Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI ZAKAT

Landasan Hukum Zakat dan Pengelolaan Zakat


(Hukum Islam dan Hukum Positif)
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Akuntansi Zakat
Dosen Pengampu: Devi Narulitasari, SE.Sy., M.Si.

Disusun Oleh
Kelompok 3
AKS 5 G
1. Dian Meliniawati (185221241)
2. Sugiyarti (185221242)
3. Vivi Andriani (185221251)
4. Devi Setiawati (185221290)
AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Akuntansi Zakat yang berjudul “Landasan Hukum Zakat
dan Pengelolaan Zakat (Hukum Islam dan Hukum Positif)”
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Surakarta, 13 September
2020

Penulis
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1. Latar Belakang ........................................................................................................4
2. Rumusan Masalah ...................................................................................................4
3. Tujuan .....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
1. Landasan Hukum Zakat...........................................................................................5
a. Ayat Al-Qur’an tentang Zakat..........................................................................5
b. Hadist tentang Zakat.........................................................................................7
c. Hukum positif tentang zakat.............................................................................7
2. Pengelolaan Zakat....................................................................................................9
a. Praktik Pengelolaan OPZ..................................................................................9
b. Perencanaan Program OPZ...............................................................................9
c. Tahap- Tahap Penyusunan Perencanaan..........................................................10
d. Pengorganisasian OPZ......................................................................................11
e. Struktur Organisasi...........................................................................................11
f. Strategi OPZ untuk Meningkatkan Kualitas Organisasi...................................11
g. Pelaksanaan dan Pengawasan Program OPZ....................................................12
h. Isu Standarisasi Pengelolaan OPZ....................................................................13
3. Organisasi Pengelolaan Zakat .................................................................................13
a. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)..........................................................13
b. Lembaga Amil Zakat (LAZ).............................................................................14

3
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................15
1. Kesimpulan..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Yusuf Qardawi zakat merupakan salah satu dalam rukun Islam yang bernilai
sosial ekonomi. Setiap umat muslim berkewajiban untuk menunaikan zakat. Zakat dalam
Islam bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, keadilan, serta penanggulangan
kemiskinan terhadap seluruh lapisan masyarakat. Sehingga dalam rangka untuk
memaksimalkan daya guna serta hasil usaha, zakat seharusnya dikelola dengan baik oleh
lembaga yang sesuai dengan syariat Islam, amanah dalam melaksanakan tugasnya,
kemanfaatan, adil, kepastian hukum, terintegrasi, serta akuntabilitas sehingga dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan terhadap pengelolaan zakat. Pengelolaan
zakat juga harus berlandaskan dengan hukum Islam berupa Al-Quran dan As-Sunnah maupun
hukum positif lainnya.
Bentuk organisasi pengelolaan zakat dari masa ke masa semakin mengalami kemajuan.
Organisasi pengelola zakat pada masa lampau umumnya hanya berbentuk kepanitiaan
temporer, dimana kepanitiaan ini dibentuk pada bulan puasa dan akan dibubarkan setelah
selesai pembagian zakat, yang bahkan sampai saat ini masih bisa ditemui keberadaannya.
Namun setelah makin berkembangnya organisasi pengelolaan zakat, dibeberapa daerah di
Indonesia, bahkan setiap daerah sudah terdapat Badan Amil Zakat. Dalam upaya mencapai
tujuan pengelolaan zakat, dibentuk pula Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang
berkedudukan di ibukota, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kota/kabupaten. Dengan adanya
badan pengelola zakat ini, nantinya diharapkan pengelolaan zakat semakin baik, merata, dan
dapat menyejahterakan seluruh umat manusia.
B. Rumusan Masalah

4
1. Bagaimana landasan hukum yang mengatur tentang zakat ?
2. Bagaimana pengelolaan zakat ?
3. Apa saja organisasi pengelolaan zakat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan hukum yang mengatur tentang zakat
2. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan zakat
3. Untuk mengetahui organisasi pengelolaan zakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Hukum Zakat


1. Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Zakat
a. QS. Al-Baqarah 2: 43 mengenai Perintah Membayar Zakat
“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.”
Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa sebagai umat Muslim kita senantiasa diwajibkan
untuk menunaikan zakat. Kewajiban berzakat sendiri dimaksudkan agar dapat membina
masyarakat muslim yang memiliki solidaritas sosial yan tinggi.
b. QS. At-Taubah 9: 60 mengenai Distribusi Zakat
“Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, miskin, amil zakat, mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) hamba sahaya, orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan bagi mereka yang sedang perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Dalam perekonomian zakat membantu kehidupan masyarakat sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi. Zakat merupakan suatu bentuk pemberian bantuan kepada orang
fakir, jadi dapat dilihat secara jelas dengan cara seperti ini, maka terdapat unsur
pemerataan kekayaan, sehingga kekayaan tidak hanya dimiliki oleh pihak tertentu,
sementara masih banyak kasus kemiskinan.
c. QS. Al-Baqarah 2: 83 mengenai Rangkaian Shalat dengan Zakat
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji Bani Israil: janganlah kamu menyembah
selain Allah, selalu berbuat baiklah kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim,
dan orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah

5
shalat dan tunaikanlah zakat. Lalu kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil
darimu, dan kamu selalu berpaling.”
Yang dimaksudkan dalam ayat ini hendaklah kita menolong sesama manusia yang merasa
kesulitan dan janganlah kita lalai akan kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu
mengeluarkan zakat untuk mensucikan diri dan memberi manfaat kepada sesama yang
membutuhkan.

d. QS. At-Taubah 9: 103 mengenai Zakat yang Mensucikan


“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat kamu membersihkan serta
mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu ketenteraman
jiwa bagi mereka dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini menganjurkan kita agar kita membersihkan harta dari dosa dan kekikiran dan
memberikannya kepada yang berhak menerimanya sehingga derajat kita dapat diangkat
nantinya di sisi Allah SWT, serta mendoakan mereka dengan kebaikan dan hidayah, karena
sesungguhnya doa itu dapat menenangkan jiwa dan memberi ketenteraman hati kita
semuanya.
e. QS. Al-Baqarah 2: 277 mengenai Zakat yang Memperoleh Ganjaran
“Sesungguhnya orang beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat. Mereka mendapatkan pahala di sisi Allah SWT. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) bersedih.”
Dari ayat ini dijelaskan bahwa pahala bagi mereka yang beramal shaleh, mengerjakan
shalat, dan berzakat. Oleh sebab itu, mereka yang berzakat tidaklah risau akan balasan
Allah SWT atas kebaikannya.
f. QS. Adz-Dzariyat 51: 19 mengenai Hak Orang-orang Miskin dari Zakat
“Dan dari harta mereka ada hak-hak orang miskin yang meminta dan orang miskin yang
tidak meminta.”
Ayat ini menjelaskan bahwa didalam harta kita terdapat hak-hak orang lain yang salah
satunya adalah orang miskin. Kita wajib memberikan apa yang menjadi hak orang miskin
tersebut. Dengan begitu akan terjadi perputaran uang yang berdampak bagi perkembangan
fungsi uang itu dalam kehidupan perekonomian masyarakat.
g. QS. Al-Baqarah 2: 267 mengenai Zakat Hasil Usaha

6
“Hai orang-orang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik dan sebagian dari apa yang Kami berikan di alam ini untukmu. Janganlah kamu
memilih yang buruk lalu menafkahkan kepadanya, padahal kamu tidak mau memakainya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Ketahuilah, Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji”
Pada ayat ini, kita diperintahkan untuk memberikan barang haruslah barang milkinya yang
baik dan disenanginya, bukan barang yang buruk dan dia sendiri tidak menyukainya. Hal
tersebut baik berupa makanan, buah-buahan, pakaian, binatang tenak, dan sebagainya
2. Hadist-Hadist Zakat
a. ”Saya diberi perintah untuk memerangi manusia hingga manusia bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan yang disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah yang mendirikan
shalat, serta mengeluarkan zakat. Apabila manusia melaksanakan semuanya, maka mereka
sudah memelihara darah beserta hartanya dariku, kecuali dengan hak Islam, maka
perhitungan mereka terserah kehendak Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
b. “Pada tanaman yang dialiri air irigasi serta air hujan, zakatnya sepuluh persen, dan pada
tanaman yang dialiri dengan kincir, zakatnya setengah usyur (lima persen).” (HR. Ahmad
dan Muslim)
c. “Barangsiapa yang tidak mempunyai selain 4 ekor unta, maka tidak wajib berzakat, kecuali
jika rela bersedekah. Jika telah sampai 5 ekor unta, maka wajib meneluarkan zakat dengan
seekor anak kambing.” (HR. Bukhari dan Anas).
d. “Nisab ternak kambing yang digembala jika ada 40 ekor hingga 120 ekor, zakatnya 1 anak
kambing. Jika lebih 120 sampai 200 ekor, zakatnya 2 ekor kambing. Jika lebih dari 200
sampai 300 ekor, zakatnya 3 ekor kambing. Jika telah lebih 300 ekor, maka tiap 100 ekor,
zakatnya adalah satu ekor kambing.” (HR. Bukhari dan Anas)
e. “Jika engkau menemukannya di suatu kampung yang berpenghuni, atau pada bekas jalan,
maka umumkan kepada khalayak. Jika kau temukan pada bekas perkampungan jahiliyah,
atau suatu perkampungan tak berpenghuni, maka baginya dan bagi rikaz (emas, perak, dan
lainya yang terpendam dalam tanah) zakatnya 1/5 atau 20%.” (HR. Ibnu Majah)
f. “Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari
kotoran yang disebabkan oleh omong kosong, ucapan-ucapan keji, serta untuk makanan
bagi orang miskin. Barangsiapa menunaikan zakat fitrah sebelum shalat idul fitri, maka

7
zakat fitrahnya diterima. Dan barang siapa yang menunaikan zakat fitrah setelah shalat idul
fitri, maka diterima sebagai sedekah.”(HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Daraqutni)
3. Landasan Hukum Positif tentang Zakat
Perlakuan Akuntansi (PSAK 109)
Dasar akuntansi zakat sudah termuat dalam PSAK No 109, dengan ruang lingkup ‘amil yang
menerima dan menyalurkan zakat serta infak/sedekah. PSAK wajib diterapkan oleh ‘amil
yang mendapat izin dari regulator ataupun ‘amil yang tidak mendapat izin dari PSAK ini.
PSAK No 109 merujuk kepada fatwa MUI, yakni:
a. Fatwa MUI No.8/2011 tentang Amil Zakat, menjelaskan kriteria dana syarat, tugas amil
dan pembebanan biaya operasional dalam kegiatan amil zakat yang bisa diambil dari
bagian amil atau fisabilillah dalam batasan yang wajar.
b. Fatwa MUI No.13/2011 tentang Hukum Zakat atas Harta Haram yang mana zakat harus
ditunaikan dari harta yang halal maupun darimana diperolehnya.
c. Fatwa MUI No.14/2011 tentang penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan. A
kelolaan adalah sarana prasarana yang diadakan dari harta zakat dan secara fisik
terdapat pada pengelolaan sebagai wakil mustahik, sementara manfaatnya ditujukan
bagi mustahik. Apabila digunakan oleh orang yang bukan mustahik, maka harus
membayar atas manfaat yang digunakan serta diakui sebagai dana kebajikan oleh amil.
d. Fatwa MUI No.15/2011 tentang penarikan, pemeliharaan dan penyaluran harta zakat.
Tugas amil zakat yaitu melakukan penghimpunan, pemeliharaan dan penyaluran segala
hal yang berkaitan dengan zakat. Jika penyaluran zakat oleh amil tidak secara langsung
kepada mustahik, maka tugas amil dianggap selesai pada saat mustahik menerima dana
zakat. Amil juga harus mengelola zakat sesuai prinsip-prinsip syariah serta tata
kelolanya juga harus baik. Penyaluran dana zakat muqayyadah, jika memerlukan
tambahan biaya, maka dapat dibebankan kepada muzakki.
Sidang komisi fatwa MUI pada 26 Januari 1982 memutuskan:
a. Penghasilan jasa dapat dikenakan zakat jika sudah mencapai nisab dan haulnya.
b. Orang yang berhak mendapatkan zakat terdapat delapan golongan yang telah disebutkan
dalam Al-Quran surat ke-9, yakni surat At-Taubah ayat 60. Jika salah satu golongan
tidak ada, maka dapat diberikan kepada golongan lainnya.

8
c. Jika sesuatu diperuntukkan bagi kepentingan dan kemaslahatan umat Islam, maka yang
tidak dapat dipungut melalui penyaluran zakat, dapat diminta atas nama infak atau
sedekah.
d. Infak dan sedekah yang diatur pemungutannya oleh ulil amri yang digunakan untuk
kepentingan tersebut wajib ditaati oleh umat Islam menurut kemampuannya.
Sidang komisi fatwa MUI pada tanggal 2 Februari 1982 memutuskan bahwa:
a. Zakat yang diberikan untuk fakir miskin bisa bersifat produktif.
b. Dana zakat dengan mengatas namakan sabilillah boleh dikelolla untuk kepentingan
umum.
B. Pengelolaan Zakat
1. Praktik Pengelolaan OPZ
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 yang mengatur
tentang pengelolaan zakat, Undang-Undang ini mempunyai tujuan yang sudah jelas yaitu
mengatur seluruh Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) di Indonesia agar menjalankan
pengelolaan zakat yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian juga pendayagunaan zakat agar dapat
berjalan dengan baik dan ideal. Berdasarkan kalimat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengelolaan zakat memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan pelayanan untuk masyarakat dalam menjalankan kewajiban berzakat sesuai
ajaran agama Islam.
b. Meningkatkan fungsi dan juga peran instrument agama sebagai upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan sosial.
c. Mengoptimalkan hasil dan daya guna zakat.
Sehingga untuk mencapai tujuan-tujuan diatas, pengelolaan zakat mesti dilaksanakan
secara modern dan secara professional menggunakan suatu pendekatan/konsep NPM seperti
pada pelaksanaannya harus meliputi aspek penting seperti, controlling, benchmarking, dan
management (Ulum & Sofiyani, 2016).
2. Perencanaan Program OPZ
Perencanaan adalah suatu kegiatan dari proses pengelolaan. Beberapa orang dari dunia
akademisi menjelaskan definisi perencanaan sebagai suatu proses untuk menentukan apa yang

9
“ingin”dilakukan dimasa yang akan datang serta menetapkan tahap-tahap yang dibutuhkan
untuk dapat mencapainya (Alder,1999). Beberapa manfaat perencanaan bagi OPZ yaitu:
a. Perencanaan menyediakan tolok ukur yang jelas sehingga berguna untuk memudahkan
OPZ sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien.
b. Sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan agar dapat dilakukan koreksi
terhdap penyimpangan yang timbul sejak dini.
c. Untuk menghindari adanya kegiatan pertumbuhan dan perubahan yang tidak terkendali
yang tidak memberikan nilai tambah bagi pencapaian tujuan OPZ.
Dalam proses perencanaan, terdapat beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu:
a. Menetapkan tujuan dan target organisasi.
Penentuan tujuan serta target ini sebagai langkah awal sebelum dibuat rencana program
dan kegiatan. Tujuan serta target harus sejalan dengan visi misi OPZ.
b. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan serta target tersebut.
OPZ harus merumuskan strategi paling efektif dan efisien. Strategi sebaiknya dirumuskan
sejak awal karena dalam perjalanan organisasi banyak menemui hambatan yang datang
dari lingkungan internal maupun eksternal.
c. Menentukan sumber daya yang diperlukan.
Dengan adanya sumber daya dalam perencanaan akan membantu organisasi mencapai taraf
efisiensi yang baik.
d. Menetapkan standar atau indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan target bisnis.
Indicator ini penting untuk membuat kesimpulan pada tahap evaluasi mengenai kegiatan
tersebut apakah terlaksana sukses (efisien, efektif, berdayaguna) atau tidak.
3. Tahap –Tahap Penyusunan Perencanaan
a. Merumuskan visi, misi, dan tujuan.
Tahapan ini merupakan sebuah upaya sistematis yang bersifat formal untuk dapat
menggariskan berbagai sasaran, kebijakan, dan strategi untuk dapat mencapai tujuan dari
OPZ.
b. Memahami kondisi terkini
Perencanaan juga menyangkut jangkauan masa depan dari keputusan yang dibuat sekarang.
Selain itu juga untuk mengidentifikasi secara sistematis adanya peluang maupun ancaman
di masa yang akan datang.

10
c. Mempertimbangkan faktor pendukung serta penghambat tercapainya tujuan.
Segala kemudahan dan kemungkinan adanya hambatan perlu diidentifikasi sedini
mungkin, agar dapat menyiapkan strategi untuk menghadapinya.
d. Menyusun rencana kegiatan untuk mencapai tujuan.
Tujuan dapat tercapai dengan beberapa strategi yang sudah disiapkan.

4. Pengorganisasian OPZ
Pengorganisasian merupakan fungsi kedua dari pengelolaan/manajemen. Pada proses ini
OPZ melakukan proses penyusunan struktur organisasi yang berdasarkan pada analisis tujuan,
aktivitas yang dilakukan, serta lingkungan OPZ. Selain itu, pengorganisasian juga mencakup
penetapan tugas dan wewenang serta alur otoritas dari struktur organisasi OPZ.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan rangkaian unit kerja dalam organisasi yang disusun sesuai
pembagian kerja beserta deskripsi dari fungsi kegiatan yang berbeda dalam organisasi, tetapi
tetap terintegrasi antara satu unit dengan unit lainnya, serta memiliki jalur koordinasi. Selain
itu, struktur organisasi mengindikasıkan adanya spesialisasi pekerjaan, perintah dan
penyampaian laporan. Secara sederhana, struktur organisasi sering didefinisikan sebagai
mekanisme formal organisasi yang disusun secara terstruktur, terdiri atas unsur spesialisasi
kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi, atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan
dan ukuran satuan kerja.
6. Strategi OPZ Meningkatkan Kualitas Organisasi
Untuk meningkatkan kualitas lembaga pengelola zakat dalam mencapai kinerjanya yang
lebih baik lagi, terdapat strategi yang dapat dijalankan, di antaranya:
a. Pemanfaatan teknologi informasi
Di era digital sekarang ini, proses koordinasi menjadilebih cepat dilaksanakan karena
didukung teknologi informasi yang semakin canggih. Sebagai contoh, untuk melakukan
penggalangan dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS), Rumah Zakat membuat sistem
penggalangan dana (crowdfunding) berbasis (online) yang dapat diakses dimanapun dan
kapanpun. Untuk membangun sistem ini, OPZ membutuhkan tim ahli bidang IT, sistem
informasi akuntansi, hardware, serta software yang mumpuni. Pembangunan sistem

11
aplikasi daring ini memang membutuhkan dana besar, namun dapat mempercepat proses
penggalangan dana.
b. Struktur organisasi yang sesuai dengan kondisi yang ada di OPZ
Struktur organisasi yang terlalu luas memicu in-efisiensi dan koordinasi yang rumit.
Sementara, struktur yang terlalu sempit akan memicu kelebihan beban kerja bagi para
karyawan dan berujung pada pencapaian tujuan organisasi yang tidak optimal.
c. Pengambilan keputusan yang cepat dan berorientasi pada visi, misi, dan tujuan organisasi.
Organisasi harus berpegang teguh pada komitmen visi, misi dan tujuan jangka panjang
organisasi, maka setiap pengambilan keputusan harus dilandasi nilai-nilai yang menjadi
rencana dan strategi dari organisasi tersebut.
7. Pelaksanaan dan Pengawasan Program OPZ
Pengawasan adalah proses penetapan ukuran/indikator kinerja OPZ dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil kerja agar sesuai dengan yang diharapkan
atau ukuran/indikator kinerja yang telah ditetapkan. Sebagai upaya mencapai target kinerja
penting OPZ, maka dibentuk dewan/board yang bertugas memeriksa, mengawasi, serta
melakukan perbaikan lewat evaluasi yang dilakukan dari pelakaanaan sistem lembaga
keseluruhan. Dewan ini dapat berbentuk auditor internal OPZ yang bisa menjadi bagian dari
pengawas keuangan. Auditor internal memilikitugas supervisi pelaporan keuangan dan
kinerja, manajemen risiko dan upaya pencapaian kinerja optimal. Mengacu pada auditor
internal di Rumah Zakat, berikut tugas pokok dan fungsi dari auditor internal yang mereka
miliki:
a. Peningkatan Good Corporate Governance
Auditor internal melakukan pemeriksaan serta pemantauan guna mendorong dan
meningkatkan :
 Integritas serta keandalan data, baik dalam aspek keuangan maupun aspek non-
keuangan.
 Keefektivitasan sistem pengendalian internal, ketaatan terhadap aturan maupun
kebijakan suatu lembaga
 Keefektivitasan kebijakan serta dalam pengelolaan risiko yang dilakukan oleh Direksi
b. Early Warning System

12
Penyampaian potensi (negatif) yang mungkin terjadi pada lembaga akibat kebijakan yang
telah dan akan dijalankan.
c. Law Enforcement
Penegakan regulasi organisasi dan menjalankan pemicu untuk tidak mengulangi lagi suatu
pelanggaran atau kesalahan yang sama.
d. Audit Non-keuangan
Jika telah terdapat laporan yang disusun dan disampaikan dengan baik dan benar, tim audit
pastinya bisa melihat di bagian-bagian mana saja yang menjadi prioritas. Semua dilakukan
agar mendapat tinjauan ulang sehingga pengelolaannya jauh lebih efisien.

8. Isu Standardisasi Pengelolaan OPZ


Sampai pada tahun 2011, Indonesia belum mengembangkan konsep standarisasi mutu
kinera OPZ. Sebagian konsep yang digunakan masih bersifat parsial. Contohnya, beberapa
OPZ sudah bersertifikasi ISO pada aspek manajemen mutunya, namun standarisasi ini hanya
dijalankan oleh sebagian kecil OPZ di Indonesia. Manajemen organisasi OPZ belum memiliki
pedoman spesifik sebagai acuan standarisasinya. Forum Zakat (FOZ) menyusun buku
pedoman standarisasi mutu yang berjudul Zakah Criteria for Performance Exellent (Kriteria
Zakat Untuk Kinerja Unggul). Pada buku tersebut membahas perbaikan kinerja, kemampuan
dan hasil kerja organisasi. Namun, pedoman tersebut masih perlu disesuaikan dengan adanya
keberagaman organisasi pengelola zakat yang ada di Indonesia, seperti Baznas yang berada di
bawah naungan Kementerian Agama, LazizMu dan LazizNu yang didirikan secara ortonom
dalam naungan organisasi masyarakat Islam.
C. Organisasi Pengelolaan Zakat
Organisasi Pengelolaan Zakat dari masa ke masa terus mengalami perkembangan pesat.
Tidak hanya dari jumlahnya yang makin banyak, namun juga kualitas kelembagaannya yang
makin baik. Organisasi Pengelolaan Zakat di Indonesia OPZ berbasis pemerintah yaitu Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan OPZ berbasis masyarakat berupa Lembaga Amil Zakat
(LAZ).
1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Adanya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) ini secara hukum sesuai dengan adanya
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014. Alasan dibentuknya Badan

13
Amil Zakat Nasional dalam rangka pengelolaan zakat agar lebih berdaya guna dan juga dapat
dipertanggungjawabkan. BAZNAS sendiri merupakan organisasi yang dibentuk oleh
pemerintah. BAZNAS memiliki beberapa kedudukan di Indonesia antara lain:
a. Badan Amil Zakat Nasional
Badan Amil Zakat Nasional merupakan lembaga yang berkedudukan di tingkat pusat atau
ibu kota negara. Lembaga ini adalah lembaga pemerintah nonstructural yang bertanggung
jawab terhadap presiden. BAZNAS memiliki wewenang untuk mengelola zakat secara
nasional. BAZNAS terdiri dari 11 orang anggota yang terdiri dari 8 anggota dari unsur
masyarakat dan 3 orang dari unsur pemerintah.

b. Badan Amil Zakat Provinsi


Dalam rangka pengelolaan zakat ditingkat provinsi, maka di bentuklah Badan Amil Zakat
Provinsi. BAZNAS Provinsi dibentuk oleh menteri atas usulan dari gubernur setelah
mendapat pertimbangan BAZNAS. BAZNAS Provinsi melaksanakan tugasnya di setiap
provinsi masing-masing.
c. Badan Amil Zakat Kabupaten/Kota
Dalam rangka pengelolaan zakat ditingkat kabupaten/kota, maka di bentuklah Badan Amil
Zakat Kabupaten/Kota. BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh menteri atau pejabat yang
ditunjuk atas usulan bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS. BAZNAS
kabupaten/kota melaksanakan tugasnya di setiap kabupaten/kota masing-masing.
2. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Lembaga Amil Zakat disini dibagi menjadi empat antara lain:
a. LAZ berbasis masjid
Pendirian LAZ dikarenakan adanya perkembangan pesat dengan pengelolaan serta adanya
kepercayaan masyarakat, khususnya dalam rangka mengelola keuangan masjid.
Selanjutnya dana ini harus dikelola secara professional yang diperuntukkan sebagai bentuk
tanggung jawab pengelola dan untuk meningkatkan peran masjid terhadap masyarakat.
Contoh organisasi ini adalah LAZ Al-Azhar Peduli.
b. LAZ berbasis Organisasi Massa (Ormas)

14
Pendirian LAZ Ormas ini sebagai media untuk meningkatkan peran organisasi massa bagi
masyarakat, baik masyarakat anggota organisasi massa maupun masyarakat luas.
Contohnya LAZISNU, LAZISMu.
c. LAZ berbasis Perusahaan
Pendirian LAZ ini sebagai bagian dari program pertanggung jawaban sosial perusahaan.
Selanjutnya untuk mengelola dana ini diperlukan lembaga yang professional agar lebih
sistematis, terarah, dan meningkatkan peran perusahaan terhadap masyarakat khususnya
dalam bidang sosial kemasyarakatan. Contohnya LAZ Baitul Maal Muttaqin (PT. Telkom).
d. LAZ berbasis Organisasi Pengumpul Zakat (OPZ)
Pendirian LAZ ini adalah sebagai bentuk partisipasi dari masyarakat yang berkaitan
dengan pengelolaan zakat yang lebih professional. Contohnya LAZ Rumah Zakat
Indonesia, LAZ Dompet Dhuafa.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Zakat merupakan perintah wajib ditunaikan bagi setiap muslim. Perintah menunaikan
zakat sudah banyak disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Bahkan dalam hukum positif
juga sudah ada auran sendiri yang mengatur tentang zakat. Zakat dalam Islam bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan, keadilan, serta penanggulangan kemiskinan terhadap seluruh
lapisan masyarakat. Sehingga dalam rangka untuk memaksimalkan daya guna serta hasil
usaha, zakat seharusnya dikelola dengan baik oleh lembaga yang sesuai dengan syariat Islam,
amanah dalam melaksanakan tugasnya, kemanfaatan, adil, kepastian hukum, terintegrasi, serta
akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan terhadap
pengelolaan zakat. Lembaga zakat semakin banyak berkembang dari masa ke masa yang
terdiri dari lembaga zakat tingkat pusat hingga ketingkat yang lebih kecil, yaitu tingkat
kota/kabupaten.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri, dkk. 2019. Akuntansi Zakat dan Manajemen. Jakarta: Salemba Empat

Fadillah, Sri, Rini Lesatari, dan Yuni Rosdiana. 2017. Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ):
Deskripsi Pengelolaan Zakat dari Aspek Lembaga Zakat. Kajian Akuntansi. Vol: 18 (02),
Hal 152-155

16

Anda mungkin juga menyukai