Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KE-5

MANAJEMEN PERPAJAKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian


Persyaratan Nilai Tugas Mata Kuliah
Manajemen Perpajakan Program Studi Magister
Akuntansi

Diajukan Oleh :

GEMPITA ASMAUL HUSNA


(21062020013)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2022
TUGAS KE 5

1. BILAMANA MANAJEMEN PAJAK DILAKUKAN OLEH WP?


Jawab :

Jika Wajib Pajak (WP) melakukan manajemen perpajakan dengan baik, hal ini dapat
memberikan berbagai keuntungan bagi WP tersebut. Berikut adalah beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh dari manajemen perpajakan yang baik:

1. Mengurangi Beban Pajak: Dengan melakukan manajemen perpajakan yang baik, WP


dapat meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkan. WP dapat memanfaatkan
berbagai fasilitas perpajakan yang ada untuk mengurangi jumlah pajak yang harus
dibayarkan.
2. Meningkatkan Efisiensi Keuangan: Dengan melakukan manajemen perpajakan yang baik,
WP dapat memperoleh penghematan biaya yang signifikan dan meningkatkan efisiensi
keuangan perusahaan. Hal ini akan membantu perusahaan dalam meningkatkan
profitabilitas dan daya saing.
3. Meningkatkan Kepatuhan Pajak: Dengan memahami dan mengikuti aturan perpajakan
yang berlaku, WP dapat meningkatkan kepatuhan perusahaan terhadap peraturan
perpajakan yang berlaku. Hal ini akan membantu perusahaan dalam menghindari risiko
konflik dengan pihak berwenang terkait perpajakan.
4. Memperkuat Reputasi Perusahaan: Dengan menjalankan manajemen perpajakan yang
baik, WP dapat meningkatkan reputasi perusahaan dan menunjukkan komitmen
perusahaan dalam mematuhi aturan perpajakan yang berlaku.

Selain itu, manajemen perpajakan yang dilakukan dengan baik oleh WP dapat membantu
dalam menghindari risiko konflik dengan pihak berwenang terkait perpajakan, seperti
pemeriksaan pajak atau audit pajak. Hal ini akan membantu perusahaan dalam menjaga
kredibilitas dan stabilitas keuangan perusahaan.

Untuk melakukan manajemen perpajakan yang baik, WP perlu memastikan bahwa


mereka memahami peraturan perpajakan yang berlaku dan mengikuti etika bisnis yang baik. WP
juga perlu menggunakan sumber daya dan teknologi yang tepat untuk memudahkan manajemen
perpajakan, seperti penggunaan software akuntansi atau software perpajakan. WP juga dapat
menggunakan jasa konsultan pajak untuk membantu memahami peraturan perpajakan yang
berlaku dan
memberikan saran mengenai strategi manajemen pajak yang tepat. Dengan melakukan langkah-
langkah ini, WP dapat memperoleh manfaat dari manajemen perpajakan yang baik dan
meningkatkan efisiensi keuangan perusahaan.

2. JELASKAN HAK DAN KEWAJIBAN WP DALAM MENERAPKAN MANAJEMEN


PAJAK?
Jawab :

Sebagai Wajib Pajak (WP), terdapat beberapa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
dalam menerapkan manajemen pajak, di antaranya:

Hak WP dalam menerapkan manajemen pajak:

1. Hak untuk memahami dan mengetahui peraturan perpajakan yang berlaku WP berhak
memahami dan mengetahui peraturan perpajakan yang berlaku agar dapat memenuhi
kewajiban perpajakan dengan tepat.
2. Hak untuk memanfaatkan fasilitas perpajakan yang ada WP berhak memanfaatkan
berbagai fasilitas perpajakan yang ada, seperti pengurangan pajak, keringanan pajak, atau
insentif perpajakan lainnya yang diberikan oleh pemerintah.
3. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama di hadapan hukum WP berhak
mendapatkan perlakuan yang sama di hadapan hukum, tanpa adanya diskriminasi atau
perlakuan tidak adil dari pihak berwenang terkait perpajakan.
4. Hak untuk mengajukan keberatan atau banding atas hasil pemeriksaan pajak Jika WP
tidak setuju dengan hasil pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh pihak berwenang, WP
berhak mengajukan keberatan atau banding atas hasil tersebut.

Kewajiban WP dalam menerapkan manajemen pajak:

1. Kewajiban untuk membayar pajak tepat waktu WP memiliki kewajiban untuk membayar
pajak tepat waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku.
2. Kewajiban untuk melaporkan pajak dengan benar dan lengkap WP memiliki kewajiban
untuk melaporkan pajak dengan benar dan lengkap, termasuk melaporkan semua sumber
penghasilan yang diterima dan memenuhi kewajiban pelaporan lainnya yang ditetapkan
oleh peraturan perpajakan yang berlaku.
3. Kewajiban untuk menjaga bukti dan dokumentasi pajak WP memiliki kewajiban untuk
menjaga bukti dan dokumentasi pajak yang diperlukan untuk membuktikan bahwa pajak
telah dipenuhi dengan benar.
4. Kewajiban untuk mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku WP memiliki kewajiban
untuk mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku, termasuk menghindari melakukan
tindakan perpajakan yang merugikan negara atau melanggar aturan perpajakan yang
berlaku.

Dengan memenuhi hak dan kewajiban dalam menerapkan manajemen pajak, WP dapat
mengoptimalkan manajemen perpajakan dan memastikan bahwa perusahaan memenuhi
kewajiban perpajakan secara benar dan tepat waktu.

3. JELASKAN BAGAIMANAKAH DAMPAK PERPAJAKAN PADA MERGER,


KONSOLIDASI DAN AKUISISI WP?
Jawab:

Dalam konteks merger, konsolidasi, dan akuisisi, perpajakan dapat memiliki dampak
signifikan pada transaksi tersebut. Beberapa dampak perpajakan yang mungkin terjadi pada WP
dalam konteks ini adalah sebagai berikut:

1. Pajak atas keuntungan modal Dalam konteks merger, konsolidasi, dan akuisisi, WP
mungkin harus membayar pajak atas keuntungan modal (capital gain tax) yang dihasilkan
dari penjualan aset atau saham. Pajak atas keuntungan modal ini akan menjadi beban bagi
WP dan akan mempengaruhi keuntungan bersih dari transaksi tersebut.
2. Pajak penghasilan WP mungkin juga harus membayar pajak penghasilan atas penghasilan
yang diperoleh dari transaksi merger, konsolidasi, dan akuisisi. Pajak penghasilan ini
akan menjadi beban bagi WP dan akan mempengaruhi keuntungan bersih dari transaksi
tersebut.
3. Pengaturan kembali struktur perusahaan Dalam konteks merger, konsolidasi, dan akuisisi,
WP mungkin perlu menyesuaikan struktur perusahaan untuk meminimalkan dampak
perpajakan pada transaksi tersebut. WP dapat mempertimbangkan untuk melakukan
restrukturisasi dengan tujuan mengoptimalkan manajemen perpajakan perusahaan.
4. Kewajiban pelaporan pajak WP juga harus memenuhi kewajiban pelaporan pajak yang
ditetapkan oleh peraturan perpajakan yang berlaku. Pelaporan yang tidak tepat atau
terlambat dapat mengakibatkan denda atau sanksi lain yang merugikan perusahaan.
Dalam hal ini, WP perlu mempertimbangkan dampak perpajakan dalam proses merger,
konsolidasi, dan akuisisi. WP dapat mengkonsultasikan dengan ahli perpajakan dan melakukan
analisis dampak perpajakan untuk memastikan bahwa transaksi tersebut memenuhi persyaratan
perpajakan dan memberikan manfaat finansial yang optimal. Dengan melakukan manajemen
pajak yang tepat, WP dapat mengoptimalkan nilai transaksi dan meminimalkan dampak negatif
dari aspek perpajakan.

4. SEBUTKAN DAN JELASKAN FASILITAS2 PERPAJAKAN APA SAJA YANG TELAH


DIATUR DALAM UU NO. 36/2008 ? MENURUT SAUDARA, LEBIH
MENGUNTUNGKAN WP ATAU DJP ?
Jawab:

Berikut adalah beberapa fasilitas perpajakan yang telah diatur dalam UU No. 36/2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan:

1. Pembebasan Pajak Penghasilan (PPh) atas dividen yang diterima oleh WP dari
perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia, dengan persyaratan tertentu.
2. Pengurangan PPh Pasal 22 atas impor barang modal yang diperlukan untuk investasi di
sektor tertentu.
3. Pembebasan PPh atas bunga deposito dan tabungan yang diterima oleh WP dengan saldo
tertentu.
4. Pengurangan PPh atas penghasilan dari kekayaan intelektual, seperti hak cipta, paten, dan
merek.
5. Pembebasan PPh atas penghasilan tertentu yang diterima oleh WP, seperti penghasilan
dari kegiatan riset dan pengembangan (R&D).
6. Pengurangan PPh atas penghasilan tertentu yang diterima oleh WP dari kegiatan ekspor.
7. Penundaan pembayaran PPh atas penghasilan tertentu yang diterima oleh WP dari
kegiatan ekspor.

Ketujuh fasilitas perpajakan tersebut memberikan insentif kepada WP untuk melakukan


investasi, riset dan pengembangan, ekspor, dan kegiatan-kegiatan lain yang dianggap positif bagi
perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat membantu WP untuk mengurangi beban
perpajakan mereka dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurut saya, mana yang lebih menguntungkan antara WP atau DJP tergantung pada
perspektif mana yang digunakan. Dari perspektif WP, beberapa fasilitas perpajakan tersebut
dapat memberikan keuntungan, seperti pengurangan beban pajak dan meningkatkan likuiditas
dan laba bersih perusahaan. Sementara itu, dari perspektif DJP, beberapa fasilitas perpajakan
dapat membantu meningkatkan penerimaan pajak, mendorong investasi dan pertumbuhan
ekonomi, dan meningkatkan kepatuhan perpajakan.

5. SEBUTKAN DAMPAK POSITIF DAN NEGATIVE DARI ADANYA INSENTIF


PERPAJAKAN BAGI DJP MAUPUN WP ?
Jawab:

Berikut adalah beberapa dampak positif dan negatif dari adanya insentif perpajakan
bagi DJP dan WP:

Dampak positif bagi DJP:

1. Peningkatan penerimaan pajak: Insentif perpajakan dapat membantu meningkatkan


penerimaan pajak karena WP yang memenuhi syarat akan membayar pajak yang lebih
sedikit.
2. Peningkatan kepatuhan perpajakan: Dengan memberikan insentif, DJP dapat memotivasi
WP untuk lebih memperhatikan manajemen perpajakan dan menjadi lebih patuh dalam
memenuhi kewajiban perpajakan.
3. Meningkatkan kinerja ekonomi: Insentif perpajakan dapat membantu WP meningkatkan
kinerja ekonomi mereka dan mendorong investasi, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dampak negatif bagi DJP:

1. Potensi hilangnya penerimaan pajak: Terkadang insentif perpajakan yang terlalu besar
atau tidak terkontrol dapat mengurangi penerimaan pajak DJP, yang pada gilirannya
dapat mengurangi sumber daya yang dapat digunakan untuk membiayai program-
program pemerintah.
2. Penyalahgunaan sistem: Terkadang WP dapat menyalahgunakan insentif perpajakan
dengan menggunakan praktik-praktik yang bertujuan untuk menghindari pembayaran
pajak yang seharusnya dibayarkan, yang pada gilirannya dapat merugikan penerimaan
pajak.

Dampak positif bagi WP:

1. Mengurangi beban perpajakan: Insentif perpajakan dapat membantu WP mengurangi


beban pajak yang harus dibayarkan dan pada gilirannya dapat meningkatkan likuiditas
dan laba bersih perusahaan.
2. Meningkatkan daya saing: Insentif perpajakan dapat membantu meningkatkan daya saing
WP karena WP yang memperoleh insentif dapat mengurangi biaya produksi dan
meningkatkan efisiensi.
3. Mendorong investasi: Insentif perpajakan dapat mendorong WP untuk melakukan
investasi dalam pengembangan bisnis mereka, yang pada gilirannya dapat membantu
meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan perusahaan.

Dampak negatif bagi WP:

1. Potensi kehilangan keuntungan jangka panjang: Terkadang insentif perpajakan yang


terlalu besar atau tidak terkontrol dapat menghilangkan insentif jangka panjang untuk WP
dalam hal pembayaran pajak yang adil dan pengembangan bisnis yang berkelanjutan.
2. Ketergantungan pada insentif perpajakan: WP dapat menjadi terlalu bergantung pada
insentif perpajakan sehingga kurang memperhatikan manajemen perpajakan dan menjadi
kurang patuh terhadap kewajiban perpajakan.

Secara keseluruhan, insentif perpajakan dapat memberikan dampak yang positif maupun
negatif bagi DJP dan WP. Oleh karena itu, perlu ada keseimbangan yang tepat dalam
memberikan insentif perpajakan agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi DJP, WP,
dan masyarakat secara keseluruhan.

6. CARI 1 ABSTRAK JURNAL (LAMPIRKAN) DENGAN TOPIK ASPEK FISCAL


MERGER/KONSOLIDASI ATAU DAMPAK INSENTIF PERPAJAKAN DAN BERI
KOMENTAR (CRITICAL REVIEW) ATAS HASIL PENELITIAN DI JURNAL
TERSEBUT.?
Jawab:
Judul Jurnal : Analisis Insentif Perpajakan Terhadap Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun

2020 Penulis Jurnal : Dani Andrean Widodo, Ni Ketut Millenia Krisnayanie

Publikasi Jurnal : JURNAL PACTA SUNT SERVANDA Volume 2 Nomor 2, September 2021 P-
ISSN: 2723-7435

Tautan Jurnal : Https://Jurnal.Pknstan.Ac.Id/Index.Php/JMKP/Article/View/620

Abstrak :

CRITICAL REVIEW :
Dari abstrak tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dampak insentif perpajakan terhadap realisasi penerimaan perpajakan tahun 2020 di Indonesia.
Namun, abstrak tidak menjelaskan secara rinci jenis insentif perpajakan apa yang dianalisis.
Selain itu, meskipun disebutkan bahwa metode analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda
dengan menggunakan program SPSS, abstrak tidak menjelaskan variabel yang digunakan dalam
analisis regresi tersebut.

Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa insentif perpajakan berpengaruh positif


signifikan terhadap realisasi penerimaan perpajakan. Hasil tersebut dapat memberikan kontribusi
penting bagi pengambil kebijakan untuk merancang insentif perpajakan yang tepat untuk
mendorong realisasi penerimaan perpajakan yang lebih besar di masa depan. Selain itu, temuan
bahwa faktor lain seperti tingkat pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan investasi asing juga
berpengaruh positif terhadap realisasi penerimaan perpajakan dapat membantu pengambil
kebijakan dalam memperkirakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi realisasi penerimaan
perpajakan di masa depan.

Meskipun abstrak tidak memberikan rincian yang cukup, penelitian ini tetap dapat
memberikan kontribusi penting dalam pemahaman kita tentang dampak insentif perpajakan
terhadap realisasi penerimaan perpajakan di Indonesia pada tahun 2020.

7. Manakah yang menguntungkan bagi WP ? Jelaskan alasannya !


a) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan ?
b) Menggunakan metode Stelsel Kas atau Stelsel Akrual ?
c) Menggunakan metode penilaian persediaan FIFO atau Average ?
d) Menggunakan metode penyusutan aset tetap : Garis Lurus atau saldo menurun ?
e) Bentuk perusahaan berupa Perorangan, CV atau PT ?

Jawab:

a) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan akan lebih menguntungkan bagi WP karena


dengan memiliki pembukuan atau pencatatan yang baik, WP dapat memantau arus kas dan
keuangan perusahaan secara lebih efektif, mempercepat proses pembayaran pajak, dan
menghindari potensi sanksi atau denda dari DJP karena pelanggaran administrasi
perpajakan.
b) Menggunakan metode Stelsel Akrual akan lebih menguntungkan bagi WP karena metode ini
mencatat pendapatan dan biaya pada saat terjadinya, bukan pada saat pembayaran atau
penerimaan kas. Hal ini memungkinkan WP untuk memiliki gambaran yang lebih akurat
mengenai kondisi keuangan perusahaan dan memaksimalkan potensi pengurangan pajak.
c) Menggunakan metode penilaian persediaan FIFO akan lebih menguntungkan bagi WP
karena metode ini memungkinkan WP untuk mengurangi beban pajak dan meningkatkan
laba perusahaan. Selain itu, metode FIFO juga memungkinkan WP untuk lebih akurat
menghitung nilai persediaan dan memantau rotasi persediaan.
d) Menggunakan metode penyusutan aset tetap Saldo Menurun akan lebih menguntungkan bagi
WP karena metode ini memperhitungkan nilai aset tetap yang lebih rendah seiring dengan
berkurangnya umur ekonomisnya. Hal ini memungkinkan WP untuk memperoleh
pengurangan pajak yang lebih besar di awal masa pemakaian aset.
e) Bentuk perusahaan yang lebih menguntungkan tergantung pada kebutuhan dan kondisi
perusahaan masing-masing. Sebagai contoh, Perusahaan yang membutuhkan modal besar
dapat memilih bentuk PT, sementara perusahaan yang membutuhkan fleksibilitas dalam
pengelolaan dapat memilih bentuk CV atau perorangan. Namun, penting bagi WP untuk
mempertimbangkan aspek perpajakan dalam memilih bentuk perusahaan agar dapat
memaksimalkan potensi pengurangan pajak.

Setiap pilihan memiliki keuntungan dan kerugian yang berbeda-beda tergantung pada
kebutuhan dan kondisi perusahaan masing-masing. Namun, secara umum, menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan, menggunakan metode Stelsel Akrual, menggunakan metode
penilaian persediaan FIFO, dan menggunakan metode penyusutan aset tetap Saldo Menurun
cenderung lebih menguntungkan bagi WP dalam hal pengurangan pajak dan efisiensi
administrasi perpajakan. Sedangkan dalam memilih bentuk perusahaan, WP perlu
mempertimbangkan faktor- faktor lain seperti modal, fleksibilitas pengelolaan, dan aspek
perpajakan.

Metode Stelsel Akrual, metode penilaian persediaan FIFO, dan metode penyusutan aset
tetap Saldo Menurun cenderung lebih menguntungkan bagi WP karena:

1. Metode Stelsel Akrual: Dalam metode ini, penghasilan dan biaya dicatat pada saat terjadi,
tidak hanya pada saat pembayaran atau penerimaan kas. Hal ini memungkinkan WP
untuk mengoptimalkan pengurangan pajak dengan mencatat pengeluaran atau biaya pada
saat yang tepat dan memperoleh manfaat pajak yang lebih besar daripada menggunakan
metode Stelsel Kas.
2. Metode penilaian persediaan FIFO: Dalam metode ini, biaya barang terjual dihitung
berdasarkan harga yang lebih tinggi, yaitu barang yang pertama kali dibeli atau
diproduksi.
Hal ini dapat menghasilkan laba kotor yang lebih rendah dan pengurangan pajak yang
lebih besar karena biaya yang lebih tinggi.
3. Metode penyusutan aset tetap Saldo Menurun: Metode ini memungkinkan WP untuk
mengalokasikan biaya aset tetap secara bertahap selama umur manfaatnya. Dalam metode
ini, biaya penyusutan dihitung berdasarkan nilai sisa aset, yang berarti biaya penyusutan
cenderung menurun seiring waktu. Hal ini dapat menghasilkan pengurangan pajak yang
lebih besar daripada menggunakan metode Garis Lurus yang mengalokasikan biaya
penyusutan secara konstan setiap tahun.

Namun, perlu diingat bahwa penggunaan metode-metode ini harus didukung oleh dokumen
dan prosedur yang benar serta harus memperhatikan ketentuan perpajakan yang berlaku. Selain
itu, setiap perusahaan memiliki kebutuhan dan kondisi yang berbeda-beda, sehingga sebaiknya
WP mempertimbangkan dengan matang sebelum memilih metode yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai