Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Zakat dan Hukumnya

Zakat berarti suci dan tumbuh dengan subur. Hal itu sesuai dengan manfaat zakat baik
bagi muzaki  (yang berzakat) maupun bagi mustahik(penerima zakat). Bagi muzaki,  zakat berarti
membersihkan hartanya dari hak-hak mustahik, khususnya para fakir miskin. Selain itu, zakat juga
membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, seperti kikir, tamak, serta sombong. Sedangkan
bagi mustahik,zakat dapat membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela seperti iri hati dan dengki
terhadap para muzaki.

Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Taubah, 9: 103

  

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka.”

Manfaat zakat yang lain adalah menyebabkan harta para muzakibertambah banyak. Hal ini
diakibatkan oleh doa para muatahik, khususnya kaum fakir miskin, sehingga harta mereka
mendatangkan berkah. Rasullah SAW bersabda :

Artinya : “ Bentengilah dan suburkanlah hartamu itu dengan zakat”.( H.R. Al-Khatib dari Ibnu
Mas’ud)

Menurut istilah syara’,  zakat ialah mengeluarkan sebagian harta benda sebagai sedekah
wajib, sesuai perintah Allah SWT kepada orang-orang yang telah memenuhi syarat-syaratnya dan
sesuai pula dengan ketentuan hukum Islam. Zakat termasuk rukun Islam yang ketiga. Hukum
berzakat adalah fardu’ainbagi setiap Muslim atau Muslimah yang telah mencukupi syarat-syaratnya.

Di dalam Al-Quran cukup banyak ayat yang menjelaskan tentang kewajiban zakat, yang
umumnya disebutkan beriringan dengan kewajiban salat. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah salat
dan ibadah zakat mempunyai persamaan dalam keutamaannya. Salat merupakan
ibadah badaniyah yang paling utama, sedangkan zakat merupakan ibadah muliyah yang paling
utama. Orang yang mengaku beragama Islam, apabila mengingkari kewajiban zakat dapat dianggap
murtad (keluar dari Islam).

1. Macam-macam Zakat dan Ketentuannya

a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah sedekah wajib yang dibayarkan menjelang Idul Fitri dengan beberapa
ketentuan dan persyaratan.

Syarat-syarat wajib zakat fitrah adalah sebagai berikut:

  Orang yang mengeluarkan zakat harus beragama Islam.


  Pada waktu terbenam matahari hari terahir bulan Ramadan orang tersebut telah lahir atau masih
hidup. Orang yang lahir setelah terbenam matahari atau meninggal dunia sebelum terbenam
matahari di hari terahir bulan Ramadan tidak wajib membayar zakat fitrah.

  Oang tersebut mempunyai kelebihan harta untuk keperluan makan pada malam hari raya dan siang
harinya, baik untuk diri sendiri dan keluarganya maupun untuk hewan peliharaannya.

Zakat fitrah hendaknya dibayarkan sebelum salat Idul Fitri. Bila dibayarkan setelah terbenam
matahari pada hari raya Idul Fitri, hukumnya seperti sedekah sunah (tidak diterima sebagai zakat
fitrrah).

Sesuatu hal yang harus dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah makanan pokok, seperti beras,
jagung, dan gandum. Sedangkan besarnya zakat fitrah untuk setiap pribadi adalah 3,1 liter beras
atau makanan pokok lain. Zakat fitrah juga boleh dibayar dengan uang, asalkan senilai dengan harga
beras 3,1 liter untuk setiap jiwanya.

 b. Zakat Mal

 Harta (mal) yang waib dikeluarkan zakatnya adalah:

   Emas, perak, dan mata uang

  Harta perniagaan.

  Hewan ternak.

  Buah-buahan dan biji-bijian yang dapat dijadikan makanan pokok.

  Barang tambang dan harta rizak(harta terpendam).

Mengenai syarat wajib zakat emas, perak, mata uang, dan harta perniagaan adalah sebagai berikut:

  Pemiliknya orang Islam yang merdeka (bukan hamba sahaya).

  Merupakan milik pribadi dan menadi hak penuh pemiliknya.

  Sampai nisabnya (jumlah minimum yang dikenakan zakat).

  Harta tersebut telah dimiliki genap satu tahun.

2. Harta Nizab Jenis dan Besar Zakatnya.

Emas besar nisabnya 20 Dinar (kurang lebih 93,6 gram), besar zakatnya 2,5%-nya, zakatnya
dikeluarkan setelah syarat-syarat lainnya terpenuhi.  Perak besar nisabnya 200 Dirham (kurang lebih
672 gram), besar zakatnya 2,5%-nya, zakatnya dikeluarkan setelah syarat-syarat lainnya terpenuhi.

Uang kontan besar nisabnya senilai dengan emas, besar zakatnya 2,5%-nya, zakatnya
dikeluarkan setelah syarat-syarat lainnya terpenuhi. Harta perniagaan besar nisabnya senilai dengan
emas, besar zakatnya 2,5%-nya, z            akatnya dikeluarkan setelah syarat-syarat lainnya terpenuhi.
3. Jenis-jenis Hewan yang dapat dizakati dan Besar Nisabnya

Hewan ternak yang wajib dizakati adalah unta, sapi, kerbau, dan kambing. Syarat-syarat
wajib zakat hewan ternak serupa syarat-syarat wajib emas dan perak hanya ditambahkan dengan
syarat hewan itu harus hewan peliharaan. Adapun nisab dan besar zakatnya adalah sebagai berikut:

  Sapi (kerbau)

Nisabnya 30 s/d 39 sapi (kerbau) zakatnya 1 ekor anak sapi yang berumur 1 tahun.

Nisabnya 40 s/d 59 sapi (kerbau) zakatnya 1 ekor kebau (sapi) yang berumu 2 tahun.

  Kambing (domba)

Nisabnya 40 s/d 120 ekor kambing zakatnya 1 ekor.

Nisabnya 121 s/d 200 ekor kambing zakatnya 2 ekor.

4. Penghasilan yang wajib dizakati

Hasil pertanian yang wajib dizakati ialah makanan pokok, seperti beras, jagung, dan
gandum., sedangkan hasil perkebunan adalah kurma dan anggur. Syarat-syarat wajib zakat hasil
pertanian dan perkebunan sama dengan syarat wajib zakat emas dan perak. Hanya waktu
mengeluarkannya bukan setelah genap satu tahun melainkan setiap selesai panen. Mengenai nisab
zakat hasil pertanian dan perkebunan adalah sama yaitu kurang lebih 930 liter. Besar zakat hasil
pertanian kalau ditanam dengan biaya yang cukup banyak adalah 5%-nya. Sedangkan kalau ditanam
tanpa biaya, zakatnya adalah 10%-nya.

Hasil tambang seperti emas, perak, dan hasil tambang lain, syarat-syarat wajib dikeluarkan
zakatnya sama dengan zakat uang kontan atau harta perniagaan. Perbedaannya, bahwa hasil
tambang ini zakatnya dikeluarkan setelah barang tambang itu dihasilkan.

Harta terpendam (harta karun) yaitu harta yang didapat dari simpanan/ terpendam pada
masa lampau. Seseorang yang menemukan harta rikaz seperti perhiasan emas atau perak,
hendaknya ia mengeluarkan zakatnya sebesar 20% dari harta rikaz tersebut tanpa melihat nisab
ataupun menunggu genap satu tahun[1].

B. Ketentuan Hukum Islam tentang Haji

1.Pengertian Haji dan Umrah


Pengertian haji secara etimologis berarti tujuan, maksud, dan menyengaja.
Pengertian haji menurut istilah ulama fikih adalah menyengaja mendatangi Ka’bah (Baitullah)  untuk
menunaikan amalan-amalan tertentu (seperti berkunjung ke Arafah untuk wukufdimulai setelah
tergelincir matahari tanggal 9 Zulhijah sampai dengan terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah).

Sedangkan umrah secara etimologis adalah ziarah. Sementara pengertian umrah menurut


istilah ulama fikih adalah sengaja mendatangi Ka’bah untuk melaksanakan amalan tertentu, yang
terdiri dari tawaf, sa’I  dan bercukur. Ibadah haji adalah salah satu dari rukunislam. Dalam sebuah
hadist telah dijelaskan bahwa islam itu dibina atas lima perkara : pengakuan (syahadat) bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad hamba-Nya serta rasul-Nya, mendirikan salat, membayar
zakat, haji, dan berpuasa.

2. Dasar Hukum Haji dan Umrah

Dasar hukum ibadah haji dan umrah terdapat di dalam Al-Qur’an:

Surah Ali ‘Imran,2: 97

Artinya: “ Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya(tidak membutuhkan sesuatu) daru semesta alam”.

Hadist yang dijadikan dasar hukum ibadah haji cukup banyak. Selain hadis tentang rukun
Islam yang telah disebutkan sebelumnya, juga bisa didapatkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah sebagaimana berikut: “ Rasulullah SAW berkhotbah kepada kami. Beliau
bersabda,’Wahai manusia, Allah telah memfardukan haji bagi kamu, maka laksanakanlah.’
Kemudian seseorang bertanya, ‘Apakah haji itu dikerjakan setiap tahun, wahai Rasullah?’ Rasullah
SAW kemudian diam, sampai-sampai lelaki itu mengulangi pertanyaannya tiga kali. Kemudian
Rasulullah SAW bersabda,’ Kalau saya katakan benar, pasti akan wajib tiap tahun, tetapi kalian
tidah akan mampu.’”  (H.R.Ahmad Bin Hanbal, Muslim, dan An-Nasai).

Berdasarkan Al-Quran dan Hadis tersebut, ulama fikih sepakat bahwa hukum menunaikan
ibadah haji adalahfardu’ain bagi setiap Muslim atauMuslimah yang telah memenuhi syarat wajibnya.
Adapun syarat-syarat wajib haji itu adalah sebagai berikut:

a.Beragama Islam.

b.Berakal sehat.

c.Balig.

d.Merdeka, bukan hamba sahaya.

e.Kuasa atau mampu mengerjakan (istitaah). [2]


           

3. Rukun haji dan Umrah

              a. Rukun haji

  Berniat mulai mengerjakanhaji atau umrah.

  Hadir di padang Arafah pada waktu yang di tentukan, yaitu mulai dari Tergelincirnya matahari tanggal
9 bulan Haji sampai terbit fajar tanggal 10 bulanHaji.

  Tawaf (berkeliling ka’bah)

Syarat tawaf

         Menutup aurat.

          Suci dari hadas dan najis.

          ka’bah hendaklah di sebelah kiri orang yang tawaf

         Permulaan tawaf hendaknya di hajar aswad.

         Tawaf itu hendaknya tujuh kali.

         Tawaf itu hendaknya di lakukan di dalam masjid karena rasululloh Saw.

         Melakukan tawaf di dalam masjid.

  Sa’i (berlari-lari kecil di antara bukit Safa dan Marwah)

 Syarat-syarat sa’i

         Hendaklahdi mulai dari bukit safa dan di sudahi di bukit marwah.

         Hendaklah sa’i tujuh kali karena Rasululloh Saw. Telah sa’i tujuh kali.

         Waktu sa’i itu hendaklah sesudah tawaf.

         Mencukur atau mengguting rambut.

         Menrbitkan rukun-rukun itu (mendahulukan yang dahulu di antara rukun-rukun itu)[3].

         b.Rukun umrah

  Ihram serta berniat.

  Tawaf (berkeliling ka’bah).

  Sa’i diantara Bukit Safa dan Marwah.

  Bercukur atau bergunting, sekurang-kurangnya memotong tiga helai rambut.

  Menerbitkan keempat rujun tersebut.


4. Wajib haji dan Umrah

            a. Wajib haji

  Ihram dari miqat (tempat yang ditentukan dan masa tertentu),  ketentuan masa( miqat zamani) ialah
dari awal bulan Syawal sampai terbit fajar. Hari Raya Haji (tanggal 10 bulan haji). Jadi, ihram haji
wajib dilakukan masa dua bulan 9 ½ hari.

  Berhenti di Muzdalifah sesudah tengah malam, di malam Hari Raya Haji sesuda h hadir di
padang Arafah.

  Melotar Jumratul ‘Aqabah pada Hari Raya Haji.

  Melontar tiga jumrah.

Syarat melontar

         melontar dengan tujuh batu, di lontarkan satu persatu.

          Menerbitkan tiga Jumrah, di mulai dari jumrah yang pertama (dekat Masjid khifa) kemudian yang di
tengah, dan sesudah itu yang akhir (jumrah ‘Aqabah).

         Alat untuk melontar adalah batu (batu kerikil), tidak sah melontar dengan selain batu.

         Bermalam di Mina.

         Tawaf wada’ (tawaf sewaktu akan meninggalkan mekah)

         Menjauhkan diri dari segala larangan atau yang di haramkan[4].

            b. Wajib umrah

  Ihram dari miqat-nya.

  Menjauhkan diri dari segala muharramat atau larangan umrah, yang banyaknyasama dengan larangan
haji.

Pengertian Wakaf
 Wakaf adalah Sedekah Jariyah, yakni menyedekahkan harta kita untuk
kepentingan ummat. Harta Wakaf tidak boleh berkurang nilainya, tidak
boleh dijual dan tidak boleh diwariskan. Karena wakaf pada hakikatnya
adalah menyerahkan kepemilikan harta manusia menjadi milik Allah
atas nama ummat.
Dasar Hukum Wakaf
 Berdasarkan Al-Qur’an & Sunnah
 Di antara hadis yang menjadi dasar dan dalil wakaf adalah hadis
yang menceritakan tentang kisah Umar bin al-Khaththab
ketika memperoleh tanah di Khaibar. Setelah ia meminta
petunjuk Nabi tentang tanah tersebut, Nabi menganjurkan untuk
menahan asal tanah dan menyedekahkan hasilnya.
 Hadis tentang hal ini secara lengkap adalah; “Umar memperoleh
tanah di Khaibar, lalu dia bertanya kepada Nabi dengan berkata;
Wahai Rasulullah, saya telah memperoleh tanah di Khaibar yang
nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh yang lebih tinggi
nilainya dari padanya. Apa yang baginda perintahkan kepada saya
untuk melakukannya? Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan
sumbernya dan sedekahkan manfaat atau faedahnya.” Lalu Umar
menyedekahkannya, ia tidak boleh dijual, diberikan, atau dijadikan
wariskan. Umar menyedekahkan kepada fakir miskin, untuk
keluarga, untuk memerdekakan budak, untuk orang yang berperang
di jalan Allah, orang musafir dan para tamu. Bagaimanapun ia boleh
digunakan dengan cara yang sesuai oleh pihak yang mengurusnya,
seperti memakan atau memberi makan kawan tanpa
menjadikannya sebagai sumber pendapatan.”
 Hadis lain yang menjelaskan wakaf adalah hadis yang
diceritakan oleh imam Muslim dari Abu Hurairah. Nas hadis
tersebut adalah; “Apabila seorang manusia itu meninggal dunia,
maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari tiga sumber,
yaitu sedekah jariah (wakaf), ilmu pengetahuan yang bisa diambil
manfaatnya, dan anak soleh yang mendoakannya.”
 Berdasarkan Hukum Positif
 Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-undang nomor 41 tahun 2004.

Syarat-syarat Wakaf
 Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif): Syarat-syarat al-waqif
ada empat, pertama orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara
penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu
kepada sesiapa yang ia kehendaki. Kedua dia mestilah orang yang
berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang
sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh. Dan keempat dia mestilah
orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya
orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak
sah mewakafkan hartanya.
 Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf): Harta yang
diwakafkan itu tidak sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia
memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh ah; pertama
barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang berharga Kedua,
harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila
harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik
pada ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti
dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah
berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau
disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).
 Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih):
Dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua
macam, pertama tertentu (mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira
mu’ayyan). Yang dimasudkan dengan tertentu ialah, jelas orang yang
menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan
yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang
tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara
terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin,
tempat ibadah, dll. Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf
tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh
untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik), Maka orang muslim, merdeka
dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf.
Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah
menerima wakaf. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira
mu’ayyan; pertama ialah bahwa yang akan menerima wakaf itu
mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya
dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya ditujukan
untuk kepentingan Islam saja.
 Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada
beberapa syarat: Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata
yang menunjukKan kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan
dengan batas waktu tertentu. Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan
segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat
tertentu. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat, ucapan itu tidak
diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua persyaratan
diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi
penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik
pemilikan harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan
harta tersebut adalah orang yang menerima wakaf secara umum ia
dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira tamma

Keistimewaan Wakaf
 Wakaf merupakan salah satu amalan ibadah yang termasuk istimewa,
hal ini karena pahala waqaf akan terus mengalir walaupun kita telah
meninggal dunia. Berbeda dengan amalan-amalan seperti shalat,
zakat, puasa, Haji dll yang pahalanya akan terputus ketika kita
meninggal dunia. Keterangan ini berdasarkan hadist Rasulullah SAW.
“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amal
perbuatannya, kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak shaleh yang selalu mendoakannya. [HR. muslim, Imam Abu
Dawud, dan Nasa’iy] Menurut jumhur ulama; sedekah jariyah dalam
wujud waqaf.
 Pahalanya bisa diatasnamakan orang lain. “Dari sahabat Fadhl datang
kepada Rasulullah dan bertanya “ibuku meninggal dunia dan aku
bermaksud ingin melakukan amal kebaikan baginya, apakah pahalanya
akan bermanfaat buat ibuku?” Rasulullah menjawab, “buatlah sumur
umum dan niatkan pahalanya kepada ibumu.”

Anda mungkin juga menyukai