ت َوالنَّ ْخ َل َوال َّزرْ َع ٍ ت َو َغ ْي َر َم ْعرُو َشا ٍ ت َم ْعرُو َشا ٍ َوهُ َو الَّ ِذي َأ ْن َشَأ َجنَّا
ان ُمتَ َشا ِبهًا َو َغ ْي َر ُمتَ َشا ِب ٍه ۚ ُكلُوا ِم ْن َ ُُم ْختَلِفًا ُأ ُكلُهُ َوال َّز ْيت
َ ون َوالرُّ َّم
ُّْرفُوا ۚ ِإنَّهُ اَل يُ ِحب
ِ صا ِد ِه ۖ َواَل تُس َ ثَ َم ِر ِه ِإ َذا َأ ْث َم َر َوآتُوا َحقَّهُ يَ ْو َم َح
ين
َ ِْرفِ ْال ُمس
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan.
Surat Al-Baqarah (267)
ت َما َك َس ْبتُ ْم َو ِم َّما َأ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم َ ين آ َمنُوا َأ ْن ِفقُوا ِم ْن
ِ طيِّبَا َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ
آخ ِذي ِه ِإاَّل
ِ ِون َولَ ْستُ ْم ب َ ِض ۖ َواَل تَيَ َّم ُموا ْال َخب
َ ُيث ِم ْنهُ تُ ْن ِفق ِ ْرَأْلِم َن ا
َأ ْن تُ ْغ ِمضُوا فِي ِه ۚ َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي َح ِمي ٌد
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari
apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.
Zakat Pertanian Landasan Hukumnya
“Dan perumpamaan orang-orang yang
membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan
Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti
sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang
disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan
lebat tidak menyiramiya, maka hujan gerimis (pun
memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
perbuat” (QS Al-Baqarah, 2 : 265)
As Sunnah, Dari Jabir, Nabi SAW bersabda: “Yang
diairi oleh sungai dan hujan 10% sedangkan yang
diairi dengan pengairan 5 %”
Produksi Pertanian yang Wajib Zakat
Segolongan ulama salaf
empat jenis tanaman, yaitu : gandum (hinthah), gandum jenis lain (sya’ir),
korma dan anggur, selainnya tidak wajib zakat.
Madzhab Malik dan Syafi’i
Hanyalah terbatas pada hasil pertanian yang dapat digunakan sebagai
makanan pokok, seperti padi, gandum, kedelai, jagung, kacang, dan lain-lain,
serta buah kurma dan anggur. (Mazhab Syafi’i)
Madzhab Ahmad bin Hambal
dapat ditimbang atau ditakar, tahan lama, dan dapat dikeringkan, baik berupa
bahan makanan pokok seperti gandum, beras, jagung dan sebagainya maupun
berupa kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang kedele, kacang polong
dan sebagainya, atau berupa bumbu-bumbuan seperti jintan putih, atau biji-
bijian seperti biji kol dan sebagainya
Madzhab Abu Hanifah
semua hasil pertanian atau perkebunan wajib dikeluarkan zakatnya apabila
dikerjakan dengan tujuan untuk keperluan produksi yang mempunyai nilai
ekonomi. (meski berupa rumput, gelagah, alang-alang)
Hasil Bumi
Yang Harus Dikeluarkan Zakatnya
Pendapat Malikiyah dan Syafiiyyah; adalah
pada hasil bumi yang dapat ditakar dan
disimpan, berlaku pada makanan pokok,
dikeluarkan pada waktu panen dan dalam
keadaan kering.
Pendapat Madzhab Imam Ahmad juga Abu
Yusuf dan Muhammad Hasan (dari Madzhab
Hanafi) adalah pada hasil bumi yang dapat
ditakar dan disimpan, sekalipun bukan
makanan pokok, dikeluarkan zakatnya ketika
sudah kering.
Hasli Bumi
Yang Harus Dikeluarkan Zakatnya
Pendapat Imam Abu Hanifah; semua yang keluar dari
bumi, jika maksudnya untuk dikembangkan wajib
dikeluarkan zakatnya. Hal tersebut berlandaskan pada
keumuman ayat “Hai orang-orang yang beriman!
Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untukmu”
Salah satu pendapat Imam Ahmad; Zakat hanya
diwajibkan pada empat jenis, dua jenis gandum (hinthah
dan syair) dua jenis buah-buahan (kurma dan anggur)
Hasil Bumi
Yang Harus Dikeluarkan Zakatnya
Pendapat yang paling kuat (sebagai mana yang
disimpulkan oleh Dr Yusuf Qordhowi) adalah pendapat
Imam Abu Hanifah.
Rp19.520.000 X 5% = Rp976.000
Zakat Pertanian dari Penyewaan Tanah
Pertanian
Bagi petani yang menyewa diterapkan atasnya hukum
zakat pertanian
Bagi pemilik tanah diterapkan atasnya hukum zakat harta
tunai (emas perak) yang mana hasil persewaan
digabungkan kepada harta tunai lainnya dan dan
semuanya dizakati sebesar 2,5%. Jika mencapai nishab
pada akhir haul.
Cont’ (Contoh Perhitungan)
Seseorang memiliki 25 hektar tanah yang ia sewakan kepada
seorang petani dengan harga sewa per hektar Rp8.000.000,-/tahun,
yang dibayar dengan dua kali pembayaran yang sama pada musim
pertanian. Sebagian uang tersebut ia belanjakan untuk kebutuhan
hidupnya senilai Rp70.000.000, sehingga zakat atas pemilik dihitung
sebagai berikut:
Nilai sewa yang diperoleh Rp200.000.000
Kebutuhan pokok (Rp70.000.000)
Harta bersih zakat Rp130.000.000