PRINSIP PEMOTONGAN
• Pph 22
• Pph 23
• Pph 26
a. Seluruh pekerjaan dilakukan diluar negeri (tidak boleh sebagian dikerjakan diindonesia)
b. Pekerjaan dapat dilakukan di Indonesia tetapi tidak melebihi batas waktu tertentu, kecuali
pembayaran yang dibayarkan Ke jerman, Luxsemburg, Swiss, Venezuela, dan Pakistan.
5. PEMOTONGAN
• Pph 22
• Pph 23
Pemotong PPh 23
a. Badan pemerintah.
c. Penyelenggara kegiatan.
f. Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang di tunjuk oleh kepala kantor
pelayanan pajak sebagai pemotong Pph pasal 23, yaitu :
1) Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali camat,
pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas.
Adapun Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh 23. Berikut ini termasuk penerima
penghasilan yang dipotong PPh pasal 23 :
Pemotongan PPh 26
Mereka adalah pihak yang berkewajiban melakukan pemotongan atas pajak penghasilan pasal
26 yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri dan melakukan penyetoran atas pajak
penghasilan pasal 26 yang telah dipotongnya ke kas Negara paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya setelah terutang pajak. Berdasarkan ketentuan perundangan tentang pajak
penghasilan mereka yang dikategorikan sebagai pemotong pajak penghasilan pasal 26 adalah :
c. Penyelenggara kegiatan.
Pada saat pemotongan pajak melakukan pemotongan pajak atas pajak penghasilan pasal 26
terhadap wajib pajak, maka di samping melakukan pencatatan pemotongan, pemotong pajak
juga diharuskan untuk :
a. Melakukan perhitungan dengan cara penggunaan dasar pengenaan pajak neto atau bruto
tergantung peristiwa objek pajak tersebut.
b. Mengisikan formulir perpajakan pasal 26 dengan benar seperti formulir 1721, SSP dan bukti
pemotongan pajak.
c. Bukti pemotongan pajak penghasilan pasal 26 dibuat dalam 3 rangkap yang diperuntukkan :
• Pph 22
Tarif PPh 22
Tarif PPh pasal 22 mengalami perubahan dengan perubahan ketiga peraturan menteri
keuangan tentang pemungutan PPh pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
barang dari kegiatan di bidang import atau kegiatan usaha dibidang lain. Besarnya pungutan
Pajak penghasilan pasal 22 ditetapkan sebagai berikut :
a. Atas Impor
4) Yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang.Nilai impor
sebagai dasar perhitungan pajak sebagaimana dimaksud ada butir A angka 1, angka 2, dan
angka 3 adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk yauitu
COSTAsurance and freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang
dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang impor.
b. Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf
d, dan pembelian baranf dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf e, sebesar 1,5%(satu setengah persen) dari harga
pembelian tidak termasuk pajak pertambahan nilai.
c. Atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas adalah sebagai
berikut:
1.9.2 0,25% (nol koma dua lima persen) dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan
nilai untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakarumum pertamina.
1.9.3 0,3%(nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai
untukpenjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum bukan pertamina.
1.9.4 0,3%(nol koma tiga persen) dari penjualan tidak ternasuk pajak pertambahan nilai
untuk penjualan kepada pihak selain sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan b).
2) Bahan bakar gas sebesar 0,3%(nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk pajak
pertambahan nilai.
3) Pelumas sebesar 0,3%(nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk pajak
pertambahan nilai.
1.9.4.1.a.1 Atas penjualan hasil produksi kepada distributor didalam negeri oleh badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi.
1.9.4.1.a.2 Penjualan semua jenis semen di dalam negeri sebesar 0,25% (nol koma dua puluh
lima persen).
1.9.4.1.a.4 Penjualan baja didalam negeri sebesar 0,3% (nol koma tiga persen).
1.9.4.1.a.5 Penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih sebesar 0,45%
(nol koma empat puluh lima persen).
1.9.4.1.a.6 Penjualan semua jenis obat sebesar 0,3% (nol koma tiga persen), dari dasar
pengenaan pajak pertambahan nilai.
1.9.4.1.a.7 Atas penjualan kendaraan bermotor didalam negeri oleh agen tunggal pemegang
merek (ATPM), Agen pemegang merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor sebesar
0,45% (nol koma empat lima persen) dari dasar pengenaan pajak pertambahan nilai.
1.9.4.1.a.8 Atas penjualan bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badanusaha
industri dari ekportir yang bergerak dala sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan, sebesar 0,25% (nol koma dua lima puluh persen) dari harga pembelian tidak
termasuk pajak pertambahan nilai.
Dalam pemungutan pasal 22 tersebut ternyata pihak wajib pajak tidak memiliki NPWP. Oleh
karena itu sebagai konsekuensinya wajib pajak yang dipungut tersebut diterapkan tarif pph
pasal 22 yang lebih tinggi 100% dibanding tarif yang diterapkan kepada wajib pajak yang
memiliki NPWP. Ketentuan penerapan tarif yang lebih tinggi, diberlakukan untuk pemungutan
pajak penghasilan pasal 22 yang pengenaanya bersifat tidak final.
• Pph 23
Jumlah bruto adalah jumlah penghasilan yang dibayarkan, akan dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayaran, oleh badan pemerintah, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
subjek pajak dalam negeri, atau perwakilan perusahaan luar negeri. Namun, jumlah bruto
tersebut tidak termasuk dalam beberapa bagian in i:
a. Pembayaran gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain yang merupakan
imbalan atas pekerjaan yang dilakukan wajib pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja.
Hal ini harus dibuktikan oleh kontrak kerja dengan pengguna jasa dan daftar pembayaran gaji,
tunjangan, upah, atau honorarium.
b. Pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan hasil pengadaan barang atau material
terkait jasa yang diberikan. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur pembelian atas pengadaan
barang atau material.
c. Pembayaran melalui penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur
tagihan dari pihak ketiga dan disertai dengan perjanjian tertulis.
d. Pembayaran kepada penyedia jasa yang berupa penggantian atau reimbursement. Ini berlaku
untuk biaya yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus
dibuktikan oleh faktur tagihan dan bukti pembayaran. Selain itu, jumlah bruto juga tidak
berlaku atas penghasilan untuk jasa katering dan penghasilan yang telah dikenakan dengan
pajak bersifat final.
1) Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga dan royalti;
b. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan
penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.
c. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa
konsultan.d. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan dalam
Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada tanggal 24
Agustus 2015.
e. Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal
23.
f. Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk :
1) Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
b.) Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah dikenakan pajak yang bersifat
final;
c.) Pembayaran gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain yang merupakan
imbalan atas pekerjaan yang dilakukan wajib pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja.
Hal ini harus dibuktikan oleh kontrak kerja dengan pengguna jasa dan daftar pembayaran gaji,
tunjangan, upah, atau honorarium;
d.) Pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan hasil pengadaan barang atau material
terkait jasa yang diberikan. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur pembelian atas pengadaan
barang atau material;
e.) Pembayaran melalui penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur
tagihan dari pihak ketiga dan disertai dengan perjanjian tertulis;
f.) Pembayaran kepada penyedia jasa yang berupa penggantian atau reimbursement. Ini
berlaku untuk biaya yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus
dibuktikan oleh faktur tagihan dan bukti pembayaran.
• Pph 26
1) Bunga, termasuk premium, diskonto, insentif yang terkait dengan jaminan pembayaran
pinjaman
2) Royalti, sewa, dan pendapatan lain yang terkait dengan penggunaan aset
2) Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang kepada
perusahaan asuransi di luar negeri. Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan selama
penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara perusahaan media atau perusahaan
tujuan khusus yang didirikan atau bertempat di negara yang memberikan perlindungan pajak
yang memiliki hubungan khusus untuk suatu entitas atau bentuk usaha tetap (BUT) didirikan di
Indonesia. Tarif 20% yang dipungut dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi dengan pajak,
suatu bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia.
Tingkat berdasarkan tax treaty (perjanjian pajak) yang dikenal sebagai JGI Penghindaran Pajak
berganda (P3B) antara Indonesia dan negara-negara lain yang berada dalam perjanjian,
mungkin berbeda satu sama lain. Tarif mereka biasanya mengurangi tingkat dari tarif biasa
20%, dan beberapa mungkin memiliki tarif 0%.
Referensi :
Bulutoding, Lince. 2022. KONSEP PAJAK Menurut Islam VS Umum. ISBN : 978-623-226-283-6.