Anda di halaman 1dari 29

PENERAPAN TAX PLANNING

PADA UMKM DAN ASPEK


KEADILAN DALAM KEBIJAKAN
PERPAJAKAN
KELOMPOK 1
Arnetha Latumenasse (2017 – 30 – 034)
Armiaty Ardhy (2017 – 30 – 397)
Ona Ririn Gurium (2017 – 30 – 398)
A. PENGERTIAN TAX PLANNING/TAX MANAGEMENT
Manajemen perpajakan (tax management) adalah upaya menyeluruh yang Perencanaan pajak (tax planning) adalah proses

dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi ataupun badan usaha melalui mengorganisasi usaha wajib pajak orang pribadi ataupun

proses perencanaan, pelaksanaan (implementasi), dan hak perpajakannya badan usaha sedemikian rupa dengan memanfaatkan

agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari orang pribadi, berbagai cela kemungkinan yang dapat ditempuh oleh

perusahaan, atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien, perusahaan dalam koridor ketentuan peraturan perpajakan

dan efektif sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi yang berlaku agar perusahaan dapat membayar pajak

perusahaan dalam artian peningkatan laba atau penghasilan. dalam jumlah minimum.

B. MOTIVASI TAX PLANNING


Tingkat kerumitan suatu peraturan. Semakin rumit peraturan perpajakan, makin cenderung WP menghindarinya.

Besarnya pajak yang terutang. Makin besar pajak yang terutang, makin giat usaha WP untuk memperkecilnya.

Biaya untuk negosiasi. WP kadang melakukan negosiasi dalam pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya.

Risiko deteksi. WP cenderung melakukan pelanggaran ketentuan perpajakan jika risiko deteksi rendah
C. MANFAAT TAX PLANNING D. TUJUAN TAX PLANNING
Penghematan kas keluar Meminimalkan beban pajak yang terutang
• Karena beban pajak yang merupakan unsur biaya dapat
Memaksimumkan laba setelah pajak
dikurangi
Meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax suprise) jika terjadi
Mengatur aliran kas masuk dan keluar (cash flow) pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus
• Perencanaan pajak yang matang dapat mengestimasi Memenuhi kewajiban secara benar, efisien dan efektif sesuai
kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, meliputi
pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran • Mematuhi segala ketentuan administratif
kas secara lebih akurat • Melaksanakan secara efektif ketentuan peraturan
perundang-undangan

E. PERSYARATAN TAX PLANNING YANG BAIK


Tidak melanggar Didukung oleh bukti-bukti
ketentuan perpajakan pendukung yang memadai.

Secara bisnis masuk akal


F. WAKTU PELAKSANAAN Perencanaan pajak dilakukan sepanjang usia perusahaan.
.....TAX PLANNING
Dua bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh warga
G. RESISTENSI PAJAK negara menurut R. Santoso Brotodihardjo (1993), adalah

Perlawanan Pasif Perlawanan Aktif


Meliputi hambatan-hambatan yang mempersulit Meliputi semua usaha dan perbuatan yang langsung
pemungutan pajak ditujukan pada fiskuk dan untuk menghindari pajak

Dalam kaitan dengan perlawan aktif, ada beberapa modus yang biasanya digunakan wajib pajak untuk
menghindari pajak, sebagai berikut :

Tax Avoidance (Penghindaran • Upaya penghindaran pajak secara legal dan aman dengan memanfaatkan kelemahan
Pajak) – tidak melanggar peraturan yang terdapat dalam UU dan peraturan perpajakan untuk memperkecil pajak terutang

Tax Evasion • Upaya penghindaran pajak secara ilegal dan tidak aman dengan menyembunyikan
(Penggelapan/Penyeludupan
keadaan yang sebenarnya
Pajak) – melanggar peraturan
• Upaya WP mengelakkan utang pajak dengan cara menahan diri untuk tidak membeli
Tax Saving (Penghematan Pajak)
produk yang ada PPN, atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau perkerjaan
– tidak melanggar peraturan
sehingga penghasilan menjadi kecil
H. CARA-CARA PENGELAKKAN PAJAK I. RAMBU-RAMBU
Penggeseran pajak (Tax Shifting) DALAM
• Pemindahan atau mentransfer beban pajak kepada pihak lain
• Terdiri atas [1] Pergeseran Pajak ke Depat (Forward Shifting); beban
PENYUSUNAN TAX
pajak ditransfer dari produsen ke distributor atau konsumen, dan
[2] Pergeseran Pajak ke Belakang (Backward Shifting); beban pajak
PLANNING
ditransfer dari konsumen ke distributor atau produsen
Untuk menentukan legalitas tax
Kapitalisasi Pajak
management/tax planning yang didesain,
• Pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan
dibayarkan kemudian ole pembeli. apakah legal (tax avoidance) atau ilegal
(tax evasion), maka rambu-rambu yang
Transformasi
dapat dipakai adalah ketentuan pidana
• Pengelakkan pajak yang diakukan oleh produsen dengan cara
menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya Pasal 38, 39, 41, 41A, 41B, dan 43
Undang–Undang KUP No. 6 Tahun 1983
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) & Penyelundupan Pajak (Tax Evasion)
sebagaimana telah diubah terakhir

Pengecualian Pajak (Tax Exemption) dengan UU KUP No. 7 Tahun 2007.


• Pengecualian pengenaan pajak yang diberikan kepada perorangan atau
badan berdasarkan UU Pajak
J. TAHAPAN POKOK TAX PLANNING
1.Analisis Data Base Informasi yang Ada
Data base yang harus dianalisis antara lain sebagai berikut
a) Analisis terhadap kejanggalan atau komponen-komponen yang berbeda, yaitu
• Dalam Pembayaran dan Pelaporan Pajak bulanan PPh Pasal 21, PPh Badan, dan PPN
• Dalam Pemotongan dan Pelaporan Pajak bulanan (PPh Pasal 23/26), PPh Pasal 4 ayat (2)
• Dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21 dan PPh Badan dengan selalu mengaitkannya atau merekonsiliasikannya dengan
pembukuan perusahaan
b) Analisis implikasi fiskal atas suatu proyek yang sedang ditangani atau yang akan datang

2.Membuat Satu Model atau Lebih Rencana Besarnya Pajak


Pembuatan model-model perencanaan pajak dimaksudkan sebagai alternatif untuk menentukan tax plan mana yang applicable
dan paling efisien serta efektif untuk diimplementasikan

3.Evaluasi atas Perencanaan Pajak


Evaluasi dilakukan sekaligus dengan pengendalian pajak yang bertujuan memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana dan telah memenuhi persyaratan formal ataupun material, yang dapat dilakukan memalui penelaahan
pajak (tax review).
Pengendalian pajak dilakukan dengan cara
Melakukan review atas pengkreditan PM
Melakukan review apakah retur yang
apakah Faktur Pajak yang diterima Melakukan review apakah Faktur Pajak
telah dicatat dan dilaporkan telah benar,
memenuhi syarat sebagai Faktur Pajak telah dibuat dan dilaporkan tepat waktu
baik secara formal maupun materi
Standar
lanjutan tahapan pokok tax planning...
Dalam tahap evaluasi, dapat diimplementasikan Tax Diagnostic Review (TDR), program untuk menangani kepatuhan WP yang dapat
disusun sendiri oleh Tax Management atau Tax Consultant dari masing-masing perusahaan. Tujuan dilakukannya TDR :

Meminimalisasikan Agar unit bisnis


Mengetahui sejauh mana Meminimalisasikan Mempersiapkan
sanksi perpajakan tidak
unit bisnis melakukan terjadinya transaksi unit bisnis dalam
yang diakibatkan melakukan
pemenuhan kewajiban yang dapat menghadapi
kesalahan pencatatan kesalahan yang
perpajakannya sesuai menimbulkan risiko pemeriksaan
yang dilakukan oleh sama pada
dengan peraturan permasalahan yang dilakukan
unit bisnis, kemudian waktu yang
perpajakan yang berlaku perpajakan oleh fiskus
memperbaikinya akan datang

4.Mencari Kelemahan dan Memperbaiki Kembali Rancana Pajak (Debugging the Tax Plan)
Terkadang ada suatu hal yang menyebabkan suatu rencana pajak memiliki kekurangan, baik itu disebabkan karena adanya
perubahan peraturan perpajakan maupun faktor lainnya. Dengan demikian, rencana pajak tersebut harus dikaji ulang kembali
dan bila ditemukan kelemahan harus segera dimodifikasi untuk keberhasilan tax plan tersebut, agar rencana dan tindakan dapat
dilakukan tepat waktu.

5.Memutakhirkan Rencana Pajak (Updatting the Tax Plan)


Tax Plan harus diperbarui dan dimutakhirkan sesuai dengan ketentuan terkini sehingga sedini mungkin dapat diantisipasi akibat
yang merugikan dari adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi. Sebagai bagian dari pemutakhiran tax plan tersebut,
pengembangan rencana atau perangkat tindakan dapat dilakukan.
K. LANGKAH-LANGKAH PRAKTIS DALAM PERENCANAAN
PAJAK

Mengusahakan agar Mempercepat atau Menyebarkan Menyebarkan penghasilan Transformasikan


terdapat penghasilan menunda beberapa penghasilan menjadi menjadi penghasilan penghasilan biasa
yang stabil untuk penghasilan dan biaya- penghasilan dari beberapa tahun untuk menjadi capital gain
menghindarkan biaya untuk memperoleh beberapa WP, seperti mencegah penghasilan jangka panjang
pengenaan pajak dari keuntungan dari pembentukan grup- tersebut termasuk dalam
kelas penghasilan yang kemungkinan perubahan grup perusahaan kelas penghasilan yang
tarifnya tingi (top rate tarif pajak yang tinggi tarifnya tinggi dan tunda
brackets) atau rendah pembayaran pajaknya

Mengambil Mempergunakan uang Memiliki bentuk Mendirikan perusahaaan dalam


keuntungan sebesar- dari hasil pembebasan usaha yang terbaik satu jalur usaha sedemikian rupa
besarnya dari pengenaan pajak untuk operasional sehingga dapat diatur secara
ketentuan-ketentuan untuk keperluan usaha keseluruhan penggunaaan tarif
mengenai perluasan perusahaan pajak, potensi menghasilkan,
pengecualian dari yang mendapatkan kerugian-kerugian, dan aset yang
potongan-potongan kemudahan dapat dihapus
L. PERANGKAT TAX PLANNING
1.Pemahaman Ketentuan Perpajakan
Tax planning harus dikaitkan Tax Treaty atau Perjanjian Untuk planning yang sifatnya pajak
dengan kondisi tax administration Penghindaran Pajak Berganda (P3B) nasional, diperlukan pemahaman
setempat agar planning dapat adalah perjanjian perpajakan antara akan tax treaty. Sedangkan untuk
berhasil dengan baik. Semakin 2 negara yang dibuat dalam rangka tax planning internasional, yang
banyak yang dikuasai seorang tax meminimalisir pajak berganda dan dicari adalah perbedaan aturan, dan
planner, akan semakin efektif. berbagai usaha penghindaran pajak. bukan kesamaannya.

2.Pengadministrasian/Dokumentasi yang Baik


Penyelenggaraan pembukuan yang baik dan lengkap juga merupakan suatu persyaratan untuk pengorgnisasian suatu tax
management yang baik. Namun, pembukuan tersebut juga dapat direkayasa/direncanakan untuk meminimalkan beban pajak.

3.Menjaga Hubungan dan Komunikasi yang Baik


Tax planner perlu menjaga hubungan baik dengan fiskus, terutama di negara berkembang. Selain itu, penting juga bagi tax
planner untuk menjalin komunikasi dalam manajemen internal.
Komunikasi dengan Kepala Komunikasi dengan Top Komunikasi dengan
Divisi/Bagian Management dan Asosiasi Konsultan Pajak

4.Implementasi Tax Planning


Meliputi staffing yaitu menentukan orang-orang yang terlibat dalam proses tersebut, serta tax planner atau konsultan pelaksana
yang ditugasi pada saat closing conference-nya menjelang tahap akhir dari proses pemeriksaan pajak. Suatu transaksi yang sudah
direkayasa sedemikian rupa, harus betul-betul dilaksanakan seoptimal mungkin sesuai dengan rencana sebagai bentuk
responsibility tax accounting.
M. STRATEGI TAX PLANNING
Empat cara yang digunakan oleh WP dalam mendesain perencanaan pembayaran pajaknya, yaitu :
WP akan mengurangi Jika ketiga cara tersebut
Sedapat mungkin WP akan
membayar pajaknya tidak dapat dilakukan ,
WP tidak membayar menggeser
dengan tidak melanggar maka WP baru akan
pajak sama sekali. waktunya.
UU Perpajakan. membayar pajaknya.

1.Konsepsi Tax Planning


a.Pertimbangan Struktur Bentuk Usaha
Untuk usaha perorangan, orang tersebut akan dikenakan tarif progresif dan berlaku PTKP. Untuk usaha dalam bentuk badan,
WP akan dikenakan tarif tunggal 25% dan tidak ada PTKP. Sebagai badan, penerapan tarif PPh sama untuk PT, firma, dan CV.
Firma pajaknya sama dengan CV, tetapi konsekuensi hukumnya dapat berbeda.

Perbedaan • Untuk PT, laba setelah pajak jika dibagi kepada pemegang saham, WPOP harus membayar pajak dividen
firma • Gaji yang dibayarkan pada anggota firma/CV yang modalnya tidak terbagi atas saham tidak dapat
dengan PT dibiayakan.

Perbedaan • Tarif PPh Perseorangan murah, yakni 5% hingga pendapatan Rp50 juta
bentuk • Mendapatkan PTKP
usaha
perseorang • Dua orang pribadi kalau terpisah, beban pajaknya akan kecil karena ada PTKP, tarif pajak orang
an dengan pribadinya lebih rendah dibandingkan jika bergabung dengan firma maka kemungkinan tarifnya lebih
firma besar, dan beban pajaknya lebih besar
lanjutan strategi tax planning...

b.Pertimbangan Kembali Struktur Usaha


Perusahaan sudah berjalan, tetapi ada kemungkinan untuk dipertimbangkan kembali. Misalnya, perubahan UU Pajak
menyebabkan berkurangnya optimalisasi struktur yang ada sekarang. Jika perubahannya menjadi tambah longgar tidak ada
masalah, tetapi jika kelonggarannya menciut umumnya akan bermasalah.

c.Terjadi Perubahan Kepemilikan Perusahaan (Merger/Akuisisi)


Tax planner akan mencoba mencari mode transaksi yang tidak dikenakan pajak. Mode transaksinya adalah sbb

Jika terjadi merger, tax planner akan mensyaratkan menggunakan nilai Jika dengan penjualan saham melalui BEJ
buku atas pengalihan harta, karena penggunaan nilai buku ini tidak dipungut pajak 0,1%, wajib pajak akan
menimbulkan capital gain yang merupakan objek pajak penghasilan. mencoba untuk tidak melalui BEJ.

d.Pertimbangan Transaksi/Proyek/Perolehan Aktiva untuk Meminimalkan Beban Pajak


Dalam transaksi impor, perusahaan akan berusaha agar barang-barangnya bebas bea masuk, bebas PPh Pasal 22,
bebas PPN, dan lainnya.
Dalam transaksi penjualan tanah/bangunan, perusahaan akan mencoba memaksimalkan pengunaaan NJOPTKP
agar tidak terkena BTHTB.
Dalam perolehan aktiva, jika menyangkut fixed assets yang jumlahnya besar, perusahaan akan mencoba memilih
berbagai kemungkinan seperti membangun sendiri, meminjam, membeli, atau leasing (dengan hak opsi)
lanjutan strategi tax planning...
e.Pengurangan Beban Pajak
Jika perusahaan Income atau objek yang taxable dalam 1 tahun akan dikurangi.
memperoleh PhKP
yang cukup besar, Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008, ditetapkan tarif PPh Badan sebesar 25% berlaku mulai
perusahaan tersebut tahun 2010, sedangkan untuk Tahun 2009 tarif PPh Badan sebesar 28%.
akan mencari jalan
untuk mengurangi Profit tidak identik dengan cash available. Profit besar belum tentu uangnya banyak, begitu juga
beban pajak. Berikut sebaliknya. Karenanya perusahaan mengusahakan agar cash flow-nya lancar.
adalah cara yang
dilakukan oleh Tax planner akan mencoba untuk menggeser sedapat mungkin pengakuan pendapatan dan
perusahaan : berusaha meratakan penghasilan.

f. Terjadi Perubahan Keadaan Individu WP


Untuk individu yang pensiun, jika pesangon dibayarkan sekaligus,
Kondisi pernikahan atau tambah keluarga umumnya
akan dikenakan PPh final. Yaitu a) sebesar 0% atas penghasilan bruto
PTKP hanya diberikan/diberdayakan critical time-nya
sampai dengan Rp50 juta, b) sebesar 5% atas penghasilan bruto Rp50
pada awal tahun. Jika menikah di pertengahan tahun,
juta – Rp100 juta, c) sebesar 15% atas penghasilan bruto Rp100 juta –
sampai dengan akhir tahun dianggap masih sendiri.
Rp500 juta, d) sebesar 25% atas penghasilan bruto >Rp500 juta.

g.Apabila Orang Pribadi Meninggal


Jika wajib pajak sampai meninggal belum membagi hartanya maka tidak ada PTKP dan dikenakan tarif progresif. Jadi, sebelum
wajib pajak meninggal lebih baik dibagikan terlebih dahulu hartanya karena akan mendapatkan PTKP untuk masing-masing
bagian dan tarifnya lebih murah.
2.Tax Planning yang Masih Berlaku lanjutan strategi tax planning...
Trik yang perlu dipertimbangkan dalam membuat tax planning perusahaan, sebagai berikut :
a. Maksimalkan Biaya-Biaya yang Dapat Dikurangi
• Petugas pembukuan sering menggunakan istilah yang kurang tepat untuk biaya-biaya tertentu sehingga pada waktu dilakukan pemeriksaan
oleh fiskus, biaya-biaya tersebut tidak dapat dikurangkan.
b. Merger antara Perusahaan yang Terus-menerus Rugi dan Perusahaan yang Laba
• Bila keduanya digabungkan, akumulasi kerugian perusahaan yang merugi tersebut dapat dikompensasikan dengan selisih lebih atas penilaian
kembali aktiva tetap hasil revaluasi aktiva tetap yang dilakukan berdasarkan nilai pasar yang wajar, dan atas selisih lebih setelah kompensasi
kerugian tersebut dikenai PPh final 10%.

c. Menunda Penghasilan
• Misalnya, buku perusahaan ditutup pada tanggal 31 Desember. Pada bulan Desember tersebut terdapat lonjakan permintaan. Pajak atas laba
dari lonjakan permintaan tersebut sudah harus dibayar paling lambat tanggal 25 Maret tahun berikutnya. Pengusaha dapat melakukan
pendekatan pada konsumen agar penyerahan barang dilakukan pada awal bulan Januari tahun berikutnya sehingga pembayaran pajak dapat
ditunda satu tahun.
d. Percepat Pembebanan Biaya
• Pada akhir tahun fiskal sebaiknya dilakukan review untuk melihat biaya-biaya yang dapat segera dibebankan pada tahun ini. Dengan
demikian, seperti halnya penundaaan penghasilan akan dapat menunda pembayaran pajak setahun.

e. Strategi Efisiensi untuk Menekan Beban Pajak Perusahaan


• Perusahaan yang memperoleh penghasilan kena pajak dan pengenaan PPh badannya tidak final, diupayakan seminimal mungkin
memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan karena pengeluaran ini tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
• Perusahaan yang PPh badannya dikenakan PPh final, sebaliknya memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan.

f. Hindari Beban Orang Lain untuk Tidak Menjadi Beban Sendiri


• Dapat dihindari jika perusahaan dapat memahami aspek perpajakan internasional, seperti tax treaty, BUT, dan PPh Pasal 26. PPN juga tidak
diatur dalam perpajakan internasional.
N. PENERAPAN TAX PLANNING
Suatu perusahaan dapat mengungguli kinerja (performance) perusahaan lain dengan implementasi strategi yang berbeda. WP
yang melakukan penanaman modal di bidang usaha tertentu dan atau di daerah tertentu dapat diberikan fasilitas (PP No. 1 Tahun
2007) yaitu :

1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman 3. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang
modal, dibebankan selama 6 tahun masing-masing sebesar 5% per dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar Negeri sebesar
tahun. 10% atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.
2. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat seperti berikut.
4. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun,
tetapi tidak lebih dari 10 tahun dengan ketentuan yang
ditetapkan.

5. Sumbangan yang dapat dibiayai meliputi


sumbangan penanggulangan benacana nasional,
sumbangan penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia, biaya pembangunan
infrastruktur sosial, sumbangan fasilitas pendidikan
dan sumbangan pembinaan olahraga {Pasal 6 ayat (1)
huruf i, j, k, l, dan m – UU PPh No.36 Tahun 2008}.

6. Impor dan atau penyerahan Barang Kena Pajak


Tertentu yang bersifat strategi dibebaskan dari
pengenaan PPN (PP No. 7 Tahun 2007).
lanjutan penerapan tax planning... O. TERAPAN LAINNYA DALAM
7. Barang yang dimasukan dari luar Daerah Pabean
PERENCANAAN PAJAK
ke Kawasan Berikat diberikan penangguhan Bea 1.Tax Management Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 21)
Masuk, dan tidak dipungut Pajak Dalam Rangka Tax planner harus cerdas memperikan saran yang kontemporer
Impor.
pada seorang pengusaha dalam mengambil keputusan bisnis. Caranya
dengan memanfaatkan sumber daya manusia untuk meningkatkan
8. Impor barang untuk keperluan kegiatan produktivitas perusahaan yang dikelolanya dengan menerapkan strategi
eksplorasi dan ekspoitasi. win-win solution dalam perencanaan pajak penghasilan karyawan.
Teori win-win solution diadaptasi dari strateg dan komunikasi yang
lebih strategi. Dalam implementasinya, teori ini sekaligus menjadi bagian
9. PPN tidak dipungut atas penyerahan avtur dari business/management strategy perusahaan. Bahkan, dapat
kepada maskapai penerbangan untuk keperluan
memberikan dampak pada optimalisasi profit taking perusahaan.
penerbangan internasinal.
2.Tax Management Pemotongan & Pemungutan Withholding Tax
10. Bebas pajak (PPN, PPn BM, PPh Pasal 22) untuk a.Pajak Penghasilan Pasal 22
proyek pembangunan Pulau Bintan dan kawasan Dalam hal importir, tarif PPh Pasa 22 bervariasi, tergantung (1) apakah
pendukung sekitarnya. importir mempunyai Angka Pengenal Impor (API) atau tidak dan (2)
jika barang tidak dikuasai atau tidak bertuan.
Rate yang berbeda akan mendorong importir untuk memilih
11. Percepatan restitusi untuk wajib pajak patuh menggunakan API.
dari semula satu tahun menjadi satu bulan. Jika barang tidak dikuasai atau tidak bertuan, rate-nya sama dengan
yang non-API. Siapapun yang memiliki barang impor tersebut wajib
membayar PPh Pasal 22nya.
lanjutan terapan lainnya dalam perencanaan pajak...
Pengecualian (Tax Exemption) PPh Pasal 22 Pengajuan SKB PPh Pasal 22

Sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak No. 1/PJ/2014


(1) Impor barang dan atau penyerahan barang yang tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak
tidak terutang pajak penghasilan dan (2) Impor barang Penghasilan oleh Pihak Lain, WP dapat mengajukan
yang dibebaskan dari pungutan bea masuk dan atau permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau
pajak pertambahan nilai. pemungutan PPh Pasal 22 oleh pihak lain kepada Dirjen
Pajak dengan alasan sudah yang ditentukan.

b.Pajak Penghasilan Pasal 23


Bila perusahaan pemilik proyek (penerima jasa) tidak memotong PPh Pasal 23 karena mengharuskan pihak pemberi jasa
(kontraktor) yang memotongnya, namun tidak dipotong oleh kontraktor karena tidak ada dalam kontrak perjanjian, jika
ditemukan oleh fiskus pada saat pemeriksaan pajak, maka perusahaan pemilik proyek akan dikenakan kewajiban untuk
membayar PPh Pasal 23 (withholding tax) yang terutang ditambah denda keterlambatan penyetoran sebesar 2% sebulan dari
pokok pajak.

Perubahan • UU PPh No.36 Tahun 2008 menurunkan tarif PPh Pasal 23 dari hanya 15% menjadi
Tarif PPh • 15% dari peredaran bruto atas dividen, bunga, royalti, serta hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya.
Pasal 23 • 2% dari peredaran bruto atas jasa sewa, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lainnya.

Pengajuan
SKB PPh • Sama dengan pengajuan SKP PPh Pasal 22
Pasal 23
lanjutan terapan lainnya dalam perencanaan pajak...
c.Pajak Penghasilan Pasal 26
Mirip dengan PPh Pasal 23, namun dibayarkan pada WP Luar Negeri. Memiliki tax rate 20% dan tax treaty maksimum 10% (dapat
5% atau 0%). Salah satu loophole yang dapat dimanfaatkan untuk PPh Pasal 26 adalah tax treaty, dimana tax planner harus
melakukan treaty shopping untuk memilih rate yang terendah.
Pasal 26 Ayat (1) d tentang Imbalan Sehubungan dengan Jasa, Pekerjaan, dan Kegiatan
• Jika pemberian jasa oleh WPLN kurang dari time test.
Tidak ada BUT, maka Indonesia tidak berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang diterima oleh
WPLN. Agar pemotongan pajak dapat dilakukan sesuai tax traty, WPLN harus menunjukkan Certificate of
Bila Ada Tax Residence Tax Payer (CRT) atau Certificate of Domicile (COD) dari Competent Authority di negara yang
Treaty bersangkutan.
• Jika pemberian jasa oleh WPLN melebihi time test.
Ada BUT, maka Indonesia berhak menganakan pajak atas penghasilan yang diterima oleh WPLN yang
bersangkutan, yakni berupa Corporate Tax (tarif PPh Pasal 17) dan Branch Profit Tax (tarif PPh Pasal 26).
• Jika pemberian jasa oleh WPLN kurang dari time test.
Bila Tidak
Tidak ada BUT, maka Indonesia mengenakan pajak basis bruto dan tarif tunggal 20%.
Ada Tax
• Jika pemberian jasa oleh WPLN melebihi time test.
Treaty
Ada BUT, maka Indonesia mengenakan pajak basis neto dan tarif tunggal 20%.

d.Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Final


• Seperti penjualan saham di bursa efek, final dengan tarif 0,1%.
• PP 16 Tahun 2009 menyatakan bahwa bunga obligasi dan Surat Utang Negara (SUN) dikenakan PPh Final, tetapi tarif pajak
bunganya tetap sebesar 15% bagi WP Dalam Negeri dan BUT.
lanjutan terapan lainnya dalam perencanaan pajak...
3.Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Perencanaan PPN dilakukan sebagai berikut PPN dikenakan terhadap
• Memaksimalkan PPN masukan yang dapat dikreditkan,
perusahaan baiknya memperoleh BKP atau JKP dari • Penyerahan BKP/JKP yang dilakukan oleh PKP
PKP supaya pajak masukan dapat dikreditkan • Impor BKP
• Dalam hal penjualan BKP/JKP yang pembayarannya • Pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP luar daerah di
belum diketahui, pembuatan faktur pajak dapat ditunda dalam daerah pabean
sampai akhir bulan berikutnya setelah penyerahan • Ekspor BKP oleh JKP
BKP/JKP

Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan adalah PM yang berhubungan langsung dengan PM yang belum
(1) produksi, (2) distribusi, (3) pemasaran, dan (4) manajemen atas BKP/JKP dengan faktur dikreditkan dengan pajak
pajaknya adalah faktur pajak standar atau dokumen yang disamakan dengan faktur pajak keluaran pada masa pajak
standar.
yang sama, dapat
dikreditkan pada masa
PM yang tidak dapat dikreditkan yaitu
pajak berikutnya.
• Sebelum dikukuhkan menjadi PKP, faktur pajak sederhana, dan faktur pajak cacat
Selambat-lambatnya
• PM atas pembelian mobil sedan, jeep, station wagon, van, dan combi
pada bulan ketiga setelah
• PM yang berkaitan dengan produksi BKP/JKP
berakhirnya tahun buku
• PM yang tidak ada kaitannya langsung dengan kegiatan usaha atas BKP bersangkutan, sepanjang
• PM yang dilaporkan pada SPT masa PPN yang ditemukan pada saat pemeriksaan/yang belum dibebankan sebagai
ditagih melalui SKP biaya dan belum diperiksa.
lanjutan terapan lainnya dalam perencanaan pajak...

a. Membangun Dikenakan PPN dengan kondisi


Sendiri Tidak dalam
Kegiatan Usaha 1) Luas bangunan 200m2 atau lebih
2) Bangunan permanen
3) Tarif 10% × 20% × biaya bangunan (tanpa harga tanah)
4) Disetor tiap bulan, pada tanggal 15 bulan berikutnya sejak pembangunan dimulai
b. Penyerahan Penyerahan aktiva yang tujuan awalnya tidak diperjualbelikan akan dikenakan PPN, sepanjang PPN
Aktiva yang Awalnya yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.
Tidak untuk Dijual

c. Pengendalian Pengendalian pajak perlu dilakukan untuk mengetahui apakah semua perencanaan pajak telah
Pajak dilaksanakan sesuai rencana.

d. Penjagaan Perencanaan yang dapat dilakukan manajemen dalam rangka peningkatan efisiensi pajak adalah
terhadap Cash Flow
1) Menyegerakan pengajuan NPPKP pada perusahaan yang baru berdiri
Perusahaan
2) Memilih mendirikan perusahaan di daerah yang mendapat fasilitas perpajakan PPN
3) Mengusahakan membeli bahan baku saat akan memproduksi (just in time).
4) Mengajukan permohonan sentralisasi PPN bagi perusahaan yang mempunyai kantor cabang
5) Penanganan faktur dengan baik
lanjutan terapan lainnya dalam perencanaan pajak...
e.PPN atas Barang Gratis untuk Kepentingan Promosi
Dalam UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 (1) e, pemberian ini dikategorikan sebagai pemberian dalam natura sehingga tidak
dapat dibiayakan. Namun ini merupakan transaksi penyerahan barang yang menjadi objek PPN. Jadi, PPN harus dibayarkan oleh
perusahaan sebagai tambahan pengeluaran biaya perusahaan karena tidak mungkin dapat ditagih dari pelanggan.
Perusahaan akan menghemat pajak atas pemberian gratis itu dengan cara mengubah pemakturan dalam faktur pajak karena
pemberian gratis itu diperlakukan sebagai diskon/potongan harga. Dengan contoh berikut:

Perusahaan menghemat pajak atas pemberian gratis


dengan cara mengubah pemakturan dalam faktur
pajaknya. Misalnya dalam sebulan terdapat
pemberian gratis surat kabar sebanyak 200
eksemplar ditambah dengan 2.000 eksemplar surat
kabar yang terjual. Maka cara perhitungannya adalah

Keuntungan dari cara ini adalah


• Bagi perusahaan atau penjual, tidak perlu bayar PPN tambahan. Cara ini menghemat cash flow
perusahaan karena mengurangi PPN terutang yang harus dibayar pada bulan berikutnya
• Bagi pembeli/distributor, tidak ada dampak terhadap harga yang harus dibayar karena dengan
pembayaran yang sama, mereka memperoleh jumlah eksemplar yang sama.

Cara ini memenuhi aspek sistem kontrol internal karena harga pokok pembelian dari barang gratis itu terdokumentasikan
dalam faktur pembelian barang.
P. PERUBAHAN UU PPH DAN KRITERIA Q.
PENGUSAHA UMKM PENINGKATAN
• Pasal 31E UU PPh No. 36 Tahun 2008 menyiratkan penetapan WP Badan Dalam Negeri DAYA SAING
dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50 miliar yang mendapat fasilitas berupa PEREKONOMIAN
pengurangan tarif sebesar 50% sebagai pengusaha UMKM. INDONESIA
• Bagi pengusaha yang omzetnya >Rp50 miliar, tidak memenuhi kriteria pengusaha
UMKM dan tidak diperbolehkan memanfaatkan fasilitas pengurangan tarif ini.
Dengan perubahan UU PPh, tarif
UMKM diadopsi dari UU UMKM No. 20 Tahun 2008, dengan 2 macam tipologi yang
PPh badan menjadi tarif tunggal dan
berdasarkan (1) peredaran usaha (omzet) dan (2) nilai kekayaan bersih.
diturunkan menjadi 25% tahun 2010.
pemerintah memberikan fasilitas
perpajakan bagi WP badan berskala
kecil, yaitu UMKM dengan pemberian
fasilitas pengurangan tarif sebesar
50% dari tarif normal untuk peredaran
bruto sampai dengan Rp4,8 miliar.
R. PASAL 31E UU PPH No.36 TAHUN 2008
Pembaruan UU ini yaitu penambahan Pasal 31E yang menetapkan bahwa WP Badan Dalam Negeri dengan peredaran bruto
sampai dengan Rp50 miliar mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak (PhKP) dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4,8 miliar.

Contoh 1

Contoh 2
S. STRATEGI TAX PLANNING UMKM
Salah satu teknik yang digunakan dalam perencanaan pajak disebut spin off atau pemekaran usaha, yakni menyebarkan
penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa WP, seperti pembentukan anak perusahaan.

Menurut PMK No. 43/PMK.03/2008, pemekaran usaha adalah pemisahan satu WP Badan yang modalnya terbagi atas saham
menjadi dua WP Badan atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian harta dan kewajiban
kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa melalui likuidasi badan usaha yang lama.

Kebijakan berdasarkan peredaran bruto ini dapat menimbulkan upaya tax avoidance yang dilakukan WP Badan, khususnya
UMKM untuk memperkecil omzet demi mencapai syarat dari fasilitas yang diberikan melalui Pasal 31E.

Contoh 3
lanjutan strategi tax planning UMKM...

Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 tentang PPh Final 1%


PP No. 46 Tahun 2013 berisi pemberian instensif fiskal dan kemudahan kepada pengusaha UMKM baik WP Badan
maupun Orang Pribadi dengan ketentuan sebagai berikut

Penghasilan dari usaha yang diperoleh WP Orang Pribadi dan WP Badan tidak termasuk BUT,
tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun pajak, dikenai pajak penghasilan
yang bersifat final dengan tarif sebesar 1% dari peredaran bruto.

Ketentuan tersebut tidak termasuk WP Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya yaitu
• Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap
maupun tidak menetap
• Menggunakan sebagoan atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak
diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan

Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan pemekaran usaha (spin off) demi mencapai peredaran bruto yang tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun pajak. Dalam pelaksanaannya, WP harus menjaga batas aman agar tidak
melanggar rambu-rambu sebagaimana diatur dalam PP46/2013 tersebut.
T. ASPEK KEADILAN DALAM KEBIJAKAN PERPAJAKAN UMKM
1.Ukuran Keadilan Pajak
WP yang memiliki kemampuan Pemungutan pajak adalah adil apabila Kebijakan diskon 50% bagi UMKM
membayar yang sama dikenai orang yang berada dalam keadaan ternyata tidak sinkron dengan
pajak yang sama bebannya ekonomis yang sama dikenakan pajak parameter keadilan dalam
(horizontal equity), dan WP yang sama, sedangkan orang yang berada perpajakan, yakni equal treatment
yangkemampuannya berbeda dalam keadaan ekonomis yang tidak for the equals). Hal ini karena engan
dikenakan pajak yang berbeda sama harus diperlakukan tidak sama PhKP yang sama akan dihasilkan
pula bebannya (vertical equity). setara dengan ketidaksamaannya itu. pajak terutang yang tidak sama.

a.Ketidakadilan secara Horizontal


Syarat keadilan horizontal dalam pemungutan pajak terpenuhi bila

WP yang berada dalam kondisi (PhKP) yang Semua orang yang mempunyai tambahan ekonomi yang sama
sama diperlakukan sama (equal treatment for dengan tanggungan yang sama tanpa membedakan jenis atau sumber
the equals) penghasilan, harus membayar pajak dalam jumlah yang sama

Sayangnya, Pasal 31E memiliki kecenderungan diskriminatif dalam pemberian fasilitas kepada badan UMKM.
Hakikatnya, fasilitas yang ditujukan pada subjek yang sama yaotu badan UMKM, namun aspek keadilan pajak
terabaikan dalam perhitungan pajak yang terutang karena tarif yang dikenakan pada badan UMKM didasarkan pada
peredaran bruto.
lanjutan aspek keadilan dalam
kebijakan perpajakan umkm...
Contoh 4
Peredaran bruto PT X tahun 2010 Rp4,8 miliar dengan PhKP
Rp2 miliar/tahun,
sedangkan peredaran bruto PT Y tahun 2010 Rp6 miliar
dengan PhKP Rp2 miliar/tahun.
Peredaran bruto yang berbeda
menimbulkan perbedaan dalam jumlah pajak
yang terutang, padahal jumlah PhKP yang
dihasilkan kedua perusahaan sama.

Dengan demikian, kebijakan Pasal 31E


dapat dikatakan belum merefleksikan
keadilan horizontal berdasarkan prinsip equal
treatment for the equals.
Lanjutan aspek keadilan dalam kebijakan perpajakan umkm...
b. Ketidakadilan secara Vertikal
Syarat keadilan vertikal dalam pemungutan pajak terpenuhi bila
Dalam kondisi (PhKP) yang tidak sama akan menghasilkan pajak
WP yang berada dalam kondisi (PhKP) yang
terutang yang tidak sama pula. Jumlah pajak yang dibayar semakin
berbeda diperlakukan secara berbeda pula
besar, sebanding dengan semakin besarnya kemampuan badan
(unequal treatment for the unequals)
UMKM membayar pajak

Peredaran bruto PT X tahun 2010 Rp4,8 miliar dengan


PhKP Rp2,5 miliar/tahun, sedangkan peredaran bruto PT Y
tahun 2010 Rp6 miliar dengan PhKP Rp2 miliar/tahun.
Peredaran bruto yang berbeda dengan jumlah
C
O PhKP yang berbeda dari kedua perusahaan tersebut
N akan menimbulkan perbedaan dalam jumlah PPh yang
T terutang.
O
H Dengan demikian, kebijakan Pasal 31E dapat
dikatakan belum merefleksikan keadilan horizontal
5
berdasarkan prinsip unequal treatment for the unequals.
Lanjutan aspek keadilan dalam kebijakan perpajakan umkm...

2.Pasca Keluarnya PP 46 Tahun 2013


PP No. 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Bila ketentuan Pasal 31E hanya dibatasi untuk WP Badan, ketentuan PP 46 Tahun 2013 dapat
diterapkan untuk WP Badan dan WP Orang Pribadi. Bahkan ketentuan ini lebih rendah 1% dari peredaran bruto, dengan syarat
omzet tidak melebihi Rp4,8 miliar per tahun.

Bagi perusahaan yang memiliki Implemantasi tax planning masih


Namun bila omzet
omzet tidak melebihi Rp4,8 miliar memungkinkan mengelaborasikan
perusahaan sudah
per tahun, direkomendasikan agar PP46/2013 dengan Pasal 31E dalam
>Rp4,8 miliar per
pelaku UMKM menggunakan PP 46 mengoptimalkan penerapan
tahun, lebih baik
Tahun 2013 dalam menghitung PPh strategi spin off untuk
menggunakan
terutang, karena beban pajak lebih menghasilkan efisiensi yang
Pasal 31E.
efisien bagi perusahaan. maksimal dalam pembayaran pajak
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
KELOMPOK 1

Anda mungkin juga menyukai