Anda di halaman 1dari 10

Tentang Perencanaan Pajak Berdasarkan Lingkungan Usaha Domestik (Lju Domestik):

1. Bagaimana pengaruh lingkungan perpajakan terhadap perekonomian?


Jawab : Lingkungan perpajakan yang kondusif dapat mendorong pertumbuhan
perekonomian. Hal ini karena sistem perpajakan yang baik dapat menciptakan iklim usaha
yang sehat dan efisien. Sebaliknya, lingkungan perpajakan yang tidak kondusif dapat
menghambat pertumbuhan perekonomian.

Berikut adalah beberapa contoh pengaruh lingkungan perpajakan terhadap perekonomian:

* *Kebijakan fiskal pemerintah* dapat mempengaruhi konsumsi, investasi, dan produksi.


* *Perkembangan ekonomi* dapat mempengaruhi penerimaan pajak.
* *Teknologi informasi* dapat memudahkan administrasi perpajakan.
* *Perubahan sosial dan budaya* dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak.

2. Bagaimana cara pemerintah dapat meningkatkan kualitas lingkungan perpajakan?*

Pemerintah dapat meningkatkan kualitas lingkungan perpajakan dengan melakukan


beberapa hal berikut:

* *Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sistem perpajakan*


* *Menyederhanakan peraturan perpajakan*
* *Meningkatkan efektivitas administrasi perpajakan*
* *Meningkatkan kerja sama internasional di bidang perpajakan*

Dengan meningkatkan kualitas lingkungan perpajakan, pemerintah dapat menciptakan iklim


usaha yang sehat dan efisien, sehingga dapat mendorong pertumbuhan perekonomian.

Berikut adalah beberapa contoh upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas lingkungan
perpajakan:

* **Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang


Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP)**. UU HPP ini bertujuan untuk
menyederhanakan peraturan perpajakan dan meningkatkan efektivitas administrasi
perpajakan.
* *Pemerintah juga telah menandatangani perjanjian perpajakan internasional dengan
beberapa negara*. Perjanjian perpajakan internasional ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya penghindaran pajak.

3. Mengapa perusahaan perlu melakukan perencanaan pajak atas PPN?


Jawab : Hal ini dilakukan agar perusahaan tidak melakukan kelebihan pembayaran PPN.
Kelebihan tersebut dapat terjadi karena:
1. Jumlah Pajak Masukan yang dibayarkan lebih besar daripada jumlah Pajak
Keluaran yang dipungut dalam suatu Masa Pajak yang disebabkan oleh:
a. PKP melakukan pembelian/impor BKP atau JKP pada masa investasi atau pada
awal usaha dimulai.
b. Ekspor BKP oleh PKP.
c. PKP menyerahkan BKP atau PKP kepada pemungut PPN.
d. PKP menyerahkan BKP atau JKP yang memperoleh fasilitas “Pajak yang
Terutang Tidak Dipungut” atau lebih sering disebut “PPN dan PPnBM Tidak
Dipungut”.
2. Selain itu kemungkinan terjadi kelebihan pembayaran bukan disebabkan Pajak
Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran, melainkan semata-mata disebabkan oleh
kekeliruan pemungutan pajak yang dilakukan oleh PKP. Peristiwa ini dinamakan kelebihan
pembayaran pajak karena terjadi pembayaran pajak yang salah dipungut

4. Mengapa efisiensi dalam tax planning diperlukan?


Jawab: Efisiensi dalam tax planning diperlukan karena pajak merupakan biaya yang harus
dikeluarkan oleh wajib pajak, baik perusahaan maupun perorangan. Dengan melakukan tax
planning yang efisien, wajib pajak dapat meminimalkan beban pajak yang harus dibayarnya,
sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau kesejahteraannya.

5. Apa yang dimaksud dengan Lingkungan Usaha Domestik (Lju Domestik) dalam konteks
perencanaan pajak?

Jawaban: Lingkungan Usaha Domestik (Lju Domestik) mengacu pada semua faktor dan kondisi yang
terkait dengan bisnis yang beroperasi dalam satu negara atau yurisdiksi tertentu. Ini mencakup
aspek-aspek seperti peraturan pajak, hukum perpajakan, peraturan akuntansi, kebijakan pemerintah,
tarif pajak, dan peraturan lingkungan yang berlaku di negara tersebut.

6. Mengapa perencanaan pajak berdasarkan Lju Domestik penting bagi perusahaan?

Jawaban: Perencanaan pajak berdasarkan Lju Domestik penting karena berpengaruh pada
keuntungan dan keberlanjutan bisnis perusahaan di suatu negara. Dengan memahami dan
memanfaatkan kondisi perpajakan dan regulasi di negara tersebut, perusahaan dapat
mengoptimalkan kewajiban pajaknya, mengurangi biaya pajak, dan meningkatkan profitabilitasnya.

7. Apa peran utama perencanaan pajak dalam Lju Domestik?

Jawaban: Perencanaan pajak dalam Lju Domestik memiliki beberapa peran utama, termasuk:

a. Mengidentifikasi peluang pengurangan beban pajak: Mengidentifikasi metode dan strategi untuk
mengurangi beban pajak yang sah, seperti manfaatkan insentif pajak, pengurangan pajak terapan,
dan peluang lainnya.
b. Menyusun struktur perusahaan yang efisien dari segi pajak: Merancang struktur bisnis yang
optimal dari segi pajak untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan dan meminimalkan kewajiban
pajak.

c. Mematuhi peraturan perpajakan: Memastikan perusahaan mematuhi semua peraturan


perpajakan yang berlaku di negara tersebut untuk menghindari sanksi dan denda.

d. Mengelola risiko pajak: Mengidentifikasi potensi risiko pajak dan mengambil langkah-langkah
untuk mengelolanya secara efektif, termasuk persiapan untuk audit perpajakan jika diperlukan.

e. Membantu perusahaan beradaptasi dengan perubahan regulasi: Mengikuti perkembangan


perubahan hukum perpajakan dan mengadaptasi strategi pajak perusahaan sesuai kebijakan yang
baru.

8. Apa contoh strategi perencanaan pajak yang dapat diterapkan dalam Lju Domestik?

Jawaban: Beberapa contoh strategi perencanaan pajak dalam Lju Domestik meliputi:

a. Pemanfaatan insentif pajak: Mengidentifikasi dan memanfaatkan insentif pajak yang diberikan
oleh pemerintah untuk industri tertentu atau jenis investasi.

b. Transfer pricing: Menentukan harga transfer yang adil antara anak perusahaan atau divisi dalam
perusahaan untuk meminimalkan beban pajak.

c. Struktur kepemilikan yang efisien: Merancang struktur kepemilikan bisnis yang memaksimalkan
manfaat pajak, seperti penggunaan pasangan usaha atau entitas terpisah.

d. Penggunaan pemotongan pajak: Memanfaatkan pemotongan pajak yang tersedia, seperti


pemotongan biaya operasional atau investasi tertentu.

e. Pengelolaan keuntungan: Mengoptimalkan alokasi keuntungan di antara anak perusahaan atau


divisi untuk mengurangi kewajiban pajak.

9. Apakah perencanaan pajak selalu legal dalam Lju Domestik?


Jawaban: Perencanaan pajak yang sah dan etis harus selalu mematuhi hukum perpajakan yang
berlaku. Namun, ada perbedaan antara perencanaan pajak yang sah dan tindakan yang dapat
dianggap sebagai penghindaran pajak ilegal. Penghindaran pajak ilegal melibatkan praktik-praktik
yang bertujuan untuk mengelakkan kewajiban pajak tanpa mematuhi hukum. Oleh karena itu,
perusahaan harus berhati-hati untuk memastikan bahwa perencanaan pajak yang mereka terapkan
sesuai dengan hukum perpajakan yang berlaku dalam Lju Domestik mereka.

Demikianlah beberapa pertanyaan dan jawaban mengenai perencanaan pajak berdasarkan


Lingkungan Usaha Domestik (Lju Domestik). Perencanaan pajak adalah aspek penting dalam
mengelola bisnis di suatu negara dan dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan keuangan
perusahaan.

Presentasi berjudul: "Perencanaan Pajak Domestik"— Transcript presentasi:

1 Perencanaan Pajak Domestik

2 Perencanaan Pajak Perencanaan pajak dapat di bagi menjadi dua yaitu:


A. Perencanaan pajak nasional (national tax planning)

B. Perencanaan pajak internasional ( iternational tax planning)

Dalam melakukan perencanaan pajak nasional maupun internasional,yang sering


dilakukan adalah dengan melakukan:

a. Penghindaran tarif pajak tertinggi,baik dengan memanfaatkan bunga,investasi, maupun


arbitrasekerugian (losses arbitrage).

b. Percepaatan pengakuan pendapatan ( terutama untuk ppn )c. Alokasi pajak ke


beberapa wajib pajak maupun tahun pajak .d. Penangguhan pembayaran pajak.e. Tax
exclusive maximizationf. Transformasi pendapatan yang terkena pajak ke pendapatan
yang tidak terkena pajak.g. Transformasi beban yang tidak boleh di kurangi pajak ke
beban-beban yang boleh di kurangi pajak.h. Penciptaan maupun percepatan beban-beban
yang boleh di kurangi pajak.

4 Aspek Kebijakan Akuntansi dan Administrasi


Perbedaan antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak untuk perhitungan laba
kena pajak meliputi : a. Sistem pengakuan penghasilan dan beban. b. Sistem penilaian
persediaan. c. Metode penyusutan. d. Penilaian kembali aset tetap. e. Sewa guna usaha
( leasing).

5 Administrasi pajak adalah metode untuk meyakinkan bahwa apa yang dilaksanakan telah
sesuai dengan yang direncanakan. Pada intinya administrasi perpajakan adalah bentuk dari
suatu sistem untuk mengendalikan masalah pajak perusahaan, yang harus mencakup hal-
hal berikut: a. Memeriksa transaksi-transaksi utama yang mempunyai dampak perpajakan
cukup signifikan , menjamin bahwa transaksi tsb telah dicatat sesuai dengan undang-
undang dan kebijakan perusahaan. b. Menciptakan sistem pengawasan internal untuk
menjamin bahwa berbagai kewajiban perpajakan telah diikuti dengan benar.

6 Aspek Lingkungan Perpajakan


TargetPemerintah melalui Dirjen pajak memiliki target untuk meningkatkan penarikan pajak
tiap tahunnya.Pemeriksaan pajakPemeriksaan pajak adalah aspek penting lainnya yang
dapat mempengaruhi strategi bagi seorang manajer perusahaan. Secara teori pemeriksaan
pajak oleh Dirjen pajak tujuannya jelas untuk memasukkan bahwa wajib pajak :a. Telah
membayar pajak dengan benar.b. Tidak menyalah gunakan sistem self assesmentHak
mengajukan keberatanHal ini merupakan aspek ketiga yang penting dari masalah
perpajakan. meskipun hak untuk mengajukan keberatan di perbolehkan oleh UU , tingkat
efektivitasnya bagi WPadalah terbatas.

7 Perencanaan Pajak Untuk Menefisienkan Beban Pajak


Strategi mengefisienkan beban pajak dari berbagai literatur dapat di jabarkan sebagai
berikut: a. Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum yang yang
tepat sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha. b. Memilih lokasi perusahaan yang akan
didirikan. c. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau semaksimal mungkin dari
berbagai pengecualian , potongan , pengurangan atas PKP yang diperbolehkan UU. d.
Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga diatur mengenai penggunaan tarif
pajak yang menguntungkan antara masing- masing badan usaha. e. Mendirikan perusahaan
ada yang sebagai pusat laba dan ada sebagai pusat biaya.

8 Perencanaan Pajak Untuk Menefisienkan Beban Pajak


f. Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura dan
kenikmatan (fringe benefit) dapat sebagai salah satu pilihan untuk menghindari lapisan tarif
pajak maksimum (shift to lower blocket). g. Pemilihan metode penilaian persediaan. h.
Untuk pendanaan aset tetap dapat mempertimbangkan sewa guna usaha dengan hak opsi.
i. Melalui pemilihan metode penyusutan yang di perbolehkan peraturan perpajakan yang
berlaku. j. Menghindari dari pengenaan pajak dengan cara mengarahkan pada transaksi
yang bukan objek pajak. k. Mengoptimalkan kredit pajak yang di perkenankan.

9 Perencanaan Pajak Untuk Pajak Penghasilan


Sebelum melakukan strategi perencanaan pajak,terlebih dahulu harus dipahami
adanya Perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak .1. Laba Akuntansi vs
Penghasilan Kena PajakLaba AkuntansiLaba akuntansi (accounting statement) disebut juga
laba komersial adalah pengukuran laba yang lazim di gunakan dalam dunia bisnis. Laba
akuntansi sering dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laba
akuntansi tsb perhitungannya bertumpu pada pendapatan dengan biaya2 terkait

10 Pendapatan timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut:


A. Penjualan barang.B. Penjualan jasa.C. Penggunaan aset perusahaan oleh pihak-pihak
lain yang menghasilkan bunga, royalti, dandividen.Penghasilan Kena PajakPKP merupakan
laba yang di hitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku ,yaitu UU No 7 thn
Untuk menghitung PKP, minimal ada lima komponen yang perlu di perhatikan
sbb:a. Penhasilan yang menjadi objek.b. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek
pajak.c. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final.d. Biaya yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.e. Biaya yang tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto.

11 2. Penghasilan Yang Menjadi Objek Pajak Berdasarkan pasal 4 ayat (1) UU pajak
penghasilan , objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh wajib pajak ,baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia , yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan dengan nama & dlm bentuk apapun, termasuk: a. Penggantian atau
imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterimaatau diperoleh termasuk gaji,
upah, tunjangan honorarium, komisi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya. b.
Hadiah dari undian , pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan c. Laba usaha d.
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta e. Penerimaan kembali
pembayaran pajak yg telah di bebankan sebagai biaya f. Bunga termasuk premium,
diskonto, dan imbalan karena penjaminan pengambilan utang. g. Deviden. h. Royalti, dll.

12 3. Penghasilan Yang Dikecualikan Sebagai Objek Pajak Pengecualian objek pajak diatur
dalam pasal 4 (3) UU pajak penghasilan, yaitu: a. 1) bantuan atau sumbangan ,termasuk
zakat yang diterima oleh badan amil 2) harta hibahan yg diterima oleh keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan ,badan pendidikan, badan
sosial. b. warisan. c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham. d. penggantian atau
imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang di terima atau diperoleh dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah. e. pembayaran dari
perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan ,
asuransi kecelakaan,asuransi jiwa. f. deviden atau bagian laba yang diterima atau di peroleh
perseroan terbatas. g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah di sahkan oleh Mentri Keuangan.

13 4. Penghasilan Yang Pajaknya Dikenakan Secara Final


Terdiri atas: transaksi penjualan efek di bursa efek, hadiah undian (20% x jumlah bruto),
bunga deposito, penghasilan hak atas tanah dan bangunan, penghasilan dan sewa atas
tanah, penghasilan pelayara dalam Negeri, penghasilan jasa konstruksi.

14 5. Biaya yang Boleh di Kurangkan Dari Penghasilan Bruto


Terdiri atas :pembagin laba dengan nama dan dalam bentuk apapu seperti deviden, biaya
yang dibebankan untuk kepentingan pribadi, premi asuransi kesehatan dan kecelakaan,
penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaaan/jasa, pajak penghasilan, dll

15 6. Biaya yang Boleh Dikurangkan Sebesar 50%


Terdiri atas : biaya perolehan atau pembelian telepon yang dimiliki atau dipergunakan oleh
perusahaa, biaya berlanggan atau pengisian ulang pulsaatau perbaikan besar kendaraan
sedan, biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan.

16 Strategi Yang Dapat Digunakan Untuk Mengefisienkan Beban PPH Badan


a. Pemilihan alternatif dasar pembukuan , basis kas atau basis akrual. b. Pengelolaan
transaksi yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan kepada karyawan. c. Pemilihan
metode penilaian persediaan. d. Pemilihan sumber dana dalam pengadaan aset tetap. e.
Pemilihan metode penyusutan aset tetap dan amortisasiatas aset tak berwujud. f. Transaksi
yang berkaitan dengan perusahaan sebagai pemugut pajak . g. Optimalisasi pengkreditan
pajak penghasilan yang telah di bayar. h. Pengajuan penurunan angsuran masa pph pasal
25. i. Rekonsiliasi SPT. j. Penyertaan modal pada perseroan terbatas dalam negeri.

17 Strategi Efisiensi PPh Badan


Usahakan Penghasilan tsb termasuk dalam Non Taxable Income Cfm Pasal 4 ayat (3) UU
PPh (Maximize exemption)Maximizing Deductible ExpenseMenunda PenghasilanPercepat
Pembebanan BiayaPemilihan Alternatif Dasar PembukuanOptimalisasi pengkreditan pajak
yang telah dibayarPermohonan penurunan pembayaran angsuran PPh pasal 25Pengelolaan
transaksi yang biayanya tidak boleh dikurangkan secara fiskal

18 Strategi Efisiensi PPh Badan


Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan kepada
karyawanTransaksi yang berkaitan dengan withholding taxPerlakuan atas Penyertaan pada
Perseroan Terbatas dalam NegeriMerger antara perusahaan yang terus menerus rugi
dengan perusahaan yang labaPemecahan Satu Perusahaan Menjadi beberapa
PerusahaanPengelolaan Transaksi AfiliasiPengajuan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22
dan PPh Pasal 23

19 Strategi Efisiensi PPh Badan


Kebijakan Piutang tak tertagihKebijakan Penempatan DepositoPengelolaan Biaya
EntertainmentEkualisasi SPT PPh Badan dengan PPh Pasal 21, 23/26, Final dan PPNHindari
Beban Pajak Orang Lain

20 Strategy efisiensi atas biaya kesejahteraan karyawan


Memanfaatkan biaya natura yang merupakan keharusanMemanfaatkan biaya makanan dan
minuman untuk karyawan.Jika laba kena pajak diatas Rp 100 juta dan pengenaan PPh
badannya tidak final, kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura diupayakan seminimal
mungkin.Jika rugi, merubah pemberian natura menjadi tunjangan berupa uang hanya akan
menaikkan PPh pasal 21 sementara PPh Badan tetap nihil.

21 Transaksi yang berkaitan dengan withholding tax


Perusahaan yg membayarkan withholding tax, pajak yang dibayarkan ini tidak boleh
dibebankan sebagai biayaNilai transaksi digross-up, sehingga nilai transaksi dalam kontrak
sudah termasuk pajak yang harus dipungut

22 PENYERTAAN PADA PT DALAM NEGERI


Dividen atas penyertaan pada PT Dalam Negeri tidak menjadi objek pajak jika :Dividen
berasal dari cadangan laba yang ditahanKepemilikan saham minimum 25 % dari jumlah
modal yang disetorHolding Company harus mempunyai usaha aktif di luar penyertaan
tersebut

23 Dalam hal perusahaan mempunyai usaha aktif


1. Investasi pada perusahaan listed a. Biaya bunga atas pinjaman yang digunakan untuk
pembelian saham tidak boleh dibiayakan b. Karena atas transaksi saham di bursa efek
dikenakan PPh Final saat transaksi, maka biaya bunga tersebut tidak perlu dikapitalisasi 2.
Investasi pada perusahaan non listed a. Biaya bunga atas pinjaman yang digunakan untuk
pembelian saham tidak boleh dibiayakan dan harus dikapitalisasi sebagai penambah harga
perolehan saham b. Selisih antara harga perolehan saham dengan harga jual diakui sebagai
laba atau rugi

24 Holding di luar negeri Beberapa kemungkinan yang perlu diperhatikan:


Negara tersebut tidak termasuk di salah satu dari negara yang disebutkan dalam KMK
nomor: 650/KMK.04/1994, sebab walaupun holding tersebut tidak membagikan dividen,
tetap terhutang pajak penghasilan di IndonesiaNegara tersebut mempunyai tax treaty
dengan Indonesia, sehingga tariff pemotongan pajak atas dividennya lebih rendah dari tariff
umumNegara tersebut tidak mengenakan pajak penghasilan ataupun mengenakan dengan
tariff yang lebih rendah dari tariff pajak penghasilan Indonesia

25 Permohonan Pengurangan PPh Pasal 25


Jika diproyeksikan dalam tahun berjalan akan terjadi penurunan laba kena pajak,
dikhawatirkan pada akhir tahun akan terjadi kelebihan pembayaran PPh Pasal 25 WP dapat
mengajukan permohonan penurunan Angsuran PPh Ps. 25 disertai proyeksi laba pada akhir
tahun dan alasan terjadinya penurunan laba.

26 Ekualisasi PPh Badan dengan PPh Pasal 21, 23/26, Final dan PPN
Ekualisasi PPh Badan dengan PPN

27 Strategi efisiensi PPh 21


Perusahaan dalam keadaan untung dan sebagian besar karyawan penghasilannya berada
pada level PPh 5 % - 25 % dengan merubah pemberian natura menjadi tunjangan
kasPerusahaan dalam keadaan rugi, lebih banyak memberikan imbalan pada karyawan
dalam bentuk natura

28 PPh Pasal 23/26/Final – Strategi efisiensi


Perhatikan jenis objek pajak dan tarif pajakUntuk PPh Final, hindari penggunaan konsultan
berjenjang agar biaya lebih murahUntuk transaksi LN, pastikan diperoleh Certificate of
Residence

29 PPh Pasal 23/26/Final – Strategi efisiensi


Jika pihak ketiga tidak mau dipotong PPh Pasal 23/26Perusahaan membayarkan withholding
tax, pajak yang dibayarkan ini tidak boleh dibebankan sebagai biaya.Nilai transaksi digross
up, sehingga nilai transaksi dalam kontrak sudah termasuk pajak yang harus dipungut.

30 PERENCANAAN PAJAK UNTUK PPN


1. Penundaan Pembayaran PPN 2. Penggunaan Faktur Pajak Sederhana 3. Menghindari
Sanksi Administrasi yang Berkaitan Dengan Faktur Pajak 4. Perencanaan PPN Lainnya

31 Perencanaan Pajak Untuk Pajak Pertambahan Nilai


Dapat dilakukan sbb: a. Memaksimalkan PPN masukan yang dapat di kreditkan ;
perusahaan sebaiknya memperoleh BKP/JKP dari pengusaha kena pajak, supaya
masukannya dapat dikreditkan. b. Dalam hal pengajuan BKP/JKP yang pembayarannya
belum diterima , pembuatan faktur pajak bisa di tunda sampai akhir bulan berikutnya
setelah penyerahan BKP/JKP.

32 Penelaahan PajakPenelaahan pajak adalah kegiatan penelaahan terhadap seluruh


kewajiban perpajakan yang ada dalam suatu perusahaan dan pelaksanaan pemenuhan
kewajiban-kewajiban tsb, baik dari cara perhitungan, pemotongan, penyetoran dan
pelunasan maupun pelaporannya untuk menilai kepatuhan pajak.

33 Dalam melaksanakan penelaah pajak, prosedur-prosedur yang perlu di jalankan adalah


sebagai berikut: 1. Pajak penghasilan badan. 2. Pajak penghasilan pasal Pajak penghasilan
pasal 22,23,26, dan pajak penghasilan final. 4. Pajak penghasilan pasal PPN dan PPnBM.

34 1. Pemilihan Bentuk Badan Usaha


Berupa PT atau CV? • Analisis aturan perpajakan: 1. Seperti diketahui pembagian laba atau
keuntungan dari PT kepada anggota/pengurus yg berstatus orang pribadi disamakan atau
dianggap sebagai deviden (Ps.4 ayat 1 huruf g UU PPh) merupakan objek PPh. 2. Sebaliknya,
bagian keuntungan yg diterima anggota/pengurus untuk CV bukan merupakan objek pajak
Ps.4 ayat 3 huruf I UU PPh.

35 1. Pemilihan Bentuk Badan Usaha


• Contoh Analisis: A. Jika berbentuk PT. ABC. • Penghasilan Rp ,00 • GajiDirektur Rp ,00 Laba
Kena Pajak Rp ,00 • PPh (25%) Rp ,00 • Laba Stl Pajak Rp ,00

36 1. Pemilihan Bentuk Badan Usaha


Jika 50% dibagikan kepada pemegang saham (perseorangan), maka terutang
PPh Ps.23 sebesar = 15% x 50% x Rp ,00 = Rp ,00 • PPh 21 atas Gaji Direktur: GajiDirektur
Rp ,00 Pengurangan Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 PPh (5%,15%) Rp

37 Total Beban Pajak Bentuk PT: PPh Badan Rp 212. 500. 000,00 PPh Ps
Total Beban Pajak Bentuk PT: PPh Badan Rp ,00 PPh Ps. 23 Deviden Rp ,00 PPh Ps. 21 Rp
Jumlah Beban PPh Rp ,00 Rasio= X 100% = 27,03% ,00

38 1. Pemilihan Bentuk Badan Usaha


B. Jika berbentuk CV. ABC. • Penghasilan Rp ,00 • Gaji Direktur Rp 0,00 Laba Kena Pajak
Rp ,00 • PPh (25%) Rp ,00 • Laba Stl Pajak Rp ,00 • Laba Stl Pajak ini dibagi kpd pengurus
CV.ABC, maka bagian masing‐masing pengurus bukan lagi objek pajak sehingga beban
pajak hanya 25%

39 Total Beban Pajak Bentuk PT dibanding CV:


PPh Badan 27,03% PPh CV 25,00% Penghematan 2,03% • Ditambah penghasilan diterima
oleh anggotapengurus masing masing CV tdk terutang pajak, karena mereka tdak
menerima gaji.

41 contohMisalkan, PT Megah memperoleh omset Rp ,- dengan total biaya sebesar Rp ,-.


Katakanlah PT Megah memiliki kewajiban untuk memotong dan menyetor PPh Pasal 21
sebesar Rp ,- maka dalam hal ini PT Megah dapat memilih apakah PPh Pasal 21 tersebut
akan ditanggung perusahaan dengan cara memberikan Tunjangan PPh Pasal 21 atau tidak.
Atau dengan kata lain, apakah PT Megah ingin agar PPh Pasal 21 sebesar Rp ,- itu dibiayakan
juga atau tidak?

42 PenyelesaianJika PT Megah ingin agar PPh Pasal 21 sebesar Rp ,- tersebut juga bisa
dibiayakan, maka PT Megah dapat memberikan Tunjangan PPh Pasal 21. Dengan demikian,
total biaya usaha menjadi:Rp ,- (Rp ,- + Rp ,-) = Rp ,-.dan laba neto usaha turun menjadi Rp ,-.
Sehingga PPh Badan yang harus dibayar adalah :Rp ,- x 25% = Rp ,-.

43 Akan tetapi, karena memberikan Tunjangan PPh Pasal 21 sebesar Rp 25


Akan tetapi, karena memberikan Tunjangan PPh Pasal 21 sebesar Rp ,- maka atas
Tunjangan PPh Pasal 21 tersebut juga harus diperhitungkan dan disetorkan PPh Pasal 21.

44 Dengan asumsi bahwa atas Rp 25. 000


Dengan asumsi bahwa atas Rp ,- dikenakan tarif rata-rata 5%, maka tambahan PPh Pasal 21
yang harus disetor adalah:5% x Rp ,- = Rp ,-.Dengan demikian, total pajak yang harus
dibayar oleh PT Megah adalah = PPh BadanRp = Rp

45 Apabila PT Megah memilih tidak memberikan Tunjangan PPh Pasal 21 (artinya PPh Pasal
21 yang semula Rp ,- ditanggung sendiri tanpa memberikan tunjangan pajak), maka PPh
Badan menjadi = Rp Rp ,- = x 25% = Rp Sedangkan PPh Pasal 21 yang harus disetor tetap
sebesar Rp ,- sehingga total pajak yang harus dibayar PT Megah ke Kas Negara adalah Rp ,-
(+) Rp ,- = Rp ,-.

Anda mungkin juga menyukai