Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Moneter

Vol. IV No. 1 April 2017

Analisis Penerapan Tax Planning Dalam Upaya Meminimalkan Ppn


Terhutang Pada Cv. Mikita Cookies
Dwiyatmoko Pujiwidodo
Program Studi Manajemen Perpajakan
Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta
e-mail : dwiyatmoko.dpw@bsi.ac.id

ABSTRACT dibayar adalah sebesar Rp. 212.046.749,- , dengan total


To implement the savings tax obligations and the pembelian dari PKP sebesar Rp. 10.917.702.280 dan
tax burden, the company can implement tax planning. total pembelian Non PKP sebesar Rp. 810.189.115,- .
Tax planning is legal or process attempts to manipulate, Setelah dilakukan tax planning PPN dengan pola
organize business and the transaction so that the tax memaksimalkan pengkreditan pajak masukan maka
payer is a tax debt in an amount of at least but still dihasilkan total PPN terhutang sebesar Rp. 131.027.838,-
within the scope of the provisions of the taxation laws in . Diasumsikan pada tahun 2014 bahwa PT Sucofindo
force. This study aims to identify and analyze the impact Episi hanya bertransaksi dengan PKP, sehingga atas
of tax planning in an effort to minimize the value-added setiap pembelian barang/jasa PT Sucofindo Episi
tax payable on CV. Mikita Cookies. Based document of mendapatkan faktur pajak.
VAT in 2014, CV. Mikita Cookies transact with suppliers
who have registered themselves as PKP or not PKP, so Kata Kunci- Pajak Pertambahan Nilai, Perencanaan
that not all purchases issuing tax invoices, it affects the Pajak
calculation of VAT. Of the various ways of tax planning
VAT, in this study, the authors apply the optimization of I. PENDAHULUAN
crediting of input tax. From the discussion, it can be
seen that the document in 2014, VAT owed to be paid is Penerimaan Negara yang meliputi penerimaan
Rp. 212 046 749, -, with total purchases of PKP Rp. pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan
10,917,702,280 and the total purchase Non PKP Rp. 810 tulang punggung pelaksanaan kegiatan pemerintahan,
189 115, After the VAT tax planning with patterns of terutama untuk mencapai kemandirian dan
maximizing tax creditable input VAT payable then the keberlangsungan dalam membiayai pengeluaran yang
resulting total of Rp. 131 027 838, -. Assumed in 2014 semakin waktu semakin bertambah besar. Pengeluaran
that CV. Mikita Cookies only deal with PKP, so that on untuk membiayai belanja negara yang semakin lama
every purchase of goods / services CV. Mikita Cookies semakin bertambah besar tersebut, diperlukan
get a tax invoice penerimaan negara yang berasal dari dalam negeri tanpa
harus bergantung dengan bantuan atau pinjaman dari
Keywords- VAT, Tax Planning luar negeri yang semakin lama semakin sulit untuk
diharapkan. Hal ini berarti bahwa semua pembelanjaan
ABSTRAK Negara harus dibiayai dari pendapatan negara, yaitu
Untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dan penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.
penghematan beban pajak maka perusahaan dapat Pemerintah telah berupaya dan akan berusaha terus
menerapkan perencanaan pajak. Perencanaan pajak menerus membuat berbagai peraturan sehingga
merupakan upaya legal atau proses untuk merekayasa, peningkatan penerimaan dari pajak selalu dapat
mengorganisasi usaha dan transaksi wajib pajak supaya dipertahankan, modalnya dengan menggunakan Full Self
utang pajak berada dalam jumlah minimal tetapi masih Assessment System. Dimana Wajib Pajak diberikan
dalam lingkup ketentuan peraturan Undang–Undang wewenang penuh membuat pencatatan, pembukuan,
Perpajakan yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak yang
mengetahui dan menganalisis dampak penerapan tax harus dibayar.
planning sebagai usaha meminimalkan pajak Pajak merupakan salah satu beban utama bagi
pertambahan nilai terhutang pada CV. Mikita Cookies. perusahaan atau badan usaha yang akan mengurangi laba
Berdasarkan data PPN tahun 2014, CV. Mikita Cookies bersih. Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan
bertransaksi dengan supplier yang telah mendaftarkan dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
diri sebagai PKP maupun yang belum PKP, sehingga penghindaran pajak (tax avoidance) sampai pada
tidak semua transaksi pembelian menerbitkan faktur penggelapan pajak (tax evation).
pajak, hal ini berdampak pada perhitungan PPN. Dari Berdasarkan karateristik Pajak Pertambahan Nilai,
berbagai cara tax planning PPN, pada penelitian ini, maka suatu perusahaan dapat melakukan Tax Planning
penulis menerapkan optimalisasi pengkreditan pajak (perencanaan pajak) dengan cara antara lain, yaitu
masukan. Dari hasil pembahasan dapat dilihat bahwa memaksimalkan pajak masukan yang dapat dikreditkan,
data PPN pada tahun 2014 PPN terhutang yang harus memperoleh Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena

ISSN 2355-2700 e-ISSN 2550-0139 9


Jurnal Moneter
Vol. IV No. 1 April 2017

Pajak (JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan merupakan satu-satunya cara legal yang dapat ditempuh
menunda pembuatan faktur pajak atas penjualan Barang oleh wajib pajak dalam rangka mengefesiensikan
Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang pembayaran pajaknya. Ide dasarnya adalah usaha
pembayarannya belum diterima, selambat-lambatnya pengaturan terlebih dahulu semua aktivitas perusahaan
akhir bulan setelah Masa Pajak berakhir. guna menghindarkan dampak perpajakan sebanyak
Perencanaan pajak (tax planning) merupakan salah mungkin, atau dengan perkataan lain peluang untuk
satu fungsi tax management yang bertitik pada usaha perencanaan pajak yang efektif, terdapat lebih besar
pencapaian efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan kemungkinannya apabila hal tersebut dipertimbangkan
kewajiban perpajakan. Secara garis besar tujuan sebelum transaksi tersebut dilaksanakan, dibandingkan
perencanaan pajak adalah untuk memenuhi aspek formil dengan apabila pertimbangannya dilakukan setelah
dan materil dari perpajakan terjadi transaksi.
Perencanaan pajak pada umumnya berusaha untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA menghindari sanksi akibat dari penerapan pajak yang
melanggar peraturan dan perundang-undangan
2.1. Perencanaan Pajak perpajakan di Indonesia, tetapi perencanaan pajak
merupakan penerapan kegiatan-kegiatan perusahaan
Perencanaan Pajak adalah langkah awal dalam terhadap peraturan dan perundang-undangan perpajakan
manajemen pajak dimana pada tahap ini dilakukan yang berlaku untuk mengecilkan beban pajak
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perusahaan. Perencanaan pajak merupakan proses
perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis perencanaan yang dilakukan oleh wajib pajak orang
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. pribadi maupun badan usaha untuk menganalisis dan
Tujuan Perencanaan Pajak adalah merekayasa beban memanfaatkan celah ketentuan peraturan perpajakan
pajak (Tax Burden) serendah mungkin dengan yang berlaku (loopholes) agar perusahaan dapat
memanfaatkan peraturan yang ada, tetapi berbeda membayar pajak seminimal mungkin pada masa pajak
dengan tujuan pembuatan Undang-undang kini dan masa pajak yang akan datang. Untuk
Tax planning sama dengan tax avoidance karena meminimalkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan
secara hakikat ekonomis kedua-duanya berusaha untuk berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan
memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan
return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba perpajakan (unlawful). Istilah yang sering digunakan
yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang adalah tax evoidance dan tax evasion. Perencanaan
saham maupun diinvestasikan kembali. (Anwar Pohan) perpajakan umumnya selalu dimulai dengan
(Santoso) mendefinisikan perencanaan pajak (tax menyakinkan apakah suatu transaksi terkena pajak. Jika
planning) adalah satu usaha menyeluruh yang dilakukan transaksi tersebut terkena pajak, apakah dapat
terus menerus oleh wajib pajak agar semua hal yang diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah
berkaitan dengan urusan perpajakan dapat dikelola pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak yang
dengan baik, ekonomis, efektif dan efisien sehingga dimaksud dapat ditunda pembayarannya. Oleh sebab itu,
dapat memberikan kontribusi maksimum bagi setiap Wajib Pajak akan membuat rencana pengenaan
kelangsungan usaha wajib pajak tanpa mengorbankan pajak atas setiap tindakan secara komperehenship. Agar
kepentingan penerimaan negara pembayaran pajak sesuai dengan peraturan perundang-
(Zain) mengatakan bahwa perencanaan pajak undangan, maka pembayaran pajak harus direncanakan
merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan secara baik supaya tidak terjadi pemborosan. Penyediaan
konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada dana harus direncanakan supaya pembayaran pajak dapat
pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian Disamping pembayaran pajak masih ada kewajiban
tersebut dapat mengefisienskan jumlah pajak yang akan pelaporan yang juga harus direncanakan supaya dapat
ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut selesai dan dilaporkan tepat pada waktunya. (Sumarsan)
sebagai penghindaran pajak (tax avoidence) dan (Mardiasmo.) mengutarakan beberapa perencanaan
bukannya penyelundupan pajak (tax evasion) yang dalam bidang perpajakan dengan tujuan penghematan
merupakan tindakan pidana fiskal yang tidak akan perpajakan dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip
ditoleransi. Walaupun kedua cara tersebut sebagai berikut :
kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai 1. Memanfaatkan secara optimal ketentuan perpajakan
tindakan kriminal, namun suatu hal yang jelas berbeda di yang berlaku khususnya berbagai celah kelemahan
sini, bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan legal peraturan yang menguntungkan wajib pajak
yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak 2. Mengambil keuntungan dengan pemilihan bentuk-
melanggar ketentuan perturan perundang-undangan bentuk usaha yang tepat
perpajakan. Sementara itu, penyelundupan pajak jelas- 3. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha
jelas merupakan perbuatan ilegal yang melanggar sehingga dapat diatur secara keseluruhan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. pengunaan tarif pajak dan potensi penghasilan
Lebih kanjut (Zain) mengemukakan bahwa
perencanaan pajak melalui penghindaran pajak

10 ISSN 2355-2700 e-ISSN 2550-0139


Jurnal Moneter
Vol. IV No. 1 April 2017

4. Menyebar penghasilan ke beberapa tahun untuk bagi perusahaan yang juga akan menimbulkan
menghindari pengenaan pajak dengan tarif yang penundaan pembayaran pajak.
tinggi c. Objek pajak
Adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas
Motivasi yang mendasari dilakukannya suatu objek pajak yang secara ekonomis hakikatnya
perencanaan pajak umumnya, bersumber dari tiga unsur sama, akan menimbulkan usaha perencanaan
perpajakan yaitu : (Suandy) pajak agar beban pajaknya rendah. Sebagai
1. Kebijakan Perpajakan contoh, transaksi modal personal atas dividen
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan dan keuntungan modal; di mana atas
alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju pembayaran dividen kepada pemegang saham
dalam sistem perpajakan. Dari berbagai aspek perorangan ditetapkan tarif progresif Pasal 17
kebijakan pajak, terdapat faktor-faktor yang Undang-Undang Pajak Penghasilan, sedangkan
mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, keuntungan modal dikenakan pajak dengan tarif
yaitu : sebesar 0,1% atau 0,6% dari jumlah bruto nilai
a. Jenis Pajak yang akan dipungut penjualan saham. Karena objek pajak
Berbagi jenis pajak yang harus menjadi merupakan basis perhitungan (tax bases)
pertimbangan utama, baik berupa pajak besarnya pajak, maka untuk optimalisasi alokasi
langsung maupun pajak tidak langsung yaitu : sumber dana, manajemen akan merencanakan
PPh Badan dan Orang Pribadi, PPN, Pajak atas pajak yang tidak lebih (karena bisa mengurangi
keuntungan modal (capital gains), Withholding optimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak
tax atas gaji, dividen, sewa, bunga, royalti, dan kurang (agar tidak harus membayar sanksi yang
lain-lain, Pajak atas impor, ekspor, serta bea berarti pemborosan dana).
masuk, Pajak atas undian / hadiah, Bea materai, d. Tarif Pajak
Capital transfer taxes / transfer duites dan Adanya penerapan schedular taxation tarif yang
Lisensi usaha serta pajak perdagangan lainnya. diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang
Terdapat berbagai kewajiban jenis pajak yang perencana pajak berusaha sedapat mungkin agar
hatus dibayar dimana masing-masing jenis dikenakan tarif yang paling rendah (low
pajak tersebut mempunyai sifat perlakuan pajak bracket). Semakin besar beban pajak, semakin
sendiri-sendiri. Misalnya, bea masuk dianggap kuat motif, dan semakin luas ruang lingkup
sebagai biaya yang dapat dikurangi dari terjadinya penghindaran pajak, karena Wajib
penghasilan kena pajak atau bisa diminta Pajak dapat menghindari tarif pajak yang lebih
restitusi apabila kita melakukan ekspor barang tinggi namun tetap terutang tarif pajak yang
(output), sedangkan Pajak Penghasilan adalah lebih rendah.
pajak atas laba atau penghasilan kena pajak e. Prosedur Pembayaran Pajak
yang dapat mengurangi besarnya penghasilan Sistem self-assesment dan sistem pembayaran
bersih setelah pajak. Maka agar tidak mengharuskan perencanaan pajak untuk
menggangu atau tidak memberatkan arus kas merencanakan pajaknya dengan baik. Saat ini
perusahaan, diperlukan perencanaan pajak yang sistem pemungutan withholding tax di Indonesia
baik untuk bisa menganalisis transaksi apa yang makin ditingkatkan penerapannya. Hal ini
akan terkena pajak yang mana dan berapa dana disamping mengganggu arus kas perusahaan
yang diperlukan, sehingga dapat diketahui juga bisa mengakibatkan kelebihan pembayaran
berapa penghasilan bersih setelah pajak. atas pemungutan pendahuluan tersebut, padahal
b. Subjek Pajak untuk memperoleh restitusi atas kelebihan
Indonesia merupakan salah satu negara yang tersebut dibutuhkan waktu dan biaya.
menganut sistem klasik di mana ada
pemisahaan antara badan usaha dengan pribadi 2. Undang-Undang Perpajakan
pemiliknya (pemegang saham) yang akan Kenyataan menunjukan bahwa tidak ada undang-
menimbulkan pajak ganda. undang yang mengatur setiap permasalahan secara
Adanya perbedaan perilaku perpajakan atas sempurna. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
pembayaran dividen badan usaha kepada selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain
pemegang saham perorangan dan kepada (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,
pemegang saham berbentuk badan usaha Keputusan Mentri Keuangan, dan Keputusan Dirjen
menyebabkan timbulnya usaha untuk Pajak). Tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut
merencanakan pajak dengan baik agar beban bertentangan dengan Undang-undang itu sendiri
pajak rendan sehingga sumber daya perusahaan karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat
bisa dimanfaatkan untuk tujuan yang lain. Di kebijakan dalam mencapai tujuan lain yang ingin
samping itu, ada pertimbangan untuk menunda dicapai. Akibatnya terbuka celah (loopholes) bagi
pembayaran dividen dengan cara meningkatkan Wajib Pajak untuk menganalisis kesempatan
jumlah laba yang ditahan (retained earning) tersebut dengan cermat untuk perencanaan pajak
yang baik.

ISSN 2355-2700 e-ISSN 2550-0139 11


Jurnal Moneter
Vol. IV No. 1 April 2017

3. Administrasi Perpajakan d. Agen utama dan penyalur utama pabrikan atau


Indonesia merupakan negara dengan wilayah luas importir adalah pengusaha yang kegiatannya
dan jumlah penduduk yang banyak. Sebagai negara sebagai penyalur utama atas Barang Kena Pajak
berkembang, Indonesia masih mengalami kesulitan yang diperoleh dari produsen.
dalam melaksanakan administrasi perpajakannya e. Pemegang hak paten atau merek dagang Barang
secara memadai. Hal ini mendorong perusahaan Kena Pajak adalah pengusaha yangmelakukan
untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan kegiatan usaha atas barang tidak berwujud
baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun didalam daerah pabean.
pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara f. Pedagang besar (distributor) adalah pengusaha
aparat fisik dengan Wajib Pajak akibatnya luasnya orang pribadi atau badan dalam kegiatan usaha
peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem perdagangan atas Barang Kena Pajak dalam
informasi yang masih belum efektif. (Suandy) jumlah besar.
2.2. Pajak Pertambahan Nilai g. Pengusaha yang melakukan penyerahan Jasa
Kena Pajak adalah pengusaha orang pribadi
Pengertian PPN menurut Undang-Undang Pajak atau badan dalam setiap kegiatan pelayanan
Pertambahan Nilai adalah Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
(PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas penyerahan hukum yang menyebabkan suatu barang atau
Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean yang fasilitas atau hak tersedia untuk dipakai,
dilakukan oleh pengusaha dan pemanfaatan Barang Kena termasuk jasa yang dilakukan untuk
Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean. menghasilkan barang karena pemesanan atau
Penyerahan jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha dan pemanfaatan pemesanan.
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam h. Pedagang eceran adalah pengusaha orang
daerah Pabean, dan atas impor Barang Kena Pajak dan pribadi atau badan yang menyelenggarakan
ekspor Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh pembukuan yang dalam kegiatan usaha atau
Pengusaha Kena Pajak (PKP) (Zain) pekerjaan utamanya melakukan usaha
Berdasarkan ketentuan yang mengatur tentang perdagangan dengan cara menyerahkan Barang
objek PPN dalam pasal 4, 16C, dan 16D UU PPN 42 Kena Pajak melalaui suatu tempat penjualan
tahun 2009 dapat diketahui bahwa subjek PPN dapat eceran seperti took, kios atau dengan cara
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (Zain) penjualan yang dilakukan langsung kepada
1. Pengusaha kena Pajak (PKP) konsumen.
Pengusaha Kena Pajak adalah orang pribadi atau
badan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya 2. Bukan (Non) Pengusaha Kena Pajak (BPKP)
menghasilkan barang, mengimpor barang, Yang dimaksud dengan Bukan Pengusaha Kena
mengekspor barang, melakukan usaha Pajak tetapi memiliki status sebagai subjek pajak
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud adalah orang atau badan yang melakukan kegiatan
dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, yang dikenakan pajak, namun oleh Undang-undang
atau melakukan usaha atau memanfaatkan jasa dari tidak diklasifikasikan sebagai Pengusaha Kena
luar Daerah Pabean. Pajak. Ketentuan tersebut dimaksudkan adanya
Yang termasuk Pengusaha Kena Pajak adalah : kemungkinan Pengusaha kecil yang ingin menjadi
a. Pabrikan atau produsen adalah pengusaha orang Pengusaha Kena Pajak
pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
mengolah melalui proses mengubah bentuk atau (Soemarso) menjelaskan bahwa untuk menghitung
sifat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi besarnya pajak yang terutang adalah berdasarkan Dasar
baran baru atau mempunyai daya guna baru. Pengenaan Pajak (DPP). Pajak yang terutang dihitung
b. Importer adalah pengusaha orang pribadi atau dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar
badan yang melakukan kegiatan memasukkan Pengenaan Pajak.
barang dari lar daerah pabean kedalam daerah
pabean. PPN yang terutang = Tarif PPN x DPP
c. Pengusaha yang mempunyai hubungan
istimewa dengan pabrikan atau importir adalah Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual
hubungan istimewa antara Pengusaha Kena atau Penggantian atau Nilai Impor atau Nilai Ekspor atau
Pajak dengan pihak yang menerima penyerahan Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung
dapat terjadi karena ketergantungan atau pajak yang terutang. Selanjutnya yang dimaksud dengan
ketertarikan satu dengan yang lain yang Harga Jual, Penggantian, Nilai Ekspor, dan Nilai Impor
disebabkan oleh faktor kepemilikan atau adalah: (Rahayu)
penyertaan maupun adanya penugasan melalui 1. Harga jual, ialah nilai berupa uang, termasuk semua
manajemen. biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
penjual karena penyerahan BKP / JKP, tidak

12 ISSN 2355-2700 e-ISSN 2550-0139


Jurnal Moneter
Vol. IV No. 1 April 2017

termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut pada akhir tahun buku. Hanya PKP yang
menurut Undang-Undang PPN dan PPnBM dan disebutkan dalam Pasal 9 ayat (4b) UU No. 42
potongan harga yang dicantum dalam faktur pajak. Tahun 2009 saja yang dapat mengajukan restitusi
2. Penggantian, ialah nilai berupa uang termasuk untuk setiap Masa Pajak.
semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta 5. Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan
oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak Surat Pemberitahuan Masa PPN (SPT Masa PPN)
termasuk pajak yang dipungut menurut undang- setiap bulan ke Kantor Pelayanan Pajak terkait
undang ini dan potongan harga yang dicantumkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
dalam faktur pajak. berakhirnya masa pajak..
3. Nilai ekspor, ialah nilai berupa uang, termasuk
semua biaya yang diminta atau yang seharusnya III. METODOLOGI PENELITIAN
diminta oleh eksportir. Nilai Ekspor dapat diketahui
dari dokumen ekspor, misalnya harga yang (Soemarso) menjelaskan bahwa untuk menghitung
tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang besarnya pajak yang terutang adalah berdasarkan Dasar
(PEB). Pengenaan Pajak (DPP). Pajak yang terutang dihitung
4. Nilai impor, ialah berupa uang yang menjadi dasar dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar
penghitungan bea masuk ditambah pungutan Pengenaan Pajak.
lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan Metode penelitian yang digunakan ialah
dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk penelitian kualitatif yaitu bersifat deskriptif dan
Impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak cendrung menggunakan analisis dengan pendekatan
Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang- induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam
Undang PPN dan PPnBM. pemaparan secara kualitatif.
5. Nilai lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
sebagai Dasar Pengenaan Pajak dengan Keputusan agar fokus penulisan sesuai dengan fakta di lapangan
Menteri Keuangan sedang literatur yang digunakan merujuk kepada
perencanaan pajak dan Pajak Pertambahan
Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku atas 1. Metode literatur
penyerahan BKP/JKP adalah tarif tunggal yaitu sebesar Studi literatur dilakukan dengan telaah literatur
10%. Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas Perencanaan pajak dan Pajak Pertambahan Nilai
ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud dan serta Undang – Undang Perpajakan
ekspor JKP 2. Metode observasi
Mekanisme PPN sesuai dengan ketentuan UU PPN Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan
adalah sebagai berikut : (Rahayu) langsung dan melakukan wawancara dengan
1. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan pihak terkait dan berkompeten (Manajemen CV.
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) / Jasa Kena Mikita Cookies) mengenai penerapan Pajak
Pajak (JKP) wajib memungut PPN dari Pertambahan Nilai di CV. Mikita Cookies
pembeli/penerima BKP / JKP yang bersangkutan (3)
sebesar 10% dari Harga Jual atau penggantian, dan
membuat Faktur Pajak sebagai bukti IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
pemungutannya.
2. PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut A. Data Penelitian
merupakan Pajak Keluaran bagi PKP Penjual
BKP/JKP, yang sifatnya sebagai pajak yang harus Penyerahan BKP yang dilakukan oleh CV. Mikita
dibayar (hutang pajak). Cookies merupakan penyerahan BKP yang dapat
3. Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian / dikreditkan. Berdasarkan data pembelian yang ada
perolehan BKP / JKP yang dikenakan PPN, PPN terlihat bahwa penyerahan BKP berasal dari PKP dan
tersebut merupakan Pajak Masukan , yang sifatnya Non PKP (supplier yang belum mempunyai NPWP
sebagai pajak yang dibayar di muka, sepanjang ataupun belum dikukuhkan sebagai PKP). Atas
BKP/JKP yang dibeli tersebut berhubungan pembelian dari PKP tersebut CV. Mikita Cookies akan
langsung dengan kegiatan usahanya. mendapatkan pajak masukan.
4. Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila CV. Mikita Cookies merupakan badan usaha yang
jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak sudah dikukuhkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak)
Masukan, maka selisihnya harus disetor ke Kas pada tanggal 15 Maret 2010. CV. Mikita Cookies
Negara paling lama akhir bulan berikutnya setelah diwajibkan memungut PPN atas penjualannya. Setiap
berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat transaksi penjualan CV. Mikita Cookies
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai mengeluarkan faktur pajak sebagai pajak keluaran
disampaikan. Dan sebaliknya, apabila jumlah Pajak kepada customer selain itu CV. Mikita Cookies juga
Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, mendapatkan faktur pajak dari beberapa supplier yang
maka selisih tersebut dapat di kompensasi ke masa sudah PKP sebagai pajak masukan. Selisih antara pajak
pajak berikutnya. Restitusi hanya dapat diajukan keluaran dengan pajak masukan ini kemudian menjadi

ISSN 2355-2700 e-ISSN 2550-0139 13


Jurnal Moneter
Vol. IV No. 1 April 2017

PPN terhutang yang disetor dan dilaporkan CV. Mikita Tabel 2 : Data PPN CV. Mikita Cookies tahun 2016
Cookies setiap bulannya. PPN PPN
BULAN DPP PPN
MASUKAN TERHUTANG
Mekanisme PPN yang terjadi di CV. Mikita
JAN 1.449.436.675 144.943.668 120.553.828 24.389.840
Cookies adalah sebagai berikut :
1. PPN Keluaran (Vat Out) FEB 945.626.100 94.562.610 74.066.053 20.496.557
PPN Keluaran diperoleh perusahaan dari MAR 1.266.045.763 126.604.576 107.012.770 19.591.806
penyerahan BKP kepada customernya. Bukti
APR 1.421.972.487 142.197.249 126.047.823 16.149.426
pendukung atas pemungutan PPN, perusahaan
mengeluarkan faktur pajak. MEI 950.902.676 95.090.268 65.743.276 29.346.992
2. Pajak Masukan (Vat In) JUN 1.059.497.976 105.949.798 91.759.882 14.189.916
PPN masukan diperoleh perusahaan dari pembelian
JUL 927.901.664 92.790.166 76.172.015 16.618.151
BKP. Besarnya nilai PPN Masukan adalah 10%
dari DPP, sehingga perusahaan akan membayar AGUS 819.602.118 81.960.212 72.891.206 9.069.006
sebesar DPP ditambah dengan 10%. SEPT 1.034.206.771 103.420.677 81.538.242 21.882.435

OKT 1.181.982.244 118.198.224 101.855.302 16.342.922


CV. Mikita Cookies melaksanakan kewajiban
perpajakannya sebagai PKP dengan melaporkan SPT NOV 655.799.355 65.579.956 55.264.091 10.315.865
(Surat Pemberitahuan) Pajak atas PPNnya setiap bulan. DES 1.325.195.793 132.519.574 118.865.740 13.653.834
Dikarenakan sistem pembukuan yang bersifat accrual,
sehingga setiap penjualan yang diakui akan ditanggung TOTAL 13.038.169.622 1.303.816.977 1.091.770.228 212.046.749

PPNnya oleh Wajib Pajak sebelum invoicing atas Sumber : Hasil Penelitian (2016)
pengakuan penjualan tersebut dibayar oleh costumer.
Atas dasar menanggung PPN terhutang dari penjualan Penulis mengasumsikan bahwa semua penyerahan
maka CV. Mikita Cookies perlu melakukan BKP merupakan penyerahan BKP yang dapat
pengendalian PPN agar cashflow perusahaan tidak dikreditkan, lalu penulis juga mengasumsikan
terganggu. Pengendalian PPN yang dilakukan adalah berdasarkan data pembelian bahwa penyerahan BKP dari
dengan mengatur Pajak Masukan yang diterima agar PKP, sehingga atas pembelian dari PKP perusahaan akan
tidak menumpuk pada satu bulan, walaupun kompensasi mendapatkan pajak masukan. Data pembelian,
untuk masa selanjutnya diperbolehkan dalam mekanisme merupakan pembelian atas barang-barang yang akan
PPN. perusahaan kirim kepada costumernya. Atas data
Tabel dibawah ini menggambarkan data pembelian tersebut didapat pembelian yang berasal dari PKP dan
dan PPN di CV. Mikita Cookies untuk tahun 2016 pembelian yang berasal dari NON PKP (supplier yang
belum mempunyai NPWP ataupun belum dikukuhkan
Tabel 1 : Data Pembelian 2016 sebagai PKP).
BULAN PKP PPN NON PKP TOTAL Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa perusahaan
tidak melakukan transaksi dengan pemungut, sehingga
JAN 1.205.538.280 120.553.828 14.521.000 135.074.828
semua PPN atas transaksi penjualan akan disetorkan
FEB 740.660.530 74.066.053 12.532.500 86.598.553 sendiri oleh perusahaan. Total beban pajak PPN pada
MAR 1.070.127.700 107.012.770 60.500.300 167.513.070 tahun 2016 adalah Rp. 212.046.749, sementara
120.350.00 pembelian yang berasal dari PKP adalah sebesar Rp.
APR 1.260.478.230 126.047.823 246.397.823
0 10.917.702.280, dengan pajak masukan yang dapat
MEI 657.432.760 65.743.276 53.500.500 119.243.776 dikreditkan sebesar Rp. 1.091.770.228. Sementara itu
JUN 917.598.820 91.759.882 75.350.351 167.110.233 pembelian NON PKP sebesar Rp. 810.189.115, atau
110.353.38 sekitar 7% pembelian dari NON PKP yang tidak dapat
JUL 761.720.150 76.172.015 186.525.398
3 dikreditkan dari jumlah pembelian yang ada.
AGUS 728.912.060 72.891.206 72.131.535 145.022.741

SEPT 815.382.420 81.538.242


100.321.50
181.859.742
B. Analisis Penerapan Tax Planning Dalam Upaya
0 Meminimalkan Ppn Terhutang Pada CV.
OKT 1.018.553.020 101.855.302 85.000.000 186.855.302 Mikita Cookies.
NOV 552.640.910 55.264.091 75.003.546 130.267.637
Perencanaan pajak yang dapat dilakukan adalah
DES 1.188.657.400 118.865.740 30.624.500 149.490.240
dengan cara memaksimalkan mekanisme pengkreditan
1.091.770.22 810.189.11 1.901.959.34
TOTAL 10.917.702.280
8 5 3 PPN, sehingga perusahaan melakukan transaksi
Sumber : Hasil Penelitian (2016) pembelian secara maksimal dengan PKP, sehingga atas
transaksi pembelian perusahaan dapat mengkreditkan
PPN masukannya untuk dapat mengurangi beban pajak
PPN perusahaan

14 ISSN 2355-2700 e-ISSN 2550-0139


Jurnal Moneter
Vol. IV No. 1 April 2017

Tabel 3 : Data Pembelian tahun 2016 2. Melakukan review apakah faktur pajak telah dibuat
BULAN PKP NON PKP TOTAL PPN dan dilaporkan tepat waktu, hal ini guna
mendeteksi sanksi atas keterlambatan pelaporan
JAN 1.205.538.280 14.521.000 1.220.059.280 122.005.928
pajak.
FEB 740.660.530 12.532.500 753.193.030 75.319.303 3. Melakukan review atas jumlah penyerahan BKP
MAR 1.070.127.700 60.500.300 1.130.628.000 113.062.800 apakah sesuai dengan jumlah pada SPT PPN yang
dilaporkan.
APR 1.260.478.230 120.350.000 1.380.828.230 138.082.823

MEI 657.432.760 53.500.500 710.933.260 71.093.326 Ketentuan faktur pajak atas penyerahan BKP / JKP
JUN 917.598.820 75.350.351 992.949.171 99.294.917 yang dapat dikreditkan oleh CV. Mikita Cookies adalah
sebagai berikut :
JUL 761.720.150 110.353.383 872.073.533 87.207.353
1. Memenuhi ketentuan formal
AGUS 728.912.060 72.131.535 801.043.595 80.104.360 a. Secara formal harus berbentuk Faktur Pajak
SEPT 815.382.420 100.321.500 915.703.920 91.570.392 atau dokumen yang diperlakukan sebagai Faktur
Pajak, diisi selengkapnya dan tidak
OKT 1.018.553.020 85.000.000 1.103.553.020 110.355.302
lengkap/cacat.
NOV 552.640.910 75.003.546 627.644.456 62.764.446 b. Harus memperhatikan ketentuan pasal 9 ayat (8)
DES 1.188.657.400 30.624.500 1.219.281.900 121.928.190
UU PPN, yang menentukan bahwa Pajak
Masukan tidak dapat dikreditkan bagi
TOTAL 10.917.702.280 810.189.115 11.727.891.395 1.172.789.140
pengeluaran untuk :
Sumber : Hasil Penelitian (2016) − Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Tabel 4 : Data PPN setelah tax planning tahun 2016 − Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa
PPN PPN PPN
BULAN DPP
KELUARAN MASUKAN TERHUTANG
Kena Pajak yang tidak mempunyai
JAN 1.449.436.675 144.943.668 122.005.928 22.937.740
hubungan langsung dengan kegiatan usaha.
− Perolehan dan pemeliharaan kendaraan
FEB 945.626.100 94.562.610 75.319.303 19.243.307
bermotor berupa sedan dan station wagon,
MAR 1.266.045.763 126.604.576 113.062.800 13.541.776 kecuali merupakan barang dagangan atau
APR 1.421.972.487 142.197.249 138.082.823 4.114.426
disewakan;
− Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
MEI 950.902.676 95.090.268 71.093.326 23.996.942
Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
JUN 1.059.497.976 105.949.798 99.294.917 6.654.881 dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha
JUL 927.901.664 92.790.166 87.207.353 5.582.813
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
− Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa
AGUS 819.602.118 81.960.212 80.104.360 1.855.852
Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak
SEPT 1.034.206.771 103.420.677 91.570.392 11.850.285 memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
OKT 1.181.982.244 118.198.224 110.355.302 7.842.922
dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau
tidak mencantumkan nama, alamat, dan
NOV 655.799.355 65.579.956 62.764.446 2.815.510
Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang
DES 1.325.195.793 132.519.574 121.928.190 10.591.384 Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak.
TOTAL 13.038.169.622 1.303.816.977 1.303.816.977 131.027.838
− Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
Sumber : Hasil Penelitian (2016) dari luar Daerah Pabean yang Faktur
Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa total sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
beban pajak pada tahun 2014 mengalami penurunan (6);
sebesar Rp. 81.018.912, atau sekitar 38% dari beban − Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa
pajak sebelum dilakukan tax planning menjadi Rp. Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih
131.027.912, yang semula Rp. 212.046.749. dengan penerbitan ketetapan pajak.
Langkah selanjutnya setelah tax planning PPN − Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa
dilakukan oleh perusahaan maka CV. Mikita Cookies Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak
perlu melakukan pengendalian pajak. Pengendalian dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa
pajak dapat dilakukan melalui penelaahan pajak (tax Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan
review). Pengendalian pajak yang dapat dilakukan dalam pada waktu dilakukan pemeriksaan.
rangka tax planning PPN di CV. Mikita Cookies adalah
− Perolehan Barang Kena Pajak selain barang
dengan cara :
modal atau Jasa Kena Pajak sebelum
1. Melakukan review atas pengkreditan pajak
Pengusaha Kena Pajak berproduksi
masukan, apakah faktur pajak yang diterima
sebagaimana dimaksud pada ayat (2a).
memenuhi syarat sebagai faktur pajak.

ISSN 2355-2700 e-ISSN 2550-0139 15


Jurnal Moneter
Vol. IV No. 1 April 2017

2. Faktur Pajak memenuhi ketentuan material. sesungguhnya sehingga merupakan Faktur


Menurut UU PPN pasal 8 ayat 8 huruf b dijelaskan Pajak Tidak Lengkap.
bahwa pajak masukan yang dibayarkan atas
perolehan BKP/JKP yang berhubung langusng 4. Tanggung Jawab Renteng
dengan kegiatan usaha, yang meliputi kegiatan Pada awalnya ketentuan tanggung jawab renteng ini
produksi, manajemen, distribusi, dan pemasaran. diatur dalam Pasal 33 UU KUP No. 16 tahun 2000,
Selain itu, Pajak Masukan juga mesti didukung kemudian ketentuan ini dihapus dalam UU KUP
bukti pengeluaran berupa invoice dan kuitansi No. 28 tahun 2007, kemudian dihidupkan lagi
pembayaran yang menyatakan bahwa transaksi melalui penambahan Pasal 16F dalam UU PPN No.
sudah dipungut PPN. 42 tahun 2009, yakni : “Pembeli Barang Kena
3. Faktur Pajak tidak lengkap Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak bertanggung
PKP Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima jawab secara renteng atas pembayaran pajak,
Jasa Kena Pajak tidak dapat mengkreditkan Pajak sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa
Pertambahan Nilai yang tercantum di dalam Faktur pajak telah dibayarkan”.
Pajak Tidak Lengkap sesuai dengan ketentuan Pembeli BKP atau penerima JKP bertanggung
Pasal 9 ayat (2b) dan ayat (8) huruf f Undang- jawab secara renteng atas pembayaran PPN atau
Undang Pajak Pertambahan Nilai. Dalam Faktur PPnBM kecuali dalam hal : (Pasal 4 ayat (1) dan
Pajak harus dicantumkan keterangan tentang (2) PP 1 Tahun 2012)
penyerahan Barang Kena Pajak dan / atau a. Pajak yang terutang tersebut dapat ditagih
penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit kepada penjual barang atau pemberi jasa; atau
memuat : b. Pembeli BKP atau penerima JKP dapat
a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak menunjukkan bukti telah melakukan
yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa pembayaran pajak kepada penjual barang atau
Kena Pajak; pemberi jasa.
b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak c. Tanggung renteng melekat pada pembeli BKP
pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa atau penerima JKP atas transaksi pembelian
Kena Pajak; BKP dan/ atau JKP di dalam Daerah Pabean.
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau (Penjelasan Pasal 4 ayat (1) PP 1 Tahun 2012)
Penggantian, dan potongan harga; Hal-hal tersebut diatas harus menjadi perhatian CV.
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; Mikita Cookies dalam rangka memaksimalkan
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang pengkreditan pajak masukan agar kedepannya tidak ada
dipungut; kendala ataupun koreksi dari fiskus akibat tidak adanya
f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan perencanaan pajak yang berdampak pada kenaikan beban
Faktur Pajak; dan pajak ketika terjadi pemeriksaan terutama pada aspek
g. Nama dan tanda tangan yang berhak pajak PPN.
menandatangani Faktur Pajak.
IV. PENUTUP
Ketentuan terbaru mengenai faktur pajak tidak
lengkap diatur didalam SE-26/PJ/2015 mengenai 5.1. Kesimpulan
penegasan penggunaan nomor seri faktur dan tata
cara pembuatan faktur pajak disebutkan bahwa : Berdasarkan pembahasan terhadap analisis
a. Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur penerapan tax planning, maka kesimpulan yang dapat
Pajak dengan menggunakan Nomor Seri Faktur diambil adalah sebagai berikut:
Pajak yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal 1. CV. Mikita Cookies adalah wajib pajak badan yang
Pajak telah terdaftar sebagai PKP sehingga pada transaksi
b. Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan oleh perusahaan tidak luput dari mekanisme PPN.
Direktorat Jenderal Pajak digunakan untuk Dalam menghitung PPN terhutang terdapat
membuat Faktur Pajak pada tanggal Surat mekanisme pengkreditan pajak masukan yang
Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak atau didapat dari penerbitan faktur pajak atas pembelian
tanggal sesudahnya dalam tahun yang sama yang dilakukan oleh PKP.
dengan Kode Tahun yang tertera pada Nomor 2. Penulis menganalisis penerapan tax planning PPN
Seri Faktur Pajak tersebut. melalui data PPN pada tahun 2014. Pada transaksi
c. Sesuai dengan Pasal 1 angka 8 dan angka 9 pembelian atas pemenuhan barang / jasa untuk
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- operasional perusahaan, CV. Mikita Cookies
24/PJ/2012 dan perubahannya, Faktur Pajak bertransaksi dengan supplier yang sudah terdaftar
dengan tanggal mendahului (sebelum) tanggal sebagai PKP maupun supplier yang belum PKP
surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak (Non PKP), sehingga atas transaksi pembelian
merupakan Faktur Pajak yang mencantumkan barang / jasa tidak sepenuhnya dapat dikreditkan.
keterangan yang tidak sebenarnya atau tidak 3. Penerapan tax planning PPN pada perusahaan
didasarkan atas dasar bahwa perusahaan

16 ISSN 2355-2700 e-ISSN 2550-0139


Jurnal Moneter
Vol. IV No. 1 April 2017

menanggung PPN terhutang dari transaksi DAFTAR PUSTAKA


penjualan, sehingga perlu dilakukan perencanaan
agar beban pajak dapat diminimalisir dengan cara Anwar Pohan, Chairil. Manajemen Perpajakan. Jakarta :
yang dilegalkan oleh peraturan perpajakan di Kompas Gramedia, 2014.
Indonesia.
4. Setelah dilakukan tax planning PPN dengan cara Mardiasmo. Perpajakan. Edisi 18. Jakarta. : Andi, 2016.
memaksimalkan pengkreditan pajak masukan dari
transaksi pembelian atas pemenuhan barang / jasa Rahayu, Siti Kurnia. Perpajakan Indonesia Konsep dan
untuk operasional. Dari pembahasan dapat dilihat Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
bahwa dalam kurun waktu 2014 CV. Mikita
Cookies dapat menghemat sebesar Rp. 81.018.838 Santoso, Imam dan Ning Rahayu. Corporate Tax
dengan beban pajak PPN sebesar Rp. 131.027.912, Management. . Jakarta.: Ortax, 2013.
dari beban pajak PPN semula adalah Rp.
212.046.749. Soemarso. Perpajakan : Pendekatan Komprehensif. .
Jakarta: Salemba Empat, 2011.
5.2. Saran
Suandy, Erly. Hukum Pajak. Jakarta. : Salemba Empat,
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil 2011.
penelitian ini antara lain:
1. Bagi Perusahaan, dengan diterapkannya tax Subyakto., Wardoyo dan. Pajak Terapan Brevet A&B. .
planning PPN dalam meminimalkan beban pajak Tangerang: Taxsys, 2011.
PPN dengan cara yang diperbolehkan menurut
ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Suhartono, Ilyas dan. Hukum Pajak Material 1. . Jakarta.
Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk : Salemba Humanika, 2011.
bertransaksi dengan PKP agar dapat
memaksimalkan pajak masukan yang didapat. Sumarsan, Thomas. Perpajakan Indonesia. . Jakarta:
2. Dalam melakukan tax planning PPN dibutuhkan Indeks, 2012.
pengetahuan atas regulasi perpajakan yang berlaku
khususnya mengenai PPN terlebih lagi mengenai Zain, Mohammad. Manajemen Perpajakan. Jakarta:
penerbitan faktur pajak, sehingga dikemudian hari Salemba Empat, 2008.
tidak ada kendala ketika perusahaan pada posisi
diperiksa oleh Kantor Pajak.

ISSN 2355-2700 e-ISSN 2550-0139 17

Anda mungkin juga menyukai