Anda di halaman 1dari 29

Cara menghitung zakat maal fitrah zakat profesi niaga zakat simpanan usaha zakat emas perak investasi

zakat hadiah dan zakat perusahaan.Ini mungkin akan dibutuhkan oleh teman-teman dalam rangka membersihkan penghasilan/pendapatan kita setelah sebelumnya telah membaca panduan zakat pengetian Zakat makna hikmah syarat hukum wajib macam jenis zakat. Sejujurnya tidaklah mudah untuk berdisplin dalam mengkalkulasi atau menghitung zakat dan membayarkannya tepat waktu. Terdapat godaan yang cukup berat sehingga seringkali meletakkan zakat bukan pada prioritas utama. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidaktahuan dalam menghitung zakat atau memang disengaja karena tidak rela menyisihkan sebagian penghasilan karena buat makan saja sudah pas-pasan atau mungkin lebih senang diinvestasikan agar pendapatan semakin bertambah. Padahal zakat merupakan kewajiban bagi seorang muslimin dan muslimah. Mudaha-mudahan panduan cara hitung kalkulasi zakat maal fitrah zakat profesi niaga usaha zakat emas perak zakat simpanan investasi zakat hadiah dan zakat perusahaan ini bermanfaat. Panduan Cara Menghitung Zakat Maal Fitrah Profesi Niaga Emas Simpanan Perak Investasi Hadiah Perusahaan Zakat Fitrah/Fidyah Dari Ibnu Umar ra berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah satu sha kurma atau gandum pada budak, orang merdeka, lelaki perempuan, anak kecil dan orang dewasa dari ummat Islam dan memerintahkan untuk membayarnya sebelum mereka keluar untuk sholat (iid ). ( Mutafaq alaih ). Besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,176 kg. Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut nash hadits yaitu tepung, terigu, kurma, gandum, zahib (anggur) dan aqith (semacam keju). Untuk daerah/negara yang makanan pokoknya selain 5 makanan di atas, mazhab Maliki dan Syafii membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok yang lain. Menurut mazhab hanafi pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan membayarkan harganya dari makanan pokok yang di makan. Pembayaran zakat menurut jumhur ulama : 1. Waktu wajib membayar zakat fitrah yaitu ditandai dengan tenggelamnya matahari di akhir bulan Ramadhan 2. Membolehkan mendahulukan pembayaran zakat fitrah di awal. Keterangan :Bagi yang tidak berpuasa Ramadhan karena udzur tertentu yang dibolehkan oleh syariat dan mempunyai kewajiban membayar fidyah, maka pembayaran fidyah sesuai dengan lamanya seseorang tidak berpuasa.http://rumahislami.blogspot.com/

Zakat Maal 1. Pengertian Maal (harta) Menurut terminologi bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. Sedangkan menurut terminologi syariah (istilah syara), harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim). Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu: 1. Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, disimpan 2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll. 2. Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib di Zakati 1. Milik Penuh Artinya harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat Islam, seperti : usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya. 2. Berkembang Artinya harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang. 3. Cukup Nishab Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara. sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat dan dianjurkan mengeluarkan Infaq serta Shadaqah 4. Lebih Dari Kebutuhan Pokok Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum, misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dsb. 5. Bebas Dari hutang Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari zakat. 6. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul) Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu (mencapai) satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedangkan hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.http://rumahislami.blogspot.com/ 3. Harta (maal) yang Wajib di Zakati 1. Binatang Ternak Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing,

domba) dan unggas (ayam, itik, burung). 2. Emas Dan Perak Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang elok, juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang (potensial) berkembang. Oleh karena syara mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lain. Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak. sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak. Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan, tanah, dll. Yang melebihi keperluan menurut syara atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di uangkan. Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut. 3. Harta Perniagaan Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau perserikatan seperti : CV, PT, Koperasi, dsb. 4. Hasil Pertanian Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumputrumputan, dedaunan, dll. 5. Madin dan Kekayaan Laut Madin (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar, marjan, dll. 6. Rikaz Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Profesi/Pendapatan Zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, wiraswasta, dll. Dasar Hukum Syariat Firman Allah SWT: dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak dapat bahagian. (QS. Adz-Dzaariyaat (51): 19)

Firman Allah SWT: Wahai orang-orang yang beriman, infaqkanlah (zakat) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. (QS Al Baqarah: 267) Hadist Nabi SAW: Bila zakat bercampur dengan harta lainnya maka ia akan merusak harta itu.(HR. AL Bazar dan Baehaqi) Hasilan profesi (pegawai negeri/swasta, konsultan, dokter, notaris, wiraswasta, dll) merupakan sumber pendapatan (kasab) yang tidak banyak dikenal di masa generasi terdahulu, oleh karenanya bentuk kasab ini tidak banyak dibahas, khususnya yang berkaitan dengan zakat. Lain halnya dengan bentuk kasab yang lebih populer saat itu, seperti pertanian, peternakan dan perniagaan, mendapatkan porsi pembahasan yang sangat memadai dan detail. Meskipun demikian bukan berarti harta yang didapatkan dari hasil profesi tersebut bebas dari zakat, sebab zakat pada dasarnya/hakekatnya adalah pungutan harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin diantara mereka (sesuai dengan ketentuan syara). Dengan demikian apabila seseorang dengan penghasilan profesinya ia menjadi kaya, maka wajib atas kekayaannya itu zakat, akan tetapi jika hasilnya tidak mencukupi kebutuhan hidup (dan keluarganya), maka ia menjadi mustahiq (penerima zakat). Sedang jika hasilnya hanya sekedar untuk menutupi kebutuhan hidupnya, atau lebih sedikit maka baginya tidak wajib zakat. Kebutuhan hidup yang dimaksud adalah kebutuhan pokok, yakni, papan, sandang, pangan dan biaya yang diperlukan untuk menjalankan profesinya. Zakat profesi memang tidak dikenal dalam khasanah keilmuan Islam, sedangkan hasil profesi yang berupa harta dapat dikategorikan ke dalam zakat harta (simpanan/kekayaan). Dengan demikian hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat maka wajib baginya untuk menunaikan zakat. Contoh perhitungan: * Iwan Darsawan adalah seorang karyawan swasta yang berdomisili di kota Bekasi, memiliki seorang istri dan 2 orang anak. Penghasilan bersih perbulan Rp. 1.500.000,-. * Bila kebutuhan pokok keluarga tersebut kurang lebih Rp. 625.000 per bulan maka kelebihan dari penghasilannya = (1.500.000 625.000) = Rp. 975.000 perbulan. * Apabila saldo rata-rata perbulan 975.000 maka jumlah kekayaan yang dapat dikumpulkan dalam kurun waktu satu tahun adalah Rp. 11.700.000 (lebih dari nishab). * Dengan demikian Akbar berkewajiban membayar zakat sebesar 2.5% dari saldo. * Dalam hal ini zakat dapat dibayarkan setiap bulan sebesar 2.5% dari saldo bulanan atau 2.5 % dari saldo tahunan. Perhitungan Zakat Pendapatan/Profesi Nisab zakat pendapatan / profesi setara dengan nisab zakat tanaman dan buah-buahan sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah setara dengan 520 kg beras, kadar zakatnya sebesar 2,5 %. Waktu untuk mengeluarkan zakat profesi pada setiap kali menerima diqiyaskan dengan waktu pengeluaran zakat tanaman yaitu setiap kali panen. Dan

tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya ( dengan dikeluar kan zakat nya ). ( QS : Al-Anam : 141 ). Contoh perhitungan: * Nisab sebesar 520 kg beras, asumsi harga `eras 2000 jadi nilai nisab sebesar 520 x 2000 = 1.400.000 * Jumlah pendapatan perbulan Rp 2.000.000,* Zakat atas pendapatan ( karena telah mencapai nisab ) 2,5 % x 2.000.000,- = 50.000,Uang Simpanan Uang simpanan ( baik tabungan, deposito, dll ) dikenakan zakat dari jumlah terendah bila telah mencapai haul. Besarnya nisab senilai dengan 85 gr emas ( asumsi 1 gr emas Rp 75.000, nisab sebesar Rp 6.375.000 ). Kadarnya zakatnya sebesar 2,5 %. 1. Uang Tabungan Tanggal Masuk Keluar Saldo 01/03/99 20.000.000 20.000.000 25/03/99 2.000.000 18.000.000 20/05/99 5.000.000 13.000.000 01/06/99 200.000* 13.200.000 12/09/99 1.000.000 12.200.000 11/10/99 2.000.000 14.200.000 31/02/00 1.000.000 15.200.000 * Bagi hasil Jumlah saldo terakhir dalam tabel di atas adalah 15.200.000 telah melebihi nisab (asumsi 1 gr emas Rp 75.000, nisab sebesar Rp 6.375.000) dan genap satu tahun. Tahun haul menurut contoh di atas 01/03/99 31/02/00.. uang bagi hasil ini dikeluarkan terlebih dahulu sebelum perhitungan zakat. Perhitungan : * Tahun haul : 01/03/99 31/02/00 * Nisab : Rp 6.375.000,* Saldo terakhir : Rp 15.200.000,- Rp 200.000,- = Rp 15.000.000,* Besarnya zakat : 2,5 % x Rp 15.000.000,- = Rp 375.000,Bila seseorang mempunyai beberapa tabungan maka semua buku dihitung setelah dilihat haul dan saldo terendah dari masing-masing buku. Perhitungan: * Haul : 01/03/99 31/02/00 * Saldo terakhir: - Buku 1: 5.000.000- Buku 2: 3.000.000- Buku 3: 2.000.000 * Jumlah total : Rp 10.000.000 * Zakat : 2,5 % x Rp 10.000.000 = Rp 250.000,2. Simpanan Deposito Seseorang mempunyai deposito di awal penyetoran tanggal 01/04/99 sebesar Rp

10.000.000 dengan jumlah bagi hasil 300.000 setahun. Haul wajib zakat adalah tanggal 31/03/00, nisab sebesar 6.375.000. Maka setelah masa haul tiba zakat yang harus dikeluarkan sebesar : 2.5 % x Rp 10.000.000 = Rp 250.000 Bila seseorang mempunyai beberapa simpanan deposito maka seluruh jumlah simpanan deposito dijumlahkan. Bila mencapai nisab dengan masa satu tahun kadar zakatnya sebesar 2,5 % dengan perhitungan seperti di atas. Zakat Emas/Perak Seorang muslim yang mempunyai emas dan perak wajib mengeluarkan zakat bila sesuai dengan nisab dan haul. Adapun nisab emas sebesar 85 gr dan nisab perak 595 gr. 1. Emas yang tidak dipakai Emas yang tidak dipakai adalah perhiasan emas yang tidak digunakan atau sekali pun dipakai hanya sekali setahun. Dengan demikian bila seseorang menyimpan menyamai atau melebihi 85 gr maka ia wajib mengeluarkan zakat emas tersebut. Ada pun kadar zakatnya besarnya 2,5 % di hitung dari nilai uang emas tersebut. Misalnya : seseorang mempunyai 90 gr emas. Harga 1 gr emas 70.000. Maka besarnya zakat yang dikeluarkan sebesar : 90 x 70.000 x 2,5 % = 157.500 2. Emas yang dipakai Emas yang dipakai adalah dalam kondisi wajar dan tidak berlebihan. Jadi bila seorang wanita mempunyai emas 120 gr, dipakai dalam aktivitas sehari-hari sebanyak 15 gr. Maka zakat emas yang wajib dikeluarkan oleh wanita tersebut adalah 120 gr 15 gr = 105 gr. Bila harga emas 70.000 maka zakat yang harus dikeluarkan sebesar : 105 x 70.000 x 2,5 % = 183.750 Keterangan : Perhitungan zakat perak mengikuti cara per hitungan di atas. Zakat Investasi Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi. Diantara bentuk usaha yang masuk investasi adalah bangunan atau kantor yang disewakan, saham, rental mobil, rumah kontrakan, investasi pada ternak atau tambak, dll. Dilihat dari karakteristik investasi, biasanya modal tidak bergerak dan tidak terpengaruh terhadap hasil produksi maka zakat investasi lebih dekat ke zakat pertanian. Pendapat ini diikuti oleh ulama modern seperti Yusuf Qordhowi, Muhammad Abu Zahrah, Abdul Wahab Khalaf, Abdurahman Hasan, dll. Dengan demikian zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan sedangkan modal tidak dikenai zakat. Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 5 % atau 10 %. 5 % untuk penghasilan kotor dan 10 untuk penghasilan bersih.

Zakat Hadiah dan Sejenisnya 1. Jika hadiah tersebut terkait dengan gaji maka ketentuannya sama dengan zakat profesi/pendapatan. Dikeluarkan pada saat menerima dengan kadar zakat 2,5 %. 2. Jika komisi, terdiri dari 2 bentuk : pertama, jika komisi dari hasil prosentasi keuntungan perusahaan kepada pegawai, maka zakat yang dikeluarkan sebesar 10 % (sama dengan zakat tanaman), kedua, jika komisi dari hasil profesi seperti makelar, dll maka digolongkan dengan zakat profesi. Aturan pembayaran zakat mengikuti zakat profesi. 3. Jika berupa hibah, terdiri dari dua kriteria, pertama, jika sumber hibah tidak di duga-duga sebelumnya, maka zakat yang dikeluarkan sebesar 20 %, kedua, jika sumber hibah sudah diduga dan diharap, hibah tersebut digabung kan dengan kekayaan yang ada dan zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5 %. Zakat Perniagaan-Zakat Perdagangan Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua yang kami persiapkan untuk berdagang. ( HR. Abu Dawud ) Ketentuan zakat perdagangan: 1. Berjalan 1 tahun ( haul ), Pendapat Abu Hanifah lebih kuat dan realistis yaitu dengan menggabungkan semua harta perdagangan pada awal dan akhir dalam satu tahun kemudian dikeluarkan zakatnya. 2. Nisab zakat perdagangan sama dengan nisab emas yaitu senilai 85 gr emas 3. Kadarnya zakat sebesar 2,5 % 4. Dapat dibayar dengan uang atau barang 5. Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan. Perhitungan :(Modal diputar + Keuntungan + piutang yang dapat dicairkan) (hutang + kerugian) x 2,5 % Contoh : Harta perniagaan, baik yang bergerak di bidang perdagangan, industri, agroindustri, ataupun jasa, dikelola secara individu maupun badan usaha (seperti PT, CV, Yayasan, Koperasi, Dll) nishabnya adalah 20 dinar (setara dengan 85 gram emas murni). Artinya jika suatu badan usaha pada akhir tahun (tutup buku) memiliki kekayaan (modal kerja dan untung) lebih besar atau setara dengan 85 gram emas (asumsi jika per-gram Rp 75.000,- = Rp 6.375.000,-), maka ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5 % Pada badan usaha yang berbentuk syirkah (kerjasama), maka jika semua anggota syirkah beragama Islam, zakat dikeluarkan lebih dulu sebelum dibagikan kepada pihak-pihak yang bersyirkah. Tetapi jika anggota syirkah terdapat orang yang non muslim, maka zakat hanya dikeluarkan dari anggota syirkah muslim saja (apabila jumlahnya lebih dari nishab) Cara menghitung zakat : Kekayaan yang dimiliki badan usaha tidak akan lepas dari salah satu atau lebih dari tiga bentuk di bawah ini : 1. Kekayaan dalam bentuk barang

2. Uang tunai 3. Piutang Maka yang dimaksud dengan harta perniagaan yang wajib dizakati adalah yang harus dibayar (jatuh tempo) dan pajak. Contoh : Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per Januari tahun 1995 dengan keadaan sbb : * Sofa atau Mebel belum terjual 5 set Rp 10.000.000 * Uang tunai Rp 15.000.000 * Piutang Rp 2.000.000 * Jumlah Rp 27.000.000 * Utang & Pajak Rp 7.000.000 * Saldo Rp 20.000.000 * Besar zakat = 2,5 % x Rp 20.000.000,- = Rp 500.000,Pada harta perniagaan, modal investasi yang berupa tanah dan bangunan atau lemari, etalase pada toko, dll, tidak termasuk harta yang wajib dizakati sebab termasuk kedalam kategori barang tetap (tidak berkembang) Usaha yang bergerak dibidang jasa, seperti perhotelan, penyewaan apartemen, taksi, renal mobil, bus/truk, kapal laut, pesawat udara, dll, kemudian dikeluarkan zakatnya dapat dipilih diantara 2 (dua) cara: * Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), seluruh harta kekayaan perusahaan dihitung, termasuk barang (harta) penghasil jasa, seperti taksi, kapal, hotel, dll, kemudian keluarkan zakatnya 2,5 %. * Pada Perhitungan akhir tahun (tutup buku), hanya dihitung dari hasil bersih yang diperoleh usaha tersebut selama satu tahun, kemudian zakatnya dikeluarkan 10%. Hal ini diqiyaskan dengan perhitungan zakat hasil pertanian, dimana perhitungan zakatnya hanya didasarkan pada hasil pertaniannya, tidak dihitung harga tanahnya. Zakat Perusahaan Zakat perusahaan hampir sama dengan zakat perdagangan dan investasi. Bedanya dalam zakat perusahaan bersifat kolektif. Dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika perusahaan bergerak dalam bidang usaha perdagangan maka perusahaan tersebut mengeluarkan harta sesuai dengan aturan zakat perdagangan. Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5 % 2. Jika perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi maka zakat yang dikeluarkan sesuai dengan aturan zakat investasi atau pertanian. Dengan demikian zakat perusahaan dikeluarkan pada saat menghasilkan sedangkan modal tidak dikenai zakat. Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 5 % atau 10 %. 5 % untuk penghasilan kotor dan 10 % untuk pengahasilan bersih. Catatan :Bila dalam perusahaan tersebut ada penyer taan modal dari pegawai non muslim maka penghitungan zakat setelah dikurangi ke- pemilikan modal atau keuntungan dari pegawai non muslim. Sumber: http://www.pkpu.or.id/

Pengertian zakat : Sebelum kita berbicara zakat mari kita lihat diferensisasi (perbedaan) antara shadaqah, Infaq, wakaf, maupun jariyah. - Shadaqah merupakan istilah yang paling umum, karena cakupannya yang luas, apa dan dalam bentuk apa shadaqah itu diberikan, seperti sabda Rasulullah SAW : Dari Abu Hurairoh ra. Setiap ruas tulang manusia wajib dikeluarkan sedekahnya setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong seseorang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkatkan barangnya ke atas kendaraan adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kakimu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan rintangan di tengah jalan adalah sedekah (H.R. Bukhari & Muslim). Dalam hadist yang lain dikatakan setiap kalimat tasbih shadaqah, senyum kepada sesama muslim juga merupakan bentuk shadaqah. Shadaqah merupakan bentuk kejujuran dalam rangka implementasi/pembuktian iman dan bakti seorang muslim kepada Allah SWT. - Infaq adalah seluruh bentuk pembelanjaan atau pengerahan potensi/kemampuan kita dalam bentuk materil maupun non materi seperti keilmuan, pemikiran, skill dan sebagainya untuk syiar/kepentingan islam. Ada yang hukumnya wajib, seperti nazar, kafarat dan ada pula yang sunah seperti bantuan bencana, dana kemanusiaan dan lainnya. - Zakat : Mengeluarkan harta berdasarkan nishab tertentu (batas harta minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya), pada waktu tertentu dan dialokasinya untuk golongan tertentu. Jadi zakat merupakan cabangan shadaqah yang diatur paling detail mengenai apa, siapa, kapan, berapa dan bagaiamana menyelenggarakannya. Harta apa saja yang wajib dizakati, siapa yang berhak mengelola dan menerimanya, kapan ia harus dikeluarkan, contohnya zakat fitrah ketika dikeluarkan setelah shalat iedul fitri maka tidak dianggap sebagai zakat. Berapa ukuran banyaknya harta yang sudah wajib dikeluarkan zakatnya, kemudian bila sudah memenuhi syarat (nishab) maka berpa persentase yang dikeluarkan, seperti zakat penghasilan atau perdagangan misalnya, banyak yang mengangap bahwa ketika sudah memberikan uang atau beras dengan jumlah tertentu kepada tetangga misalnya, mereka menganggap itulah zakat mereka. Tanpa memperhatikan apakah memang sudah pas prosentasinya, atau hal-hal lain berkenaan dengan apa dan bagaimana seperti yang di bahas tadi. Subhanallah Maha Besar Allah yang telah memberikan washilah sistem yang sebenarnya tidak hanya diperuntukkan membangun perekonomian umat, tapi juga membangun peradaban yang lebih baik. Karena dalam tataran aplikasi zakat dalam pemberdayaannya meliputi pembinaan sosial, budaya kerja, moral spiritual dan hal terkait lainnya. Hal ini memang tidak akan terbayangkan bila zakat hanya berbicara seputar sembako dan hal konsumtif lainnya, walaupun itu juga merupakan bagian dari hal yang mesti diurus/dibenahi melalui zakat. - Jariyah : pemberian harta kepada orang lain yang pahalanya terus mengalir kepada pemberinya, meski pemberinya sudah wafat, karena kemanfaatannya bisa terus

dirasakan. Seperti infaq pembangunan masjid, wakaf tanah untuk sarana umum atau ibadah, wakaf al-quran, bantuan becak, dsb. - Wakaf : Menahan harta yang dapat dimanfaatkan dengan dijamin kelestariannya, tidak melakukan tindakan hukum kepada benda tersebut, tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan. Wakaf termasuk bagian dari amal Jariyah. - Fidyah merupakan kafarat/pengganti tidak melaksanakan shaum karena kondisi yang sangat berat seperti jompo, hamil, menyusui atau sakit berkepanjangan dengan cara memberi makan kepada fakir miskin dengan besaran biaya sama dengan biaya yang dikeluarkan satu orang untuk makan dalam satu hari. Beikut diagram simulasi ZISWAF, untuk memahami perbedaan diantaranya :

Menurut Bahasa(lughat), zakat berarti : tumbuh; berkembang; kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi), membersihkan atau mensucikan Menurut Hukum Islam (istilah syara), zakat adalah pengambilan harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan diberikan kepada golongan tertentu As-Syafiiah mendefinisikan zakat dengan kewajiban atas sejumlah harta tertentu, untuk kelompok tertentu dan dalam waktu tertentu.

Catatan : Hanya saja kita tidak seyogyanya berhenti menerjemahkan sunah dan wajib sebatas yang diambil dari istilah fiqh saja, yaitu yang sering dikatakan kebanyakan orang : sunah kan bila dikerjakan dapat pahala bila tidak ya tidak apa-apa. Karena banyak keutamaan yang tertuang dalam al-quran maupun hadist berkenaan itiba (mengikut) sunnah Rasul. Perintah Zakat : v Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesunggunya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. (QS. 9. At-Taubah : 103) v dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta. (QS. 51. Adz Dzariyat:19) Ancaman bagi yang enggan berzakat : Di dalam hartamu ada bagian zakat yang tidak dikeluarkan maka harta yang haram (harta zakat yang tidak dikeluarkan) akan menggerogoti/menghancurkan) harta halal yang kamu miliki. (HR. Bukhori, dari Aisyah ra) Macam-macam Zakat : 1. Zakat Nafs (jiwa) disebut juga zakat fitrah. 2. Zakat Maal (harta) :

Jenis Zakat Maal Anam (ternak) Lainnya bisa di lihat dalam profile..

Contoh

Nishob 5 Unta

Unta

Jumlah Zakat 1 kambing 1 unta umur 1 th 1 ekor umur 1 th 1 ekor umur 2 th 1 kambing

Waktu 1 tahun

25 Unta Sapi/kerbau/k uda 30 Sapi/kerbau/kuda Kambing 40 Sapi/kerbau/kuda 40 120 kambing

Bacaan Niat Zakat : )/ ( Saya niat mengeluarkan zakat (fitrah/maal) fardhu karena Allah Taala. Doa Menerima Zakat : Semoga Allah memberikan pahala dari apa yang anda berikan, memberkahi harta yang anda miliki dan menjadikannya sebagai wasilah pembersih jiwa dan harta anda. Penerima Zakat : ( QS. 9. At-Taubah : 60) 1. Fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. Miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang bertugas untuk mengumpulkan, mengelola dan mendistribusikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

Tanggapan
1. Assalaamualaikum warohmatullahi taala wabarokatuh, Alhamdulillah, dapat juga referens untuk bahan kajian dan pemahaman kepada para jamaah di mushola kami. syukron. Selamat menuniakan ibadah puasa Ramadhan, taqobbalallohu mina waminkum taqobbal yaa kariim. salaam; sofyan
o

Oleh: sofyan asnawi on Agustus 30, 2009 at 1:57 pm

2. Alaikumsalam Warahmatullah wabarokatuh, Terima kasih saudara sofyan yang berkunjung ke blog kami yang masih sederhana ini, mudah-mudahan disini kita dapat berbagi ilmu dan amal, Insya Allah. Ditunggu saran dan kritiknya juga partisipasinya. Ingat zakat Ingat Adzikro
o

Oleh: baituzzakat on September 9, 2009 at 4:50 am

3. Terima kasih telah berkunjung di blog kami yang masih sederhana ini, semoga dapat menambah gudang ilmu buat kita semua, Ditunggu saran dan kritknya dan partisipasinya.
o

Oleh: baituzzakat on September 11, 2009 at 7:49 am

4. Semoga Allah selalu merhoi kita semua sebagai hambaNYA


o

Oleh: Hanif on September 15, 2009 at 3:30 pm

5. assalamualikum wr.wb. Mohon penjelasan tentang pembagian hasil zakit: tempat saya cuma ada 4 gol yang bisa menerima zakat. terdiri dari; Amil, pisabilillah, pakir miskin, ,Muallaf. Pertanyaa: cara pembagiannya bagaimana? bagaimana pula mustahik yang tidak ada ?
o

Oleh: Arie on September 16, 2009 at 5:59 am

6. sukron ya akhi
o

Oleh: dedy_it_umm on September 19, 2009 at 11:09 am

7. Amiin amiiin ya robbal alamin mohon dukungannya supaya kami bisa amanah dalam menjalankan ibadah ini, ditunggu saran kritik nya
o

Oleh: baituzzakat on September 29, 2009 at 8:46 am

8. Jazakallahu khairon katsir sudah berkunjung ke blog kami, semoga bermanfaat bagi kita semuaamiin
o

Oleh: baituzzakat on September 29, 2009 at 8:47 am

9. Alaikumsalam Maaf kami baru menjawab pertanyaan saudara arie Dari penerimaan zakat dibagi sesuai dengan mustahik yang ada di desa atau tempat tersebutsecara adil Begitu penjelasan yang dapat kami berikan Selebihnya kami mohon maaf atas segala kekurangan Wassalamualiakum

Zakat fitrah adalah mengeluarkan bahan makanan pokok dengan ukuran tertentu setelah terbenamnya matahari pada akhir bulan Ramadhan (malam 1 Syawwal) dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan . 2. Zakat fitrah mulai diwajibkan Zakat fitrah diwajibkan ditahun kedua Hijriyah 3. Dasar wajib zakat fitrah: ) ) Diriwayatkan dari Sayyidina Abdullah bin Umar, Sesungguhnya Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah bulan Ramadhan berupa satu sho kurma atau satu sho gandum atas setiap orang muslim, merdeka atau budak, laki2 maupun perempuan 4. Orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah Zakat fitrah wajib bagi setiap orang islam yang mampu dan hidup di sebagian bulan Ramadhan serta sebagian bulan Syawwal. Artinya, orang yang meninggal setelah masuk waktu maghrib malam lebaran (malam 1 Syawwal) wajib baginya zakat fitrah (dikeluarkan dari harta peninggalannya). Begitu juga bayi yang dilahirkan sesaat

sebelum terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Ramadhan dan terus hidup sampai setelah terbenamnya matahari malam 1 Syawwal. Tapi sebaliknya, orang yang meninggal sebelum terbenamnya matahari di akhir bulan Ramadhan atau bayi yang lahir setelah terbenamnya matahari di malam 1 Syawwal tidak diwajibkan baginya zakat fitrah. 5. Yang dimaksud mampu yaitu, memiliki harta lebih dari: 1) Kebutuhan makan dan pakaian untuk dirinya dan orang yang wajib dinafkahi pada siang hari raya beserta malam harinya (1 Syawwal dan malam 2 Syawwal} 2) 3) 4) Hutang, meskipun belum jatuh tempo (saat membayar). Rumah yang layak baginya dan orang yang wajib dinafkahi. Biaya pembantu untuk istri jika dibutuhkan.

6. Orang yang wajib dinafkahi yaitu: 1) Anak yang belum baligh dan tidak memiliki harta.

2) Anak yang sudah baligh namun secara fisik tidak mampu bekerja seperti lumpuh, idiot, dan sebagainya serta tidak memiliki harta. 3) 4) Orang tua yang tidak mampu (musir). Istri yang sah.

5) Istri yang sudah ditalak roji (istri yang pernah dikumpuli dan tertalak satu atau dua) dalam masa iddah. 6) Istri yang ditalak bain (talak 3) apabila dalam keadaan hamil.

7. Benda yang boleh untuk zakat fitrah Zakat fitrah berupa makanan pokok mayoritas penduduk daerah setempat. Ukuran zakat fitrah 1 sho beras = 2,75 3 kg. 8. Urutan dalam mengeluarkan zakat fitrah ketika harta terbatas. Orang yang memiliki kelebihan harta seperti di atas tetapi tidak mencukupi untuk fitrah seluruh keluarganya, maka dikeluarkan sesuai urutan berikut : 1) 2) 3) Dirinya sendiri. Istri. Pembantu istri sukarela (tanpa bayaran).

4) 5) 6) 7)

Anak yang belum baligh. Ayah yang tidak mampu. Ibu yang tidak mampu. Anak yang sudah baligh dan tidak mampu (secara fisik dan materi).

Jika kelebihan harta tersebut kurang dari 1 sho maka tetap wajib dikeluarkan. 9. Waktu mengeluarkan zakat fitrah: 1) Waktu wajib, yaitu ketika mendapati sebagian dari bulan Ramadhan dan sebagian dari bulan Syawwal. 2) Waktu jawaz (boleh), yaitu mulai awal Ramadhan.

Dengan catatan orang yang telah menerima fitrah darinya tetap dalam keadaan mustahiq (berhak menerima zakat) dan mukim saat waktu wajib. Jika saat wajib orang yang menerima fitrah dalam keadaan kaya atau musafir maka wajib mengeluarkan kembali. 3) Waktu fadhilah (utama), yaitu setelah terbitnya fajar hari raya (1 Syawwal) sebelum pelaksanaan shalat ied. 4) Waktu makruh, yaitu setelah pelaksaan shalat ied hingga terbenamnya matahari 1 Syawwal, kecuali karena menunggu kerabat atau tetangga yang berhak menerimanya. 5) Waktu haram, yaitu mengakhirkan hingga terbenamnya matahari 1 Syawwal kecuali karena udzur seperti tidak didapatkan orang yang berhak didaerah itu. Namun wajib menggodhoi. 10. Syarat sah zakat fitrah: a. Niat. Niat wajib dalam hati. Sunnah melafadzkannya dalam madzhab syafii. Niat untuk fitrah diri sendiri: ( Saya niat mengeluarkan zakat fitrah saya karena Allah Taala) Niat untuk zakat fitrah orang lain: ( saya niat mengeluarkan zakat fitrah fulan atau fulanah karena Allah Taala) CATATAN : Anak yang sudah baligh, mampu secara fisik, tidak wajib bagi orang tua mengeluarkan zakat fitrahnya. Oleh karena itu apabila orang tua hendak mengeluarkan zakat fitrah anak tersebut, maka caranya :

1. Men-tamlik makanan pokok kepadanya (memberikan makanan pokok untuk fitrahnya agar diniati anak tersebut). 2. Atau mengeluarkannya dengan seizin anak. Cara niat zakat fitrah a. Jika dikeluarkan sendiri, maka diniatkan ketika menyerahkannya kepada yang berhak atau setelah memisahkan beras sebagai fitrahnya. Apabila sudah diniatkan ketika dipisah maka tidak perlu diniatkan kembali ketika diserahkan kepada yang berhak. b. Jika diwakilkan, diniatkan ketika menyerahkan kepada wakil atau memasrahkan niat kepada wakil. Apabila sudah diniatkan ketika menyerahkan kepada wakil maka tidak wajib bagi wakil untuk niat kembali ketika memberikan kepada yang berhak, namun lebih afdhol tetap meniatkan kembali, tetapi jika memasrahkan niat kepada wakil maka wajib bagi wakil meniatkannya. 11. Menyerahkan kepada orang yang berhak menerima zakat, yaitu ada 8 golongan yang sudah maklum. Allah telah mejelasakan delapan golongan yang berhak menerima zakat. Yaitu: 1) Fakir: orang yang hanya mampu memenuhi kurang dari separoh kebutuhanya.

2) Miskin: orang yang mampu memenuhi lebih dari separoh kebutuhanya, namun ia belum mampu memenuhi kebutuhannya secara menyeluruh, maka ia diberi zakat untuk beberapa bulan kebutuhanya. 3) Amil Zakat: orang yang ditugaskan oleh penguasa (pemerintah) untuk mengumpulkan zakat dari orang yang membayar zakat.mereka di beri upah yang layak sesuai dengan pekerjaan mereka. 4) Para muallaf yang dibujuk hatinya: adalah orang orang yang baru memeluk islam, mereka diberi zakat agar hti mereka lunak menerima islam dan agar keimanan dihati mereka tetap teguh 5) Zakat juga di berikan untuk memerdekakan budak dan membebaskan tawanan perang yang tertawan oleh pihak musuh. 6) Orang-orang yang berhutang: mereka adalah orang-orang yang terbebani hutang mereka di beri zakat untuk melunasi hutang mereka dengan syaratnya harus beragama islam, tidak mampu melunasi hutang, dan tidak berhutang untuk membiayai kemaksiatan. 7) Fi sabilillah: mereka adalah para mujahid yang berperang dengan suka rela tanpa mendapat gaji dari pemerintah, mereka di beri zakat untuk diri mereka sendiri atau untuk membeli senjata.

8) Orang yang sedang dalam pejalanan yaitu para musafir yang kehabisan bekal untuk melanjutkan perjalananya, maka ia diberi zakat sekedar kebutuhanya, sehingga ia sampai ke tujuanya. Prioritas Zakat Fitrah dalam hal ini jelas ada tiga pendapat: 1. Pendapat yang mewjibkan di bagikan pada asnaf yang delapan, dengan rata ini adalah pendapat yang masyhur dari golongan Syafii. 2. Pendapat yang memperkenankan membagikannya pada asnaf yang delapan dan mengkhususkanya kepada golongan fakir. Ini adalah pendapat jumhur, karena zakat fitrah adalah zakat juga, sehingga masuk dalam keumuman sebagaimana pada surat at-Taubat ayat:60 3. Pendapat yang mewajibkan mengkhususkan kepada orang-orang yang fakir saja, ini adalah pendapat golongan Maliki, salah satu dari pendapat Imam Ahmad, di perkuat oleh Ibnu Qoyyim dan gurunya, yaitu Ibnu Taimiyah. Pendapat ini di pegang pula oleh Imam Hadi, Qashim dan Abu Tholib,dimana mereka mengatakan bahwa zakat fitrah itu hanyalah di berikan kepada fakir miskin saja, tidak kepada yang lainnya dari asnaf yang delapan, berdasarkan hadist: Zakat fitrah adalah untuk memberi makan pada orang-orang miskin. Dan hadis: Cukupkanlah mereka di hari raya ini. Dari berbagai sumber 1. Hukum Adzan Adzan ialah pemberitahuan tentang masuknya waktu shalat dengan lafadz tertentu (Fiqhus Sunnah 1:94), dan hukumnya wajib. Dari Malik bin al-Huwairits bahwa Nabi saw. bersabda, "Apabila (waktu) shalat tiba, maka hendaklah salah seorang di antara kamu, mengumandangkan adzan untuk kamu dan hendaklah yang paling tua di antara kamu yang menjadi imam kamu!" (Muttafaqun alaih: Fathul Bari II: 111 no: 631 dan Muslim I: 465 no: 674). Rasulullah telah memerintahkan Malik bin al-Huwairits mengumandangkan adzan dan sudah kita ma'lumi bahwa sebuah perintah nilainya untuk mewajibkan. Dari Anas r.a. bahwa Nabi saw. apabila memerangi suatu kaum bersama kami, beliau tidak terus menyerang bersama kami hingga shubuh, dan memperhatikan jika beliau mendengar suara adzan maka beliau menahan diri dan menyerang mereka, dan jika tidak mendengar adzan maka beliau terus menyerbu mereka. (Muttafaqun alaih: Fathul Bari II: 89 no: 610 dan ini lafadznya, dan Muslim I: 288 no: 382 semakna). 2. Keutamaan Adzan Dari Mu'awiyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya para muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat." (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no: 6645 dan Muslim 1: 290 no: 387). Dari Abdurrahman bin Abdillah bin Abdurrahrrian bin Abi Sha'sha'ah al Anshani alMazini dan bapaknya, bahwa dia mengkhabarkan kepadanya bahwa Abu Sa'id al-

khudri berkata kepadanya (yaitu Abdullah), "Sesungguhnya aku melihatmu senang kepada kawanan kambing dan (hidup di) tengah padang pasir. Oleh karena itu, apabila kamu berada di tengah-tengah kawanan kambingmu atau di kampungmu, lalu kamu adzan untuk shalat, maka keraskanlah suaramu, karena sesungguhnya tidak mendengar kerasnya suara muadzin, baik jin, manusia dan sesuatu apapun, melainkan mereka akan menjadi dari Rasulullah ." Sahih: Shahih Nasa'i no: 625, Fathul Bari II: 87 no: 609 dan Nasa'i II: 12). 3. Sifat Adzan Dari Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbih, ia berkata, tatkala Rasulullah saw. telah mengambil keputusan hendak memukul naqus(lonceng), namun sebenarnya beliau tidak suka karena menyerupai kaum Nashara, maka pada waktu tidur malam aku bemimpi ada yang mengelilingiku, seorang laki-laki mengenakan dua pakaian hijau memegang lonceng lalu aku bertanya kepadanya, "Wahai hamba Allah, apakah engkau menjual lonceng itu?" Jawabnya, "Apa yang akan kamu perbuat dengan lonceng ini?" Maka saya jawab, "Dengannya aku mengajak (orang-orang) untuk shalat (jama'ah)." Kemudian laki-laki itu bertanya, "Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada itu?" Saya jawab, "Ya, tentu" Kata laki-laki itu, "Ucapkanlah: ALLAAHU AKBAR ALLAA.RU AKBAR. ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, ASYHADU ALL ILAAHA ILLALLAAH ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAAH ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULUL-LAAH, HAYYA ALASHSHALAAH HAYYA ALASHSHALAAH, HAYYA ALAL FALAAH HAYYA LAL FALAAH, ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAAH. (Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah (yang patut diibadahi) kecuali Allah, Aku bersaksi bahwa tiada Ilah (yang patut diibadahi) kecuali Allah, Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. mari mengerjakan shalat (berjama'ah), mari mengerjakan shalat (berjama'ah). Mari menuju kemenangan, mari menuju kemenangan, Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, tiada Ilah (yang patut diibadahi) selain Allah." Abdullah bin Zaid melanjutkan ceritanya: Kemudian ia mundur tidak seberapa jauh, lalu berkata lagi, "Kemudian apabila engkau akan memulai mendirikan shalat, ucapkanlah ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAAH, HAYYA ALASHSHALAAHI HAYYA ALAL FALAAH, QADQAMATISH SHALAAH QADQAMATISH SHALAAH, ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAAH. (Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, aku bersaksi bahwa tiada Ilah (yang patut dlibadahi) kecuali Allah, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, mari mengerjakan shalat (berjama'ah), mari menuju kemenangan. Sesungguhnya shalat akan segera ditegakkan, sesungguhnya shalat akan segera ditegakkan. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada Ilah (yang layak diibadahi) kecuali Allah)." Kata Abdullah bin Zaid lagi: Tatkala (waktu) shubuh tiba saya datang kepada Rasulullah, lalu kukabarkan kepadanya mimpiku semalam itu. Kernudian Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya mimpi ini adalah benar, insya Allah." Lalu beliau

menyuruh (kami) mengumandangkan adzan, maka Bilal bekas budak Abu Bakar mengumandangkan adzan dengan redaksi adzan itu. " (Hasan Shahih: Shahih Abu Daud no:469, al-Fathur Rabbani III: 14 no: 244, Aunul Ma'bud II: 169 no: 495, Tirmidzi I: 122 no: 189 secara ringkas, dan Ibnu Majah I: 232 no: 706). 4. Di Anjurkan Muadzin Mengucapkan, Dua Kali Takbir Dalam Sekali Nafas Dari Umar bin Khathab r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Apabila muadzin mengucapkan ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, kemudian muadzin mengucapkan, ASYHADU ALMA ILAAHA ILLALLAAH, lalu ia mengucapkan (juga), ASYHADU ALMA ILAAHA ILLALLAAI-L..., (Shahih: Shahih Abu Daud, no: 527, Muslim 1:289 no: 385 dan Aunul Ma'bud 11: 228 rio: 523). Dalam hadits di atas terkandung isyarat yang jelas bahwa muadzin mengucapkan setiap dua takbir dalam sekali nafas, dan orang yang mendengar pun menjawabnya seperti itu. (Lihat Syarhu Muslim III: 79). 5. Dianjurkan Melakukan Tarji' Tarji' ialah mengulangi bacaan syahadatain, dua kali pertama dengan suara pelan dan dua kali kedua dengan suara keras. (Lihat Syarhu Nawawi Muslim III: 81). Dari Abu Mahdzurah r.a. bahwa Rasulullah pernah rnengajarinya adzan ini: ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR. ASYHADU ALLAA, ILAAHA ILLALLAAH ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAAH ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAAH, Kemudian beliau mengulangi dengan mengucapkan (lagi): ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAAH ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RAS ULULLAAH, HAYYA ALASHSHALAAH HAYYA ALASHSHALAAH, HAYYA ALAL FALAKH HAYYA ALAL FALAAH, ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAAH. (Shahih: Mukhtashar Muslim no: 191 dan Muslim I: 287 no: 379). 6. Tastwiib Pada Adzan Pertama Shalat Shubuh (Bacaan "ASHSHALAATU KHAIRUN MINANNAUM shalat itu lebih baik daripada tidur" (pent.)) "Dari Abu Mahdzurah 4 bahwa Nabi pemah mengajaninya adzan yang di dalarnnya ada ucapan: HAYYA ALAL FALAAH HAYYA ALAL FALAkH, ASHSHALAATU KHAIRUN MINANNAUM ASH-SHALAATU KHAIRUN MINANNAUM, pada azdan shubuh pertama, ALLAHHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAAH. (Shahih: Shahih Nasa'i no: 628 dan Nasa'i II: 7) Al-Amir ash-Shan'ani dalam kitab Subulus Salam 1:120 menulis bahwa Ibnu Ruslan berkata, "Tatswib hanya disyari'atkan pada adzan pertama pada waktu menjelang shubuh, karena adzan mi untuk membangunkan orang yang masih tidur nyenyak.

Sedangkan adzan kedua adalah untuk memberitahu masuknya shalat shubuh dan mengajak kaum Muslimin untuk shalat jama'ah shubuh." 7. Dianjurkan Adzan Pada Awal Masuknya Waxtu Shalat Dan Mendahulukan Pada Waktu Shubuh Khususnya Dari Jabir bin Samurah, berkata, "Adalah Bilal biasa adzan dengan sempurna bila matahari bergeser ke barat, kemudian ia tidak mengumandangkan iqamah hingga Nabi saw. keluar kepadanya, maka ketika beliau telah keluar ia mengumandangkan iqamah ketika ia melihatnya." (Shahih: Shahih Abu Daud no: 503, al-Fathur Rabbani 111: 35 no: 283 dan ini lafadz: baginya, Muslim 1: 423 no: 606, Aunul Ma'bud II: 241 no: 533 semakna). Makna LAA YAKHRUMU ialah mengucapkan lafadz-lafadz adzan dengan sempurna tidak ada yang ketinggalan. Demikian menurut Imam Syaukani dalam Nailul Authar II:31. Dari Ibnu Umar r.a., bahwa nabi bersabda "Sesungguhnya Bilal biasa adzan di waktu malam, maka hendaklah kamu makan dan minum hingga Ibnu Ummi Makan mengumandangkan adzan." (Muttafaqun alaih: Fathul Bari II: 104 no: 622 dan Muslim II: 768 no: 38dan 1092). Nabi sudah menerangkan hikmah didahulukannya adzan shubuh sebelum waktunya dengan sabdanya, "Janganlah sekali-kali adzan Bilal mencegah salah seorang di antara kamu dan sahumya, karena sesungguhnya ia memberitahu -atau beliau bersabda- ia berseru di waktu malam agar orang yang biasa bangun malam di antara kamu kembali pulang (ke rumahnya) dan untuk membangunkan orang yang sedang tidur nyenyak di antara kamu." (Muttafaqun alaih: Fathul Bari II: 103 no: 621, Muslim 11: 768 no: 1093 dan Aunul Ma'bud VI: 472 no: 2330). 8. Bacaan Ketika Mendengar Adzan Dan Iqamah Dianjurkan bagi orang yang mendengar suara adzan dan iqamah agar mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin: Dari Abu Sa'id bahwa Nabi saw. bersabda, "Apabila kamu mendengar panggilan (adzan). Maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin!" (Muttafaqun alaih: Fathul Bari II: 90 no: 611, Muslim I: 288 no: 383, Aunul Ma'bud II: 224 no: 518, Tirmidzi I: 134 no: 208, Ibnu Majah I: 238 no. 720 danNasa'i II: 23). Dari Umar bin Khatthab bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila muadzin mengucapkan ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, lalu seorang diantara kamu mengucapkan (juga) ALLAAHU AKBAR ALLAHU AKBAR kemudian muadzin mengucapkan AYSHADUALLAA ILAAHAILLALLAAH,' mengucapkan (juga), AYSHADU ALLAA ILAA HA ILLALLAAH" kemudian muadzin mengucapkan, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAAH ia mengucapkan (juga) "ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH" kemudian muadzin mengucapkan "HAYYA ALASH SHALAAH" Maka ia mengucapkan, LAA HAULAA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH (tiada daya dan upaya. kecuali dengan pertolongan Allah)." Kemudian muadzidzin mengucapkan "HAYYA ALAL FALAAH" ia

mengucapkan, LAA HAULAA WALAA QUWWATA ILLA BILLA" kemudian muadzin mengucapkan "ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR" ia mengucapkan (juga) "ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR" kemudian muadzin mengucapkan "LAA ILAAHA ILLALLAH" ia mengucapkan "LAA ILAAHA ILLALLAH" dari lubuk hatinya. maka pasti ia masuk syurga." (Shahih: Shahih Abu Daud no: 527. Muslim 1: 289 no: 385, dan Aurnil Ma'hud. II: 228 no: 523). Jadi, barang siapa yang seperti apa yang diucapkan muadzin, atau ketika mendengar bacaan hai'alatain (yaitu ucapan, "HAYYA ALASH SHALAH DAN HAYYA ALAL FALAAH") ia mengucapkan LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH." Atau memadukan antara hai'alatain dengan hauqalah bacaan (LAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH) maka insya Allah ia benar. Manakala muadzin selesai dan mengumandangkan adzan atau iqomah dan jamaah yang mendengarkannnya sudah menjawabnya, maka sesudah itu dianjurkan mengucapkan apa yang tertuang dalam dua hadits berikut ini: Dari Abdullah bin Amr r.a. bahwa ia mendengar Nabi saw. bersabda, "Apabila kamu mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti yang diucapkannya. kemudian bershalawatlah kepadaku, karena barang siapa yang bershalawat sekali kepadaku, maka Allah membalasnya sepuluh kali kepadanya, kemudian mintalah kepada Allah untukku wasilah, karena sungguh ia adalah kedudukan yang tinggi di syurga yang tidak patut (diraih) kecuali oleh seorang hamba dan kalangan hamba hamba Allah. Dan aku berharap akulah. Maka barang siapa yang memohon wasilah kepada Allah untukku, niscaya ia berhak mendapathan syafa'at." (Shahih: Mukhtasharu Muslim no: 198, Muslim I: 288 no: 384. Aunul Ma'bud II: 225 no: 519. Tirmidzi V: 247 no: 3694, Nasa'i II: 25). Dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang ketika (usai) mendengar panggilan (adzan) mengucapkan, ALLAAHUM-MA RABBA HAADZIHID DA'WATIT TAMMAH, WASHSHALAATIL QAA-IMAH AATI MUHAMMADANIL WASIILATA WAL FADHIILAH WAB'ATSHU MAQAMAM MAHMUDANIL LADZTI WAADTAH (Ya Allah, Rabb pemilik panggilan yang sempurna dan shalat yang akan dilaksanakan diberikan kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah Beliau pada kedudukan yang terpuji yang engkau janjikan padanya). Maka ia berhak mendapatkan syafa'atku pada hari kiamat." (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 243, Fathul Bari II: 94 no: 614, Aunul Ma'bud II: 231 no: 525, Tirmidzi I: 136 no: II, Nasa'i 11: 27, Ibnu Majah I: 239 no: 722). Suatu hal yang perlu diketahui: Dianjurkan bagi setiap muslim untuk memperbanyak do'a antara adzan dengan iqamah, karena do'a pada waktu imustajab (terkabul): Dari Anas bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak ditolak do'a (yang dipanjatkan) antara adzan dan iqamah." (Shahih Sunnah: Abu Daud no: 489, Tirmidzi I: 137 no: 212 dan Aunul Ma'bud II: 224 no: 517). 9. Hal-Hal Yang Dianjurkan Bagi Muadzin (Fiqhus Sunnah 1: 99)

Dianjurkan bagi muadzin untuk memiliki beberapa sifat berikut ini: 1. Hendaknya muadzin meniatkan adzannya demi mendambakan ridha Allah. Maka dari itu, ia tidak mengambil upah dan profesinya sebagai tukang adzan. Dari Utsman bin Abil Ash berkata, "Ya Rasulullah, angkatlah aku sebagai imam kaumku!" Maka jawab beliau, "Engkau adalah imam mereka; dan jadikanlah yang paling lemah di antara mereka sebagai ukuran, dan angkatlah muadzin yang tidak mengambil upah dan adzannya." (Shahih: Shahih Abu Daud no: 497, Aunul Ma'bud II: 234 no: 527, Nasa'I II: 23, dan Ibnu Majah : 236 no: 714 kalimat terakhir berasal dan Ibnu Majah). 2. Hendaklah muadzin suci dan hadast besar dan kecil. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan hal-hal yang dianjurkan baginya berwudhu'. 3. Hendaklah ia berdiri menghadap kiblat. Ibnu mundzir berkata sesuatu yang telah menjadi ijma' (kesempatan para ulama) bahwa berdiri ketika adzan termasuk sunnah Nabi karena suara bisa lebih keras, dan termasuk sunnah juga ketika adzan menghadap ke arah kiblat, sebab para muadzin Rasullullah mengumandangkan adzan sambil menghadap kearah kiblat. 4. Menghadapkan wajah dan lehernya ke sebelah kanan ketika mengucapkan Hayya alalfalah' dan ke sebelah kiri ketika mengucapkan, Hayya alal falah', sebagaimana yang telah dijelaskan sebagai berikut : Dari Abu Juhaifah ia pernah melihat Bilal beradzan, ia berkata, "Kemudian saya ikuti mulutnya ketika ke arah sini dan sini dengan adzan tersebut." ( Muttafaqun alaih: Fathul Bari II: 114 no: 634, Muslim I : 360 no no: 503, Aunul Ma'bud II: 219no: 516, Tarmidzi I: 126 no: 197, dan Nasa'I II: 12). (Adapun memalingkan dada ke kanan dan ke kiri ketika adzan, maka sama sekali tidak dijelaskan dalam sunnah Nabi saw. dan tidak pula disebutkan dalam haditshadits yang menerangkan menghadapkan leher ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri. Selesai. Berasal dari kitab Tamamul Minnah ha.150) 5. Memasukkan dua jari ke dalam telinganya, karena ada pernyataan Abu Juhaifah: Saya melihat Bilal adzan dan berputar serta mengarahkan mulut ke sini dan ke sini, sedangkan dua jarinya berada ditelinganya." (Shahih: Shahih Tirmidzi no: 164 dan Sunan Tirmidzi I: 126 no: 197). 6. Mengeraskan suaranya ketika adzan, sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Nabi saw., "Karena sesungguhnya tidaklah akan mendengar sejauh suara muadzin, baik jin, manusia, adapun sesuatu yang lain, melainkan mereka akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat." (Shahih: Shahih Nasa'i no: 625, Fathul Bari H: 87: 609 dan Nasa'i II: 12). (Imam Tirmidzi berkata, "Hadits ini Hasan Shahih dan sudah diamalkan oleh para ulama' mereka menganjurkan muadzin memasukkan dua jari ke dalam dua telinganya ketika adzan." selesai)

10. Berapa Menit Jarak Antara Adzan Dengan Iqomah Sebaiknya rentang waktu antara adzan dan iqamah disediakan kesempatan yang cukup untuk bersiap-siap shalat dan menghadirinya, karena adzan disyari'atkan untuk waktu ini. Jika tidak demikian, maka hilanglah faidah adzan. A1-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari II: 106 menyebutkan, bahwa Ibnu Baththal menegaskan, tentang rentang waktu itu tidak didapati batasan jelasnya yang penting, adzan dimaksudkan untuk memastikan telah masuknya waktu shalat dan agar masyarakat berkumpul di masjid. 11. Dilarang Keluar Dari Masjid Sesudah Adzan Di Kumandangkan Dari Abisy Sya'tsa, ia berkata, "Kami duduk di masjid bersama Abu Hurairah r.a. lalu muadzin mengumandangkan adzan, kemudian berdirilah seorang laki-laki di dalam masjid, lalu berjalan, kemudian diperhatikan oleh Abu Hurairah sampai ia keluar dan masjid kemudian Abu Hurairah menyatakan: Adapun orang itu, sungguh ia telah berbuat durhaka kepada Abul Qasim." (Shahih Mukhtashar Muslim no: 249, Muslim I: 453 no: 655, Nasa'i II: 29, Aunul Ma'bud II 240 no 532, Tirmidzi 1131 no : 204) Menurut Imam Tirmidzi dan Imam Abu Dahud bahwa kisah ini terjadi pada waktu shalat ashar. 12. Adzan Dan Iqamah Bagi Shalat Yang Tertinggal Orang yang tertidur atau lupa dan shalatnya disyari'atkan juga adzan dan iqamah ketika akan shalat berdasarkan riwayat Abu Daud tentang kisah tidurnya Nabi dan para sahabatnya (hingga) terlambat shalat shubuh dalam sebuah shafar, dan Nabi saw. memerintah Bilal (yang mengumandangkan adzan) , kernudian Ia adzan dan (lalu) iqamah." (Shahih: Shahih Abu Daud no: 420 dan Aunul Ma'bud II: 106 no: 432). Jika shalat yang terlalaikan lebih dan satu shalat, maka hendaklah orang yang bersangkutan adzan sekali dan iqamah untuk masing-masing shalat, karena ada riwayat berikut ini: Dari Ibnu Mas'ud ra ia berkata, "Sesungguhnya kaum musyrikin pernah membuat sibuk Rasulullah saw. dan empat shalat ketika perang Khandaq hingga sebagian malam berlalu sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian Beliau menyuruh Bilal (adzan), lalu ia adzan kemudian iqamah, lantas Beliau shalat dzuhur kemudian iqamah lalu shalat ashar kemudian iqamah, lalu shalat maghrib, kemudian iqamah lantas shalat isya." (Shahih: Shahih Nasa'i no: 638, Tirmidzi I: 115 no: 179 dan Nasa'i I no: 279). 13. Syarat-Syarat Sahnya Shalat Ada beberapa persyaratan yang ditetapkan bagi sahnya shalat, sebagai berikut : 1. Mengetahui masuknya waktu shalat. Berdasarkan firman Allah, "Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (An-Nisa': 103)

Oleh karena itu tidak sahnya shalat yang dikerjakan sebelum waktunya dan tidak pula yang dilaksanakan sesudah waktunya habis, kecuali karena ada udzur/alasan. 2. Suci dan hadas besar dan kecil. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganrnu, sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki, dan jika kamu junub, maka mandilah." (QS. al-Ma'idah: Dan berdasarkan hadits berikut ini: Dari Ibnu Umar bahwa Nabi bersabda, "Allah tidak menerima shalat (yang dikerjakan) tanpa bersuci (sebelumnya)." (Shahih: Mukhtasharu Muslim no: 104, Muslim I: 204 no: 224, dan Tirmidzi I: 3 no: 1) 3. Suci pakaian, badan, dan tempat shalat. Adapun sucinya pakaian, didasarkan pada firman Allah SWT ., "Dari pakaianmu bersihkanlah!" (Al-Muddatstsir: 4) Dan sabda Nabi saw., "Apabila seorang di antara kamu datang ke masjid, maka baliklah kedua sand ainya dan perhatilcan keduanya. Jika ia rnelihat kotoran (pada sandolnya), maka gosokkanlah pada tanah (yang bersih), kemudian shalatlah dengan keduanya!" (Shahih:Shahih Abu Daud no: 605 dan Aunul Ma'bud 1: 353 no: 636) Adapun tentang kesucian badan, didasarkan pada sabda Nabi saw. kepada Ali r.a. yang pernah bertanya kepada beliau perihal madzi: "Berwudhu'lah dan bersihkanlah dzakarmu!" (Muttafaqun alaih: Muslim I: 247 no: 303 dan Fathul Bari I: 230 no: 132 secara ringkas) Dan Nabi saw. bersabda, kepada perempuan yang istihadhah, "Bersihkanlah darah itu itu darimu (dan) kemudian shalatlah kamu!" (Muttafaqun alaih: Fathul Bari I: 42 no: 428 dan No: 331, Muslim I: 261 no: 333, Tirmidzi 1: 82 no: 125, Ibnu Majah I: 203 no: 621 dan Nasa'i I: 184) Adapun kesucian tempat shalat didasarkan pada sabda Beliau saw. kepada para sahabatnya pada waktu ada seorang badwi kencing di pojok masjid, "Tuangkanlah di atas kencingnya setimba air!" (Muttafaqun alaih: Irwa-ul Ghalil no: 171, Fathul Bari: 323 no: 220, Nasa'i I: 48 dan 49 dengan panjang lebar, Aunul Ma'bud 11:39 no: 376 dan Tirmidzi I: 99 no: 147). Faidah (sesuatu yang perlu diketahui): Barang siapa shalat dan tidak tahu bahwa pada badan, atau pakaian, atau tempat shalatnya ada barang najis, maka shalatnya tetap sah dan tidak perlu mengulanginya. Jika ia mengetahuinya pada saat shalat, maka bila memungkinkannya untuk membersibkan ketika itu juga, misalnya najis yang menempel pada kedua sandal atau pakaian luar yang mana tanpa pakaian tersebut auratnya tetap tertutup, maka hendaklah ia bersihkan dan shalatnya tetap dilanjutkan. Jika tidak mungkin membersihkannya ketika itu, maka tetap lanjutkanlah, dan tidak usah untuk mengulanginya, berdasarkan hadits berikut ini: Dari Abu Sai'd bahwa Nabi saw. shalat lalu (ketika itu) melepas kedua sandalnya, maka para sahabat pun melepas sandal-sandal mereka. Kemudian tatkala beliau beranjak (dari shalatnya), Beliau bertanya,?" mengapa kalian melepas (sandalmu),

maka kami pun melepasnya." Lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya (Malaikat) Jibril datang kepadaku, lalu mengabarkan kepadaku bahwa pada kedua sandalku ada kotoran. Oleh karena itu, bila seorang di antara kamu datang ke masjid, maka baliklah kedua sandalnya dan perhatikanlah keduanya! Jika ia melihat kotoran (pada keduanya), maka gosoklah pada tanah (yang bersih), kemudian shalatlah dengan keduanya!" (Aunul Ma'bud II: 353 no: 636). 4. Menutup aurat, karena ada firman Allah, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap memasuki masjid." (al-A'raf: 31) Maknanya: tutuplah auratmu, karena mereka (orang-orang jahiliyah) berkeliling di Ka'bah dengan telanjang bulat. Dan sabda Nabi saw., "Allah tidak (akan) menerima shalat shalat perempuan yang sudah (pernah) haidh, kecuali mengenakan kerudung." (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 534, Aunul Ma'bud II: 345 no: 627, Tirmidzi I: 234 no: 375, dan Ibnu Majah I: 215 no: 655). Aurat laki-laki antara pusar sampai dengan lutut, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits: Dari Amr bin Syu'aib dari bapaknya dan datuknya secara marfu (bahwa Nabi SAW bersabda), "Antara pusar dan lutut adalah aurat (bagi laki-laki)." (Hasan: Irwa'ul Ghalil no: 271 dan Daraquthni, Abmad serta Abu Daud). Hadits marfu' ialah perkataan, atau perbuatan atau sifat yang dinisbatkan kepada Nabi saw. baik sanadnya sampai kepada beliau ataupun tidak. Lihat Taisir Musthahalul Hadits hal. 129 (pent.) Dari Jarhad al-Aslami , ia berkata, Rasulullah pernah melewatiku dan ketika itu aku mengenakan kain burdah (sedang pahaku terlihat. Maka kemudian beliau bersabda (kepadaku),"Tutuplah pahamu, karena sesungguhnya paha itu (termasuk) aurat." (Shahih Lighairi: Irwa-ul Ghalil no: 269, Tirmidzi IV: 197, no: 2948, Aunul Ma'bud XI: 52 no 3995). burdah (kain bergaris untuk diperselimutkan pada badan. Lihat kamus al-Munawwir hal. 78 (pent.)). Untuk lebih jelasnya, masalah ini periksalah penjelasan Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Kitab Tahdzibu Sunan XVII:6. Sedangkan orang perempuan, sekujur tubuhnya adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangannya dalam shalat, sebagaimana yang Rasulullah saw. Tegaskan, "Perempuan (seluruhnya) adalah aurat." (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no: 6690 dan Tirmidzi II: 319 no: 1183) Dan sabda beliau yang lain, "Allah tidak (akan) menerima shalat wanita yang sudah (pernah) haidh, kecuali mengenakan kerudung." (Shahih: Shahih lbnu Majah no: 534, Aunul Ma'bud II: 345 no: 627, Tirmidzi I: 234 no: 375 dan Ibnu Majah 1: 215 no: 655).

5. Menghadap kiblat Allah berfirman, "Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu kearahnya." (Al-Baqarah : 150). Di samping itu, ada sabda Nabi saw kepada orang yang shalatnya tidak beres, "Apabila engkau berdiri hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu'mu kemudian menghadaplah ke (arah) Kiblat..." Muttafaqun alaih: Fathul Bari XI:36 no:6251 dan Muslim I:298 no:397. Boleh shalat tidak menghadap ke arah kiblat bila dalam situasi dan kondisi ketakutan dan dalam shalat nafilah (shalat sunnah) di atas kendaraan dalam shafarr. Allah SWT berfirman, "Jika kamu dalam keadaan takut, maka shalatlah sambil berjalan atau kendaraan" (al-Baqarah:239). Ibnu Umar berkata, "Mereka menghadap ke arah kiblat dan (kadang-kadang) tidak menghadap kesana." Nafi' berkata "Aku tidak melihat Ibnu Umar menyebutkan hal tersebut, kecuali (bersumber) dari Nabi SAW" (Shahih: Muwaththa' Imam Malik hal.126 no:442 dan Fathul Bari VIII: 199 no:4535). Dari Ibnu Umar r.a. , ia berkata, "Adalah Nabi saw. mengerjakan shalat sunnah diatas untanya sesuai dengan arah kendaraannya dan mengerjakan shalat witir di atasnya (juga), namun beliau tidak pernah shalat wajib diatasnya." (Muttafaqun alaih: Muslim I: 487 no: 39 dan 700 dan Fathul Bari secara Mu'allaq II: 575 no: 1098). Kesimpulan: Barangsiapa yang sudah berusaha menghadap ke arah Kiblat, lalu ia shalat menghadap ke arah yang diyakininya, kemuaian ternyata keliru arah, maka ia tidak usah mengulanginya. Dari Amir bin Rabi'ah, ia berkata, "Kami pernah bersama Nabi saw. dalam satu penjalanan di malam yang gelap gulita, kemudian kami tidak tahu di mana arah kiblat, maka masing-masing di antara kami shalat sesuai dengan arah (yang diyakini masingmasing) . Tatkala pagi hari, kami ceritakan hal itu kepada Rasulullah , kemudian turunlah ayat: FA AINAMAA TUWALLUU FATSAMMA WAJHULLAH (kemana saja kamu menghadap, tatkala disitu Allah)." (Hasan: Shahih Ibnu Majah no: 835, Tirmidzi I: 216 no: 343, Ibnu Majah I: 326 no: 1020 sema'na dan Baihaqi II: 11). 6. Niat, yaitu mushalli orang yang shalat' hendaklah menentukan niat shalat yang hendak dilasanakannya dalam hatinya, misalnya niat shalat fardhu zhuhur, ashar, atau fiat shalat sunnah rawatib misalnya (Talkhish Shifatish Shalah oleh Syaikh al-Albani hal. 12) dan tidak disyari'atkan melafadzkan niat, karena Nabi (dan para sahabatnya) tidak pernah melafadzkannya. Apabila Nabi hendak memulai shalatnya, Beliau hanya mengucapkan "ALLAHU AKBAR" tidak mengucapkan seuatu apapun sebelumnya dan tidak melafadzkan niat sama sekali, tidak pula mengatakan "USHALLI LILLAAHI, SHALAATA KADZAA, MUSTAQBILAL QIBLATI, ARBA'A RAKA'AATIN IMAAMAN, AU MAKMUMAN (Saya shalat karena Allah, shalat..., menghadap kiblat, empat rakaat sebagai imam atau sebagai makmum)," dan tidak pula mengucapkan "ADAA-AN (pada waktu yang semestinya)," dan tidak juga mengucapkan, "QADHAA-AN" dan tidak pula mengucapkan, "FARDHAL WAQTI (fardhu pada hari itu). Dan ini adalah asyru bida' (sepuluh bid'ah). Tidak pernah diriwayatkan dan Nabi dengan sanad yang shahih, tidak pula dengan sanad yang

dhaif, tidak pula dengan sanad yang musnad (satu hadits yang sanadnya dari awal hingga akhir bersambung sampai kepada Nabi SAW. Lihat Taisir Mushthalahul hadits hal. 135 (pent.)) dan tidak juga mursal (satu hadits, yang sanadnya tidak menyebutkan nama sahabat, jadi dari tabi'in langsung kepada Nabi SAW. Lihat Taisir Musththalahil hadits hal. 71 (pent.)) satu lafadz pun dan kalimat ushalliini, dan tidak pernah juga diriwayatkan dan salah seorang sahabat beliau, tidak pula seorang pun dan kalangan imam mazhab yang empat rnenganggap bacaan tersebut sebagai kebaikan. Selesai. (Zaadul Ma'ad I: 51) Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 151 - 172.

Rabu, 08 September 2010


Niat Mengeluarkan Zakat dan Doa Menerima Zakat Fitrah
Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah Untuk diri sendiri


Untuk Istri

...1..
Untuk anak laki-laki

..2...
Untuk anak perempuan

..3...
Doa Menerima Zakat

.....4....
titik-titik diisi nama seseorang. 1. Nama istri 2. Nama anak l;aki-laki 3. Nama anak perempuan 4. Nama orang yang mengeluarkan fitrah

Anda mungkin juga menyukai