Anda di halaman 1dari 12

TAX PLANNING (PERENCANAAN PAJAK)

“Disusun untuk memenuhi tugas perpajakan”

Dosen Pengampuh : Dr. Lince Bulutoding, S.E., M.Si., Ak

KELOMPOK II

NURUL AINUN MUTMAINNAH 90400119116

MERI FETRIANI 90400121006

A. UMMU KALSUM 90400121013

ANDI V-BY ANANDA PUTRI 90400121015

NAFSIYATUL MUTMAINNAH 90400121026

REZEKIAH NUR MULIA 90400121029

MIFTAHUL KHAERAH ALWI 90400121031

BERKAH RAHMAWATI 90400121020

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
A. KONSEP PERENCANAAN PAJAK (TAX PLANNING)
Pada umumnya, Perencanaan Pajak (Tax Planning) merujuk kepada proses
merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam
jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan.
Adapun definisi menurut para Ahli sebagai berikut:
a. Menurut Sydney Davidson, 1983
Perencanaan Pajak (Tax Planning) pada dasarnya usaha penghematan
pajak berdasarkan the least and latest rule yaitu wajib pajak selalu berusaha
menekan pajak sekecil mungkin dan menunda pembayaran pajak selambat
mungkin sebatas masih diperkenankan peraturan perpajakan.
b. Menurut Aris Aviantara, 2009
Perencanaan Pajak (Tax Planning) juga dapat diartikan sebagai
perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan
tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber
daya.
c. Menurut Mardiasmo, 1992
Dalam Perencanaan Pajak (Tax Planning), kita harus mengetahui secara
mendalam peraturan perpajakan dan perkembangannya agar tidak terjadi
kesalahan sehingga kita dituduh melakukan penggelapan pajak.
d. Menurut William Perez, 2009
Dapat dikatakan bahwa tujuan dari Perencanaan Pajak (Tax Planning)
ini akhirnya adalah untuk menghemat atau memimalisasi beban pajak.
Tujuan ini dapat dicapai melalui tiga cara, yaitu dapat menekan penghasilan,
menambah biaya yang diperkenankan untuk mengurangi penghasilan dan
memanfaatkan kredit pajak.
B. TUJUAN PERENCANAAN PAJAK (TAX PLANNING)
Adapun tujuan dari Perencanaan Pajak (Tax Planning) sebagai berikut:
1. Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali.
2. Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan.
3. Menunda pengakuan penghasilan.
4. Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain.
5. Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dalam bentuk badan
usaha baru.
6. Menghindari pengenaan pajak berganda.
7. Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau
membentuk, memperbanyak atau mempercepat pengurangan pajak.
C. MANFAAT PERENCANAAN PAJAK (TAX PLANNING)
Menurut Mardiasmo, 1992, manfaat dilakukannya Perencanaan Pajak (Tax
Planning) antara lain adalah:
1. Penghematan kas keluar
Perencanaan pajak (Tax Planning) dapat menghemat pajak yang merupakan
biaya bagi perusahaan.
2. Mengatur aliran kas (Cash Flow)
Perencanaan Pajak (Tax Planning) dapat mengestimasi kebutuhan kas untuk
pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat
menyusun anggaran kas secara lebih akurat.
D. DASAR HUKUM TAX PLANNING
Kita menyadari bahwa kenyataannya di manapun tidak ada undang-undang
yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam
pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan
Pemerintah Keputusan Presiden, Keputusan digunakan Menteri Keuangan dan
Direktur Jendral Pajak), maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut
bertentangan mencapai tujuan yang lain yang ingin dicapainya. Keadaan ini
menyebabkan munculnya celah (loopholes) bagi wajib Pajak untuk
menganalisis dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk perencanaan pajak
yang baik.
1. Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, dinyatakan bahwa: Wajib Pajak wajib mengisi dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.
2. Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Mengatur tentang Objek Pajak Penghasilan.
3. Pasal 4 ayat (3) Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Mengatur tentang Yang Bukan Objek Penghasilan.
4. Pasal 21 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Mengatur
tentang pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
5. Pasal 17 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Mengatur
tentang Tarif Pajak Penghasilan
6. Peraturan Dirjen Pajak Nomor 31/PJ./2009 Jo Peraturan Dirjen Pajak
Nomor 57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
Orang Pribadi.
7. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-536/PJ./2000 tentang
Norma Penghitungan Penghasilan Neto bagi Wajib Pajak yang dapat
menghitung norma penghasilan neto dengan norma penghitungan.
E. ALTERNATIF TAX PLANING
Adapun Tahapan (Alternatif) Melakukan Tax Planning:
1. Menganalisis Informasi yang Ada
Tahap pertama dari perencanaan pajak adalah menganalisis komponen
yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung
seakurat mungkin beban pajak yang ditaanggung. Hal ini hanya bisa
dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak,
baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat
dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efisien.
2. Buat Satu Model atau Lebih Rencana Besarnya Pajak
Pilih bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional. Pada hampir
semua sistem perpajakan internasional, paling tidak ada dua negara yang
ditentukan lebih dahulu. Dari sudut pandang perpajakan, proses
perencanaan tidak bisa berada di luar dari tahapan pemilihan transaksi,
operasi, dan hubungan yang paling menguntungkan.
3. Evaluasi atas Perencanaan Pajak
Tax planning sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil
dari seluruh perencanaan strategis perusahaan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu
perencanaan pajak terhadap beban pajak, perbedaan laba kotor, dan
pengeluaran selain pajak atas berbagai alternatif perencanaan.
a. Mencari Kelemahan Dan Kemudian Memperbaiki Kembali Rencana
Pajak.
b. Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak,
tentu harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Tindakan
perubahaan (up to date planning) harus tetap dijalankan walaupun
diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilannya sangat
kecil.
c. Memutakhirkan Rencana Pajak
d. Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah
berjalan, tetap perlu diperhitungkan setiap perubahan yang terjadi, baik
dari undang-undang maupun pelaksanaannya sesuai negara di mana
aktivitas tersebut dilakukan yang dapat berdampak terhadap komponen
suatu perjanjian.

Pada umumnya, ada lima strategi yang biasa perusahaan lakukan dalam
membuat perencanaan pajak:

1. Tax Avoidance
Tax avoidance atau penghindaran pajak merupakan upaya perusahaan
menghhindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan
objek pajak. Contohnya, perusahaan mengubah tunjangan karyawan dalam
bentuk uang menjadi natura karena natura bukan objek pajak PPh21. Upaya
ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang masih mengalami kerugian.
2. Tax Saving
Upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan
ajak dengan tarif yang lebih rendah. Contohnya, perusahaan melakukan
perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam
bentuk uang.
3. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
4. Kebanyakan Wajib Pajak badan kurang mengetahui bahwa mereka dapat
mengkreditkan pajak yang sudah dipotong asalkan tidak menyimpang dari
peraturan. Misalnya, Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas pembelian solar
dan/atau impor, PPh 23 atas penghasilan jasa atau sewa, serta pajak fiskal
luar negeri atas perjalanan dinas pegawai.
a. Melakukan Penundaan dalam Membayar Kewajiban Pajak
b. Perusahaan sebagai Wajib Pajak dapat menunda pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai (PPn) dengan menunda penerbitan faktur pajak
keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk
penjualan kredit. PPN dapat dibayar pada akhir bulan berikutnya setelah
bulan penyerahan barang.
c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan
d. Wajib Pajak badan harus menguasai peraturan pajak yang berlakuagar
terhindar dari timbulnya sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi,
seperti denda, bunga, atau kenaikan, hingga sanksi pidana.
F. TUJUAN PERENCANAAN PAJAK
1. Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali.
2. Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan.
3. Menunda pengakuan penghasilan.
4. Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain.
5. Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dalam bentuk badan
usaha baru.
6. Menghindari pengenaan pajak berganda.
7. Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau
membentuk, memperbanyak atau mempercepat pengurangan pajak.
G. PENGHINDARAN PAJAK (TAX AVOIDANCE) DAN
PENYELUNDUPAN PAJAK (TAX EVASION)
Pada umunya penghindaran pajak dan penyelundupan pajak mempunyai
tujuan yang sama, yaitu mengurangi beban pajak, akan tetapi cara
penyelundupan pajak dalam mengurangi beban pajaknya termasuk perbuatan
ilegal atau perbuatan melanggar hukum. Penyeludupan pajak merupakan
subagai tindakan yang dilakukan wajib pajak untuk mengurangi utang pajak
dengan tidak sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Sedangkan
penghindaran pajak merupakan tindakan yang sama dilakukan dengan
penyeludupan pajak, akan tetapi dengan cara yang tidak meliwati peraturan
perpajakan yang berlaku dan dapat dipertanggung jawabkan.
Pengertian penyelundupan pajak tidak saja terbatas pada kecurangan dan
penggelapan saja, tetapi juga meliputi kelalaian memenuhi kewaiban
perpajakan yang disebabkan oleh:
1. Ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu
akan adanya ketentuan perundang-undangan perpajakan tersebut.
2. Kesalahan (error), yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai
ketentuan peraturan perundangundangan perpajkan, tetapi salah hitung
datanya.
3. Kesalahpahaman (misunderstanding), yaitu wajib pajak salah dalam
menafsirkan peraturan perundangundangan perpajakan.
4. Kealpaan (negligence), yaitu wajib pajak alpa untuk menyimpan buku
beserta bukti-buktinya secara lengkap.

Dengan demikian, penyelundupan pajak dapat pula didefenisikan sebagai


suatu tindakan atau sejumlah tindakan yang merupakann pelanggaran terhadap
ketentuan perundang-undangan perpajakan, seperti:

1. Tidak dapat memenuhi pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) tepat


waktunya
2. Tidak dapat memenuhi pembayaran pajak tepat pada waktunya.
3. Tidak dapat memenuhi pelaporan penghasilan dan pengurangannya secara
lengkap dan benar.
4. Tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan.
5. Tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan pajak penghasilan karyawan
yang dipotong dan pajak-pajak lainnya yang telah dipungut.
6. Pembayaran dengan cek kosong bagi Negara yang dapat melakukan
pembayaran pajaknya dengan cek.
7. Melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan dan atau tindakan
intimidasi lainnya.
H. JENIS-JENIS PERENCANAAN PAJAK
Perencanaan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia saja, karena
kadang-kadang perusahaan juga harus berhubungan dengan negara di luar
Indonesia untuk menjalankan kegiatan perusahaanya. Untuk itu sebelum
melakukan perencanaan pajak seorang perencana pajak harus mengetahui
jenis-jenis perencanaan pajak terlebih dahulu.Jenis-Jenis Perencanaan pajak
ada dua yaitu:
1. Perencanaan pajak nasional (national tax planning)
2. Perencanaan pajak internasional (international tax planning)

Dari kedua jenis perencanaan pajak tersebut terdapat perbedaan yang


melekat antara perencanaan pajak nasional dengan perencanaan pajak
internasional, yaitu terletak pada peraturan pajak yang akan digunakan. Dalam
perencanaan pajak nasional hanya memperhatikan undang-undang
domestic.Dan perencanaan pajak jenis ini biasanya dilakukan oleh Wajib Pajak
badan yang hanya memiliki usaha di Indonesia saja atau melakukan transaksi
dengan Wajib Pajak dalam negeri saja.

Sedangkan perencanaan pajak internasional disamping undang-undang


domestik juga harus memperhatikan perjanjian pajak dan undang-undang dari
negara-negara yang terlibat. Dan biasanya dilakukan oleh Wajib Pajak badan
yang memiliki kegiatan usaha di dalam negeri dan di luar negeri. Perencanaan
pajak ini dilakukan jika Wajib Pajak melakukan transaksi tak hanya dengan
Wajib Pajak dalam negeri, tetapi juga dengan Wajib Pajak di luar negeri.
Berbeda dengan National Tax Planning, International Tax Planning harus turut
memperhatikan Undang-Undang atau perjanjian pajak (Tax Treaty) dari
negara-negara yang ikut terlibat.

I. MOTIVASI DILAKUKANNYA PERENCANAAN PAJAK

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada


tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan
agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan
kewajiban pajak. Jika tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban
pajak dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang
ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang, maka tax planning
di sini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis keduanya
berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak karena pajak
merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada
pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.

Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai


cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang
melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Istilah yang sering digunakan
adalah tax avoidance dan tax evasion. Tax avoidance adalah rekayasa ‘tax
affairs’ yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful).

Komite urusan fiskal dari OECD menyebutkan ada tiga tipe karakter tax
avoidance yaitu:

a. Adanya unsur artifisial di mana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di


dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak.
b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-undang
atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal
bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang.

c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini di mana umumnya para
konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan tax avoidance
dengan syarat Wajib Pajak menjaga serahasia mungkin.

Aspek Material dalam Perencanaan Pajak

a. Aspek Formal
Kewajiban perpajakan bermula dari implementasi undang-undang
perpajakan. Oleh karena itu, ketidakpatuhan terhadap undang-undang dapat
dikenakan sanksi baik administrasi maupun sanksi pidana. Sanksi
administrasi maupun pidana merupakan pemborosan sumber daya sehingga
perlu dihindari melalui suatu perencanaan pajak yang baik. Untuk dapat
menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik
diperlukan pemahaman terhadap peraturan perpajakan.
Aspek administratif dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan, membayar pajakm menyampaikan Surat Pemberitahuan,
disamping memotong atau memungut pajak. Kewajiban perpajakan berakhir
saat pada saat pelunasan oleh wajib Pajak.
b. Aspek Material
Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan,
pembuatan maupun peristiwa. Basis penghitungan pajak adalah objek pajak.
Maka untuk mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan
merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih (karena dapat mengurangi
optimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak kurang (supaya tidak membayar
sanksi administrasi yang merupakan pemborosan dana). Untuk itu objek
pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap. Pelaporan objek pajak
yang benar dan lengkap harus bebas dari berbagai rekayasa negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Bulutoding, Lince, Mahasiswa Akuntansi UIN Alauddin Makassar Angkatan


2017, Konsep Pajak Menurut Islam & Umum, Pusaka Almaida: Gowa,
2022.

https://accounting.binus.ac.id/2021/12/01/perencanaan-pajak-tax-planning/

Anda mungkin juga menyukai