Anda di halaman 1dari 2

Tubagus Latif Anhari

8b

Rangkuman BAB 7
Zakat fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik lelaki dan
perempuan muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan pada Idul Fitri. Sebagaimana hadist
Ibnu Umar ra, "Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum
atas umat muslim; baik hamba sahaya maupun merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil
maupun besar. Beliau saw memerintahkannya dilaksanakan sebelum orang-orang keluar untuk
shalat.” (HR Bukhari Muslim). Selain untuk mensucikan diri setelah menunaikan ibadah di bulan
Ramadhan, zakat fitrah juga dapat dimaknai sebagai bentuk kepedulian terhadap orang yang
kurang mampu, membagi rasa kebahagiaan dan kemenangan di hari raya yang dapat dirasakan
semuanya termasuk masyarakat miskin yang serba kekurangan.

Zakat fitrah wajib ditunaikan bagi setiap jiwa, dengan syarat beragama Islam, hidup pada
saat bulan Ramadhan, dan memiliki kelebihan rezeki atau kebutuhan pokok untuk malam dan
Hari Raya Idul Fitri. Besarannya adalah beras atau makanan pokok seberat 2,5 kg atau 3,5 liter
per jiwa. Para ulama, diantaranya Shaikh Yusuf Qardawi telah membolehkan zakat fitrah
ditunaikan dalam bentuk uang yang setara dengan 1 sha’ gandum, kurma atau beras. Nominal
zakat fitrah yang ditunaikan dalam bentuk uang, menyesuaikan dengan harga beras yang
dikonsumsi.

Berdasarkan SK Ketua BAZNAS No. 27 Tahun 2020 tentang Nilai Zakat Fitrah dan
Fidyah untuk wilayah Jabodetabek, ditetapkan bahwa nilai zakat fitrah setara dengan uang
sebesar Rp40.000,-/jiwa.

BAZNAS akan menyalurkan zakat fitrah dalam bentuk beras kepada mustahik, termasuk
keluarga rentan yang mengalami kesulitan akibat dampak pandemi Covid-19.

Zakat Fitrah ditunaikan sejak awal Ramadhan dan paling lambat dilakukan sebelum
pelaksanaan Shalat Idul Fitri. Sementara itu, penyalurannya kepada mustahik (penerima zakat)
paling lambat dilakukan sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri.

Maal berasal dari kata bahasa Arab artinya harta atau kekayaan (al-amwal, jamak dari
kata maal) adalah “segala hal yang diinginkan manusia untuk disimpan dan dimiliki” (Lisan ul-
Arab). Menurut Islam sendiri, harta merupakan sesuatu yang boleh atau dapat dimiliki dan
digunakan (dimanfaatkan) sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu dalam pengertiannya, zakat
maal berarti zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara zat maupun substansi
perolehannya tidak bertentangan dengan ketentuan agama.

Sebagai contoh, zakat maal terdiri atas simpanan kekayaan seperti uang, emas, surat
berharga, penghasilan profesi, aset perdagangan, hasil barang tambang atau hasil laut, hasil sewa
aset dan lain sebagainya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi
dalam kitabnya Fiqh uz-Zakah, zakat maal meliputi:

 Zakat simpanan emas, perak, dan barang berharga lainnya


 Zakat atas aset perdagangan
Tubagus Latif Anhari
8b

 Zakat atas hewan ternak


 Zakat atas hasil pertanian
 Zakat atas hasil olahan tanaman dan hewan
 Zakat atas hasil tambang dan tangkapan laut
 Zakat atas hasil penyewaan asset
 Zakat atas hasil jasa profesi
 Zakat atas hasil saham dan obligasi.

Begitupun dengan yang dijelaskan di dalam UU No. 23 Tahun 2011, zakat maal meliputi:

 emas, perak, dan logam mulia lainnya


 uang dan surat berharga lainnya
 perniagaan
 pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
 peternakan dan perikanan
 pertambangan
 perindustrian
 pendapatan dan jasa; dan irikaz.

Adapun syarat harta yang terkena kewajiban zakat maal yaitu sebagai berikut:

 Kepemilikan penuh
 Harta halal dan diperoleh secara halal
 Harta yang dapat berkembang atau diproduktifkan (dimanfaatkan)
 Mencukupi nishab
 Bebas dari hutang
 Mencapai haul
 Atau dapat ditunaikan saat panen

Anda mungkin juga menyukai