Anda di halaman 1dari 11

4.

PRINSIP PEMOTONGAN

• Pph 22

• Pph 23

• Pph 26

Prinsip Pemotongan PPh 26

Pemotongan pajak penghasilan pasal 26 tergantung kepada jenis pembayaran penghasilan


kewajib pajak luar negeri terhada pada tidaknya badan usaha tetap di indonesia. Jika antara
Indonesia dengan Negara asing tidak ada Tax Treaty atau P3B (perjanjian penghindaran pajak
ganda), maka atas semua penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar Negeri, baik
dari usaha/pekerjaan atau modal, dikenakan pajak penghasilan pasal 26 sebesar 20%. Namun
jika antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Negara asal Wajib Pajak luar negeri
tersebut memiliki perjanjian P3B atau Tax Treaty, maka atas semua pembayaran atau
penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak luar negeri tersebut baik diperoleh karena
usaha/pekerjaan bebas dikenakan Pajak penghasilan pasal 26 dengan tarif P3B atau Tax Treaty
dengan syarat :

a. Seluruh pekerjaan dilakukan diluar negeri (tidak boleh sebagian dikerjakan diindonesia)

b. Pekerjaan dapat dilakukan di Indonesia tetapi tidak melebihi batas waktu tertentu, kecuali
pembayaran yang dibayarkan Ke jerman, Luxsemburg, Swiss, Venezuela, dan Pakistan.
5. PEMOTONGAN

• Pph 22

• Pph 23

Pemotong PPh 23

Berikut ini pihak pihak yang termasuk pemotong pph pasal 23 :

a. Badan pemerintah.

b. Subjek pajak badan dalam negeri.

c. Penyelenggara kegiatan.

d. Bentuk usaha tetap.

e. Perwakilan perusahaan diluar negeri lainnya.

f. Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang di tunjuk oleh kepala kantor
pelayanan pajak sebagai pemotong Pph pasal 23, yaitu :

1) Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali camat,
pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas.

2) Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas


pembayaran berupa sewa.

Adapun Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh 23. Berikut ini termasuk penerima
penghasilan yang dipotong PPh pasal 23 :

a. Wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan)

b. Bentuk usaha tetap


• Pph 26

Pemotongan PPh 26

Mereka adalah pihak yang berkewajiban melakukan pemotongan atas pajak penghasilan pasal
26 yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri dan melakukan penyetoran atas pajak
penghasilan pasal 26 yang telah dipotongnya ke kas Negara paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya setelah terutang pajak. Berdasarkan ketentuan perundangan tentang pajak
penghasilan mereka yang dikategorikan sebagai pemotong pajak penghasilan pasal 26 adalah :

a. Badan pemerintah.b. Subjek pajak dalam negeri.

c. Penyelenggara kegiatan.

d. Bentuk usaha tetap.

e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

Pada saat pemotongan pajak melakukan pemotongan pajak atas pajak penghasilan pasal 26
terhadap wajib pajak, maka di samping melakukan pencatatan pemotongan, pemotong pajak
juga diharuskan untuk :

a. Melakukan perhitungan dengan cara penggunaan dasar pengenaan pajak neto atau bruto
tergantung peristiwa objek pajak tersebut.

b. Mengisikan formulir perpajakan pasal 26 dengan benar seperti formulir 1721, SSP dan bukti
pemotongan pajak.

c. Bukti pemotongan pajak penghasilan pasal 26 dibuat dalam 3 rangkap yang diperuntukkan :

1) Lembar pertama untuk wajib pajak luar negeri.

2) Lembar kedua untuk Kantor Pelayanan Pajak.

3) Lembar ketiga untuk arsip pemotong


Hasil pemotongan pajak penghasilan pasal 26 tersebut wajib disetorkan ke Bank Persepsi atau
kantor pos dengan menggunakan surat setoran pajak (SSP) paling lambat tanggal 10 bulan
takwin berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak. SPT masa pajak penghasilan pasal 26
dengan dilampiri surat setoran pajak (SSP) lembar kedua dan bukti pemotongan pajak lembar
kedua dan daftar bukti pemotongan pajak disampaikan kekantor pelayanan pajak (KPP)
setempat paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir. Untuk memperjelas berikut
ilustrasinya: PT. Aneka Cahaya Internasional melakukan pemotongan pajak penghasilan pasal
26 pada tanggal 20 juni 2010, penyetoran pajak penghasilan tersebut ke Bank persepsi atau
kantor pos paling lambat adalah tanggal 10 juli 2010, dan pemotongan serta pembayaran pajak
penghasilan pasal 26 tersebut paling lambat dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
setempat paling lambat tanggal 20 juli 2010.

6. KETENTUAN DAN TARIF

• Pph 22

Tarif PPh 22

Tarif PPh pasal 22 mengalami perubahan dengan perubahan ketiga peraturan menteri
keuangan tentang pemungutan PPh pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
barang dari kegiatan di bidang import atau kegiatan usaha dibidang lain. Besarnya pungutan
Pajak penghasilan pasal 22 ditetapkan sebagai berikut :

a. Atas Impor

1) Barang-barang tertentu sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian


tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai
impor.
2) Selain barang-barang tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1, yang menggunakan
angka pengenal impor (API), sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor, kecuali atas
impor kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai impor.

3) Selain barang-barang tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1, yang tidak


menggunakan angka pengenal impor (API), sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai
impor, dan/atau

4) Yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang.Nilai impor
sebagai dasar perhitungan pajak sebagaimana dimaksud ada butir A angka 1, angka 2, dan
angka 3 adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk yauitu
COSTAsurance and freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang
dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang impor.

b. Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf
d, dan pembelian baranf dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf e, sebesar 1,5%(satu setengah persen) dari harga
pembelian tidak termasuk pajak pertambahan nilai.

c. Atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas adalah sebagai

berikut:

1) Bahan bakar minyak sebesar:

1.9.2 0,25% (nol koma dua lima persen) dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan
nilai untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakarumum pertamina.

1.9.3 0,3%(nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai
untukpenjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum bukan pertamina.

1.9.4 0,3%(nol koma tiga persen) dari penjualan tidak ternasuk pajak pertambahan nilai
untuk penjualan kepada pihak selain sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan b).
2) Bahan bakar gas sebesar 0,3%(nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk pajak
pertambahan nilai.

3) Pelumas sebesar 0,3%(nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk pajak
pertambahan nilai.

1.9.4.1.a.1 Atas penjualan hasil produksi kepada distributor didalam negeri oleh badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi.

1.9.4.1.a.2 Penjualan semua jenis semen di dalam negeri sebesar 0,25% (nol koma dua puluh
lima persen).

1.9.4.1.a.3 Penjualan kertas sebesar 0,1% (nol koma satu persen).

1.9.4.1.a.4 Penjualan baja didalam negeri sebesar 0,3% (nol koma tiga persen).

1.9.4.1.a.5 Penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih sebesar 0,45%
(nol koma empat puluh lima persen).

1.9.4.1.a.6 Penjualan semua jenis obat sebesar 0,3% (nol koma tiga persen), dari dasar
pengenaan pajak pertambahan nilai.

1.9.4.1.a.7 Atas penjualan kendaraan bermotor didalam negeri oleh agen tunggal pemegang
merek (ATPM), Agen pemegang merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor sebesar
0,45% (nol koma empat lima persen) dari dasar pengenaan pajak pertambahan nilai.

1.9.4.1.a.8 Atas penjualan bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badanusaha
industri dari ekportir yang bergerak dala sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan, sebesar 0,25% (nol koma dua lima puluh persen) dari harga pembelian tidak
termasuk pajak pertambahan nilai.

Dalam pemungutan pasal 22 tersebut ternyata pihak wajib pajak tidak memiliki NPWP. Oleh
karena itu sebagai konsekuensinya wajib pajak yang dipungut tersebut diterapkan tarif pph
pasal 22 yang lebih tinggi 100% dibanding tarif yang diterapkan kepada wajib pajak yang
memiliki NPWP. Ketentuan penerapan tarif yang lebih tinggi, diberlakukan untuk pemungutan
pajak penghasilan pasal 22 yang pengenaanya bersifat tidak final.

• Pph 23

a.) Ketentuan Penting dalam PPh 23

Jumlah bruto adalah jumlah penghasilan yang dibayarkan, akan dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayaran, oleh badan pemerintah, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
subjek pajak dalam negeri, atau perwakilan perusahaan luar negeri. Namun, jumlah bruto
tersebut tidak termasuk dalam beberapa bagian in i:

a. Pembayaran gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain yang merupakan
imbalan atas pekerjaan yang dilakukan wajib pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja.
Hal ini harus dibuktikan oleh kontrak kerja dengan pengguna jasa dan daftar pembayaran gaji,
tunjangan, upah, atau honorarium.

b. Pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan hasil pengadaan barang atau material
terkait jasa yang diberikan. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur pembelian atas pengadaan
barang atau material.

c. Pembayaran melalui penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur
tagihan dari pihak ketiga dan disertai dengan perjanjian tertulis.

d. Pembayaran kepada penyedia jasa yang berupa penggantian atau reimbursement. Ini berlaku
untuk biaya yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus
dibuktikan oleh faktur tagihan dan bukti pembayaran. Selain itu, jumlah bruto juga tidak
berlaku atas penghasilan untuk jasa katering dan penghasilan yang telah dikenakan dengan
pajak bersifat final.

b.) Tarif PPh 23


Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari
penghasilan. Ada dua jenis tarif yang dikenakan pada penghasilan yaitu 15% dan 2%,
tergantung dari objek PPh pasal 23 tersebut. Berikut ini adalah daftar tarif dan objek PPh Pasal
23 :

a. Tarif 15% dari jumlah bruto atas :

1) Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga dan royalti;

2) Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21

b. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan
penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.

c. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa
konsultan.d. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan dalam
Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada tanggal 24
Agustus 2015.

e. Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal
23.

f. Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk :

1) Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

2) Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur


pembelian) :
3) Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada
pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis);

4) Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran sebesar


jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan
dengan faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).

Jumlah bruto tersebut tidak berlaku atas :

a.) Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering;

b.) Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah dikenakan pajak yang bersifat
final;

c.) Pembayaran gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain yang merupakan
imbalan atas pekerjaan yang dilakukan wajib pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja.
Hal ini harus dibuktikan oleh kontrak kerja dengan pengguna jasa dan daftar pembayaran gaji,
tunjangan, upah, atau honorarium;

d.) Pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan hasil pengadaan barang atau material
terkait jasa yang diberikan. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur pembelian atas pengadaan
barang atau material;

e.) Pembayaran melalui penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur
tagihan dari pihak ketiga dan disertai dengan perjanjian tertulis;

f.) Pembayaran kepada penyedia jasa yang berupa penggantian atau reimbursement. Ini
berlaku untuk biaya yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus
dibuktikan oleh faktur tagihan dan bukti pembayaran.

• Pph 26

Ketentuan dan Tarif PPh 26

Tarif untuk Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh Pasal 26)


a. Tarif 20% (final) atas jumlah bruto yang dikenakan atas Dividen :

1) Bunga, termasuk premium, diskonto, insentif yang terkait dengan jaminan pembayaran
pinjaman

2) Royalti, sewa, dan pendapatan lain yang terkait dengan penggunaan aset

3) Insentif yang berkaitan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan

4) Hadiah dan penghargaan

5) Pensiun dan pembayaran berkala

6) Premi swap dan transaksi lindung lainnya

7) Perolehan keuntungan dari penghapusan utang

b. Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan dari :

1) Pendapatan dari penjualan aset di Indonesia.

2) Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang kepada
perusahaan asuransi di luar negeri. Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan selama
penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara perusahaan media atau perusahaan
tujuan khusus yang didirikan atau bertempat di negara yang memberikan perlindungan pajak
yang memiliki hubungan khusus untuk suatu entitas atau bentuk usaha tetap (BUT) didirikan di
Indonesia. Tarif 20% yang dipungut dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi dengan pajak,
suatu bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia.

Tingkat berdasarkan tax treaty (perjanjian pajak) yang dikenal sebagai JGI Penghindaran Pajak
berganda (P3B) antara Indonesia dan negara-negara lain yang berada dalam perjanjian,
mungkin berbeda satu sama lain. Tarif mereka biasanya mengurangi tingkat dari tarif biasa
20%, dan beberapa mungkin memiliki tarif 0%.
Referensi :

Bulutoding, Lince. 2022. KONSEP PAJAK Menurut Islam VS Umum. ISBN : 978-623-226-283-6.

Anda mungkin juga menyukai