Anda di halaman 1dari 2

Nama/NIM Maugfira Helni Mufida/210810102010

Prodi/Kelas Ekonomi Syariah/M

UTS SPEI KELAS M


1. Jelaskan Trasnformasi perkembangan mata uang di zaman Rasulullah dan Khulafa’ Al
Rasyidin !

Jawab: Pada masa Rasulullah Saw, mata uang yang digunakan adalah dinar dan
dirham. Dinar adalah mata uang emas yang berasal dari Romawi, sedangkan dirham
adalah mata uang perak asal Persia. Pada masa pemerintahan Khalifah Ali RA, kaum
muslimin secara bertahap mulai mengenal teknologi percetakan uang dan mulai
mencetak uang sendiri dengan menggunakan nama pemerintah Islam. Namun banyak
Ahli sejarah berspekulasi bahwa uang sudah mulai dicetak pada masa Khalifah Umar
atau Utsman akan tetapi bukti-bukti memperlihatkan uang di buat pada masa
kepemimpinan Khalifah Ali.

2. Pada Masa Umar Bin Abdul Aziz pendapatan sektor Kharaj dan jizyah pernah defisit.
Hal ini disebabkan karna banyak orang yang masuk Islam untuk menghindari
kewajiban tersebut. Ditambah lagi banyak tanah orang dzimmi yang dibeli oleh orang
Islam dengan demikan fenomena tersebut menyebabkan penurunan jizyah dan kharaj.
Bagaimana kebijakan yang diambil oleh Umar Bin Abdul Aziz untuk mengatasi
persoalan tersebut ?

Jawab: Umar Bin Abdul Aziz melarang jual beli tanah, karena berakibat pada dua hal,
pertama, orang yang masuk Islam harus tulus bukan untuk menghindari pajak. Kedua,
jika masyarakat pindah ke kota, maka tanahnya akan dikelola oleh tetangganya yang
non-muslim dan negara akan memberi pensiun setiap bulan, atau dia menggarap tanah
sendiri tetapi dikenai beban kharâj. Umar Bin Abdul Aziz juga menghapus Al-Makas
(retribusi) di pasar, karena baginya itu sebuah kecurangan. Ia menilai jizyah dari orang
dzimmi dan zakat sudah cukup.
3. Dalam mengatasi banyak pejabat yang korup dan despotik, Umar memilih langkah
perbaikan administrasi sebagai perhatian utama. Mengapa demikian?

Jawab: Karena penataan ulang administrasi merupakan bagian vital karna Umar
menyadari betapa pentingnya menjamin kesehatan sistem sebagai upaya menghasilkan
kebijakan yang proporsional dan tepat sasaran sesuai dengan tuntutan agama. Umar II
mengatur para penguasa dan pejabat daerah, netral, adil, memberikan kesamaan hak
dan kewajiban kepada orang mawali dan Arab.

4. Dalam kitabnya abu yusuf mengutip hadis tentang mekanisme ihya al mawat
(Memakmurkan kawasan terbengkalai) bahwa barang siapa yang mengakui, menanami
sebidang tanah yang telah mati (terbengkalai) lebih dari 3 tahun maka tanah tersebut
adalah miliknya. Berikan pendapat anda kaitan hukum syariat tersebut dengan hukum
positif Indonesia!

Jawab: Memakmurkan kawasan terbengkalai atau lahan tidur dalam hukum syariat dan
hukum positif indonesia tidaklah jauh berbeda. Pada hukum syariat apabila seseorang
mengelola lahan tidur, maka secara otomatis penggarap akan memperoleh hak milik
atas lahan terlantar yang dikelolanya tersebut. Sedangkan dalam hukum positif
indonesia, apabila seseorang/penggarap mengelola lahan terlantar, penggarap tidak
langsung memperoleh hak milik atas lahan terlantar yang dikelolanya. Penggarap harus
memenuhi beberapa ketentuan dan mengajukan permohonan hak milik terlebih dahulu
kepada Negara.
Dapat disimpilkan bahwa mekanisme ihya al mawat ini dapat saja di terapkan
di indonesia akan tetapi untuk memperoleh hak milik atas lahan terlantar tersebut harus
mengajukan permohonan hak milik kepada negara.

Anda mungkin juga menyukai