan akan zakat tersebut bagi para petani.
1
Sayyid Hasan bin Ahmad bin Muhammad al-Kaff, Fiqih Sistematis (Terjemah Kitab al-Taqrirat
al-Sadidah Fi al-Masail al-Mufidah), trans. oleh M. Hamim Hr (Kediri: ZAMZAM, 2018).
2
“Badan Amil Zakat Nasional,” BAZNAS, t.t., https://baznas.go.id/zakat.
1
Diambil informasi dari mayoritas masyarakat Desa Lampoko, banyak yang
membahas tentang zakat pertanian. Dari sisi lain bahwa tokoh agama maupun
Oleh sebab itu dibutuhkannya edukasi pada para petani tentang zakat
pertanian, karena hal ini dapat membantu mereka memahami bagaimana cara
mereka. Dengan memahami zakat pertanian, petani dapat menjaga agar hasil
usaha mereka selalu dalam kondisi baik dan selaras dengan nilai-nilai agama. 4
Untuk itu disini penulis akan memaparkan sedikit tentang definisi zakat
madzahibul arba’ah tentang zakat tersebut, dan haul dan nishab zakat
tersebut.
3
Muhammad Alwi, “FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MASYARAKAT
MENGELUARKAN ZAKAT PERTANIAN (Studi Kasus Desa Lampoko Kec. Campalagian ),”
J-Alif Vol. 2, No. 2 (2017), https://dx.doi.org/10.35329/jalif.v2i2.439.
4
Irgan Tito, “Petani Berkah, Belajar Cara Berzakat dengan Hasil Pertanian yang Lebih Baik,”
Kumparan.com, t.t., https://kumparan.com/irgan-tito/petani-berkah-belajar-cara-berzakat-dengan-
hasil-pertanian-yang-lebih-baik-1zoZKsJTf77/full.
2
B. Rumusan Masalah
perkebunan?
C. Tujuan Penelitian
4. Agar dapat mengetahui haul dan nishab zakat pertanian dan perkebunan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bab ini kami akan menjelaskan tentang definisi zakat pertanian dan
perkebunan, landasan hukum zakat pertanian dan perkebunan, haul dan nishab
penjelasannya:
1. Zakat Pertanian
dari hasil pertanian yang diusahakan oleh petani, dari hasil menggarap
5
Deddy Wahyudin Purba dkk., Pengantar Ilmu Pertanian (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020).
6
Abd. Rahim, Muhammad Siri Dangnga, dan Abdullah B, “TINGKAT KESADARAN PETANI
TERHADAP PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN DI DESA LUNJEN KABUPATEN
ENREKANG,” Ar-Ribh: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 4 (2021).
4
suatu populasi),7 Objeknya sendiri meliputi jenis tanaman yang ditanam
musiman.
2. Zakat Perkebunan
tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang
merupakan zakat yang berasal dari hasil penanaman tanaman, yang mana
7
Teungku Muhammad Hasbi Asn Shiddiegy, Pedoman Zakat (Semarang: Pustaka Rizky Putra,
2000).
8
Peraturan Pemerintah RI, “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (Bab 1 Pasal 1 Ayat
1),” Nomor 18 Perkebunan § (2004).
9
“Perbedaan Pertanian dan Perkebunan,” Petani Digital, t.t., https://petanidigital.id/apa-perbedaan-
pertanian-dan-perkebunan/#:~:text=Pertanian%20sendiri%20lebih%20mengacu%20pada,atau
%20metode%2C%20dan%20eksperimen%20ilmiah.
5
1. Landasan Hukum dari Al-Qur’an
َو ِمَّم ٓا َاْخ َر ْج َنا َلُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِضۗ َو اَل ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاْنِفُقْو ا ِم ْن َطِّيٰب ِت َم ا َك َس ْبُتْم
َاْن ُتْغ ِم ُضْو ا ِفْيِهۗ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َتَيَّمُم وا اْلَخ ِبْيَث ِم ْنُه ُتْنِفُقْو َن َو َلْس ُتْم ِبٰا ِخِذ ْيِه ِآاَّل
َحِم ْيٌد
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk
untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan)
terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha
Terpuji.”
memilih kurma yang jelek dari kebunnya untuk disedekahkan.”. Lalu ada
juga dari Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,
“Dulu para sahabat membeli bahan makanan yang murah, lalu mereka
harta yang dari perolehan usaha kita. Dan perlu diperhatikan juga dalam
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: CV Alwaah, 1993).
6
perbuatan yang sia-sia. Ayat ini juga mengingatkan para
buruk juga. Pada akhir ayat mengingatkan kita juga bahwa Allah Maha
kata Allah Maha Terpuji, yang antara lain karena dia tetap akan memberi
َو ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَش َا َج ّٰن ٍت َّم ْع ُرْو ٰش ٍت َّو َغْيَر َم ْع ُرْو ٰش ٍت َّو الَّنْخ َل َو الَّز ْر َع ُم ْخ َتِلًفا ُاُك ُلٗه
َو الَّز ْيُتْو َن َو الُّر َّم اَن ُم َتَش اِبًها َّو َغْيَر ُم َتَش اِبٍۗه ُك ُلْو ا ِم ْن َثَم ِر ٖٓه ِاَذ ٓا َاْثَم َر َو ٰا ُتْو ا َح َّقٗه َيْو َم
َحَص اِد ٖۖه َو اَل ُتْس ِرُفْو اۗ ِاَّنٗه اَل ُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفْيَۙن
kenapa surah ini diturunkan, yaitu diriwayatkan dari Ibnu Jarir dari Abi
11
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Tangerang:
Lentera Hati, 2017).
12
Muhammad Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Kitab Ibadah Sepanjang Masa) (Bandung: Fathan
Media Prima, 1986).
7
mereka(manusia) untuk mengeluarkan zakat dari hasil panennya, serta
bermanfaat, karena hal seperti ini sangatlah dibenci oleh Allah SWT.13
zakat tatkala waktu panen tanaman telah tiba, dan tidak lupa kita
13
A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul :studi pendalaman Al-qur’an (Jakarta: Rajawali Press, 1989).
14
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir: aqidah, syariah, manhaj, trans. oleh Abdul Hayyie al-
Kattani (Depok: Gema Insani, 2013).
15
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
16
Muhammad Abduh Tuasikal, “Panduan Zakat (8): Zakat Hasil Pertanian,” Muslim.or.id, t.t.,
https://muslim.or.id/9442-panduan-zakat-8-zakat-hasil-pertanian.html.
8
ِنْص ُف اْلُع ُش ِر: َو َم ا ُس ِقَي بِالَّنْض ِح، اْلُع ُش ُر: َأْو َك اَن َع َثرّيًا، ِفْيَم ا َس َقِت الَّس َم اُء َو اْلُعُيْو ُن
Artinya : “Pada pertanian yang tadah hujan atau mata air atau yang
menggunakan penyerapan akar (Atsariyan) diambil sepersepuluh
dan yang disirami dengan penyiraman maka diambil
seperduapuluh." (HR al-Bukhâri)
sebesar 5%. Adapun hadits yang lain menyebutkan, bahwa Nabi SAW
pernah bersabda:17
َأَّن َر ُسوَل هللا: َع ْن َأِبى ُبْر َدة َع ْن َأِبى ُم وَس ى اَألْش َع ِرِّى َو ُمَع اٍذ َرِض َى ُهَّللا َع ْنُهَم ا
َفَأَم َر ُهْم َأْن اَل َيْأُخ ُذ وا ِإَّال ِم َن، ءصلى هللا عليه وسلمء َبَع َثُهَم ا ِإَلى اْلَيَمِن ُيَع ِّلَم اِن الَّناَس
اْلِح ْنَطِة َو الَّش ِع يِر َو الَّتْم ِر َو الَّز ِبيِب
Artinya : “Dari Abu Burdah, bahwa Abu Musa Al-Asy’ari dan Mu’adz bin
Jabal radhiallahu ‘anhuma pernah diutus ke Yaman untuk
mengajarkan perkara agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan mereka agar tidak mengambil zakat pertanian
kecuali dari empat jenis tanaman: hinthah (gandum halus), sya’ir
(gandum kasar), kurma, dan zabib (kismis).” (HR. Hakim)
sepakat bahwa hasil pertanian yang wajib dizakati ada empat macam,
yaitu: sya’ir (gandum kasar), hinthoh (gandum halus), kurma dan kismis
(anggur kering).
madzhab, diantaranya:18
17
Ibid.
18
Wahbah Al-Zuhaili, al-Fiqh Islamiy Wa Adillatuh (Jakarta: Gema Insani Press, 2011).
9
1. Mazhab Syafi’i
Menurut para ahli madzhab Syafi’i, hasil bumi yang dizakati hanya
dari biji-bijian adalah biji gandum, beras, kacang adas, dan semua
2. Mazhab Maliki
bahwa kewajiban zakat itu dikaitkan pada illat yaitu keadaan hasil bumi
itu dapat dijadikan sebagai makanan pokok. Oleh karena itu, semua yang
Tujuh belas macam dari biji-bijian, yaitu kacang kedelai, kacang tanah,
kacang pendek, kacang adas, pohon kayu yang pahit, julban (tumbuhan
gandum, sult (sejenis gandum tanpa kulit), alas, jagung, tembakau, beras,
lobak merah. Sedangkan biji lobak putih tidak wajib dizakati karena
10
dikeluarkan zakatnya dari buah-buahan ada 3 (tiga) jenis, yaitu kurma,
3. Mazhab Hanafi
Menurut pendapat Imam Abu Hanifah bahwa zakat itu wajib atas
setiap hasil bumi baik sedikit atau banyak. 21 Kecuali kayu bakar,
pohon kurma, tangki pohon dan segala tanaman yang tumbuhnya tidak
didasarkan atas adanya ijma’ bahwa itu tidak wajib dizakati. Lebih lanjut
ia juga berpendapat bahwa zakat hasil bumi itu tidak terkait dengan
nisab. Jadi setiap hasil pertanian wajib dizakati, baik sedikit ataupun
banyak.23
4. Mazhab Hanbali
buah-buahan berair),24 bisa ditakar dan bisa disimpan, lalu yang dapat
21
Syauqi Ismail Syahhatih, Penerapan Zakat dalam Dunia Modern (Jakarta: Pustaka Dian dan
Antar Kota, 1987).
22
Didin Hafidudin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 2002).
23
Nasution, Fiqh 1.
24
Ibn Quddāmah al-Muqaddasi, Al-Mugniy (Kairo: Maktabah al-Qāhirah, 1968).
11
simsim, biji-bijian, tembakau, beras, julbanah, karsanah, hulbah,
daerah setempat
yang berbeda yaitu apakah kewajiban zakat tersebut karena wujud benda atau
karena ciri khas nilai gunanya. 25 Tinggal dari diri sendiri saja, bagaimana kita
25
Imam Ghozali said dan Ahmad Zainudin, Analisa Fiqh Para Mustahid Terj dari Bidiyatul
Mustahid Wa Nihayatul Mustahid (Al-Fiqh Abul Walid Muhammad) (Jakarta: Pustaka Amani,
2002).
12
berdasarkan wajib bendanya, yaitu yang wajib dizakati hanyalah tanaman
tertentu yang disebut dalam nash Al-Qur’an dan hadits bersifat benar.
nilai gunanya yaitu yang bukan tanaman yang disebut dalam nash itu saja
yang wajib dizakati, namun segala tanaman yang menjadi tanaman pokok
jatuh kewajiban zakat atas harta tersebut. Sesuai dengan Nash, Jumhur
Para ulama sepakat bahwa satu wasaq adalah enam puluh sha’,
sehingga jika dijumlahkan lima wasaq adalah 300 sha’. Sedangkan satu
sha’ sendiri pada masa Rasulullah Saw, sama dengan 4 mud yaitu takaran
tersebut sama dengan 2,176 kg. Dengan demikian nishab wajib zakat
13
Untuk Volume zakat pertanian dan perkebunan sendiri ditentukan
berikut:28
cara pengairannya.
berikut:29
14
Zakat
Jika menggunakan
653kg
pengairan yang berasal
tenaga.
tanaman sebagainya
yang dapat
menghasilkan profit.
15
pertanian/perkebunan yang wajib dizakati. Hal ini bisa dilihat dari tabel
dan Hanabilah untuk kewajiban zakat dari jenis tanaman makanan pokok.
zakat.
zakat, haul merupakan syarat wajib zakat pada hewan, emas dan perak,
perdagangan dan uang. Konsep haul akan memastikan sebuah aset zakat
panen. Maka dari itu zakat pertanian dikeluarkan setiap kali selesai
panen, tanpa menunggu berjalan setahun seperti zakat harta lainnya. Ini
ayat 141. Ibn ‘Abbas berpendapat bahwasanya lafal “ ”َيْو َم َحَص اِد ٖۖه, dalam
16
Maka dari itu Zakat dari hasil pertanian/perkebunan dibayarkan
ketika panen saja, meskipun masa panen itu terjadi beberapa kali dalam
setahun. Menurut mazhab Hanafi, harta jenis ini tidak wajib untuk
32
M. Ali Hasan, Zakat dan infak : Salah satu solusi mengatasi problema sosial di Indonesia
(Jakarta: Kencana, 2008).
17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Zakat pertanian merupakan suatu zakat yang dikeluarkan dari hasil
pertanian yang diusahakan oleh petani, dari hasil menggarap ladang ataupun
Landasan hukum zakat pertanian dan perkebunan berasal dari Q.S al-
Baqarah ayat 267, yang memerintahkan untuk berinfaq/zakat dari apa yang
dikeluarkan di bumi. Dan dari Q.S al-An’am ayat 141, yang memerintahkan
kita yang mengharuskan kita menyerahkan zakat, ketika tanaman-tanaman kita
telah berbuah. Adapun dari hadits riwayat Bukhari, memberitahukan kita
bahwa nabi menyuruh agar berzakat 10% bila pertanian kita mendapat air dari
hujan, dan 5% bila pertanian kita airnya dapat dari pembelian. Dan ada juga
hadits riwayat dari Hakim, yang memberitahukan kita bahwa nabi menyuruh
bila berzakat pertanian dari empat jenis tanaman: hinthah (gandum halus),
sya’ir (gandum kasar), kurma, dan zabib (kismis).
18
Untuk nishab dari zakat pertanian dan perkebunan adalah volume zakat
untuk hasil pertanian dan perkebunan berkisar antara 5% sampai 10% menurut
cara pengairannya yang dilakukan untuk tanaman. Sedangkan untuk haul zakat
pertanian dan perkebunan tidak berlaku. Karena produktifnya hasil pertanian
adalah ketika selesai berlangsungnya panen. Sehingga zakat pertanian
dikeluarkan setiap kali selesai panen, tanpa menunggu berjalan setahun seperti
zakat harta lainnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. Jakarta: Prenadamedia Group( Divisi
Kencana), 2018.
M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Tangerang: Lentera Hati, 2017.
Nasution, Lahmuddin. Fiqh 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Peraturan Pemerintah RI. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (Bab
1 Pasal 1 Ayat 1), Nomor 18 Perkebunan § (2004).
Petani Digital. “Perbedaan Pertanian dan Perkebunan,” t.t.
https://petanidigital.id/apa-perbedaan-pertanian-dan-perkebunan/#:~:text=
Pertanian%20sendiri%20lebih%20mengacu%20pada,atau%20metode%2C
%20dan%20eksperimen%20ilmiah.
Rahim, Abd., Muhammad Siri Dangnga, dan Abdullah B. “TINGKAT
KESADARAN PETANI TERHADAP PEMBAYARAN ZAKAT
PERTANIAN DI DESA LUNJEN KABUPATEN ENREKANG.” Ar-
Ribh: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 4 (2021).
Sabiq, Muhammad Sayyid. Fiqih Sunnah (Kitab Ibadah Sepanjang Masa).
Bandung: Fathan Media Prima, 1986.
Shiddiegy, Teungku Muhammad Hasbi Asn. Pedoman Zakat. Semarang: Pustaka
Rizky Putra, 2000.
Syauqi Ismail Syahhatih. Penerapan Zakat dalam Dunia Modern. Jakarta:
Pustaka Dian dan Antar Kota, 1987.
Tito, Irgan. “Petani Berkah, Belajar Cara Berzakat dengan Hasil Pertanian yang
Lebih Baik.” Kumparan.com, t.t. https://kumparan.com/irgan-tito/petani-
berkah-belajar-cara-berzakat-dengan-hasil-pertanian-yang-lebih-baik-
1zoZKsJTf77/full.
Tuasikal, Muhammad Abduh. “Panduan Zakat (8): Zakat Hasil Pertanian.”
Muslim.or.id, t.t. https://muslim.or.id/9442-panduan-zakat-8-zakat-hasil-
pertanian.html.
Wahbah az-Zuhaili. Tafsir al-Munir: aqidah, syariah, manhaj. Diterjemahkan
oleh Abdul Hayyie al-Kattani. Depok: Gema Insani, 2013.
21