Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FIQIH TENTANG ZAKAT

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

1.2

Latar belakang Masalah


Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan suatu ibadah
yang paling penting kerap kali dalam Al-Quran, Allah menerangkan zakat beriringan dengan
menerangkan shalat. Pada delapan puluh dua tempat Allah menyebut zakat beriringan dengan
urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali
dalam hal keutamaannya shalat dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat dipandang
seutama-utama ibadah maliyah. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah
satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib
(fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk
dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan
kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
Seluruh ulama Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum zakat yakni
mengingkari wajibnya menyebabkan di hukum kufur. Karena itu kita harus mengetahui
definisi dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nishab- nishab zakat, tata cara
pelaksanan zakat dan berbagai macam zakat.
Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah
penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan
zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Sebagaimana telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW serta penerusnya di zaman keemasan Islam. Padahal ummat Islam
(Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat besar. Terdorong dari pemikiran
inilah, penulis mencoba untuk menyusun makalah zakat yang ringkas dan praktis agar dapat
dengan mudah dimengerti oleh pembaca. Meskipun penulis sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap risalah ini dapat bermanfaat. Kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah zakat ini.
Rumusan Masalah
- Mengetahui definisi/ pengertian zakat
- Mengetahui hukum zakat
- Mengetahu jenis zakat
- Mengetahui harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya
- Mengetahui siapa saja yang berhak menerima zakat dan yang tidak berhak menerima zakat
- Mengetahui faedah dan manfaat dari zakat
- Mengetahui praktek zakat di Indonesia

1.3

Tujuan penulisan
Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Fiqh oleh
dosen Bapak H.A Falikh Al-Haq, S.Ag, juga untuk menambah wawasan kita mengenai zakat
serta memberikan kesadaran kepada kita bahwa zakat itu hukumnya wajib dan dapat
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian zakat
Zakat menurut lughot artinya suci dan subur. Sedangkan menurut istilah syara yaitu
mengeluarkan dari sebagian harta benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah wajib kepada
mereka yang telah ditentukan oleh hukum Islam. Secara harfiah zakat berarti "tumbuh",
"berkembang", "menyucikan", atau "membersihkan". Sedangkan secaraterminologi syari'ah,
zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan
tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana ditentukan. Zakat merupakan rukun ketiga
dari rukun Islam.
B. Hukum zakat
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima, wajib (fardhu) atas setiap muslim
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua
Hijriah.
QS (2:43) ("Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orangorang yang ruku'").
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,yaitu
orang-orang yang khusyudalam sembahyangnya,dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna ,dan orang orang yang mengeluarkan
zakat( QS. Almuminun 23:1-4)
Sesungguhnya Allah mewajibkan zakat atas kaum muslimin dari harta-harta mereka,
diambil dari orang-orang kaya mereka dan diserahkan kepada orang-orang miskin dari
kalangan mereka. (HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin Abbasradhiyallahuanhuma).

Berdasarkan sabda Nabi shallallahualaihi wa sallam:

:

Islam dibangun di atas lima rukun, dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad
Rasulullah, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan haji ke
baitullah bagi yang mampu. (Muttafaqun alaihi)

C. Jenis zakat
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
1. Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar zakat
ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
Zakat fitrah dilihat dari komposisi kalimat yang membentuknya terdiri dari kata
zakat dan fitrah. Zakat secara umum sebagaimana dirumuskan oleh banyak ulama
bahwa dia merupakan hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah terhadap harta kaum muslimin
menurut ukuran-ukuran tertentu (nishab dan khaul) yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan
para mustahiq lainnya sebagai tanda syukur atas nikmat Allah swt. Dan untuk mendekatkan
diri kepada-Nya, serta untuk membersihkan diri dan hartanya (Qardhawi, 1996:999). Dengan
kata lain, zakat merupakan kewajiban bagi seorang muslim yang berkelebihan rizki untuk
menyisihkan sebagian dari padanya untuk diberikan kepada saudara-saudara mereka yang
sedang kekurangan.
Sementara itu, fitrah dapat diartikan dengan suci sebagaimana hadits Rasul kullu
mauludin yuladu ala al fitrah (setiap anak Adam terlahir dalam keadaan suci) dan bisa juga
diartikan
juga
dengan
ciptaan
atau
asal
kejadian
manusia.
Dari pengertian di atas dapat ditarik dua pengertian tentang zakat fitrah. Pertama, zakat
fitrah adalah zakat untuk kesucian. Artinya, zakat ini dikeluarkan untuk mensucikan orang
yang berpuasa dari ucapan atau perilaku yang tidak ada manfaatnya. Kedua, zakat fitrah
adalah zakat karena sebab ciptaan. Artinya bahwa zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan
kepada setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini. Oleh karenanya zakat ini bisa juga disebut
dengan zakat badan atau pribadi (Qurthubi, t.th:279)

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka yang dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka. (At-Taubah: 103)
Zakat fitrah ialah zakat pribadi yang harus dikeluarkan pada bulan Ramadhan atau pada hari
raya fitrah. Dari Ibnu Abbas ra,ia berkata : Rasulullah Saw, mewajibkan zakat fitrah itu
selaku pembersih dari perbuatan sia-sia dan omongan omongan yang kotor dari orang yang
berpuasa dan sebagai makannan bagi orang miskin, maka barang siapa yang menunaikannya
sebelum shalat Ied itu adalah zakat fitrah yang diterima dan barang siapa yang
menunaikannya setelah shalat Ied maka itu hanyalah suatu shadaqah dari shadaah shadaqah
biasa . (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majah,dan disahkan oleh Hakim)
Yang wajib dizakati
- Untuk dirinya sendiri; tua, muda, baik laki- laki maupun perempuan
- Orang-orang yang hidup dibawah tanggungannya
Dari ibnu Umar ra,berkata ia: telah bersabda Rasulullah saw: Bayarlah zakat fithrah orang
orang yang menjadi tanggunganmu. (HR.Daruquthni dan Baihaqi)
Syarat-syarat wajib zakat fithrah :
1. Islam
2. Mempunyai kelebihan makanan untuk sehari semalam bagi seluruh keluarga pada waktu
terbenam matahari dari penghabisan bulan ramadhan
3. Orang-orang yang bersangkutan hidup dikala matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan
Untuk zakat fithrah dari seorang yang makanan pokoknya beras tidak boleh dikeluarkan
zakat dari jagung ,walaupun jagung termasuk makanan pokok tetapi, jagung nilainya lebih
rendah dari pada beras. Dilihat dari aspek dasar penentuan kewajiban antara zakat fitrah dan

zakat yang lain ada perbedaan yang sangat mendasar. Zakat fitrah merupakan kewajiban yang
bersumber pada keberadaan pribadi-pribadi (badan), sementara zakat-zakat selain zakat fitrah
adalah kewajiban yang diperuntukkan karena keberadaan harta.
2. Zakat maal (harta)
Zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu tahun sekali yang sudah
memenuhi nishab. Mencakup hasil ternak, emas & perak, pertanian (makanan pokok), harta
perniagaan, pertambangan, hasil kerja (profesi), harta temuan,. Masing-masing jenis memiliki
perhitungannya sendiri-sendiri.
D. Benda yang wajib dizakati
1. Binatang ternak
Jenis binatang yang wajib dikeluarkan zakatnya hanya unta, sapi, kerbau, dan kambing.Dasar
wajib
mengeluarkan
zakat
binatang
ternak
ialah:
Diberitahukan oleh Bukhari dan muslim dari Abi Dzar, bahwasanya Nabi Saw, bersabda
sebagai berikut:
Seorang laki-laki yang mempunyai unta,sapi, atau kambing yang tidak mengeluarkan
zakatnya maka binatang bnatang itu nanti pada hari Kiamat akan datang dengan keadaan
yang lebih besar dan gemuk dan lebih besar dari pada didunia, lalu hewan hewan itu
menginjak-nginjak pemilik dengan kaki- kakinya. Setiap selesai mengerjakan yang demikian,
bintang- binatang itu kembali mengulangi pekerjaan itu sebagaimana semula, dan
demikianlah terus menerus sehingga sampai selesai Allah menghukum para manusia. ( HR:
Bukhari )
Syarat bagi pemilik binatang yang wajib zakat tersebut adalah:
a. Islam
b. Merdeka. Seorang hamba tidak wajib berzakat.
c. Milik yang sempurna. Sesuatu yang belum sempurna dimiliki tidak wajib dikeluarkan
zakatnya.
d. Cukup satu nisab
e. Sampai 1 tahun lamanya dipunyai
f. Digembalakan di rumput yang mubah. Binatang yang diumpan (diambilkan makananya)
tidak wajib dizakati.
Seseorang yang memiliki 5 ekor unta ke atas wajib mengeluarkan zakatnya dengan aturan
sebagai berikut.
1. 5-9 ekor unta zakatnya 1 ekor kambing
2. 10-14 ekor unta zakatnya 2 ekor kambing
3. 15-19 ekor unta zakatnya 3 ekor kambing
4. 20-24 ekor unta zakatnya 4 ekor kambing
5. 25-35 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 1-2 tahun
6. 36-45 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 2-3 tahun
7. 46-60 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 3-4 tahun
8. 61-75 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 4-5 tahun
9. 76-90 ekor unta zakatnya 2 ekor unta berumur 2-3 tahun
10. 91-120 ekor unta zakatnya 2 ekor unta berumur 2-3 tahun
11. 121 ekor unta zakatnya 3 ekor unta berumur 2-3 tahun
Kemudian untuk tiap tiap 40 ekor unta zakatnya 1 ekor unta yang berumur 2-3 tahun dan
untuk tiap tiap 50 ekor zakatnya 1 ekor unta berumur 3-4 tahun.

Nishab dan zakat sapi atau kerbau


Nishab zakat sapi atau kerbau ialah mulai dari 30 ekor ke atas dengan rincian sebagai berikut:
1. 30-39 ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 ekor anak sapi atau kerbau yang berumur 1- 2
tahun.
2. 40-59 ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 ekor anak sapi atau kerbau betina yang berumur 2-3
tahun.
3. Untuk selajutnya tiap-tiap 40 ekor sapi atau kerbau zakatnya seekor anak sapi atau kerbau
betina yang berumur 2-3 tahun

Nishab dan zakat kambing


Nishab kambing ialah mulai dari 40 ekor kambing dan zakatnya adalah 1 ekor kambing
berumur 2-3 tahun. Selanjutnya diatur sebagai berikut;
a. 40-120 ekor kambing zakatnya 1 ekor kambing berumur 2-3 tahun
b. 121-200 ekor kambing zakatnya 2 ekor kambing berumur 2-3 tahun
c. 201-300 ekor kambing zakatnya 3 ekor kambing berumur 2-3 tahun
d. 301-400 ekor kambing zakatnya 4 ekor kambing berumur 2-3 tahun
e. Untuk selanjutnya setiap bertambah 100 ekor kambing, zakatnya 1 ekor kambing.

2. Emas dan Perak


Nishab emas adalah mitsqal atau sama dengan 93,4 gram, zakatnya 2,5%. Adapun perak
nishabnya adalah 200 dirham atau setara dengan 624 gram, zaktanya 2,5%. Jika emas atau
perak telah mencapai atau melebihi dari ukuran nishab dan haul (satu tahun),
berkewajibanlah bagi pemiliknya untuk mengeluarkan zakat. Demikian juga jika kepemilikan
benda itu berlebih, pemiliknya harus memperhitungkan berapa yang harus dibayarkan.
Misalnya, jumlah emas sebanyak 100 gram, maka perhitungannya adalah 2,5% dikalikan
dengan 100 gram= 2,5 gram. Jadi, zakatnya bukanlah potongan atau bagian dari emas
tersebut, melainkan nilai uang yang setara dengan jumlah emas yang harus
dikeluarkan. Zakat emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya berdasarkan firman Allah:





Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada

a.
b.
c.
d.
e.

jalan Allah maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahanam lalu dibakar dengannya
dahi, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang
kamu simpan itu. (At-Taubah: 34-35)
Syarat- syarat wajib zakat emas dan perak sebagai berikut:
Milik orang Islam
Yang memiliki adalah orang yang merdeka
Milik penuh( dimiliki dan menjadi hak penuh )
Sampai nishabnya
Sampai satu tahun disimpan

Nisab dan zakat emas


Nishab emas bersih adalah 20 dinar (mitsqal) = 12,5 pound sterling (96 gram ) zakatnya 2,5%
atau seperempat puluhnya. Jadi seorang Islam yang memiliki 96 gram atau lebih dari emas
yang bersih dan telah cukup setahun dimilikinya maka wajiblah ia mengeluarkan zakatnya
2,5% atau seperempat puluhnya. Seperti yang tercantum dalam hadits:
Dari Ali r.a ia berkata : Rasulullah Saw bersabda : Apabila kamu punya 200 dirham (perak)
dan telah lewat satu tahun, (maka wajib dikelurkan zakatnya) dari padanya 5 dirham ; hingga
tidak ada sesuatu kewajiban zakat bagimu pada sesuatu (emas) sehingga kamu mempunyai 20
dinar dan telah lewat satu tahun, maka zakatnya 0,5 dinar. Dan pada yang lebih zakatnya
menurut perhitungannya dan pada harta-harta ( emas dan perak) tidak ada hak zakat,kecuali
apabila sudah lewat satu tahun. HR Abu dawud.

Nishab dan zakat perak


Nishab perak bersih 200 dirham ( sama dengan 672 gram), zakatnya 2,5 % apabila telah
dimiliki cukup satu tahun . Emas dan perak yang dipakai untuk perhiasan oleh orang
perempuan dan tidak berlebih- lebihan dan bukan simpanan, tidak wajib dikelurkan.
zakatnya. Beberapa pendapat tentang emas yang telah dijadikan perhiasan pakaian: Pendapat
imam Abu Hanifah : berpendapat bahwa emas dan perak yang telah dijadikan perhiasan
dikeluarkan zakatnya pula.
Pendapat imam Malik : Jika perhiasan itu kepunyaan perempuan untuk dipakai sendiri atau
disewakan, atau kepunyaan lelaki untuk dipakai isterinya, maka tidak wajib dikeluarkan
zakatnya. Tetapi jika seorang lelaki memilkinya untuk disimpan atau untuk perbekalan
dimana perlu, maka wajiblah dikeluarkan zakatnya

3. Makanan hasil bumi


Hasil bumi yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu yang dapat dijadikan makanan pokok
seperti: padi, jagung, gandum, dan sebagainya. Sedangkan buah- buahan yang wajib
dikeluarkan zakatnya ialah: anggur, dan kurma. Buah-buahan yang wajib dikeluarkan
zakatnya sebagaimana sabda Rasulullah Saw sebagai berikut:
Tidak ada sedekah (zakat ) pada biji dan kurma kecuali apabila mencapai lima
wasaq( 700kg) . H.R Muslim
QS (6: 141) (Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan).
Syarat-syarat wajib mengeluarkan zakat hasi bumi sebagai berikut:
1. Pemiliknya orang Islam
2. Pemiliknya orang Islam yang merdeka
3. Milik sendiri
4. Sampai nisabnya
5. Makanan itu ditanam oleh manusia
6. Makanan itu mengenyangkan dan tahan lama disimpan lama

Tidak disyaratkan setahun memilki, tetapi wajib dikeluarkan zakatnya pada tiap-tiap
menuai/panen.

Nishab dan zakat hasil bumi


Nishab
zakat
hasil
bumi
ini
sesuai
dengan
sabda
nabi:
Dari Abdullah r.a. nabi Saw bersabda : Tanam-tanaman yang diairi dengan air hujan, mata
air atau yang tumbuh dirawa-rawa, zakatnya sepersepuluh (1/10) dan yang diairi dengan
tenaga pengangkutan zakatnya seperduapuluh (1/20).
( HR.Bukhari)
Nishab hasil bumi yang sudah dibersihkan ialah 5 wasaq yaitu kira- kira 700 kg,
sedang yang masih berkulit nishabnya 10 wasaq= 1400 kg Zakatnya 10% (sepersepuluh ) jika
diairi dengan air hujan, air sungai, siraman air yang tidak dengan pembelian (perongkosan ).
Jika diari dengan air yanng diperoleh dengan pembelian maka zakatnya 5% (seperdua
puluh ).
Semua hasil bumi yang sudah masuk, wajib dikeluarkan zakatnya, termasuk yang
dikeluarkan untuk ongkos menuai dan angkutan.
Buah buahan seperti kurma, biji-bijian yang mengeyangkan seperti beras, gandum,
dan yang semisal wajib dikeluarkan zakatnya jika telah mencukupi nishabnya. Zakat buahbuahan dan biji bijian tidak perlu haul (satu tahun), tetapi dikeluarkan pada waktu panen.
Adapun Nishab dari hasil pertanian ini adalah sebanyak lima wasaq. 1 wasaq= 60 sha`,
sehingga 5 wasaq= 300 sha`. 1 sha`= 2.304 kg, sehingga 300 sha`= 691,2 kg= 91 kg 200
gram. Adapun besarnya sakat yang dikeluarkan ialah berkisar antara 5 s.d 10 % jika, hasil
pertaniannya menggunakan air hujan atau air sungai besar zakatnya ialah 10% dan jika
produk menyangkut biaya transportasi, mesin pompa air, maka wajib dizakatkan 5%.

4. Hasil tambang
Hasil tambang berupa emas dan perak apabila telah sampai memenuhi nishab sebagaimana
nishab emas dan perak, maka harus dikeluarkan zakatnya seketika itu juga, tidak perlu
menuggu satu tahun. Zakat yang wajib dikeluarkan ialah 2,5%. .Barang rikaz itu umumnya
berupa emas dan perak atau benda logam lainnya yang berharga.
Syarat-syaratnya mengeluarkan zakat rikaz:
a. Orang Islam
b. Orang merdeka
c. Milik Sendiri
d. Sampai nishabnya
Tidak perlu persyaratan harus dimilki selama 1 tahun. Nishab zakat barang tambang dan
barang temuan, dengan nishab emas dan perak yakni 20 mitsqa l=96 gram untuk emas dan
200 dirham (672 gram ) untuk perak. Zakatnya masing-masin 2,5%.

5. Harta perniagaan
Barang (harta) perniagaan wajib dikeluarkan zakatnya mengingat firman Allah :
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan

a.
b.
c.
d.
e.

janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya(QS Al- Baqarah : 267).
Dan sabda Rasulullah: Dari samurah : Rasululah Saw, memerintahkan kepada kami agar
mengeluarkan zakat dari barang yang disediakan untuk di jual . ( HR. Daruquthni dan Abu
Dawud)
Syarat wajibnya zakat perniagaan ialah:
Yang memiilki orang Islam
Milik orang yang merdeka
Milik penuh
Sampai nishabnya
Genap setahun
Setiap tahun pedagang harus membuat neraca atau perhitungan harta benda dagangan.
Tahun perniagaan di hitung dari mulai berniaga. Yang dihitung bukan hanya labanya saja
tetapi seluruh barang yang diperdagangkan itu apabila sudah cukup nishab, maka wajiblah
dikeluarkan
zakatnya
seperti
zakat
emas
yaitu
2,5
%.
Harta dagangan yang mencapai jumlah seharga 96 gram emas, wajib dikeluarkan zakatnya
sebanyak 2,5% . Kalau sekiranya harga emas 1gram Rp 100, maka barang dagangan yang
seharga 96x RP 100 = RP.9600, wajib dikeluarkan zakatnya 2,5% = RP 240.
Harta benda perdagangan perseroan, Firma, CV atau perkongsian dan sebagainya,
tegasnya harta benda yang dimilki oleh beberapa orang dan menjadi satu maka hukumnya
sebagai suatu perniagaan.
Kewajiban zakat ini juga mencakup barang-barang yang dipersiapkan untuk dijual
seperti tanah, bangunan, mobil, alat-alat penampung air maupun barang-barang dagangan
lainnya. Adapun bangunan yang disewakan maka kewajiban zakat ada pada uang sewanya
(jika mencapai nishob) dan telah lewat setahun dalam kepemilikan. Demikian pula mobil
pribadi maupun mobil yang disewakan tidak ada kewajiban zakat atasnya karena tidak
dipersiapkan untuk dijual tetapi untuk digunakan. Akan tetapi jika uang hasil disewakannya
mobil tersebut atau uang apapun yang telah mencapai nishob dan telah lewat setahun dalam
kepemilikan seseorang maka wajib untuk dikeluarkan zakatnya, baik uang tersebut
dipersiapkan untuk nafkah, atau untuk menikah, atau untuk dibelikan perabot rumah, atau
untuk dibayarkan hutang maupun untuk selainnya.

Nisab
Nishab adalah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh syari (agama) untuk
menjadi pedoman menentukan kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya, jika
telah sampai ukuran tersebut. Orang yang memiliki harta dan telah mencapai nishab atau
lebih, diwajibkan mengeluarkan zakat.
Syarat-syarat nishab adalah sebagai berikut:
1. Harta tersebut di luar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang, seperti makanan, pakaian,
tempat tinggal, kendaraan, dan alat yang dipergunakan untuk mata pencaharian.
2. Harta yang akan dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul) terhitung dari hari
kepemilikan nishab dengan dalil hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tidak ada
zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu tahun). (HR. Tirmidzi, Ibnu
Majah, dihasankan oleh Syaikh al AlBani) Dikecualikan dari hal ini, yaitu zakat pertanian

dan buah-buahan. Karena zakat pertanian dan buah-buahan diambil ketika panen. Demikian
juga zakat harta karun (rikaz) yang diambil ketika menemukannya.
Misalnya, jika seorang muslim memiliki 35 ekor kambing, maka ia tidak diwajibkan zakat
karena nishab bagi kambing itu 40 ekor. Kemudian jika kambing-kambing tersebut
berkembang biak sehingga mencapai 40 ekor, maka kita mulai menghitung satu tahun setelah
sempurna nishab tersebut.

Cara Menghitung Nishab


Dalam menghitung nishab terjadi perbedaan pendapat. Yaitu pada masalah, apakah yang
dilihat nishab selama setahun ataukah hanya dilihat pada awal dan akhir tahun saja?
Imam Nawawi berkata, Menurut mazhab kami (Syafii), mazhab Malik, Ahmad, dan jumhur,
adalah disyaratkan pada harta yang wajib dikeluarkan zakatnya dan (dalam mengeluarkan
zakatnya) berpedoman pada hitungan haul, seperti: emas, perak, dan binatang ternakkeberadaan nishab pada semua haul (selama setahun). Sehingga, kalau nishab tersebut
berkurang pada satu ketika dari haul, maka terputuslah hitungan haul. Dan kalau sempurna
lagi setelah itu, maka dimulai perhitungannya lagi, ketika sempurna nishab tersebut.
(Dinukil dari Sayyid Sabiq dari ucapannya dalam Fiqh as-Sunnah 1/468). Inilah pendapat
yang rajih (paling kuat -ed) insya Allah. Misalnya nishab tercapai pada bulan Muharram 1423
H, lalu bulan Rajab pada tahun itu ternyata hartanya berkurang dari nishabnya. Maka
terhapuslah perhitungan nishabnya. Kemudian pada bulan Ramadhan (pada tahun itu juga)
hartanya bertambah hingga mencapai nishab, maka dimulai lagi perhitungan pertama dari
bulan Ramadhan tersebut. Demikian seterusnya sampai mencapai satu tahun sempurna, lalu
dikeluarkannya zakatnya. Demikian tulisan singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat.
E. Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat
Orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang telah ditentukan Allah swt.
Dalam Al-Quran. Mereka itu terdiri atas delapan golongan. Allah Taala telah menjelaskan
dalam kitab-Nya yang mulia tentang golongan-golongan penerima zakat dalam firman-Nya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, budak (yang mau
memerdekakan diri), orang-orang yang berhutang, orang yang sedang di jalan Allah dan
musafir, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. (At-Taubah: 60)
Yang berhak menerima zakat

1. Fakir yaitu orang yaang tidak mempunyai harta atau usaha yang dapat menjamin 50%
kebutuhan hidupnya untuk sehari-hari
2. Miskin yaitu orang yang mempunyai harta dan usaha yang dapat menghasilkanlebih dari
50% untuk kebutuhan hidupnya tetapi tidak mencukupi
3. Amil yaitu panitia zakat yang dapat dipercayakan untukmengumpulkan dan membagibagikannya kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan hukum Islam

4. Muallaf yaitu orang yang baru masuk Islam dan belum kuat imannya dan jiwanya perlu
dibina agar bertambah kuat imannya supaya dapat meneruskan imannya
5. Hamba sahaya yaitu yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh tuan nya dengan
jalan menebus dirinya
6. Gharimin yaitu orang yang berhutang untuk sesuatu kepentingan yanng bukan maksiat dan ia
tidak sanggup untuk melunasinya
7. Sabilillah yaitu orang yang berjuang dengan suka rela untuk menegakkan agama Allah
8. Musafir yaitu orang yang kekurangan perbekalan dalam perjalanan dengan maksud baik,
seperti menuntut ilmu, menyiarkan agama dan sebagainya.

Yang tidak berhak menerima zakat :

1. Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang
kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
2. Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
3. Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait)
mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
4. Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
5. Orang kafir.

F. Beberapa Faedah Zakat

Faedah Diniyah (segi agama)


1.
Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang
mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
2.
Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya,
akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
3.
Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana
firman Allah, yang artinya: Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah (QS: Al
Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq alaih Nabi Shallallaahu alaihi wa
Sallam juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan
kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
4.
Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah
Muhammad SAW.
Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)
Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat.
2.
Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut
kepada saudaranya yang tidak punya.
3.
Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa
harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab
1.

sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat
pengorbanannya.
4.
Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)


Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir
miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
2.
Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi
mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalahmujahidin fi
sabilillah.
3.
Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam
dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas
ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa
tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu
dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta
kasih antara si kaya dan si miskin.
4.
Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan
melimpah.
5.
Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika
harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil
manfaat.
1.

1.

Hikmah Zakat
Hikmah dari zakat antara lain:
Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang

miskin.
Pilar amal jamai antara mereka yang berada dengan para mujahid dan dai yang
berjuang dan berdawah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
3.
Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4.
Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
5.
Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
6.
Untuk pengembangan potensi ummat
7.
Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
8.
Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
9.
Mendidik jiwa manusia suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir
dan bakhil
2.

Zakat memberi arti bahwa manusia itu bukan hidup untuk dirinya sendiri;sifat
mementingkan diri sendiri harus disingkirkan dari masyarakat Islam
11.
Seorang muslim harus mempunyai sifat-sifat baik dalam hidup perseorangan yaitu
murah hati,penderma, dan penyayang
12.
Zakat dapat menjaga timbulnya rasa dengki, iri hati, dan menghilangkan jurang
pemisah antara si miskin dan si kaya
13.
Zakat bersifat sosialistis karena meringankan beban fakir miskin dan meratakan
nikmat Allah yang diberikan kepada manusia
10.

G. PRAKTEK ZAKAT DI INDONESIA

Masyarakat di Indonesia biasanya menyalurkan zakat biasa lewat panitia zakat di


masjid-masjid ataupun juga melaui lembaga-lembaga zakat nasional dan swasta yang telah
ditunjuk pemerintah. Dalam penyaluran zakat di Indonesia sepertinya sudah tersalur dengan
baik, masyarakat yang berhak menerimanya pun telah menerima atau bisa dibilang tepat
sasaran.
Contoh dari lembaga-lembaga zakat di Indonesia ialah seperti ;
Dompet Dhuafa Republika
Rumah Zakat
Bina Insan Prestasi
Portal Infaq
Baitul Maal Hidayatullah
Baitulmaal Muamalat
Pos Keadilan Peduli Umat
Dan lain-lain.

Permasalan Zakat di Indonesia


Persoalan Zakat adalah sesuatu yang tidak pernah habis dibicarakan, wacana tersebut terus
bergulir mengikuti peradaban Islam. Di Indonesia Persoalan yang muncul atas zakat sekarang
: Pertama, Peran zakat sebagai salah satu rukun Islam yang harus ditunaikan oleh umat
Islam yang mampu (muzakki) hanya menjadi kesadaran personal. Membayar zakat
merupakan kebajikan individual dan sangat sufistik sehingga lebih mementingkan dimensi
keakhiratan. Semestinya zakat adalah menjadi sebuah gerakan kesadaran kolektif, taruhlah
kita bisa canangkan gerakan sadar zakat, seperti yang pernah dicanangkn oleh Presiden
Megawati pada tanggal 2 Desember 2001 di Masjid Istiqlal pada acara peringatan Nuzulul
Quran, sehingga zakat menjadi tulang punggung perekonomian umat. Karena, Zakat bukan
hanya sekedar kewajiban yang mengandung nilai teologis, tetapi juga kewajiban finansial
yang mengandung nilai sosial yang tinggi. Persoalan ini, tidak lepas juga dari pamahaman
umat (yang wajib zakat) terhadap makna subsansi zakat. Zakat hanya sebagai suatu
kewajiban agama (teologis) untuk membersihkan harta milik dari kekotoran. 1 Pemahaman
masyarakat seperti itu tentang zakat, akhirnya zakat di berikan tanpa melihat sisi kemanfaatan
ke depan bagi yang berhak menerimanya(Mustahiq). Tanpa melihat, bahwa Zakat memainkan
peran penting dan signifikan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta berpengaruh

nyata pada tingkah laku konsumen. Dengan zakat distibusi lancar dan kekayaan tidak
melingkar di sekitar golongan elit (konglomerat). Namun akhir-akhir ini kesadaran di
kalangan umat Islam menengah atas lainnya makin membaik. Selain membayar pajak mereka
juga membayar zakat. Kedua, meningkatnya kesadaran umat Islam dalam membayar zakat
tidak disertai dengan pengumpulan dan penyaluran yang terencana secara komprehensif.
Bagaimana zakat yang punya peran sangat penting dalam menentukan ekonomi umat bisa
dapat terkelola dengan baik dan professional-produktif.Pengelolaan yang tidak baik dan
profesional menjadikan zakat tidak produktif dalam ikut andil mengembangkan ekonomi
umat. Kita dulu punya BAZIS (Badan Amil Zakat dan Shodaqah) yang semi-pemerintah,
sekarang kita punya Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibina
oleh pemerintah atas keinginan masyarakat. Hanya saja, system kelembagaan zakat tidak
sama dengan lembaga pajak yang sudah dinilai kuat, tampaknya BAZIS/ BAZ/ LAZ masih
terkesan lemah dan tidak mudah menetapkan target. Ditambah lagi dengan persoalan amanah
yang kurang dimiliki oleh penyelenggara zakat. Sebenarnya, ada tiga kata kunci yang harus
dipegang oleh organisasi pengelola zakat agar menjadi good organization
governance,yaitu Amanah, Professional dan Transparan. Ketiga, sisi pendukung Legalformal kita kurang proaktif dalam melihat potensi zakat yang sekaligus sebagai aplikasi dari
ketaatan kepada agama bagi umat Islam. Seperti yang disampaikan Pimpinan DSUQ
Bandung bahwa potensi zakat secara finansial dalam setahun di Indonesia bisa terkumpul
mencapai 2 trilliun rupiah. Jumlah itu baru yang bisa di hitung dari jumlah orang kaya
(muzakki) yang terdeteksi. Tapi kenyataannya, pengumpulan zakat, masih dibawah standar
rasio rata-rata jumlah umat Islam yang kena kewajiban zakat(muzakki). Semestinya sebagai
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, negara proaktif dalam menyikapi
kebutuhan umat, dimana ajaran Islam yang asasi seperti zakat menjadi tulang punggung
perekonomian umat dengan melahirkan Undang-undang zakat dari sejak kemerdekaan.
Lahirnya Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat yang disahkan
pada tanggal 23 September 1999, walau tidak ada kata terlambat, tidak begitu banyak
memberikan angin segar kepada umat Islam dalam mewujudkan suatu tatanan perekonomian
yang kuat. Tetapi kita masih bisa bersyukur, dengan lahirnya Undang-undang tersebut, walau
terjadi tarik menarik kepentingan (penguasa dan rakyat) dalam lahirnya Undang-undang
tersebut. Ditambah lagi dengan adanya perubahan atas Undang-undang PPh No. 17 Tahun
2000 yang disahkan tanggal 2 Agustus 2000 dimana zakat menjadi pengurang pembayaran
pajak.penghasilan. Kedua undang-undang tersebut memberikan jaminan kepada umat Islam
bahwa zakat akan terkelola dengan baik, walau tidak sedikit kekhawatiran bahwa undangundang itu hanya sebuah gerakan yang setengah hati yang hanya membesarkan hati umat
Islam dan akan berhenti di tengah jalan.
Kekhawatiran itu tenyata terbukti dengan adanya stagnanisasi dalam usaha sosialisasi dan
realisasi kedua undang-undang tersebut. Terjadinya banyak kendala dalam sosialisasi,
realisasi dan tekhnis menjadi faktor yang sangat dominan dalam terjadinya stagnan undangundang tersebut. Kenapa hal ini bisa terjadi ? kita mungkin melihat dengan kaca mata sinis
terhadap pemerintah dalam menerapkan konsep zakat, dengan mengatakan, bahwa Undangundang zakat yang ada hanya sebagai gerakan setengah hati. Atau kita bisa melihat dengan
beragam kelemahan yang ada pada Undang-undang No. 38/99 tentang Pengelolaan Zakat dan
UU No. 7/83 Jo.UU No.10/94 Jo.UU No. 17/2000 tentang Pajak Penghasilan sebagai
pengurang pembayaran pajak apabila sudah membayar zakat bagi umat Islam, seperti yang

disampaikan Hadi Muhammad dalam sebuah makalahnya atas kelemahan Undang-undang


tersebut, mengatakan : metode Prepaid Tax lebih baik ketimbang metodeDeductible
Expenses yang digunakan dalam UU No. 38/99, karena sebetulnya hanya merupakan
usaha excuse dari aparat ditjen pajak untuk menunjukkan toleransi birokrasi terhadap
ketentuan berzakat umat Islam.

BAB III
PENUTUP
1.1

1.
2.
3.
4.

Kesimpulan
Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama
Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara. Zakat itu ada dua macam
yaitu zakat mal dan zakat fithrah. Harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu :
Emas dan perak Harta perniagaan
Binatang ternak seperti unta, lembu (kerbau ), kambing, sapi.
Buah-buahan dan biji- bijian yang dapat dijadikan makanan pokok
Barang tambang dan barang temuan
Banyak Faedah dan Hikmah dari berzakat. Zakat dapat meningkatkan toleransi,
solidaritas antar sesama manusia dan menyeimbangkan antara Hablumminallah dan
Hablumminannas.
Demikian makalah tentang zakat yang saya susun, semoga dapat bermanfaat bagi
masyarakat, mahasiswa, dan pembaca (khususnya). Kritik dan saran saya harapkan demi
perbaikan pembuatan makalah berikutnya.
1.2

Saran

Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu
penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah zakat, setelah
membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Dan marilah kita

realisasikan zakat dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan kewajiban umat muslim
dengan penuh rasa ikhlas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasyid, Sulaiman, FIQH, Sinar Baru Algensindo, Bandung,
2010.http://www.islamnyamuslim.com/2013/03/harta-yang-wajib-dizakati.html
2. http://www.portalinfaq.org/g02x01_article_view.php?article_key=panduanzakat03
3.
http://www.islamnyamuslim.com/2013/03/harta-yang-wajib-dizakati.html
4.

http://www.portalinfaq.org/g02x01_article_view.php?article_key=panduanzakat03

Di akses tanggal 13 juni 2013 pukul 19.00 wib

Anda mungkin juga menyukai