Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN SISTEM PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


(STUDI PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GRESIK)

Nurul Hidayati
S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNESA (nurul.s1an@yahoo.com)

M. Farid Ma’ruf, S.AP., M.AP.

Abstrak

Analisis penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam pengelolaan keuangan daerah akan
memberikan gambaran pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja di Pemerintahan Daerah yang akan
berdampak bagi perbaikan sistem penganggaran dalam pengelolaan keuangan daerah. Salah satu Pemerintah
Daerah yang sudah menerapkan penganggaran berbasis kinerja adalah Pemerintah Kabupaten Gresik yang
dimulai sejak tahun 2009. Penerapan penganggaran berbasis kinerja ini didasari oleh UU No 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negaran dan Permendagri No 16 Tahun 2006 yang diperbaharui dengan permendagri No 21
Tahun 2011 tentang pengelolaan keuangan daerah. Di dalam UU dan permendagri tersebut, dijelaskan
bahwasanya penyusunan anggaran harus berbasis kinerja. Sehingga tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
melihat penerapan penganggaran berbasis kinerja serta kendalanya yang ditemukan dalam pengelolaan
keuangan daerah di Kabupaten Gresik. Materi dalam pembahasan disajikan kedalam proses-proses
penganggaran yakni perencanaan, implementasi, pengukuran dan evaluasi kinerja serta pelaporan. Disamping
itu juga digambarkan kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penganggaran melalui analisis terhadap
faktor keberhasilan penerapan penganggaran berbasis kinerja.

Oleh karena itu jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan
sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Sementara itu, fokus penelitian ini adalah penerapan
penganggaran berbasis kinerja dan kendala yang ditemukan pada pengelolaan keuangan daerah kabupaten
Gresik yang dilihat dari lima teori yang digunakan penulis untuk melihat penerapan penganggaran berbasisis
kinerja yakni rencana strategis, rencana kerja, indikator kinerja, analisis standart biaya dan evaluasi kinerja.
Sedangkan untuk melihat kendala yang menjadi penyebab kurang maksimalnya pelaksanaan anggaran
menggunakan lima faktor penyebab keberhasilan penerapan penganggaran berbasis kinerja yakni
Kepemimpinan dan Komitmen, Penyempurnaan Administrasi, Sumber Daya, Sistem Penghargaan dan Sangsi
dan Keinginan yang kuat untuk berhasil.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum Penganggaran Berbasis Kinerja yang ideal
belum tercapai, meskipun para pimpinan dan Aparat Sipil Negara, DPRD, SKPD dan LSM memahami makna
Penganggaran Berbasis Kinerja. Masih ada kekurangan penerapan PBK dalam dimensi Indikator Kinerja,
Pelaksanaan Renja dan Renstra, Pedoman Standart Biaya yang jelas dan Evaluasi Kinerja yang akurat dan
menyeluruh disetiap programnya. Lima faktor penyebab keberhasilan penerapan PBK juga masih belum
dilaksanakan dengan baik, sehingga menjadi kendala penerapan PBK yang belum maksimal.

Kata kunci: Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), Pengelolaan Keuangan Daerah, Penerapan dan
Kendala dalam penerapan PBK.
THE APPLICATION OF PERFORMANCE-BASED BUDGETING SYSTEM
IN FINANCIAL MANAGEMENT AREAS
(STUDY ON THE REGIONAL GOVERNMENT OF GRESIK REGENCY)

Nurul Hidayati
S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNESA (nurul.s1an@yahoo.com)

M. Farid Ma’ruf, S.AP., M.AP.

Abstract

Analysis of the application of performance based budgeting in financial management areas will give an overview
of the implementation of performance-based budgeting in the Government areas that will have an impact for
repair system of budgeting in financial management areas. One of the local governments are already
implementing performance-based budgeting is the Government of Gresik Regency beginning in 2009. The
application of performance-based budgeting is based on Act No. 17 of 2003 about the Financial Negaran and
Permendagri No. 16 of 2006 that updated with permendagri No. 21 in 2011 about the financial management
area. In the Act and that, explained that permendagri drafting budgets should be performance-based. So the
purpose of this research is to look at the application of performance-based budgeting and the barriers are found
in the financial management area in Gresik Regency. The material in the discussion presented into budgeting
processes i.e., planning, implementation, measurement and performance evaluation as well as reporting. Beside
that also described the constraints faced in the process of budgeting through the analysis of success factors
implementation of performance-based budgeting.
Therefore this type of research is qualitative, descriptive. The technique of retrieving the source data in this study
using a purposive technique. Data collection is done by observation, interview and documentation study.
Meanwhile, the focus of this research is the application of performance-based budgeting and the obstacles found
in the financial management area of Gresik Regency seen from five authors used the theory to look at the
application of budgeting berbasisis performance i.e., strategic plan, business plan, performance indicators,
analysis of standard cost and performance evaluation. As for seeing obstacles to cause less maximum
implementation using five factors cause the success of performance-based budgeting implementation i.e.,
leadership and commitment, the refinement of administration, resources, a system of rewards and Sanctions and
a strong desire to succeed.
The result of this research shows that in general the ideal performance based Budgeting is not reached, even
though the President and the country's Civilian Authorities, legislators, the unit of Work Devices and regional
nongovernmental organizations already understand the meaning of performance-based Budgeting. because there
is still a shortage of the implementation of the PBB in dimension performance indicators, implementation of the
Strategic Plan and work plan, the Standard Cost guidelines for clear and accurate performance evaluation and
thorough in every program. The five factors the causes of the success of the implementation of the PBB are still
not yet implemented properly, so that it becomes the obstacle of the application of the PBB that has not been the
maximum.

Keywords: performance-based Budgeting (PBB), financial management areas, the applicability and Constraints
in the implementation of the PBB
I. PENDAHULUAN penganggaran Berbasis Kinerja menjadikan sistem
anggaran yang dulunya bersifat line-item dan
A. Latar Belakang incrementalism (anggaran yang hanya mendasarkan
Penerapan prinsip desentralisasi fiskal dalam pada besaran realisasi anggaran tahun sebelumnya)
otonomi daerah memberikan kesempatan kepada menjadi bersifat performance budgeting (anggaran
pemerintah daerah untuk dapat merencanakan dan daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau
menggunakan anggaran daerah secara lebih leluasa. kinerja). Bastian (2006: 170-171) juga
Desentralisasi Fiskal menurut Undang-Undang No. mengungkapkan bahwasannya Penganggaran
32 Tahun 2004 dapat didefinisikan sebagai Berbasis Kinerja pada dasarnya adalah sebuah sistem
penyerahan sebagian tanggung jawab fiskal atau penganggaran yang berorientasi pada output
keuangan negara dari pemerintah pusat kepada organisasi dan berkaitan erat dengan visi, misi dan
jenjang pemerintah dibawahnya (provinsi, kabupaten rencana strategis organisasi. Penganggaran berbasis
atau kota). Desentralisasi fiskal dimaksudkan untuk kinerja bertujuan untuk menunjukkan keterkaitan
mempermudah pemerintah dalam mengelola antara pendanaan dengan kinerja yang akan dicapai,
keuangan daerah dan membawa pemerintah untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam
lebih memahami keinginan masyarakat, sehingga penganggaran, meningkatkan fleksibilitas dan
pemerintah akan mampu melaksanakan otonomi akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan
daerah yang bertanggung jawab. pengelolaan anggaran.
Penyelenggaraan desentralisasi fiskal tentu akan Salah satu daerah yang menerapkan
memberikan kontribusi serta manfaat yang besar Penganggaran Berbasis Kinerja adalah Kabupaten
dalam menyukseskan otonomi daerah. Desentralisasi Gresik. Kabupaten Gresik merupakan salah satu kota
Fiskal sangat erat kaitannya dengan penyelenggaraan industri yang sudah mandiri, artinya sudah
otonomi daerah dan pengelolaan keuangan daerah. menjalankan daerahnya dengan asas Otonomi
Dengan berlakunya otonomi daerah yang Daerah. Sehingga diperlukan pengelolaan keuangan
berkonsekuensi pada desentralisasi fiskal daerah yang baik, agar dapat menjalankan otomi
menimbulkan reaksi yang berbeda-beda bagi daerah. daerah secara efektif dan efisien. Penganggaran
Pemerintah daerah memiliki sumber kekayaan atau Berbasis Kinerja menjadikan pengelolaan keuangan
pendapatan yang harus dikelola untuk mensukseskan daerah lebih bermanfaat, karena dana yang
otonomi daerah. maka dari itu, Pemerintah Daerah dikeluarkan lebih jelas penggunaannya melalui output
dapat mengatur pengelolaan keuangan daerah dengan dan outcome yang dihasilkan.
harapan terjadinya keseimbangan yang lebih Mengingat bahwa penerapan penganggarn
transparan dan akuntabel dalam mewujudkan berbasis kinerja memang sangat penting, maka
pelaksanaan otonomi daerah secara optimal sesuai Kabupaten Gresik telah menerapakan penganggaran
dinamika dan tuntutan aspirasi masyarakat yang berbasisi kinerja. Kabupaten Gresik sudah mulai
berkembang (Adisasmita; 2011: 88). menerapakan penganggaran berbasis kinerja sejak
Pengelolaan keuangan daerah merupakan tahun 2009. Hal ini juga disampaikan oleh Sekretaris
serangkaian kegiatan manajemen yang dilakukan Tim Anggaran Pemerintahan Daerah Kabupaten
untuk memanajemen keuangan yang ada di daerah Gresik bahwa Kabupaten Gresik saat ini sudah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. menerapkan Penganggaran Berbasis Kinerja namun
Pengelolaan keuangan daerah di era otonomi dan masih belum maksimal, karena perubahan sistem itu
reformasi anggaran berdasarkan Permendagri No. 13 tidak mudah sehingga membutuhkan waktu untuk
Tahun 2006 sudah menggunakan Sistem Anggaran perubahan yang maksimal. Hal senada juga
Berbasis Kinerja sehingga dalam menyusun diungkapkan oleh pihak Wakil Badan Anggaran
Anggaran Daerah dalam Pengelolaan Keuangan DPRD Kabupaten Gresik, bahwasannya Kabupaten
Daerah harus menggunakan sistem Penganggaran Gresik sudah mulai menerapkan Penganggaran
Berbasis Kinerja. Anggaran daerah merupakan alat Berbasis Kinerja sejak tahun 2009 namun sampai saat
dalam pengelolaan keuangan daerah, yang digunakan ini masih kurang maksimal pelaksanaanya.
untuk menentukan besaran pendapatan dan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
pengeluaran, membantu dalam pengambilan awal peneliti, menurut LSM Prakarsa Jawa Timur
keputusan dan perencanaan pembangunan. Dengan Kabupaten Gresik masih menggunakan penganggaran
beberapa penjelasan mengenai anggaran daerah yang incremental, yakni berdasarkan pada besarnya
diatas, hal tersebut menjelaskan bahwasannya peran anggaran. Karena itulah diperlukan pemahaman
anggaran daerah dalam pengelolaan keuangan daerah terhadap penerapan yang sudah dilakukan serta
sangatlah penting. Sehingga jika sistem penganggaran mengidentifikasi kendala yang muncul dalam
yang dilaksanakan itu baik, maka pengelolaan penerapan sistem penganggaran di Pemerintah
keuangan daerah juga pasti baik. Daerah Kabupaten Gresik, agar nantinya
Sistem penganggaran yang baik sesuai reformasi penganggaran berbasis kinerja dapat dilaksanakan
anggaran dan Permendagri No. 13 Tahun 2006 secara maksimal. Untuk itu berdasarkan latar
Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah sistem belakang diatas, maka penelitian yang ingin diangkat
penganggaran yang berbasis kinerja. Karena penulis berjudul : “ PENERAPAN SISTEM
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA dalam meningkatkan kinerja serta memaksimalkan
DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam
(Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik). pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Gresik.
Penelitian ini diharapkan akan menjawab Bagi Mahasiswa: Dengan melakukan penelitian
permasalahan dan isu yang berkembang mengenai ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan
penerapan penganggaran yang kurang maksimal dan pelajaran yang berguna bagi peneliti dan mahasiswa
menemukan kendala apa saja yang menyebabkan lainnya untuk mengatahui secara menyeluruh
kurang maksimalnya penerapan penganggaran mengenai penerapan dan kendala dalam penerapan
berbasisis kinerja di Kabupaten Gresik. Sehingga penganggaran berbasis kinerja yang telah dilakukan
peneliti dapat memberikan hasil penelitian, oleh pemerintah daerah khususnya Pemerintah
memberikan gambaran serta menjabarkan penerapan Daerah Kabupaten Gresik. Bagi Universitas Negeri
sistem penganggaran berbasis kinerja serta kendala- Surabaya: Melalui penelitian ini diharapkan dapat
kendala yang muncul dalam penerapan Sistem memberi masukan berupa hasil atau laporan
Penganggaran Berbasis Kinerja dalam Pengelolaan penelitian. Laporan penelitian ini dapat digunakan
Keuangan Daerah yang ada di Pemerintah Daerah sebagai referensi atau literatur untuk Universitas
Kabupaten Gresik. Negeri Surabaya yang mungkin dalam tema dan
pembahasan masih baru.
B. Rumusan Masalah
II. KAJIAN PUSTAKA
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, A. Desentralisasi Fiskal
maka yang menjadi pokok permasalahan dalam 1. Pengertian Desentralisasi Fiskal
pembahasan penelitian ini adalah: Istilah Desentralisasi dalam Kamus Besar
1. Bagaimana Penerapan Penganggaran Berbasis Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa sistem
Kinerja dalam Pengelolaan Keuangan Daerah di pemerintahan yang lebih banyak memberikan
Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik? kekuasaan kepada pemerintah daerah atau pada
2. Apa Kendala yang dihadapi pada penerapan pengertian kedua di jelaskan bahwa
Penganggaran Berbasis Kinerja dalam desentralisasi merupakan pelimpahan wewenang
Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah pimpinan kepada bawahan (atau pusat kepada
Daerah Kabupaten Gresik? cabang). Desentralisasi sangat berkaitan erat
dengan kekuasaan atau wewenang yang
C. Tujuan Penelitian diberikan dalam pemerintahan sehingga
desentralisasi sering digunakan dalam urusan
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang paling
peneliti adalah Untuk mendapatkan gambaran Vital adalah masalah keuangan negara yang
mengenai Pencapaian Penerapan sistem biasa disebut dengan kata fiskal. Sehingga
“Penganggaran Berbasis Kinerja” (performance based desentralisasi pada keuangan dikenal dengan
budgeting) dalam Pengelolaan Keuangan di istilah desentralisasi fiskal. Istilah fiskal berasal
Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik. Dan Untuk dari bahasa inggris fiscal yang berarti
Menggambarkan dan menjelaskan berbagai kendala perbendaharaan negara. Kata Fiskal dalam
dan hambatan dalam penerapan sistem penganggaran Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
berbasis kinerja (performance based budgeting) sebagai urusan pajak atau pendapatan negara.
dalam Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Desentralisasi Fiskal menurut Undang-
Daerah Kabupaten Gresik. Undang No. 32 Tahun 2004 dapat didefinisikan
sebagai penyerahan sebagian tanggung jawab
D. Manfaat Penelitian fiskal atau keuangan negara dari pemerintah
pusat kepada jenjang pemerintah dibawahnya
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat (provinsi, kabupaten atau kota). Desentralisasi
memberikan masukan, baik teoritis maupun praktis fiskal dimaksudkan untuk mempermudah
terhadap permasalahan yang bekaitan dengan pemerintah dalam mengelola keuangan daerah
penelitian. dan membawa pemerintah untuk lebih
Adapun manfaat yang ingin dicapai antara lain: memahami keinginan masyarakat, sehingga
Manfaat Teoritis; Penelitian ini diharapkan mampu pemerintah akan mampu melaksanakan otonomi
memberikan kontribusi positif terhadap daerah yang bertanggung jawab. Senada dengan
perkembangan teori dalam bidang Ilmu Administrasi hal itu, Kajatmiko (dalam Halim; 2007: 193)
Negara pada umumnya, dan dalam pengembangan mengemukakan bahwa desentralisasi fiskal
Teori Administrasi Keuangan Negara serta Otonomi mengandung makna untuk mendukung
Daerah pada khususnya. Dan Manfaat Praktis; Bagi penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik dan DPRD bertanggung jawab kepada daerah.
Kabupaten: Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah 2. Manfaat Desentralisasi Fiskal
Kabupaten Gresik dan DPRD Kabupaten Gresik
Penyelenggaraan desentralisasi fiskal tentu manusia untuk memanfaatkan secara efektif
akan memberikan kontribusi serta manfaat yang material dan fasilitas untuk mencapai suatu
besar dalam menyukseskan otonomi daerah. tujuan. Sedangkan istilah keuangan daerah
Otonomi daerah secara utuh dilaksanakan sejak merupakan semua hak dan kewajiban dalam
januari 2001, berdasarkan Undang-Undang No. rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
22 Tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25 yang dapat dinilai dengan uang dan segala
Tahun 1999 yang sekarang direvisi menjadi bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun 2004 dan kewajiban daerah (adisasmita; 2011: 34).
menjadi awal berjalannya otonomi daerah atau Maka pengertian pengelolaan keuangan
yang biasa kita dengar dengan reformasi daerah yang dijelaskan dalam Permendagri No.
pemerintahan daerah dan reformasi pengelolaan 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
keuangan daerah. Misi utama kedua Undang- Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan
Undang tersebut adalah desentralisasi fiskal. yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
Menurut Adisasmita, (2011: 87) penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
Desentralisasi fiskal yang menjadi Misi utama dan pengawasan dalam keuangan daerah. Yang
Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah dimaksud dengan keuangan daerah adalah
dan Perimbangan Keuangan antara Pusat dan seperti yang telah didefinisikan pada paragraf
Daerah ini diharapkan akan mampu sebelumnya yang merupakan segala bentuk
menghasilkan manfaat nyata, yaitu: kekayaan dan yang dapat dinilai dengan uang
1. Mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa berdasarkan hak dan kewajiban daerah dalam
dan kreativitas masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. sehingga
pembangunan, serta mendorong pemerataan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan
hasil-hasil pembangunan di seluruh daerah daerah merupakan serangkaian kegiatan
di Indonesia. manajemen yang dilakukan untuk
2. Memperbaiki alokasi sumber daya produktif memanajemen keuangan yang ada di daerah
melalui pergeseran peran pengambil dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
keputusan ke tingkat pemerintah yang lebih daerah.
rendah.
2. Prinsip – Prinsip Pengelolaan Keuangan
B. Pengelolaan Keuangan Daerah Daerah
Sesuai pada pembahasan sebelumnya, Prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan
Desentralisasi Fiskal sangat erat kaitannya dengan keuangan daerah di era otonomi dan reformasi
penyelenggaraan otonomi daerah dan pengelolaan anggaran berdasarkan Permendagri No. 13
keuangan daerah. Dengan berlakunya otonomi daerah Tahun 2006 sudah menggunakan Sistem
yang berkonsekuensi pada desentralisasi fiskal Anggaran Berbasis Kinerja. Prinsip dalam
menimbulkan reaksi yang berbeda-beda bagi daerah. pengelolaan keuangan tersebut, terdiri dari:
Pemerintah daerah memiliki sumber kekayaan atau Transparansi, Akuntabilitas dan Value for
pendapatan yang harus dikelola untuk mensukseskan Money. Penjelasan terhadap ketiga prinsip
otonomi daerah. Terkait dengan penyelenggaraan tersebut menurut Adisasmita (2011: 29) dapat
pengelolaan keuangan di daerah, maka berdasarkan diuraikan pada uraian berikut:
PP 105 Tahun 2000, Pemerintah Daerah dapat
mengatur pengelolaan keuangan daerah dengan “Transparansi anggaran berarti
harapan terjadinya keseimbangan yang lebih keterbukaan dalam setiap proses
transparan dan akuntabel dalam mewujudkan penganggaran mulai dari perencanaan,
pelaksanaan otonomi daerah secara optimal sesuai penyusunan, pelaksanaan anggaran
dinamika dan tuntutan aspirasi masyarakat yang daerah, sehingga masyarakat memiliki
berkembang (Adisasmita; 2011: 88). hak dan akses yang sama untuk
mengetahui proses penganggaran
1. Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah daerah karena menyangkut kepentingan,
Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai aspirasi dan upaya pemecahan
dalam ilmu manajemen secara etimologi permasalahan yang mereka hadapi
pengelolaan berasal dari kata “kelola” (to untuk memenuhi kebutuhanya.”
manage) dan yang merujuk pada proses
mengurus atau menangani sesuatu untuk “Sedangkan Akuntabilitas adalah
mencapai tujuan. Sejalan dengan pendapat (1)usaha instansi pemerintah dalam
Balderton (dalam Westra; 1983: 14(dalam memperoleh kepercayaan dari warga
Adisasmita; 2011: 21)) yang mengemukakan dengan memperlihatkan umpan balik
bahwa istilah pengelolaan sama dengan sebagai wujud pelayanan atas
manajemen yaitu menggerakkan, penghasilan yang diberikan warga,
mengorganisasikan, dan mengarahkan usaha (2)prinsip tanggung jawab dalam
pengelolaan keuangan daerah, dimana peran anggaran daerah dalam pengelolaan
pengelolaan keuangan negara dapat keuangan daerah sangatlah penting. Sehingga
dipertanggungjawabkan kepada jika sistem penganggaran yang dilaksanakan itu
masyarakat (publik) sesuai dengan baik, maka pengelolaan keuangan daerah juga
prinsip-prinsip akuntansi dan pasti baik.
perundang-undangan yang berlaku.”
C. Penganggaran Berbasis Kinerja
“Dan Value for Money berarti Seperti pada pembahasan pada poin
diterapkannya tiga prinsip dalam sebelumnya, pengelolaan keuangan daerah di era
penganggaran yakni ekonomi, efisiensi otonomi saat ini harus sudah menerapkan
dan efektifitas. Adapaun ekonomi penganggaran berbasis kinerja. Dalam peelaksanaan
berkaitan dengan pemilihan dan otonomi dan desentralisasi, memberi peluang kepada
penggunaan sumber daya dalam jumlah kabupaten/kota untuk melakukan pembaharuan dalam
dan kualitas tertentu pada harga yang sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
paling murah. Efisiensi berarti bahwa daerah dalam bentuk reformasi anggaran. Aspek
penggunaan dana masyarakat tersebut utama dari reformasi anggaran adalah perubahan dari
dapat menghasilkan output yang traditional budged ke performance budged.
maksimal (berdaya guna). Sedangkan Traditional budged didominasi oleh penyusunan
efektivitas berarti bahwa penggunaan anggaran yang bersifat line-item dan incrementalism,
anggaran tersebut harus mencapai yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya
target-target atau tujuan kepentingan mendasarkan pada besaran realisasi anggaran tahun
publik.” sebelumnya. Sedangkan sistem penganggaran
performance budgeting yakni sistem penyusunan dan
Sehingga dengan ketiga prinsip diatas, kita pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada
akan memahami bagaimana pelaksanaan pencapaian hasil atau kinerja (Adisasmita; 2011: 29).
pengelolaan keuangan daerah yang seharusnya 1. Pengertian Penganggaran Berbasis Kinerja
terjadi pada suatu daerah yang telah Performance budget atau Penganggaran
menggunakan era otonomi dan reformasi kinerja pada dasarnya adalah sistem penyusunan
anggaran. dan pengelolaan anggaran daerah yang
berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja.
3. Tahapan Kegiatan dalam Pengelolaan Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan
keuangan dan Penganggaran Daerah efektivitas pelayanan publik, yang berarti
Pengelolaan keuangan daerah merupakan berorientasi pada kepentingan publik
serangkaian kegiatan yang utuh dan saling (Mardiasmo, 2002:105). Senada dengan
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Sehingga pendapat Putri (dalam adisasmita; 2011: 27)
tahapan kegiatan dalam pengelolaan keuangan yang menyatakan bahwa penganggaran kinerja
daerah harus dilaksanakan secara keseluruhan. adalah anggaran yang menghubungkan
Adisasmita (2011: 35) mengatakan bahwa pengeluaran dan hasil yang diinginkan.
kegiatan pengelolaan keuangan daerah meliputi Lebih lanjut mengenai Pengertian
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, Penganggaran Berbasis Kinerja, Bastian (2006:
pelaporan, pertanggungjawaban dan 170-171) juga mengungkapkan bahwasannya
pengawasan. Kegiatan-kegiatan dalam Penganggaran Berbasis Kinerja pada dasarnya
pengelolaan keuangan daerah merupakan bagian adalah sebuah sistem penganggaran yang
terbesar dari anggaran daerah. berorientasi pada output organisasi dan
Anggaran daerah merupakan alat dalam berkaitan erat dengan visi, misi dan rencana
pengelolaan keuangan daerah, yang digunakan strategis organisasi. Sistem penganggaran yang
untuk menentukan besaran pendapatan dan berbasis kinerja (Performance Based Budgeting)
pengeluaran, membantu dalam pengambilan merupakan sistem yang saat ini berkembang
keputusan dan perencanaan pembangunan. pesat dan banyak dipakai oleh negara-negara
Sama dengan pendapat Chalit, 1976 (dalam maju di dunia sebagai pengganti sistem
Adisasmita; 2011: 50) menyatakan bahwa dalam penganggaran lama yaitu sistem Line Item
anggaran daerah dibuatlah bentuk kongkrit Budgeting.
rencana kerja keuangan daerah yang Dengan demikian berdasarkan pemahaman
komprehensif yang mengaitkan penerimaan dan pengertian Penganggaran Berbasis Kinerja yang
pengeluaran pemerintah daerah yang dinyatakan telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik
dalam bentuk uang untuk mencapai tujuan atau kesimpulan bahwa Penganggaran Berbasis
target yang direncanakan dalam jangka waktu Kinerja merupakan perbaikan dari sistem
tertentu dalam satu tahun anggaran. Dengan anggaran yang berorientasi pada besarnya
beberapa penjelasan mengenai anggaran daerah anggaran, yang kini menjadi penganggaran yang
diatas, hal tersebut menjelaskan bahwasannya berorientasi pada hasil dan target serta melihat
input yang masuk, sehingga anggaran dan pemerintah untuk mencapai tujuan yang
keuangan daerah dapat dikelola secara efektif sudah diidentifikasikan dalam rencana
dan efisien. stratejik

2. Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja Pada kedua hal yang telah dijelaskan
Performance Budgeting diperkenalkan sebelumnya terkait program dan kegiatan dalam
pertama kali di Amerika Serikat pada tahun Renja, program dan kegiatan merupakan
1949, tetapi praktiknya mengalami kegagalan langkah yang sistematis dan terpadu guna
(Schiavo-Campo dan Tommasi, 1999 (dalam mencapai tujuan dan sasaran, maka dalam
Bastian; 2006: 171)). Namun, pada reformasi penyusunannya harus menggunakan beberapa
anggaran tahun 1990-an, beberapa karakteristik komponen yang perlu diterapkan dalam
penting dari performance budgeting dianggap penyusunan penganggaran berbasis kinerja. Tiga
sangat bermanfaat dan kemudian dikembangkan komponen untuk masing–masing program dan
bersama dalam konteks reformasi administrasi kegiatan sebagaimana uraian Pasal 7 ayat (2)
publik. Sehingga Penganggaran Berbasis Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2004 tentang
Kinerja menjadi penting dan banyak diterapkan Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
di berbagai negara. Kementrian Negara/Lembaga (dalam Pedoman
Dalam penerapan penganggaran berbasis PBK; 2009: 14), yakni terdiri dari:
kinerja tentu memiliki tujuan-tujuan sehingga 1. Indikator kinerja merupakan alat ukur untuk
hingga saat ini masih digunakan dalam sistem menilai keberhasilan suatu program atau
penganggaran di Indonesia. Pendekatan kegiatan. Indikator kinerja yang digunakan
anggaran berbasis kinerja disusun untuk terdiri dari Key Performance Indicator (KPI)
mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat diterjemahkan sebagai Indikator Kinerja
dalam anggaran tradisional, khususnya Utama Program (IKU Program) untuk
kelemahan yang disebabakan oleh tidak adanya menilai kinerja program, Indikator Kinerja
tolak ukur yang dapat digunakan untuk Kegiatan (IK Kegiatan) untuk menilai
mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan kinerja kegiatan, dan Indikator Keluaran
sasaran pelayanan publik. Berbeda dengan hal untuk menilai kinerja subkegiatan (tingkatan
diatas, tujuan penerapan Penganggaran Berbasis dibawah kegiatan).
Kinerja Menurut Robinson and Last (2009: 2) 2. ASB (analisis standart belanja) dan Standar
bahwasanya performance based budgeting biaya yang digunakan merupakan standar
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan biaya masukan pada awal tahap perencanaan
efektifitas pengeluaran publik dengan anggaran berbasis kinerja, dan nantinya
mengaitkan pendanaan organisasi sektor publik menjadi standar biaya keluaran. Pengertian
dengan hasil yang dicapai dengan penggunaan tersebut diterjemahkan berupa Standar Biaya
informasi kinerja secara sistematik. Umum (SBU) dan Standar Biaya Khusus
Terkait penerapan penganggaran berbasis (SBK). SBU digunakan lintas kementrian
kinerja, pemerintah Indonesia juga negara/lembaga dan/atau lintas wilayah,
mengeluarkan Buku Pedoman Penyusunan sedangkan SBK digunakan oleh kementrian
Penganggaran Berbasis Kinerja, yang negara/lembaga tertentu dan/atau wilayah
dikeluarkan melalui Deputi Pengawasan Bidang tertentu.
Penyelenggaraan Keuangan Daerah Direktorat 3. Evaluasi kinerja dimulai dari pengukuran
Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah kinerja. Secara umum, kinerja merupakan
(2008: 8) Dalam rangka penerapan Anggaran prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam
Berbasis Kinerja, , terdapat elemen-elemen periode tertentu, dimana dalam mengukur
utama yang harus harus ditetapkan terlebih keberhasilan/ kegagalan suatu organisasi,
dahulu dalam penganggaran berbasis kinerja seluruh aktifitas organisasi tersebut harus
yaitu: dapat dicatat dan diukur. Evaluasi kinerja
1. Renstra merupakan analisis dan pengambilan merupakan proses penilaian dan
keputusan stratejik tentang masa depan pengungkapan masalah implementasi
organisasi untuk menempatkan dirinya pada kebijakan untuk memberikan umpan balik
masa yang akan datang. Terdapat beberapa bagi peningkatan kualitas kinerja, baik dari
langkah yang lazim dalam melakukan sisi efisiensi dan efektivitas dari suatu
perencanaan stratejik yaitu merumuskan: visi program/ kegiatan.
dan misi serta tujuan dan sasaran.Rencana
Kinerja Dari beberapa elemen dan komponen yang
2. Perencanaan kinerja (Renja) merupakan diperlukan dalam penerapan penganggaran
komponen kunci untuk lebih mengefektifkan berbasis kinerja diatas, peneliti menarik
dan mengefisienkan pemerintah daerah. kesimpulan bahwa dalam penerapan
karena perencanaan kinerja membantu penganggaran penganggaran berbasis kinerja
diperlukan: Rencana Stratejik, Rencana Kinerja, Domestik Regional Bruto Atas Harga Berlaku sebesar
Indikator Kinerja, Standar Biaya dan Evaluasi Rp50.976.371.490 ribu rupiah.
Kinerja agar penerapan penganggaran berbasis Adapun Struktur Ekonomi Kabupaten Gresik
kinerja dapat berjalan maksimal. Sehingga tahun 2012 berdasarkan Produk Domestik Regional
peneliti menggunakan gabungan komponen dan Bruto atas Harga Konstan tahun 2000 didominasi
elemen diatas menjadi indikator penelitian yang oleh Sektor Industri Pengolahan dengan kontribusi
diperlukan dalam penelitian penerapan sebesar 49,52%, Sektor Perdagangan, Hotel dan
penganggaran berbasis kinerja. Indikator yang Restoran sebesar 22,82%, dan Sektor Pertanian
digunakan peneliti, disajikan pada tabel 2.1 sebesar 7,83%. Demikian pula berdasarkan Produk
dibawah ini: Domestik Regional Bruto atas Harga Berlaku juga
didominasi oleh Sektor Industri Pengolahan dengan
III. METODE PENELITIAN kontribusi sebesar 49,31%, Sektor Perdagangan,
Jenis penelitian yang digunakan dalam Hotel dan Restoran sebesar 24,44%, dan Sektor
penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan Pertanian sebesar 8,61%. Dengan demikian gambaran
pendekatan kualitatif. Lokasi yang menjadi tempat ekonomi Kabupaten Gresik adalah Daerah Industri
dalam menggali informasi dalam penelitian ini yaitu dan Perdagangan dengan didukung Pertanian yang
di Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik. Adapun mantap.
teknik pengambilan sumber data dalam penelitian ini Tahun 2012 ditargetkan pendapatan daerah
menggunakan teknik Purposive Sampling. Sementara sebesar Rp1.556.273.473.722,33 dan terealisasi
itu, fokus penelitian ini adalah penerapan serta sebesar Rp1.650.603.336.995,55 atau 106,06 %.
kendala dalam penerapan penganggaran berbasis Pencapaian pendapatan daerah tersebut telah melebihi
kinerja dalam pengelolaan keuangan daerah di proyeksi pendapatan daerah dalam RPJMD 2011-
Pemerintah Kabupaten Gresik yang dilihat dari lima 2015 pada tahun 2012 yaitu sebesar
penerapan elemen penganggaran berbasis kinerja Rp1.331.991.080.000,- bahkan telah melampaui
menurut pedoman dan diolah berdasarkan pemikiran proyeksi pendapatan daerah dalam RPJMD 2011-
penulis yakni terdiri dari; Rencana Stratejik, Rencana 2015. pada tahun 2014 yaitu sebesar
Kerja, Indikator kinerja, ASB dan Standart Biaya, Rp1.574.186.023.000,-.
Evaluasi Kinerja. Teknik pengumpulan data dalam RPJMD merupakan Rencana Pembangunan
penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi, studi Jangka Menengah Daerah. Untuk menjalankan
literatur dan penelusuran data online. Teknik analisis pemerintahan melalui RPJMD, Kabupaten Gresik
data dalam penelitian ini menggunakan analisis data memiliki 34 SKPD. SKPD (Satuan Kerja Perangkat
model interaktif dari Miles dan Hubberman. Daerah) ini membawahi wilayah Kabupaten Gresik
dengan administrasi pemerintahan, yang terdiri dari
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 kecamatan, 330 Desa dan 26 Kelurahan. Dan
A. HASIL PENELITIAN Untuk menjalankan Pemerintahannya, Kabupaten
Gambaran Umum Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik memiliki Motto : “Gresik Bisa Lebih Baik”.
Gresik
Kabupaten Gresik dikenal sebagai salah satu B. PEMBAHASAN
kawasan industri utama di Provinsi Jawa Timur. Sesuai pada pemaparan sebelumnya bahwa
Beberapa industri di Gresik antara lain Semen Gresik, Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja
petrokimia Gresik, Nippon Paint, BHS-Tex, industri merupakan penganggaran yang melihat hasil dan
Perkayuan Plywood dan Maspion. Gresik juga capaian penggunaan anggaran, bukan besarnya suatu
merupakan penghasil perikanan yang cukup anggaran. Hal ini tentu sangat penting bagi
signifikan, baik perikanan laut, tambak,maupun pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten Gresik,
perikanan darat. Di Kabupaten Gresik juga terdapat agar Anggaran yang dikeluarkan selalu bermanfaat
sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap dan memberikan hasil untuk masyarakat.
berkapasitas 2.200 MW. Antara Gresik dan Surabaya Untuk melihat penerapan Penganggaran
dihubungkan oleh sebuah jalan Tol Surabaya- Berbasis Kinerja pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Manyar, yang juga terhubung dengan jalan Tol Gresik ini, peneliti menggunakan teori elemen utama
Surabaya – Gempol. Selain itu perekonomian yang harus ditetapakn dalam penganggaran berbasis
masyarakat Gresik juga banyak ditopang dari sektor kinerja menurut Pedoman Reformasi Perencanaan
wiraswasta. Salah satunya yaitu industri Songkok, dan Penganggaran (2009) dan 3 komponen dalam
Pengrajin Tas, Pengrajin perhiasan Emas dan Perak, penyusunan anggaran berbasis kinerja menurut PP
dan industri Garmen (konveksi). Di utara kota Gresik No. 21 Tahun 2004. Sehingga ada lima dimensi untuk
tepatnya kota Sidayu, merupakan penghasil sarang melihat penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja,
burung walet terbesar di Indonesia. yakni Renstra, Renja, Indikator Kinerja, SAB dan
Kondisi perekonomian Kabupaten Gresik pada Evaluasi Kinerja. Yang kemudian lima dimensi ini,
tahun 2012 dilihat dari Jumlah Produk Domestik peneliti sajikan dan jabarkan dalam pembahasan,
Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan sebesar yakni sebagai berikut:
Rp19.409.867.960.000,- sedangkan Jumlah Produk
a. Rencana Stratejik (Renstra) mengefisienkan pemerintah daerah. karena
Perencanaan kinerja adalah suatu proses perencanaan kerja membantu pemerintah untuk
mempersiapkan secara sistematis kegiatan yang mencapai tujuan yang sudah diidentifikasikan
akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. dalam rencana straenejik. Rencana kerja
Dalam menerapkan penganggaran berbasis diaplikasikan pada program dan kegiatan yang
kinerja dalam pengelolaan keuangan daerah di disusun tiap satu tahun anggaran. Bentuk
Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik, dalam dokumen Renja pada tingkat Pemerintah Daerah
tahap perencanaan kinerja penerapan adalah RKPD ( Rencana Kerja Pemerintah
penganggaran berbasis kinerja dilihat pada Daerah).
pelaksanaan Rencana Stratejik dan Rencana Menurut Adisasmita (2011: 79) juga
Kerja yang berbasis kinerja. dikatakan bahwa tujuan tahunan menurut
Renstra (Rencana Stratejik) merupakan pedoman yang digariskan dalam kemendagri
analisis dan pengambilan keputusan stratejik 29/2002, pada dasarnya merupakan penjabaran
tentang masa depan organisasi untuk dari rencana strategi daerah yang divalidasi
menempatkan dirinya pada masa yang akan dengan penjaringan aspirasi masyarakat dan
datang, dalam jangka waktu lima tahun. Renstra dengan mempertimbangkan hasil evaluasi
yang dimaksud dalam tingkat Pemerintah kinerja sebelumnya. Sehingga Renstra harus
Daerah adalah dokumen Renstrada atau RPJMD saling terkait dengan renja karena renja adalah
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah penjabaran dari renstra.
Daerah). Sedangkan Renstra di tingkat SKPD Berdasarkan hasil pemaparan
(Satuan Kerja Perangkat Daerah) adalah sebelumnyasecara administratif Renja seluruh
Rencana Stratejik SKPD. SKPD di Kabupaten Gresik sudah ada capaian
Konsep Renstra yang baik adalah renstra program/ indikator kinerjanya. Namun Renja
yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran. daerah (RKPD) yang terdiri dari renja-renja
Visi mengacu kepada hal yang ingin dicapai SKPD masih belum baik dalam pelaksanaan
dalam jangka panjang sedangkan misi adalah penganggaran berbasis kinerja, karena belum
kerangka yang menggambarkan bagaimana visi semua SKPD di Kabupaten Gresik
akan dicapai. Tujuan merupakan penjabaran mencantumkan indikator kinerja yang jelas,
lebih lanjut dari visi dan misi. Tujuan tergambar indikatornya juga banyak yang abstrak sehingga
dalam Rencana Pembangunan Jangka sulit terukur dan masih terdapat renja yang
Menengah yang menunjukkan tahapan–tahapan pembuatannya dari copy-paste renja sebelumnya
yang harus dilalui dalam rangka mencapai visi bukan hasil update usulan masyarakat.
dan misi yang telah ditetapkan. Sedangkan c. Indikator Kinerja
Sasaran menggambarkan langkah-langkah yang Pengukuran kinerja adalah metode untuk
spesifik dan terukur untuk mencapai tujuan menilai kemajuan yang telah dicapai
tersebut. (Pedoman PBK: 2008: 8). dibandingkan dengan tujuan yang telah
Berdasarkan hasil pemaparan sebelumnya ditetapkan (Adisasmita: 2011: 75). Untuk
terkait Renstra, memang sudah cukup baik mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah,
karena sudah terdapat unsur-unsur utama dalam PP No. 105/2000 dalam (Adisasmita: 2011: 77)
Renstrada dan keempat unsur yang terdiri dari menyatakan, bahwa perlunya pemerintah daerah
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran sesuai pada untuk mengembangkan: (1)Standar Analisa
konsep diatas sudah terdapat pada Renstrada/ Belanja (SAB) yaitu penilaian kewajaran beban
RPJMD Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik. kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan;
(Renstrada). Namun hal penting yang (2)Tolak ukur kinerja (indikator kinerja) yaitu
seharusnya ada tergambar jelas di Renstrada ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap
yakni Indikator Kinerja yang merupakan setiap unit organisasi perangkat daerah; dan
penjabaran sasaran program masih kurang (3)Standar biaya yaitu harga satuan unit biaya
akurat dan tidak berorientasi pada capaian yang yang berlaku bagi masing-masing daerah.
terukur kedepan. Sedangkan terkait tolak ukur kinerja
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam (indikator kinerja) yang juga digunakan dalam
Rencana Stratejik, penerapan penganggaran pengukuran kinerja, berdasarkan hasil
berbasis kinerja dalam pengelolaan keuangan wawancara pada pemaparan sebelumnya
daerah di Kabupaten Gresik sudah cukup baik, memang sudah ada, beberapa SKPD sudah
karena sudah sesuai konsep dan saling terkait. mencantumkan indikator kinerja sebagai tolak
Namun sasaran yang terdapat pada Renstrada ukur kinerja disetiap program kerjanya pada
belum memiliki indikator yang jelas, kurang dokumen Renja SKPD dan RKPD. Namun
akurat dan ukuran capainya pun masih abstrak. masih belum sempurna karena semua SKPD
b. Rencana Kerja (Renja) belum mencantumkan indikatornya, target
Rencana Kerja (Renja)merupakan komponen capaianya juga masih sebatas kuantitatif saja
kunci untuk lebih mengefektifkan dan sehingga kurang tepat dan jelas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Secara diatur pada Peraturan bupati nomor 32 tahun
umum penerapan penganggaran berbasis kinerja 2012.
dalam pengelolaan keuangan daerah di e. Evaluasi Kinerja
Kabupaten gresik dalam tahap pengukuran Evaluasi kinerja kegiatan merupakan proses
kinerja masih kurang baik, karena patokan- penilaian terhadap tujuan dan pengungkapan
patokan indikator kinerja memang sudah ada kendala, baik pada saat penyusunan maupun
dalam bentuk IKU (Indikator Kinerja Umum) pada saat implementasi kebijakan untuk
untuk mengukur penganggaran ternyata masih memberikan umpan balik bagi peningkatan
belum jelas ukurannya, bersifat kuantitatif, kualitas kinerja kebijakan. Menurut Widyantoro
bukan kualitatif sehingga sulit dilakanakan (2009: 64), untuk melakukan evaluasi kinerja
dengan baik. Hal ini juga dibutuhkan komitmen yang baik perlu dilakukan dengan cara sebagai
dari perencana anggaran sendiri agar semua berikut:; (a)Membandingkan rencana dan
benchmarking (patokan) anggaran dapat dibuat realisasi; (b)Membandingkan realisasi tahun ini
dengan tepat dan terukur dan dapat dilaksanakan dengan tahun lalu; (c)Membandingkan dengan
untuk pengukuran kinerja. organisasi lain (benchmarking); dan
d. Standar Biaya (d)Membandingkan realisasi dengan standar-
Penerapan penganggaran berbasis kinerja nya.
dalam pengelolaan keuangan daerah di Dalam pelaksanaan tahap evaluasi kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik, dalam pada penerapan penganggaran berbasis kinerja
tahap pelaksanaan anggaran yang berbasis di Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik dalam
kinerja dilihat pada adanya Standar Analisa pengelolaan keuangan daerah, evaluasi yang
Belanja, Tolak Ukur Kinerja, dan Standar Biaya. dilakukan meliputi evaluasi dengan
Terkait standart analisa belanja dan standart membandingkan rencana dan realisasi, dan
biaya seharusnya sudah dimiliki dan diterapkan evaluasi membandingkan realisasi tahun ini
di Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik, karena dengan tahun lalu.
indikator penerapan penganggaran berbasis Berdasarkan hasil wawancara dan
kinerja adalah menggunakan ASB dan standart pemaparan sebelumnya terkait evaluasi kinerja
biaya untuk mengukur kewajaran beban kerja yang dilaksanakan pada pemerintah daerah
terhadap suatu kegiatan dan harga yang berlaku kabupaten gresik dalam penerapan
dalam suatu daerah sehingga akan berdampak penganggaran berbasis kinerja, masih kurang
pada pelaksanaan anggaran yang tepat karena bagus meskipun secara keseluruhan setiap
sudah terukur dan sesuai kewajaran dan selesai penganggaran selalu ada evaluasi.
meminimalisir penyelewengan anggaran dalam Karena pelaksanaan evaluasi internal melalui
pengelolaan keuangan daerah. banwas dan eksternal melaui DPRD saja belum
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara maksimal. Evaluasi internal dengan Monitoring
peneliti terkait adanya Standart Biaya yang khusus untuk setiap kegiatan dilakukan hanya
digunakan dalam penganggaran di Pemerintah ada persoalan saja, jadi jarang dilakukan
Daerah Kabupaten Gresik sudah ada aturan dan evaluasi khusus adanya hanya evaluasi standart.
dokumen perbubnya, namun masih belum Sedangkan untuk evaluasi eksternal hanya
benar-benar ada dan dipergunakan. Karena dilakukan secara sampling kepada SKPD
Standart biaya yang dipergunakan belum tertentu secara acak bukan secara keseluruhan.
terbukti dan dipahami oleh seluruh staff Tentunya evaluasi dengan membandingkan
anggaran.. namun terdapat pula pendapat yang rencana dan evaluasi bisa dibilang tidak berjalan
mengatakan bahwa Standart Biaya masih dengan baik karena buruknya pelaksanaan
berpedoman pada pengalaman pada tahun-tahun evaluasi tersebut. Dan tentu saja tidak dapat
sebelumnya, bukan pada patokan khusus untuk dibilang evaluasi tahun ini dan tahun lalu
menentukan standart biaya. dibandingkan dan digunakan sebagai perbaikan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Standar tahun depan sebagai perbaikan untuk kinerja
Biaya sudah ada dan sesuai konsep berikutnya karena pelaksnaan evaluasinya saja
bahwasannya (Standar Biaya Umum) SBU belum baik dan perlu dimaksimalkan.
digunakan lintas kementrian negara/lembaga Berdasarkan hasil wawancara dan
dan/atau lintas wilayah, sedangkan SBK pemaparan dari beberapa indikator yang
(Standar Biaya Khusus) digunakan oleh digunakan penilaian dalam tahapan evaluasi
kementrian negara/lembaga tertentu dan/atau kinerja ini, maka dapat disimpulkan bahwa
wilayah tertentu. Kementrian negara/lembaga terkait evaluasi kinerja pada penerapan
diharuskan untuk merumuskan keluaran penganggaran berbasis kinerja dalam
kegiatan beserta alokasi anggarannya. Dan yang pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah
digunakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Kabupaten Gresik ini masih kurang baik
Gresik adalah Standar Biaya Khusus dan sudah dan belum maksimal pelaksanaanya, sehingga
masih membutuhkan perbaikan-perbaikan lagi
agar evaluasi kinerjanya bisa lebih baik dan dalam sebuah pemerintahan akan memberikan
inovatif, mengingat bahwa evaluasi kinerja juga keberhasilan penerapan penganggaran berbasis
bagian terpenting dalam penganggaran. kinerja.
Berdasarkan hasil wawancara dan
Sedangkan Dalam penerapan Penganggaran pemaparan sebelumnya, kegiatan
Berbasis Kinerja dalam Pengelolaan Keuangan penyempurnaan administrasi sudah baik.
daerah pada Pemerintah Kabupaten Gresik yang Terbukti dengan adanya perbaikan administrasi
belum sesuai harapan disebabkan oleh berbagai yang dilakukan secara terus-menerus dan dinilai
Prakondisisi yang belum terpenuhi. Beberapa Badan Anggaran bahwa penyempurnaan
prakondisi inilah yang digunakan peneliti sebagai administrasi di Pemerintah Daerah di Kabupaten
acuan dalam faktor yang seharusnya terdapat pada Gresik mencapai 90%. Antara dokumen LKPJ
penerapan penganggaran berbasis kinerja dan tahun 2013 dengan tahun 2014 juga mengalami
menunjang keberhasilan pelaksanaan penganggaran perubahan perbaikan penyempurnaan
berbasis kinerja. administrasi yang bagus.
Beberapa prakondisi ini dibuktikan Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan
keberadaanya dalam penerapan penganggaran penyempurnaan administrasi yang sudah cukup
berbasis kinerja yang telah dibahas pada poin baik ini sudah tidak lagi menjadi kendala dalam
sebelumnya yang terdapat pada hasil penelitian. penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam
Sehingga untuk pembahasan lebih detail mengenai pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah
keberadaanya dalam penerapan penganggaran Kabupaten Gresik, jika selalu dipertahankan
berbasis kinerja dan kendala yang muncul dalam pelaksanaanya.
penerapan penganggaran berbasis kinerja, dilihat dari
prakondisi keberhasilan dalam penerapan c. Sumber Daya
penganggaran berbasis kinerja akan dijelaskan pada Komponen Sumber Daya meliputi jumlah
pembahasan pada setiap prakondisi berikut ini: staff, keahlian dari para pelaksana, informasi
a. Kepemimpinan dan Komitmen yang relevan dan cukup untukmenerapkan
Kepemimpinan merupakan peran serta kebijakan kebijakan dan pemenuhan sumber-
seorang pemimpin dalam penerapan sumber terkait dalam pelaksanaan program,
penganggaran berbasis kinerja. Sedangkan adanya kewenangan yang menjamin bahwa
komitmen adalah sebuah bentuk kesetiaan program dapat diarahkan sebagaimana yang
seluruh anggota organisasi dalam menjalankan diharapkan, serta adanya fasilitas-
tugas sesuai prosedur yang telah ditetapkan. fasilitaspendukung yang dapat dipakai untuk
Berdasarkan hasil wawancara dan melakukan kegiatan program seperti dana dan
pemaparan sebelumnya, kondisi kepemimpinan saranaprasarana.
dan komitmen pada penerapan penganggaran Berdasarkan hasil wawancara dan
berbasis kinerja dalam pengelolaan keuangan pemaparan sebelumnya kondisi Sumber Daya
daerah di Kabupaten Gresik masih kurang baik, pada penerapan penganggaran berbasis kinerja
karena terkait kurang maksimalnya peran dalam pengelolaan keuangan daerah di
pemimpin untuk: memperbaiki pedoman Kabupaten Gresik dilihat dari tiga hal yakni
penganggaran, memaksimalkan pelatihan SDM waktu, uang dan manusia. Dari ketiga hal yang
(perencana anggaran), transparansi dan dianalisis peneliti sumber daya yang masih
perbaruan perda maupun perbub, penegasan kurang adalah Sumber Daya Manusia nya.
reward dan punishment, serta kurangnya Dimana, SDM merupakan Sumber Daya utama
komitmen yang dimiliki oleh para perencana yang aktif karena perannya sangat dibutuhkan
anggaran. untuk keberhasilan sebuah kegiatan. Dari TAPD
Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya dan SKPD juga mengungkapkan bahwa SDM
kondisi kepemimpinan dan komitmen yang masih membutuhkan kmampuan untuk
kurang ini juga menjadi salah satu kendala memahami sistem penganggaran yang baru, dan
dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja Kualitas SDM nya juga masih kurang
dalam pengelolaan keuangan daerah di memenuhi. Sedangkan menurut Badan
Kabupaten Gresik. Karena buruknya peran Anggaran jumlah SDM tidak kurang, namun
kepemimpinan dam komitmen SDM nya akan kualitasnya masih kurang, banyak pemimpin
mempengaruhi kinerjanya. SKPD yang tidak sesuai bidangnya, serta
banyak SDM yang etos kerjanya masih buruk.
b. Penyempurnaan administrasi sehingga dapat dikatakan bahwa Kendala utama
Penyempurnaan administrasi merupakan yang ditemukan dalam penerapan penganggaran
perbaikan administrasi secara terus menerus berbasis kinerja di Kabupaten Gresik ini adalah
guna memperbaiki penerapan penganggaran keadaan SDM yang kurang berkualitas dan
berbasis kinerja. Keberadaan penyempurnaan kurang etos kerjanya.
Administrasi yang dilakukan terus-menerus
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi daerah di Kabupaten Gresik sudah cukup baik.
Sumber Daya yang menjadi kendala dalam Hal ini terbukti dengan banyaknya upaya
penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam penyempurnaan administrasi yang dilakukan
pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah secara terus menerus, dilakukan pendampingan
Daerah Kabupaten Gresik adalah Sumber Daya TAPD untuk setiap SKPD agar memahami
Manusianya. Berdarkan hasil analisis keadaan penerapan penganggaran berbasis kinerja.
Sumber Daya Manusia nya masih kurang Namun memang masih ada hal-hal yang kurang
berkualitas dan memiliki etos kerja yang kurang. maksimal seperti kurangnya komitmen
perencana anggarannya, dan kurangnya gerakan
d. Sistem Penghargaan (reward) dan Sangsi untuk menjalankan perbaikan.
(punishment) Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Penghargaan (reward) merupakan bentuk keinginan yang kuat untuk berhasil memang
penghargaan yang diberikan kepada ASN sudah ada dan cukup baik namun masih perlu
karena kinerjanya yang bagus, sehingga akan ditambah dengan adanya komitmen dan gerakan
tetap mempertahankan kinerjanya yang bagus perbaikan, jadi bukan hanya ada keinginan saja
tersebut. Sedangkan sangsi (punishment) untuk berhasil. Hal ini juga menjadi salah satu
merupakan kebalikan dari rewardkarena ini kendala dalam penerapan penganggaran
bentuknya sebuah peringatan dan hukuman yang berbasis kinerja dalam pengelolaan keuangan
diberikan kepada ASN karena kesalahan yang daerah di Kabupaten Gresik karena masih belum
dilakukan, agar memberikan sebuah bisa dikatakan kalau sudah terdapat keinginan
pembelajaran dan efek jera kepada ASN yang yang kuat untuk berhasil pada seluruh elemen
melakukan kesalahan tersebut. yang terkait dalam penerapan penganggaran
Berdasarkan hasil wawancara dan berbasis kinerja di Pemerintah Daerah
pemaparan sebelumnya terkait kegiatan Kabupaten Gresik tersebut.
pemberian reward dan punishment pada
penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam IV. PENUTUP
pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten A. Simpulan
Gresik masih kurang baik, karena reward dan Berdasarkan uraian dari hasil analisis mengenai
punishment memang belum jelas keberadaanya. penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam
Banggar dan SKPD mengatakan sudah ada pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Gresik
reward dalam bentuk pemberian honor dan yang sudah penulis paparkan sebelumnya, maka
punishment dalam bentuk mutasi, namun dapat disimpulkan bahwa secara umum elemen yang
pelaksanaanya pun kurang tepat dan masih terlibat dalam suksesnya penerapan penganggaran
sangat lemah dan jarang. berbasis kinerja di kabupaten gresik sudah memahami
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi makna penganggaran berbasis kinerja, yakni
reward dan punishment yang masih buruk dan penganggaran yang berorientasi pada output kinerja
sangat lemah ini juga menjadi salah satu kendala yang dihasilkan.
dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja Meskipun sudah memahami makna
dalam pengelolaan keuangan daerah di penganggaran berbasis kinerja, penerapan
Kabupaten Gresik. Karena reward dan penganggaran berbasis kinerja dalam pengelolaan
punishment memang sudah seharusnya keuangan daerah di Kabupaten Gresik, masih
dijadikan hal wajib untuk dilaksanakan dalam dikatakan kurang baik. Karena dalam penerapannya
melaksanakan sebuah kegiatan agar SDM yang masih kurang maksimal, sehingga masih memerlukan
terlibat akan melaksanakan kegiatan lebih perbaikan secara terus-menerus. Hal ini dilihat dari
maksimal jika ada reward sebagai apresiasi dua elemen dan tiga komponen teori penerapan
kerjanya yang baik dan punishment sebagai penganggaran berbasis kinerja yang terdiri dari
peringatan agar dilakukan perbaikan atas kerja Renstra, Renja, Indikator Kinerja, Analisis Standart
yang buruk. Biaya dan Evaluasi Kinerja yang kemudian kelima
teori tersebut disajikan sebagai berikut: (1) Rencana
e. Keinginan yang kuat untuk berhasil Stratejik, penerapan PBK sudah baik, namun belum
Keinginan yang kuat untuk berhasil sempurna, karena indikator kinerja didalamnya belum
merupakan sebuah visi dan misi utama yang tepat, terukur dan akurat; (2)Rencana Kerja,
tertanam dalam setiap Sumber Daya Manusia penerapan PBK belum berjalan dengan baik karena
yang terlibat dalam kesuksesan dan berhasilnya Banyak SKPD yang belum mencantumkan indikator
penerapan Anggaran Berbasis Kinerja. yang jelas dalam renjanya. terdapat renja yang
Berdasarkan hasil wawancara dan pembuatannya dari copy-paste Renja sebelumnya
pemaparan sebelumnya terkait keinginan yang bukan hasil update usulan masyarakat;(3) Indikator
kuat untuk berhasil yang wajib dimiliki oleh kinerja, penerapan PBK juga masih kurang baik
semua pihak pada penerapan penganggaran karena Indikator Kinerja yang digunakan kurang
berbasis kinerja dalam pengelolaan keuangan lengkap dan kurang jelas capaiannya dan
benchmarkingnya. Sehingga pelaksanaanya pun 2. Terkait evaluasi dan pelaporan kinerja, harus
belum terkait dan terlaksana maksimal.; (4) Standar saling terkait sehingga akan ada perbaikan yang
Biaya, sudah ada Standar Biaya dan sudah terdapat senantiasa berjalan dengan baik untuk
dalam Peraturan Bupati, namun pelaksanaanya masih pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja. Dan
kurang baik karena pedoman Standar Biaya yang ada jika evaluasi bisa dilakukan tepat, dan menyeluruh
belum sepenuhnya dilaksanakan; dan (5) Evaluasi maka akan mampu mengurangi penyimpangan-
Kinerja, dalam penerapan PBK Sudah terdapat penyimpangan rencana kerja yang dilaksanakan.
evaluasi, namun tidak maksimal pelaksanaannya Dan sebaiknya ada evaluasi kinerja disetiap
karena evaluasi untuk keseluruhan tiap selesai tahun program, agar program/kegiatan bisa dilaksanakan
anggaran bukan tiap programnya, sehingga secara maksimal.
evaluasinya terlalu umum dan luas dan tidak mampu 3. Terkait ketegasan pimpinan yang masih kurang,
menjawab persoalan. maka Perlu adanya komitmen dan arahan dari
Sedangkan kendala yang ditemukan dalam pimpinan di semua level untuk melaksanakan
penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja dalam sistem Penganggaran Berbasis Kinerja ini.
Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten Gresik Sehingga hal lain juga akan mengikuti untuk
dilihat dari hasil analisis terhadap lima faktor keberhasilan penerapan pnganggaran Berbasis
pendukung keberhasilan Penerapan penganggaran Kinerja di Kabupaten Gresik ini jika para
berbasis kinerja dalam pengelolaan keuangan daerah pemimpinan dapat memaksimalkan pelaksanaan
di Kabupaten Gresik, terdapat beberapa temuan penganggaran berbasis kinerja.
berikut: (1)Kepemimpinan dan Komitmen, kondisi 4. Perlunya menerapkan sistem pemberian reward
kepemimpinan dan komitmen yang kurang ini juga (penghargaan)/ punihment (sanksi) atas
menjadi salah satu kendala dalam penerapan pencapaian kinerja dalam pelaksanaan anggaan.
penganggaran berbasis kinerja dalam pengelolaan Sehingga orang-orang yang terlibat dalam
keuangan daerah di Kabupaten Gresik. Karena penerapan anggaran bisa lebih bersemangat dalam
buruknya peran kepemimpinan dam komitmen SDM mengerjakan tugasnya, memacu prestasinya dan
nya akan mempengaruhi kinerjanya; (2) Sumber menghasilkan pekerjaan yang maksimal.
Daya, keadaan Sumber Daya yang utama dan menjadi 5. Perlu dukungan komputerisasi atau database dan
kendala adalah Sumber Daya Manusia nya karena pelatihan sebagai penunjang keberhasilan
masih banyak SDM yang belum berkualitas dan penerapan penganggaran berbasis kinerja.
kurang memiliki etos kerja yang baik; dan (3) Sistem Sehingga para perencana anggaran dan pihak
Reward dan Punishment, memang pelaksanaanya yang terlibat dalam pelaksanaan penganggaran
masih buruk dan sangat lemah karena itulah tidak ada berbasis kinerja agar mampu memaksimalkan
ukuran balasan/ imbalan yang akan diberikan untuk kinerja, etos kerja dan komitmennya dalam
kinerja SDM yang terlibat, sehingga mempengaruhi bekerja.
baik atau buruknya kinerja dan etos kerja SDM dalam 6. Perbaikan administrasi secara terus menerus
menyelesaikan tugasnya. Untuk faktor perbaikan memang sudah baik, namun akan lebih baik lagi
administrasi secara terus menerus dan keinginan yang jika perbaikan dilakukan bersama dengan
kuat untuk berhasil bukan menjadi sebuah temuan keinginan yang kuat untuk berhasil. Sehingga
karena kedua hal tersebut cukup baik pelaksanaanya, akan ada komitmen dan gerakan perbaikan yang
hanya saja kedua hal tersebut perlu dilakukan secara akan memaksimalkan perbaikan secara terus
bersamaan dan diperkuat oleh komitmen sumber daya menerus.
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
B. Saran Adisasmita,Rahardjo. 2011. Pengelolaan Pendapatan
Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas, dan Anggaran Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
peneliti memiliki beberapa saran (rekomendasi) yang
dapat diajukan sebagai hasil penelitian dalam rangka Anggraini,Yunita; Puranto,Hendra. 2010. Anggaran
memberhasilkan dan memaksimalkan pelaksanaan Berbasis kinerja : Penyusunan APBD Secara
Penganggaran Berbasis Kinerja dalam Pengelolaan Komprehensif. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Keuangan daerah di Pemerintah Daerah Kabupaten
Gresik. Saran tersebut adalah sebagai berikut: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
1. Terkait masih kurang jelasnya patokan yang (BPKP). 2008. Pedoman Penyusunan Anggaran
digunakan dalam penerapan penganggaran Berbasis Kinerja (Revisi). Jakarta: Direktorat
berbasis kinerja dalam Indikator Kinerja dan Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan
Standart Biaya maka perlu pembuatan pedoman/ Daerah.
acuan yang rinci mengenai pelaksanaan
Penganggaran Berbasis Kinerja. Agar penerapan Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu
penganggaran berbasis kinerja di Kabupaten Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gresik bisa lebih baik dan maksimal lagi.
Bird, Richard M. & Francois Vaillancourt. Universitas Diponegoro). Semarang: Universitas
Desentralisasi Fiskal Di Negara-Negara Diponegoro.
Berkembang, terjemahan Alimizan Ulfa,
Gramedia, Jakarta, 2000. PERATURAN PERUNDANGAN
Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik. 2013. Gresik
Buku Pedoman Reformasi Perencanaan dan Dalam Angka 2013. Gresik: BPS Kabupaten
Penganggaran, 2009, Badan Gresik.
PerencanaanPembangunan Nasional dan
Departemen Keuangan RI. Republik Indonesia. 2003. Keputusan Lembaga
Administrasi Negara Nomor: 239/IX/6/8/2003
Carlin, Tyrone M. 2004. Output Based-Budgeting tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan
and the Management of Performance. MGSM Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Working Papers in Management. Macquarie
Graduate School of Management. Sydney. Republik Indonesia. 2003. Undang Undang No. 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Cipta, Hendra. 2011. Tesis: Analisis Penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah RI
Based Budgeting) Pada Pemerintah Daerah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
(Studi Eksploratif Pada Pemerintah Kabupaten Keuangan Daerah.
Tanah Datar). Padang: Universitas Andalas.
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Dalam
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Kualitatif. Bandung: PT. Rosda Karya. Pengelolaan Keuangan Daerah.

Natsir, Yurnadi. 2008. Evaluasi Anggaran Berbasis Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Dalam
Kinerja. Modus Aceh. Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Parhah, Siti. 2002. Kontribusi Desentralisasi Fiskal Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Pengelolaan Keuangan Daerah.

Robinson, Marc and D. Last. 2009. A Basic Model of Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri
Performance-Based Budgeting. Technical Notes Keuangan RI No. 102/2008 tentang Petunjuk
and Manuals. International Monetary Fund. Penyusunan danPenelaahan Rencana Kerja dan
Washington. Anggaran Kementrian Negara/Lembaga
(RKAKL)serta Penyusunan, Penelaahan,
Shah, Anwar and Chunli Shen. 2007. Citizen-Centric Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar
Performance Budgeting at the Local Level. IsianPelaksanaan Anggaran (DIPA).
Public Sector and Governance and
Accountability Series: Local Budgeting. World
Bank.

Simanjuntak, Robert.A. Otonomi Daerah dan


Desentralisasi Fiskal, Kajian Hubungan
Keuangan Pusat-Daerah Pasca Orde Baru,
disampaikan sebagai bahan Seminar & Dialog
Nasional “Platform Untuk Masa Depan
Ekonomi Indonesia”. Diselenggarakan ISEI Cbg
Padang dengan IRIS Univ.Marryland serta
USAID. Padang, 15-16 April 1999.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi dan


R&D. Bandung: ALFABETA.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Widyantoro, Ari Eko. 2009. TESIS:


IMPLEMENTASI PERFORMANCE BASED
BUDGETING: SEBUAH KAJIAN
FENOMENOLOGIS (Studi Kasus pada

Anda mungkin juga menyukai