Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam ajaran Islam dikenal beberapa bentuk kewajiban dari pemeluknya yang disebut
dengan ibadah. Ibadah terdiri dari ibadah ruhiyah, badaniyah, dan maliyah. Ibadah ruhiyah
adalah ibadah yang mengutamakan kesadaran ruh/Jiwa yang bersangkutan, karena dengan
kesadarannya itu dapat mempengaruhi ibadah-ibadah lainnya. Termasuk ibadah ini misalnya
mengucap 2 (dua) kalimat syahadat. Ibadah badaniyah adalah ibadah yang mengutamakan
peranan jasmani/ fisik. Termasuk ibadah ini menjalankan shalat 5 (lima) waktu sehari
semalam, puasa ramadhan, pergi haji ke makkah bila mampu. Ibadah maliyah adalah ibadah
harta kekayaan yang dimiliki seseorang. Termasuk ibadah ini yaitu membayar zakat. Sesuai
judul tulisan ini, penulis hanya membahas lebih jauh mengenai ibadah maliyah. Zakat yang
termasuk dalam ibadah harta maliyah, sebagai bentuk realisasi dari pelaksanaan rukun Islam
ketiga oleh umat Islam, merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah sesuai ketentuan
yang tersurat didalam al-Qur’an, Hadis Nabi dan Ijtihad para Fuqaha (ahli hukum islam). Di
dalam alqur’an terdapat lebih kurang 82 ayat mengenai perintah mengeluarkan zakat. Selain
kata “zakat” di dalam al-qur’an Juga terdapat istilah “shodaqah” untuk perbuatan-perbuatan
yang berkenaan dengan harta kekayaan yang dimiliki seseorang. Walaupun tujuannya sama,
yakni beribadah mencari keridhwan allah, namun kedua istilah tersebut berbeda dipandang
dari segi hukum. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :

• Zakat mempunyai fungsi yang jelas yaitu:


mensucikan atau membersihkan harta dan Jiwa wrang yang
mengeluarkan/memberikannya. Dilihat dari bentuknya, zakat terdiri atas 2 (dua)
macam yaitu Zakat Mal (harta) dan Zakat Fitrah (Jiwa). Pengeluaran zakat
dilakukan dengan memperhatikan syarat dan tata cara tertentu baik mengenai
jumlah, waktu maupun kadar/besarnya zakat yang harus dibayarkan.
 Shodaqah atau sedekah bukan merupakan suatu kewajiban, melainkan
sukarela sifatnya dan tidak terikat dengan syarat atau cara tertentu dalam
pengeluarannya.

Berdasarkan perbedaan di atas, apabila ada orang mengatakan istilah


shodaqoh/sedekah adalah wajib hukumnya, maka hal itu dimaksudkan untuk zakat, karena
merupakan pelaksanaan dari salah satu rukun Islam yang lima. Sebaliknya, apabila ada orang

1
mengatakan shodaqoh/sedekah adalah sunah hukumnya, maka hal itu dimaksudkan untuk
biasa.

Selain merupakan pelaksanaan rukun Islam ketiga, sesungguhnya zakat merupakan


sarana komunikasi ulama antara seseorang dengan orang lain dalam masyarakat. Karena itu
lembaga zakat sangat penting dalam menyusun kehidupan yang humanis dan humeris. Allah
telah menyediakan semua keperluan umat manusia di muka bumi ini, sedangkan umat
manusia tinggal menerima nikmatnya, sehingga wajar pula apabila umat manusia membayar
nikmat itu melalui pengeluaran zakat. Seseorang yang mempunyai banyak harta tidak dapat
menjadi muslim yang baik dan sungguh-sungguh, kecuali apabila telah
mengeluarkan/menyedekahkan sebagian harta kekayaannya kepada orang-orang yang
memerlukan, karena didalam harta yang dimiliki oleh orang yang kaya terdapat pula hak
arang fakir dan miskin. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam al-Qur’an Surah Az-Zariyat
Ayat 19 bahwa “Dan pada harta mereka ada hak (untuk diberikan) kepada orang-orang
miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak suka meminta”.

Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan dialas, Jelaslah sudah betapa
pentingnya arti daripada pelaksanaan pengeluaran Zakat yang menjadi kewajiban bagi arang
muslim terhadap harta kekayaan yang dimilikinya. Sebagaimana tertulis di dalam al-Qur’an
diatas, zakat merupakan hal yang sangat esensial dalam ajaran Islam, karena itu perlu
diketahui dan dilaksanakan oleh pemeluknya.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka timbul permasalahan, bagaimana hukum zakat dan
pelaksanaannya dalam kehidupan umat Islam. Permasalahan ini penting untuk dikaji,
mengingat status hukum akan memperjelas posisi zakat bagi umat muslim, sehingga
keterikatan umat muslim terhadap zakat menjadi Jelas pula. Selain itu, pengkajian
pelaksanaan zakat Juga menjadi penting, untuk mengetahui kondisi nyala zakat dalam
kehidupan umat muslim, sehingga dapat diketahui lingkap kesadaran umat muslim dalam
melaksanakan zakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hukum Zakat
A. Pengertian Zakat

Zakat, yang merupakan rukun Islam yang ketiga hal ini disebut dalam al-qur’an
sebanyak 82 ayat, dalam kitab-kitab hadits, dan dikembangkan melalui ijtihad ulama dalam
berbagai aliran (mazhab) hukum Islam. Kata “zakat berasal dari kala dasar “zaka” yang
berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Makna lain kata zakat sebagaimana digunakan
dalam al-qur’an adalah suci dari desa. Dalam kitab-kitab hukum Islam (fiqih), perkataan
zakat diartikan dengan kata suci, Tumbuh, dan berkembang serta berkah.

Jika pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta yang
dizakati itu akan tumbuh dan berkembang, bertambah, suci, dan membawa berkah (membawa
kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya). Jika beberapa makna kata diatas dijadikan
dasar rumusan zakat, maka zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap
muslim yang memenuhi syarat kepada wrang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu
pula. Syarat tertentu dari harta yang akan dizakati adalah nisab, haul, dan qadar.

Menurut hadits sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad 8.A.W. pada saat
beliau mengutus Muaz bin Jabal untuk menjadi Gubernur Yaman, zakat adalah harta yang
diambil dari orang-orang kaya untuk disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya,
antara lain faqir dan miskin.

B.Dasar Hukum Zakat

Zakat merupakan suatu konsep ajaran Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan Sunah
Rasul. Dalam konsep tersebut dikatakan bahwa harta kekayaan yang dipunyai seseorang
adalah amanah dari Allah S.W.T. dan berfungsi sosial. Karena itu, zakat adalah salah satu
kewajiban yang diperintahkan Allah kepada umat manusia. Hal ini terlihat dari adanya dalil-

3
dalil mengenai penunaian zakat, baik yang terdapat dalam al-qur’an maupun kitab-kitab
hadits. Dalil-dalil yang Terdapat dalam al-qur’an, antara lain sebagai berikut:

 Hendaklah manusia mencari rezeki yang baik dan halal (Q.8.2:168),


 Harta kekayaan hendaklah menjadi sarana menuju kebaikan hidup di akhirat
(Q.8.28:77),
 Allah melarang arang menimbun emas dan perak tanpa mempergunakannya
untuk kepentingan agama dan masyarakat (Q.8.9:34)
 Didalam harta kekayaan seseorang terdapat hak arang yang meminta-minta
dan hak orang (miskin) yang diam (saja) (0.8.51:19)
 Allah memerintahkan manusia agar menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya (Q.8.4:58). Harta adalah amanat Allah.
 Dilihat dari segi pengabdian kepada Allah, menunaikan zakat bukanlah
memberikan sesuatu kepadanya, melainkan mempersembahkan ketaqwaan
dengan melaksanakan perintahnya (Q.8.22:37).

Disamping yang terdapat dalam al-qur’an, dalil-dalil mengenai zakat ini Terdapat pula
didalam kitab hadits, antara lain:

 Sewaktu mengutus Muaz bin Jabal ke Yaman, antara lain nabi Muhammad
SAW bersabda: “Allah mewajibkan mereka (arang Yaman itu) menzakati harta
kekayaan mereka. Zakat itu diambil dari wrang-orang kaya dan dibagi-bagikan
kepada fakir miskin
 Ketika seseorang menanyakan pendapat nabi Muhammad mengenai cara
membelanjakan hartanya, Nabi menjawab: Keluarkan zakat dari hartamu itu,
sebab zakat adalah suci dan menyucikan kamu. Dengan zakat kamu akan
dapat menyambung tali silaturahmi dengan kerabat, tetangga, peminta-minta
dan menghormati hak arang-orang miskin:
 Barang siapa yang diberi Allah kekayaan, tetapi tidak menunaikan zakatnya,
pada hari kiamat kekayaannya itu akan menjadi ular berbisa yang akan melilit
tubuhnya, sambil berkata: akulah kekayaanmu dan akulah bendamu.

Berdasarkan dalil-dalil hukum zakat diatas, dapat dikatakan bahwa menunaikan


kewajiban zakat merupakan tolak ukur bagi keimanan seseorang. Seorang muslim yang
dianggap sempurna imannya, jika dari harta kekayaan yang diperolehnya tersebut tidak
dikeluarkan zakatnya. Selain itu keislaman seorang muslim dapat dilihat dari

4
kenyataan/praktik tentang apakah ia rela dan taat dalam menunaikan kewajiban zakat yang
merupakan hak fakir miskin.

C.Tujuan Dan Syarat Zakat

Yang dimaksud dengan tujuan zakat dalam hubungan ini adalah sasaran praktisnya.
Walaupun sesungguhnya zakat sendiri merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi
hablumminallah (hubungan antara manusia dengan Allah sebagai pencipta) dan dimensi
hablumminannas (hubungan antara manusia dengan manusia alau manusia dengan makluk
Tuhan lainnya), penunaian zakat merupakan wujud dari ajaran Islam yang sangat
memperhatikan masalah-masalah kemasyarakatan, terutama nasib mereka yang lemah.

Dari prinsip-prinsip diatas, sebenarnya tujuan yang hendak dicapai dari penunaian
zakat, antara lain sebagai berikut:

 Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan


hidup dan penderitaan:
 Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan
manusia pada umumnya;
 Menghilangkan sifat kikir dari hati orang kaya, dan menghilangkan sifat
dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hari arang miskin:
 Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban: dan
 Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.

Mengenai syarat zakat menurut para ahli hukum Islam ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan kepada harta kekayaan yang dimiliki
seseorang. Salah seorang ahli hukum Islam yang bernama Daud All mengatakan bahwa harta
yang wajib dizakati harus memenuhi syarat pemilikan yang pasti, berkembang, melebihi
kebutuhan pokok, bersih dari hutang, mencapai nisab dan haul (Ali, 1988:41).

D.Penerima Zakat

5
Mengenai penerima zakat dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu yang berhak
menerima dan yang tidak berhak menerima zakat. Yang berhak menerima zakat menurut
ketentuan dalam Al- Qur’an Surah At-Taubah Ayal 60 adalah: fakir, miskin, amil, muallaf,
riqab, sharim, sabilillah, dan ibnussabil. Sebaliknya yang Tidak berhak menerima zakat
adalah keturunan Nabi Muhammad, arang kaya, keluarga Muzakki (keluarga wrang yang
wajib mengeluarkan zakat), arang kafir.

E.Macam-Macam Zakat

Al-qur’an tidak memberikan ketegasan tentang kekayaan wajib zakat dan syarat-
syarat apa yang mesti dipenuhi serta tidak menjelaskan berapa besar yang harus dizakatkan.
Al-qur’an hanya menyebutkan beberapa jenis kekayaan yang disebutkan dan diperingatkan
untuk dikeluarkan zakatnya sebagai hak Allah. Kekayaan tersebut adalah:

 Emas dan perak. Dalam firmannya dikatakan bahwa ) ‫َو ٱَّلِذ يَن َيْك ِنُز وَن ٱلَّذَهَب َو ٱْلِفَّض َة‬
‫“ ُينِفُقوَنَها ِفى َس ِبيِل ٱِهَّلل َفَبِّش ْر ُهم ِبَع َذ اٍب َأِليٍم‬orang-orang yang menimbun emas dan
perak dan tidak membelanjakan di Jalan Allah, sampaikan kepada mereka
berita gembira tentang azab yang sangat pedih” (Q.8.At-taubah:34).
 Tanaman dan buah-buahan. Mengenai ini Allah menyatakan bahwa
‫ُك ُلۡو ا ِم ۡن َثَم ِر ٖۤه ِاَذ ۤا َاۡث َم َر َو ٰا ُت ۡو ا َح َّق ٗه َي ۡو َم َح َص اِدٖه‌ۖ‌ َو اَل ُتۡس ِرُفۡو ا‌ؕ ِاَّن ٗه اَل ُيِح ُّب اۡل ُم ۡس ِرِفۡي َن‬
“makanlah sebagian buahnya bila berbuah dan bayarlah hak tanaman itu
waktu menanamnya tapi jangan berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan” (Q.8.Al-an’am:141).
 Usaha, misalnya usaha dagang dan lain-lain. Dalam hal ini firman Allah
menyebutkan “hai orang-orang yang beriman keluarkanlah sebagian yang baik
dari penghasilanmu” (0.8.2:276).
 Barang-barang lambang yang dikeluarkan dari perut bumi. Mengenai ini Allah
berfirman “sebagian di antara yang kami keluarkan untuk kalian dari perut
bumi” (Q.8.2:278). Selain dari yang disebutkan diatas, Al-qur’an juga hanya
menyatakan apa yang wajib dizakatkan itu dengan rum10/19at umum yaitu
dengan kata-kata “kekayaan”. Misalnya dalam firmannya menyatakan
“pungutlah olehmu zakat dari kekayaan mereka, kau bersihkan dan sucikan

6
mereka dengannya” (Q.8.9:103). Kemudian dikatakannya “didalam kekayaan
mereka terdapat hak peminta-minta dan orang yang melarat” (Q.8.51:19).

Walaupun didalam Al-qur’an tidak ditegaskan mengenai kekayaan dan besarnya


zakat, namun persoalan itu dijelaskan oleh Sunah Rasul dan Ijtihad para ahli hukum Islam
(Fuqaha) melalui Jalan Ijtihad. Menurut sunah Nabi dan Ijtihad para Fuqaha, harta kekayaan
yang harus di zakati digulungkan kedalam 2 (dua) macam yaitu zakat harta (mal) dan zakat
Jiwa (fitrah).

Zakat harta (mal) adalah bagian dari harta seseorang yang wajib dikeluarkan untuk
kepentingan arang-orang tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu. Harta yang termasuk
zakat ini adalah: emas, perak, dan uang: barang yang diperdagangkan hasil peternakan: hasil
bumi; dan hasil tambang dan barang temuan. Sedangkan Zakat Jiwa (Fitrah) adalah
pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari
nafkah keluarga yang wajar pada malam hari Raya Idul Fitri sebagai tanda syukur kepada
Allah karena telah selesai menunaikan ibadah puasa.

F. Hikmah Pembayaran Zakat

Sebagaimana telah penulis uraikan diatas bahwa ibadah zakat memiliki 2 (dua) dimensi yaitu
hablumminallah dan hablumminannas. Selain itu ibadah zakat memiliki hikmah/manfaat
yang bersifat ruhaniyah dan filosofis, yang disuratkan dalam al-qur’an dan hadits nabi.
Diantara hikmah-hikmah itu adalah:

 Mensyukuri karunia Allah, menumbuh-suburkan harta dan pahala, seta membersihkan


diri dari sifat-sifat kikir, dengki, iri, serta dosa
 Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan:
 Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang di antara sesama manusia:
 Manifestasi kegotong-royongan dan tolong-menolong dalam kebaikan dan Taqwa
 Mengurangi kefakiran dan kemiskinan yang merupakan masalah sosial:
 Membina dan mengembangkan stabilitas sosial: dan
 Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.

G. Tata Cara Menunaikan Zakat

Secara umum, zakat terdiri dari dua jenis yakni zakat fitrah dan zakat mal. Zakat
fitrah memang sudah cukup populer di kalangan umat Islam. Namun, yang tidak kalah

7
penting untuk diamalkan yaitu membayar zakat mal. Sebagai contoh, zakat mal terdiri atas
simpanan kekayaan seperti uang, emas, surat berharga, penghasilan profesi, aset
perdagangan, hasil barang tambang atau hasil laut, hasil sewa aset dan lain sebagainya.
Mengenai tata cara menunaikan zakat secara sederhana penulis uraikan sebagai berikut:

1) . Bagi harta kekayaan berbentuk emas, perak dan uang


 Zakat emas yang harus di keluarkan seseorang selain harus dimiliki secara
pasti dan sudah dimiliki selama setahun (haul) Juga harus sampai Jumlahnya
(nisab), yaitu 20 Dinar (Q.8.9:35) atau jika diukur dengan emas Indonesia
selara dengan 96 gram emas murni (Departemen Agama, 1978), dengan kadar
zakat yang harus dibayar/dikeluarkan adalah 2,5%.
 Zakat perak yang harus dikeluarkan adalah perak yang sudah dimiliki selama
setahun (haul) dan Jumlahnya (nisab) sudah mencapai 200 Dirham atau setara
dengan 672 gram perak murni (Departemen Agama, 1978), dengan kadar
zakat perak yang harus dikeluarkan adalah sebesar 2,5%.
 Zakat uang setelah dimiliki selama setahun (haul) dan sudah mencapai jumlah
(nisab) senilai atau setara dengan 96 gram emas (Departemen Agama, 1978)
dengan kadar zakat uang yang harus dikeluarkan adalah sebesar 2,5%.
2) Hasil Peternakan
Binatang ternak yang dikenakan zakat adalah binatang ternak yang sudah dimiliki
selama setahun (haul) dan binatang ternak tersebut tidak dipergunakan sebagai tenaga
pengangkutan dan sebagainya. Di Indonesia yang termasuk binatang ternak disini
adalah:
 Kambing, Biri-biri dan Domba, yang nisabnya adalah 40 ekor. Apabila
seseorang memiliki 40 s/d 120 ekor, maka zakatnya 1 ekor. Apabila memiliki
121 s/d 200 zakatnya 2 ekor. Kemudian apabila seseorang memiliki 200 s/d
300 ekor zakatnya 3 ekor. Begitu selanjutnya setiap pertambahan 100 ekor
berikutnya, zakatnya adalah Tambah 1 ekor.
 Sapi, yang nisabnya 30 ekor. Apabila seseorang memiliki 30 s/d 39 ekor, maka
zakatnya 1 ekor yang berumur lebih dari 1 tahun. Apabila sesarang memiliki
60 s/d 69 ekor maka zakatnya 2 ekor yang berumur lebih dari 1 tahun. Apabila
memiliki 70 s/d 79 ekor maka zakatnya 2 ekor (1 ekor yang umurnya lebih 1
tahun dan 1 ekor yang umur lebih 2 tahun). Selanjutnya setiap tambahan 30
ekor berikutnya zakatnya ditambah 1 ekor yang berumur lebih 1 tahun.

8
 Kerbau dan kuda yang nisab dan kadarnya adalah sama dengan zakat sapi.
Namun jenis hewan kuda sendiri masih di perselisihan kan zakatnya. Jumhur
ulama berpendapat bahwa kuda tidak wajib di zakati, sedangkan menurut Abu
Hanifa, kuda wajib di zakati bila untuk peternakan. Perbedaan pendapat
tersebut disebabkan adanya pertentangan qiyas dengan bunyi hadist dan
diduga pertentangan antara redaksi hadist yang satu dengan yang lain.
Hadist yang menuturkan kuda tidak wajib zakat adalah:
‫ ليس على مسلم في‬. ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال قال النبي صلى هللا عليه و سلم‬
‫فرسه و غالمِه صدقٌة (رواه البخاري والمسلم و ابوداود والترمذى و النسائ و ابن ماجه‬
)‫و أحمد و مالكو الدارمي‬
“Dari Abu Huraira Ra, berkata, Nabi Saw bersabda: Seorang muslim tidak
wajib menzakati budak dan kudnya” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-
Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, Malik dan Darimu)
Qiyas yang menentang keumuman hadist tersebut adalah kuda yang
tidak di ternakkan tidak berbeda dengan unta dan sapi maka wajib zakat.
Maksud dari binatang ternak yang wajib di keluarkan zakatnya adalah apa
yang ada di dalam bahasa Arab disebut Al-an’am, yakni binatang yang diambil
manfaatnya. Binatang-binatang tersebut adalah unta, kambing/biri-biri, sapi
dan kerbau.
)‫أن يكون لكل رجٍل أربعون شاًة فإذا أظَّلُهم خمعوها لئَّال يكون فيهاإال شاٌة(رواهابوداود‬
“Bahwa setiap orang memiliki 40 kambing, Zakatnya seekor kambing
“.(HR.Abu Daud) 1
3) Tumbuh-tumbuhan ( Hasil Bumi)
o Padi, yang haulnya adalah setiap panen jika jumlahnya (nisab) sudah
mencapai sejumlah 1.350 kg gabah atau setara dengan 750 beras, dengan
kadar zakat yang harus dibayar sebesar 10% untuk sawah yang di air dengan
hujan, sedangkan kadar zakat untuk sawah yang diairi dengan irigasi 5%.
o Biji-bijian (Jagung, kedelai, dsb), yang haulnya adalah setiap panen yang
nisabnya dan kadarnya sama dengan zakat padi.
o Umbi-umbian (ubi, kentang, ubi kayu, ubi Jalar, Jahe, dsb) yang haul, nisab
dan kadar zakatnya adalah sama dengan zakat padi.

1
Prof.Dr.H.M.Athoillah Anton, M.M., Zakat Dan Wakaf ( Simbiosa Rekatama Media, Bandung, hal 28-29)

9
o Buah-buahan (kelapa, pisang, duku, rambutan, durian, mangga, apel, Jeruk,
pepaya, nanas, pala, lada, pinang dan sejenisnya) yang haul nisab dan kadar
zakatnya sama dengan zakat padi.
o Tanaman hias (anggrek, dan segala jenis bunga) yang haul nisab dan kadar
zakatnya adalah sama dengan zakat padi.
o Daun-daunan (teh, tembakau, vanili dan sejenisnya) yang haul nisab dan kadar
zakatnya adalah sama dengan zakat padi.
o Rumput-rumputan (selai, bambu, tebu, dan sejenisnya) yang haul nisab dan
kadar zakatnya adalah sama dengan zakat padi.
o Sayur-sayuran (bawang, mentimun, kol, wartel, bayam, sawi, cabai, dan
sejenisnya) yang haul nisab dan kadar zakatnya adalah sama dengan zakat
padi.

4) Perdagangan, Pendapatan dan Usaha-usaha


 Perdagangan industri seperti: tekstil, baja, keramik, batu merah,, kapur, tempe,
tahu, balik, ukiran-ukiran, dan sejenisnya jika sudah diperdagangkan selama
setahun (haul) dan jumlahnya (nisab) sudah senilai/setara dengan 96 gram mas
murni, maka kadar zakatnya yang harus dikeluarkan adalah 2,5%.
 Industri pariwisata, seperti: hotel, collage, penginapan, villa, restoran, bioskop,
kolam renang, dan sejenisnya Jika sudah di Jalankan selama setahun (haul)
dan Jumlahnya (nisab) sudah senilai/setara dengan 96 gram mas murni, maka
kadar zakatnya yang harus dikeluarkan adalah 2,5%.
 Perdagangan seperti: eksport, import atau perdagangan dalam negeri misalnya
pertokoan, warung, kios/depot, percetakan, dan penerbitan, Jika sudah
diperdagangkan selama setahun (haul) dan jumlahnya (nisab) sudah
senilai/setara dengan 96 gram mas murni, maka kadar zakatnya yang harus
dikeluarkan adalah 2,5%.

10
 Jasa, seperti: notaris, pengacara, akuntan, travel biro, biro reklame, designer,
salon, dan transportasi darat, laut dan udara, Jika sudah di Jalankan selama
setahun (haul) dan Jumlahnya (nisab) sudah senilai/setara dengan 96 gram mas
murni, maka kadar zakatnya yang harus dikeluarkan adalah 2,5%.
 Real estate, seperti perumahan atau penyewaan rumah/Tanah, Jika sudah
dijalankan selama setahun (haul) dan jumlahnya (nisab) sudah senilai/setara
dengan 96 gram mas murni, maka kadar zakatnya yang harus dikeluarkan
adalah 2,5%.
 Pendapatan seperti: gaji, honorarium, komisi atau penghasilan dokter, Jika
sudah dijalankan selama setahun (haul) dan Jumlahnya (nisab) sudah
senilai/setara dengan 96 gram mas murni, maka kadar zakatnya yang harus
dikeluarkan adalah 2,5%.
 Uang simpanan, seperti tabanas, deposit, uang tunai dan sejenisnya, jika sudah
dimiliki selama setahun (haul) dan Jumlahnya (nisab) sudah senilai/setara
dengan 96 gram mas murni, maka kadar zakatnya yang harus dikeluarkan
adalah 2,5%.

5) Zakat Fitrah
Tata cara perhitungan zakat fitrah bergantung pada Jenis makanan pokok suatu
daerah,
Jumlahnya (nisab) melebihi kebutuhan (yang wajar) untuk keluarga pada hari raya
Idul fitri. Haulnya tiap akhir Ramadhan dan kadarnya 2,5 kg atau 3,5 liter makanan
pokok atau boleh juga dalam bentuk uang seharga makanan pokok tersebut.
Namun ada beberapa perbedaan pendapat yang terjadi antara jumhur ulama
tiga mazhab fiqih Maliki, Syafii, Hanbali dengan madzhab Hanafiyah soal bagaimana
teknis zakat fitrah itu dikerjakan. Mazhab Hanafiyah merupakan satu-satunya mazhab
yang membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang. Hal ini di buktikan dengan
“Diceritakan dari Abu Yusuf (murid Imam Abu Hanifah) bahwa bayar zakat fitrah
dengan tepung itu lebih aku sukai daripada bayar dengan jelai, dan bayar dengan
dirham (uang) lebih aku sukai daripada bayar dengan tepung atau juga dengan jelai;

11
karena uang lebih bisa menyelesaikan hajatnya si fakir. (Bada’i al-Shana’i 2/72).”.
Namun dalam hal ini mazhab al-Malikiyah tidak mengaminkan zakat dengan uang.
“Tidak sah (zakat fitrah) kurang dari satu sha’ menurut kalangan ulama Madinah di
antaranya Imam Malik dan juga selainnya, (zakat fitrah) berupa biji-bijian yang
merupakan makanan pokok seluruhnya, tidak sah dengan tepung, bubuk juga roti …
dan tidak (boleh) mengganti zakat dengan nilai (uang) menurut ahli Madinah, dan
inilah pendapat yang sahih dari Imam Malik dan juga kebanyakan ulama al-
Malikiyah.” (al-Kafi fi Fiqh Ahl Madinah 1/323). Sedangkan menurut mazhab al-
Syafi’iyyah yang sama menolak zakat fitrah dengan uang. “Kadar yang diwajibkan
(zakat fitrah) adalah 5 1/3 rithl Baghdad, dari makanan pokok berupa biji-bijian dan
juga buah. Tidak boleh (zakat fitrah) dengan roti, tepung, dan juga tidak (boleh)
mengeluarkan zakat fitrah dalam bentuk nilai dengan perak atau emas.” (al-Iqna’ lil-
Mawardi 69). Dan Mazhab Mazhab al-Hanabilah juga demikian. “Siapa yang mampu
mengeluarkan (zakat fitrah) berupa kurma, jelasi atau gandum, atau kismis, atau juga
aqith (jameed), tapi ia mengeluarkan selain yang tersebut, tidak sah zakat fitrahnya,
dan (juga) siapa yang mengeluarkan nilai (uang)-nya tidak sah.” (Mukhtashar al-
Khiraqi 48).
Beberapa ulama mengatakan, dalil jumhur dalam hal ini sangat nyata dan jelas
di antaranya sesuai dengan teks-teks hadits Nabi SAW yang berkaitan dengan zakat
fitrah sangat nyata dan jelas menyebut jenis-jenis makanan pokok dalam haditsnya.
Karena itu, jumhur ulama menyebut bahwa wajibnya zakat fitrah adalah makanan
pokok.

(Dari Abdullah bin Umar RA bahwa Rasulullah SAW memfardukan zakat


fitrah bulan Ramadhan kepada manusia sebesar satu sha’ kurma atau sya’ir, yaitu
kepada setiap orang merdeka, budak, laki-laki dan perempuan dari orang-orang
muslim.” (HR jamaah kecuali Ibnu Majah dari hadits Ibnu Umar). (Dari Abi Said al-
Khudhri RA, ia berkata, “Kami mengeluarkan zakat fitrah ketika dahulu Rasulullah
bersama kami sebanyak satu sha’ tha’aam (hinthah) atau satu sha’ kurma, atau satu
sha’ sya’ir, atau satu shaa’ zabib, atau satu shaa’ aqith. Dan aku terus mengeluarkan
zakat fitrah sedemikian itu selama hidupku.” (HR jamaah—Nailul Authar).
Ulama mengatakan, terkait dengan hadits terakhir yang tersebut, ulama dari
kalangan jumhur tidak ada yang mengatakan bahwa jenis-jenis itu saja yang wajib
dizakati, sementara yang lain tidak boleh. “Tentunya tidak ada dalil seperti itu (yang

12
mengatakan bahwa jenis-jenis itu saja yang wajib dizakati, yang lain tidak boleh),”
katanya. Ulama juga mengatakan, telah menghukumi bahwa selain yang disebutkan
dalam hadits boleh dizakati. Syaratnya makanan pokok karena memang apa yang
disebutkan dalam hadits di atas semuanya adalah makanan pokok. “Dan bukan hanya
makanan pokok, ia juga haruslah berupa biji-bijian atau buah-buahan,” katanya. Jadi
jika ada daging yang dijadikan makanan pokok, makanan itu tidak bisa dijadikan
zakat fitrah karena sifatnya yang bukan biji-bijian atau buah-buahan. Begitu
penjelasan ulama.2

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian dialas, penulis berkesimpulan bahwa zakat hukumnya


wajib bagi umat Islam, yang diperintahkan melalui Al-qur’an dan Sunah Nabi
dan dikembangkan melalui ijtihad ulama. Melaksanakan kewajiban zakat berarti
merealisasikan rukun Islam yang ketiga. Kewajiban zakat diambil melalui harta
kekayaan yang dimiliki seseorang sesuai dengan ketentuan haul, nisab dan
kadarnya. Zakat yang dikumpulkan diperuntukkan bagi delapan
gulungan/kelompok (asnaf) yang lelah ditentukan oleh Al-qur’an.
2
https://Republik.co.id.

13
Zakat merupakan sumber dana yang potensial, bagi kesejahteraan
masyarakat. Karena itu, pelaksanaan zakat perlu dikelola secara profesional dan
bertanggungjawab, sehingga kemanfaatannya Tepat pada sasaran. Pelaksanaan
ini dapat dilakukan langsung melalui BAZ, atau oleh pemerintah.

Dengan demikian, kewajiban zakat yang telah dilaksanakan oleh setiap


umat Islam, mudah-mudahan dapat menjadi amal ibadah dan memperoleh
Ridho Allah S.W.T.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI-
Press, 1988.

Departemen Agama, Republik Indonesia. Al-qur'an dan Terjemahnya. Jakarta:


Bumi Restu, 1978.

Hasan, Sufyan. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Surabaya: Al-Ikhlas, 1995.

Rauf dan Rasyid. Zakal. Jakarta: P.T. Pustakaraya Grafikalama, 1978. Qardawi,
Yusuf. Hukum Zakat. Jakarta: Litera Antarnusa, 1987.

14
Ulwan, Abdullah Nasih. Hukum Zakat Dalam Pandangan 4 Mazhab. Jakarta:
Litera Antarnusa, 1985.

Prof.Dr.H.M.Athoillah Anton, M.M., Zakat Dan Wakaf ( Simbiosa Rekatama


Media, Bandung, hal 28-29).

https://Republik.co.id

15

Anda mungkin juga menyukai