Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH PERPAJAKAN LANJUTAN

STRATEGI PERPAJAKAN

KELOMPOK II (DUA)

1. RATIH PURWASIH NIM. 01022682125001


2. SILKA GUSDIAN NIM. 01022682125002

DOSEN PENGASUH : Dr. Luk Luk Fuadah, MBA. Ak. C.A. (LF)

BKU AKUNTANSI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2021/2022
STRATEGI PERPAJAKAN

1. Tax Planning & Management Process

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan


pengendalian organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Perencanaan adalah salah satu unsur manajemen yang secara tidak langsung
menyatakan bahwa manajer harus terlebih dahulu memikirkan segala sesuatunya dengan
matang dengan tujuan dan tindakannya. Empat langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :

1. Menetapkan sasaran atau tujuan


2. Menentukan sesuatu sekarang
3. Mengidentifikasi pendukung dan penghambat tujuan
4. Mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan

Sebelum membicarakan strategi dasar dan langkah-langkah yang harus diperhatikaan


dalam penyusunan perencaaan pajak dan merupakan komponen-komponen sistem
manajemen pajak, ada baiknya diulang kembali pengertian perencanaan pajak, yaitu :

Perencanaan Pajak adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan


konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang
ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat
mengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui penghindaran
pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang merupakan
tindak pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi.

Suatu perencanaan pajak yang efektif tidak tergantung pada seorang ahli pajak yang
profesional, akan tetapi sangat bergantung pada kesadaran dan keterlibatan para pengambil
keputusan akan adanya impak pajak yang melekat pada setiap aktivitas perusahaannya.
2. Strategi Dasar

Dalam mengelola perpajakan ada 4 hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Pemahaman mengenai masalah perpajakan jangan dibatasi pada pemahaman


Undang-undang Pajak saja, tetapi juga harus meliputi Peraturan Pemerintah (PP),
Keputusan Presiden (Kepres), Surat Keputusan Menteri Keuangan, Surat
Keputusan/Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak, agar tidak ketinggalan jejak
mengenai segala ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Mengingat persoalan pajak adalah persoalan perundang-undangan maka hanya


otoritas legal yang berwenang memutuskan apa yang benar sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh ketentuan perundangan-undangan perpajakan tersebut.

3. Bahasa yang digunakan dalam surat keputusan atau surat edaran yang merupakan
interpretasi resmi undang-undang pajak atau petunjuk pelaksanaanya.

4. Teknik strategi penghindaran pajak merupakan kombinasi antara kepentingan bisnis


dan menguntungkan kedua belah pihak.

3. Langkah-langkah Pokok

Langkah–langkah yang harus mendapat perhatian dalam penyusunan perencanaan pajak


dan merupakan komponen-komponen dalam sistem manajemen adalah :

1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pokok

2. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan

3. Pengembangan rencana atau peringkat tindakan untuk mencapai tujuan.

4. Tax & Decision Making


Pada hakikatnya pengambilan keputusan merupakan proses mengevaluasi beberapa
alternatif yang tersedia. Ditinjau dari segi perpajakan alternatif tersebut pada umumnya
menyangkut masalah keuntungan dan biaya. Sebagian besar dari tindakan yang diambil
dalam rangka perpajakan dapat dikategorikan sebagai keuntungan pajak (tax benefit) atau
biaya pajak (tax cost). Para pengambil keputusan hendaknya merumuskan masalah yang
menyangkut biaya setelah pajak (after-tax-cost) dan keuntungan setelah pajak (after-tax-
profit) secara bersamaan tanpa mengabaikan masalah kepatuhan memenuhi kewajiban
perpajakan.

5. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan Pajak


a. Prinsip Taxable (Dapat Dipajaki) dan Deductible (Dapat Dikurangi)

Prinsip taxable dan deductible merupakan prinsip yang lazim digunakan dalam tax
planning, yang pada umumnya mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan
menjadi biaya yang boleh dikurangkan atau sebaliknya mengubah penghasilan yang
merupakan objek pajak menjadi penghasilan yang tidak objek pajak, dengan
konsekuensi terjadi perubahan pajak terutang akibat pengubahan tersebut.

b. Memaksimalkan pengecualian-pengecualian (Maximizing Exclusions)

Memaksimalkan pengecualian-pengecualian (maximizing exclusions) adalah


pengalihan penanaman dalam surat-surat berharga kedalam deposito berjangka
(sebelum perubahan terakhir, bunga deposito dikenakan PPh).

c. Memaksimalkan pengurangan (Maximizing Deductions)

Memaksimalkan pengurangan-pengurangan (maximizing deduction) adalah


pengalihan pemberian dalam bentuk natura ke bentuk tunjangan-tunjangan yang
dapat dikurangkan yang dianut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

d. Biaya Fiskal

Pasal-pasal yang harus mendapatkan perhatian seorang perencana pajak dalam


mendesain perencanaan pajaknya, sepanjang yang menyangkut biaya, adalah pasal
6 dan pasal 9 UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2000.
6. Pemilihan Bentuk Badan Usaha Yang Tepat
Pemilihan bentuk usaha yang tepat guna menjalankan bisnisnya merupakan faktor yang
penting dalam rangka meminimalkan beban pajak. Beberapa faktor pajak yang secara
prinsipil harus dipertimbangkan dalam melakukan pemilihan bentuk usaha adalah :

a. Bagaimana hubungan antara tarif pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi dan
tarif pajak penghasilan wajib pajak badan termasuk ketentuan khusus yang
mengatur hal ini

b. Pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba bruto usaha maupun
penghasilan dari pembagia keuntungan (deviden) kepada para pemegang sahamnya.

c. Kesempatan untuk dapat menunda penggunaan pajak pada tarif pajak penghasilan
lebih kecil/besar apabila dibandingkan dengan kesempatan yang terdapat pada tarif
pajak penghasilan dan akumulasi penghasilan perusahaan

d. Adanya ketentuan-ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto (kompensasi


kerugian) dan kredit investas yang berlaku bagi bentuk usaha tertentu.

e. Kemungkinan pengajuan perlakuan khusus terhadap pajak atas akumulasi laba,


pajak atas penghasilan personal holding company dan seterusnya

f. Liberalisasi ketentuan-ketentuan yang mengatur fringe benefit dan/atau payment in


kind.

7. Penggunaan Accounting Method dan Accounting Period dalam Tax Planning

Metode akuntansi terbaik yang akan dipergunakan oleh wajib pajak, sangat
bergantung kepada bentuk usaha dan ukuran besarnya perusahaan yang bersangkutan
serta sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Dalam undang-undang pajak tidak terdapat pasal yang mengharuskan Wajib


Pajak untuk menggunakan metode akuntansi tertentu, tetapi hanya mengharuskan bahwa
“Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan”.
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat(1) Undang-undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009.

Pasal 4 ayat (4) Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa :“
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib
menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak”.

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa untuk kepentingan perpajakan, Wajib
Pajak harus menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tanpa mempersoalkan
prinsip pembukuan apa yang dipergunakan. Apabila telah dipilih salah satu prinsip
pembukuan tersebut, maka sesuai bunyi Pasal 28 ayat (5) Ketentuan Umum dan Tata cara
perpajakan berbunyi “ Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan
dengan stelsel akrual atau stelsel kas”.

a. Accounting Method

Pada dasarnya ada dua metode akunting yang prinsipil, apa yang disebut :

1) Prinsip penerimaan dan pengeluaran cash (cash receipt and disbursment


method) atau disebut metode “cash basis”

2) Prinsip atau metode akrual (the accrual method) atau disebut metode akrual
basis”

Khususnya cara pembukuan dengan metode cash basis adalah cara membukukan
penghasilan pada saat diterimanya penghasilan tersebut dan mengurangkan
pengeluarannya pada saat pengeluaran tersebut dibayar

Yang dimaksud dengan penghasilan disini adalah semua penghailan bruto yang
diterima dalam tahun tersebut, baik yang kas maupun yang setara kas, sedang
pengeluaran yang boleh dikurangkan adalah semua pengeluaran dalam tahun yang sama
baik kas maupun setara kas sepanjang pengeluaran tersebut seacara fiskal dapat
dikurangkan sebagai pengurangan.

Setara kas (cash equivalent), pada dasarnya merupakan konsep tentang transaksi
non-cash asset yang menghendaki agar non-cash asset tersebut dinilai sebesar nilai
pasar yang berlaku pada saat terjadinya transaksi tersebut atau dengan perkataan lain
atas transaksi pertukaran jasa yang bersifat non-cash asset, pada saat transaksi tersebut
terjadi, sudah dianggap sebagai penerimaan yang telah terealisir.

Dengan demikian komponen-komponen penghasilan dan pengeluaran yang


merupakan elemen-elemen yang menggambarkan penghasilan kena pajak, tida berarti
harus selalu dalam bentuk uang cash, akan tetapi dalam menghitung penghasilan kena
pajak menurut metude ini dapat menggunakan tahun pajak yang tidak sama dengan
tahun takwim, yaitu tahun buku yang meliputi 12 (dua belas) bulan.

b. Accounting Period

Pemakaian tahun pajak, baik berdasarkan tahun takwim atau tahun buku harus
taat asas (konsisten). Hal ini terutama untuk mencegah kemungkinan adanya
penggeseran laba atau rugi, apabila Wajib Pajak diberi kebebasan untuk setiap
saat berganti tahun pajaknya. Oleh karena itu, apabila wajib pajak ingin
mengadakan perubahan tahun pajak, maka kepadanya diwajibkan untuk terlebih
dahulu meminta persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

Pada saat pertama kali memilih periode akunting tersebut wajib pajak
dihadapkan kepada dua pilihan antara tahun pajak yang sama dengan tahun takwim
atau tahun pajak dengan tahun buku, dengan beberapa petunjuk sebagai berikut :

1) Apabila suatu badan usaha memperoleh penghasilan puncaknya dalam


beberapa bulan saja dan beban yang berat dibulan-bulan lainnya, maka
hendaknya tahun pajak pertama dari perusahaan yang semacam ini
mencakup bulan-bulan penghasilan puncaknya dengan semua
pengurangan-pengurangan yang dimungkinkan.
2) Apabila terdapat perbandingan antara penghasilan dan pengurangannya
yang sudah agak seimbang, maka ada baiknya kalau tahun pajak
pertama ditetapkan sebelum periode memperoleh keuntungan yang
lebih besar dan sementara itu uang pajak yang dapat ditunda tersebut
dapat digunakan lebih dulu dalam usaha perusahaan.

c. Natural Business Year

Basis yang dikenal dalam rangka periode akunting ini adalah natural business
year yaitu suatu periode yang terdiri dari 12 (dua belas) bulan yang berakhir pada
saat aktivitas-aktivitas perusahaan berada pada titik rendahnya dalam suatu siklus
tahunan.

-Keunggulan penggunaan natural business year :

o Inventarisasi fisik persediaan

Inventarisasi fisik persediaan dapat dilakukan dengan biaya yang lebih


rendah dan aktivitas-aktivitas normalperusahaan tidak akan banyak
terganggu karenanya. Persediaan yang lebih sedikit berarti perhitungan,
pengecekan dan pengikhtisaran dapat dilakukan dengan lebih mudah.

o Laporan keuangan wajib pajak akan lebih akurat

Pada dasarnya laporan keuangan tersebut merupakan resultante dari


matching antara penghasilan dan biaya-biaya. Dengan saldo persedian yang
lebih kecil dan piutang yang lebih kecil, lebih sedikit pula estimasi yang
perlu dilakukan. Taksiran penghapusan piutang ragu-ragu dan taksiran-
taksiran lain akan menjadi lebih kecil karena saldo aktiva yang lebih rendah
itu. Wajib pajak berada dalam posisi yang lebih baik untuk mencocokan
penghasilannya dengan biaya-biaya dan pengeluaran- pengeluarannya untuk
mendapatkan gambaran yang lebih mendekati kebenaran tentang
penghasilan riilnya dalam tahun yang bersangkutan.
o Penyiapan laporan yang lebih informatif untuk tujuan-tujuan perencanaan
pengendalian dan memperoleh kredit

Laporan keuangan yang disiapkan pada akhir tahun dengan basis natural
business year akan menjaminkan pelaksanaan suatu siklus operasi tahunan
yang lebih akurat dan berisi lebih banyak fakta-fakta serta sebaliknya lebih
sedikit estimasi, sehingga dapat membentuk suatu analisis rasio dan
pendapat yang lebih cermat, terutama mengenai likuiditasnya. Hal ini akan
sangat menguntungkan dalam hal perusahaan merencanakan dan
mengintroduksi kebijksanaan baru pada awal natural business year atau
memperoleh kredit karena para bankir atau kreditur dapat menilai
operasinya lebih baik.

-kerugian penggunaan natural business year

o Di tahun-tahun pertama setelah perubahan periode akunting, akan terdapat


kesulitan dalam angka-angka untuk keperluan studi perbandingan.

o Apabila anggota industri jenis lainnya menggunakan periode akunting yang


berbeda-beda, maka akan terdapat kesulitan membandingkan hasilnya
dengan industri sejenis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Zain, Mohammad. 2018. Manajemen Perpajakan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai