STRATEGI PERPAJAKAN
KELOMPOK II (DUA)
DOSEN PENGASUH : Dr. Luk Luk Fuadah, MBA. Ak. C.A. (LF)
BKU AKUNTANSI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2021/2022
STRATEGI PERPAJAKAN
Perencanaan adalah salah satu unsur manajemen yang secara tidak langsung
menyatakan bahwa manajer harus terlebih dahulu memikirkan segala sesuatunya dengan
matang dengan tujuan dan tindakannya. Empat langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :
Suatu perencanaan pajak yang efektif tidak tergantung pada seorang ahli pajak yang
profesional, akan tetapi sangat bergantung pada kesadaran dan keterlibatan para pengambil
keputusan akan adanya impak pajak yang melekat pada setiap aktivitas perusahaannya.
2. Strategi Dasar
Dalam mengelola perpajakan ada 4 hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu :
3. Bahasa yang digunakan dalam surat keputusan atau surat edaran yang merupakan
interpretasi resmi undang-undang pajak atau petunjuk pelaksanaanya.
3. Langkah-langkah Pokok
Prinsip taxable dan deductible merupakan prinsip yang lazim digunakan dalam tax
planning, yang pada umumnya mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan
menjadi biaya yang boleh dikurangkan atau sebaliknya mengubah penghasilan yang
merupakan objek pajak menjadi penghasilan yang tidak objek pajak, dengan
konsekuensi terjadi perubahan pajak terutang akibat pengubahan tersebut.
d. Biaya Fiskal
a. Bagaimana hubungan antara tarif pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi dan
tarif pajak penghasilan wajib pajak badan termasuk ketentuan khusus yang
mengatur hal ini
b. Pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba bruto usaha maupun
penghasilan dari pembagia keuntungan (deviden) kepada para pemegang sahamnya.
c. Kesempatan untuk dapat menunda penggunaan pajak pada tarif pajak penghasilan
lebih kecil/besar apabila dibandingkan dengan kesempatan yang terdapat pada tarif
pajak penghasilan dan akumulasi penghasilan perusahaan
Metode akuntansi terbaik yang akan dipergunakan oleh wajib pajak, sangat
bergantung kepada bentuk usaha dan ukuran besarnya perusahaan yang bersangkutan
serta sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Pasal 4 ayat (4) Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa :“
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib
menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak”.
Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa untuk kepentingan perpajakan, Wajib
Pajak harus menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tanpa mempersoalkan
prinsip pembukuan apa yang dipergunakan. Apabila telah dipilih salah satu prinsip
pembukuan tersebut, maka sesuai bunyi Pasal 28 ayat (5) Ketentuan Umum dan Tata cara
perpajakan berbunyi “ Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan
dengan stelsel akrual atau stelsel kas”.
a. Accounting Method
Pada dasarnya ada dua metode akunting yang prinsipil, apa yang disebut :
2) Prinsip atau metode akrual (the accrual method) atau disebut metode akrual
basis”
Khususnya cara pembukuan dengan metode cash basis adalah cara membukukan
penghasilan pada saat diterimanya penghasilan tersebut dan mengurangkan
pengeluarannya pada saat pengeluaran tersebut dibayar
Yang dimaksud dengan penghasilan disini adalah semua penghailan bruto yang
diterima dalam tahun tersebut, baik yang kas maupun yang setara kas, sedang
pengeluaran yang boleh dikurangkan adalah semua pengeluaran dalam tahun yang sama
baik kas maupun setara kas sepanjang pengeluaran tersebut seacara fiskal dapat
dikurangkan sebagai pengurangan.
Setara kas (cash equivalent), pada dasarnya merupakan konsep tentang transaksi
non-cash asset yang menghendaki agar non-cash asset tersebut dinilai sebesar nilai
pasar yang berlaku pada saat terjadinya transaksi tersebut atau dengan perkataan lain
atas transaksi pertukaran jasa yang bersifat non-cash asset, pada saat transaksi tersebut
terjadi, sudah dianggap sebagai penerimaan yang telah terealisir.
b. Accounting Period
Pemakaian tahun pajak, baik berdasarkan tahun takwim atau tahun buku harus
taat asas (konsisten). Hal ini terutama untuk mencegah kemungkinan adanya
penggeseran laba atau rugi, apabila Wajib Pajak diberi kebebasan untuk setiap
saat berganti tahun pajaknya. Oleh karena itu, apabila wajib pajak ingin
mengadakan perubahan tahun pajak, maka kepadanya diwajibkan untuk terlebih
dahulu meminta persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
Pada saat pertama kali memilih periode akunting tersebut wajib pajak
dihadapkan kepada dua pilihan antara tahun pajak yang sama dengan tahun takwim
atau tahun pajak dengan tahun buku, dengan beberapa petunjuk sebagai berikut :
Basis yang dikenal dalam rangka periode akunting ini adalah natural business
year yaitu suatu periode yang terdiri dari 12 (dua belas) bulan yang berakhir pada
saat aktivitas-aktivitas perusahaan berada pada titik rendahnya dalam suatu siklus
tahunan.
Laporan keuangan yang disiapkan pada akhir tahun dengan basis natural
business year akan menjaminkan pelaksanaan suatu siklus operasi tahunan
yang lebih akurat dan berisi lebih banyak fakta-fakta serta sebaliknya lebih
sedikit estimasi, sehingga dapat membentuk suatu analisis rasio dan
pendapat yang lebih cermat, terutama mengenai likuiditasnya. Hal ini akan
sangat menguntungkan dalam hal perusahaan merencanakan dan
mengintroduksi kebijksanaan baru pada awal natural business year atau
memperoleh kredit karena para bankir atau kreditur dapat menilai
operasinya lebih baik.