Berikut adalah beberapa contoh upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas lingkungan
perpajakan:
5. Apa yang dimaksud dengan Lingkungan Usaha Domestik (Lju Domestik) dalam konteks
perencanaan pajak?
Jawaban: Lingkungan Usaha Domestik (Lju Domestik) mengacu pada semua faktor dan kondisi yang
terkait dengan bisnis yang beroperasi dalam satu negara atau yurisdiksi tertentu. Ini mencakup
aspek-aspek seperti peraturan pajak, hukum perpajakan, peraturan akuntansi, kebijakan pemerintah,
tarif pajak, dan peraturan lingkungan yang berlaku di negara tersebut.
Jawaban: Perencanaan pajak berdasarkan Lju Domestik penting karena berpengaruh pada
keuntungan dan keberlanjutan bisnis perusahaan di suatu negara. Dengan memahami dan
memanfaatkan kondisi perpajakan dan regulasi di negara tersebut, perusahaan dapat
mengoptimalkan kewajiban pajaknya, mengurangi biaya pajak, dan meningkatkan profitabilitasnya.
Jawaban: Perencanaan pajak dalam Lju Domestik memiliki beberapa peran utama, termasuk:
a. Mengidentifikasi peluang pengurangan beban pajak: Mengidentifikasi metode dan strategi untuk
mengurangi beban pajak yang sah, seperti manfaatkan insentif pajak, pengurangan pajak terapan,
dan peluang lainnya.
b. Menyusun struktur perusahaan yang efisien dari segi pajak: Merancang struktur bisnis yang
optimal dari segi pajak untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan dan meminimalkan kewajiban
pajak.
d. Mengelola risiko pajak: Mengidentifikasi potensi risiko pajak dan mengambil langkah-langkah
untuk mengelolanya secara efektif, termasuk persiapan untuk audit perpajakan jika diperlukan.
8. Apa contoh strategi perencanaan pajak yang dapat diterapkan dalam Lju Domestik?
Jawaban: Beberapa contoh strategi perencanaan pajak dalam Lju Domestik meliputi:
a. Pemanfaatan insentif pajak: Mengidentifikasi dan memanfaatkan insentif pajak yang diberikan
oleh pemerintah untuk industri tertentu atau jenis investasi.
b. Transfer pricing: Menentukan harga transfer yang adil antara anak perusahaan atau divisi dalam
perusahaan untuk meminimalkan beban pajak.
c. Struktur kepemilikan yang efisien: Merancang struktur kepemilikan bisnis yang memaksimalkan
manfaat pajak, seperti penggunaan pasangan usaha atau entitas terpisah.
5 Administrasi pajak adalah metode untuk meyakinkan bahwa apa yang dilaksanakan telah
sesuai dengan yang direncanakan. Pada intinya administrasi perpajakan adalah bentuk dari
suatu sistem untuk mengendalikan masalah pajak perusahaan, yang harus mencakup hal-
hal berikut: a. Memeriksa transaksi-transaksi utama yang mempunyai dampak perpajakan
cukup signifikan , menjamin bahwa transaksi tsb telah dicatat sesuai dengan undang-
undang dan kebijakan perusahaan. b. Menciptakan sistem pengawasan internal untuk
menjamin bahwa berbagai kewajiban perpajakan telah diikuti dengan benar.
11 2. Penghasilan Yang Menjadi Objek Pajak Berdasarkan pasal 4 ayat (1) UU pajak
penghasilan , objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh wajib pajak ,baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia , yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan dengan nama & dlm bentuk apapun, termasuk: a. Penggantian atau
imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterimaatau diperoleh termasuk gaji,
upah, tunjangan honorarium, komisi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya. b.
Hadiah dari undian , pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan c. Laba usaha d.
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta e. Penerimaan kembali
pembayaran pajak yg telah di bebankan sebagai biaya f. Bunga termasuk premium,
diskonto, dan imbalan karena penjaminan pengambilan utang. g. Deviden. h. Royalti, dll.
12 3. Penghasilan Yang Dikecualikan Sebagai Objek Pajak Pengecualian objek pajak diatur
dalam pasal 4 (3) UU pajak penghasilan, yaitu: a. 1) bantuan atau sumbangan ,termasuk
zakat yang diterima oleh badan amil 2) harta hibahan yg diterima oleh keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan ,badan pendidikan, badan
sosial. b. warisan. c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham. d. penggantian atau
imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang di terima atau diperoleh dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah. e. pembayaran dari
perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan ,
asuransi kecelakaan,asuransi jiwa. f. deviden atau bagian laba yang diterima atau di peroleh
perseroan terbatas. g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah di sahkan oleh Mentri Keuangan.
26 Ekualisasi PPh Badan dengan PPh Pasal 21, 23/26, Final dan PPN
Ekualisasi PPh Badan dengan PPN
37 Total Beban Pajak Bentuk PT: PPh Badan Rp 212. 500. 000,00 PPh Ps
Total Beban Pajak Bentuk PT: PPh Badan Rp ,00 PPh Ps. 23 Deviden Rp ,00 PPh Ps. 21 Rp
Jumlah Beban PPh Rp ,00 Rasio= X 100% = 27,03% ,00
42 PenyelesaianJika PT Megah ingin agar PPh Pasal 21 sebesar Rp ,- tersebut juga bisa
dibiayakan, maka PT Megah dapat memberikan Tunjangan PPh Pasal 21. Dengan demikian,
total biaya usaha menjadi:Rp ,- (Rp ,- + Rp ,-) = Rp ,-.dan laba neto usaha turun menjadi Rp ,-.
Sehingga PPh Badan yang harus dibayar adalah :Rp ,- x 25% = Rp ,-.
45 Apabila PT Megah memilih tidak memberikan Tunjangan PPh Pasal 21 (artinya PPh Pasal
21 yang semula Rp ,- ditanggung sendiri tanpa memberikan tunjangan pajak), maka PPh
Badan menjadi = Rp Rp ,- = x 25% = Rp Sedangkan PPh Pasal 21 yang harus disetor tetap
sebesar Rp ,- sehingga total pajak yang harus dibayar PT Megah ke Kas Negara adalah Rp ,-
(+) Rp ,- = Rp ,-.