Anda di halaman 1dari 17

LECTURE NOTES

Tax Management and Strategy

Week 5
Income Tax Management Strategy

Tax Management & Strategy


LEARNING OUTCOMES

LO 2 : Describe corporate income tax management strategies.

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. Tax management creativity


2. Business cycle and management efforts
3. Business Form Selection

Tax Management & Strategy


ISI MATERI

Tax Management Creativity

Kreativitas manajemen pajak dan tanggung jawab kepada pemangku


kepentingan kreativitas memang sangat diperlukan oleh pihak manajemen, untuk mengelola
perusahaan agar harapan semua pemangku kepentingan dapat dipenuhi. keseimbangan
pemenuhan ekspektasi para pemangku kepentingan yang menjadi tanggung jawab dan harus
dicapai oleh pihak manajemen perusahaan.

Untuk memenuhi harapan dari pemerintah misalnya, Manajemen Perusahaan dituntut


secara benar melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya atau proper in tax compliance,
memenuhi semua ketentuan yang terkait dengan bisnis operasional perusahaan secara
menyeluruh, seperti pelaporan penanaman modal pada BKPM, Bapepam atau OJK apabila
perusahaan bersangkutan merupakan perusahaan terbuka, Bank Indonesia, Kementerian
Ketenagakerjaan Direktorat Imigrasi, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atau
bahkan pemerintah daerah untuk keperluan perizinan usaha dan kepentingan lainnya.

Kreditur dan pemegang saham lain lagi harapannya terhadap manajemen perusahaan
titik mereka berharap kredit yang diberikan kepada perusahaan dapat segera dilunasi sesuai
kesepakatan kredit dengan imbalan atau return tingkat suku bunga yang diperjanjikan.
kepada pemegang saham jam atau share holder dan investor, Manajemen bertanggung jawab
untuk memberikan laporan jalannya kegiatan operasional bisnis secara keseluruhan dan
perhitungan deviden sebagai reward bagi pemilik perusahaan dan investor. Dalam kaitanya
dengan perpajakan, manajemen dapat memilih untuk menerbitkan saham atau obligasi untuk
pembiayaan operasional dengan perlakuan perpajakan masing-masing. Manajemen juga
bertanggungjawab untuk menciptakan dan meningkatkan nilai perusahaan secara terus-
menerus serta menentukan kebijakan pembagian deviden kepada pemegang saham dan bunga
pinjaman kepada kreditur.

Tax Management & Strategy


Sementara karyawan berharap agar manajemen dapat memberikan renumerasi berupa
gaji atau upah, bonus dan fasilitas - fasilitas yang lain jangan yang terus meningkat seiring
dengan laju tingkat inflasi sesuai dengan dedikasi waktu dan pekerjaan yang telah mereka
kontribusikan kepada perusahaan dan manajemen. Dalam konteks perpajakan, Manajemen
Perusahaan bertanggung jawab untuk mengaplikasikan atau gaji yaitu PPh pasal 21/26 atas
renumerasi yang diterima karyawannya. Juga, memikirkan paket kesejahteraan karyawan
atau employee benefit and facilities, disamping memberikan perhatian yang memadai setiap
upaya untuk mengoptimalkan employee take home pay. Untuk kepentingan ini umumnya
perusahaan-perusahaan yang cukup besar, manajemen juga akan berhadapan dengan pihak
Serikat Pekerja sebagai representasi buruh karyawan atau buruh.

Manajemen juga harus bertanggung jawab Kepada pihak pelanggan karena mereka
menginginkan kualitas barang atau jasa yang lebih tinggi dengan harga kompetitif mungkin
dengan deliverable yang lebih cepat. Kreativitas manajemen sangat menentukan iklim usaha
yang meminta kepada perusahaan melakukan better cheaper faster agar dapat Survive dan
bertahan dalam persaingan bisnis.

Dalam hal perpajakan manajemen perusahaan diharapkan dapat juga mengedukasi


pelanggan, khusus terhadap pembayaran tagihan yang didalamnya terkandung unsur PPN
yang dipungut oleh perusahaan di mana pihak pelanggan berkewajiban untuk melakukan
pembayaran dan pelaporan SPT masa PPN nya secara benar. Memastikan bahwa pelanggan
menerima faktur pajak perusahaan dan dan memanfaatkannya dengan mengkreditkan nya
sebagai PPN Masukan dalam pelaporan SPT masa PPN nya. Begitu pula jika pelanggan
berkewajiban melakukan pemotongan PPH atas pembayaran tagihan perusahaan, sebaiknya
diinformasikan kepada pelanggan untuk melakukannya sesuai dengan ketentuan
menyerahkan bukti pemotongan pajak yang telah dilaporkannya kepada perusahaan agar
suasana saling percaya terbangun dengan pihak pelanggan.

Begitu pula halnya dengan pihak supplier yang menuntut pembayaran yang makin
cepat dari pihak perusahaan atas penyediaan barang dan atau jasa yang telah mereka berikan
untuk kegiatan operasional perusahaan. Semakin kecil revenue days mereka karena
pelunasan yang tepat waktu dari perusahaan, semakin senang mereka melakukan transaksi

Tax Management & Strategy


bisnis dengan perusahaan, semakin baik kualitas produk berupa barang dan atau jasa yang
mereka sediakan kepada perusahaan, sehingga diharapkan keduanya bisa menikmati kondisi
win – win solution.

Untuk urusan perpajakan manajemen bertanggung jawab memastikan semua supplier


perusahaan adalah pemasok yang kredibel dan memiliki reputasi tidak tercela seperti tidak
pernah di blacklist oleh pihak otoritas pajak sebagai penerbit faktur pajak fiktif. Disamping
itu, perusahaan juga berkewajiban untuk mengaplikasikan bukti pemotongan, pemungutan,
pembayaran dan pelaporan pajak baik itu PPh pasal 4 ayat 2 , PPh pasal 15, atau PPh pasal
23/26 jam yang diterima dan faktur pajak untuk kepentingan PPN yang diberikan oleh
supplier dilakukan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Sementara tanggung jawab utama manajemen adalah tetap menjaga keberlangsungan


atau going concern perusahaan dan dan meraih sasaran target yang telah ditetapkan
sebelumnya. capaian-capaian tersebut akan menjadi indikator pengukuran keberhasilan
manajemen. Secara umum Key Performance Indicator perusahaan didasarkan pada empat
aspek keberhasilan:
a. Pertumbuhan usaha dan penguasaan pasar
b. Penanganan sumber daya manusia yang baik
c. Kepatuhan dan pengelolaan risiko usaha
d. Kinerja keuangan dan operasional yang excellent

Pihak Manajemen perusahaan adalah pihak yang menentukan dan mengambil keputusan final
dimana resikonya, termasuk risiko perpajakan tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain
yang bertindak selaku konsultan, advisor, konselor atau bahkan karyawan sebagai pelaksana
lapangan titik oleh karenanya, dalam bidang perpajakan, pihak manajemen harus memahami
penuh dan mempertimbangkan konsekuensi perpajakan atas setiap keputusan bisnis yang
diambilnya. Untuk kepentingan ini disarankan agar manajemen perusahaan mengetahui
struktur organisasi pihak otoritas perpajakan dan kedinamisannya.

Tax Management & Strategy


Business Cycle and Management Efforts

Siklus bisnis dan upaya manajemen pajak

Siklus usaha suatu perusahaan dimulai sejak tahap pendirian, fase pra operasional
tahapan produksi komersial dan pengembangan bisnis penurunan operasional dan vakum
bahkan sampai pada akhir penutupan usaha dan likuidasi. Di setiap tahapan siklus bisnis tadi
selalu tersedia opsi pilihan yang dapat diambil manajemen dengan alasan pajak Sebagai
pertimbangan utama.

Pilihan saat pendirian usaha


Pada waktu pendirian perusahaan, terdapat banyak pilihan atas bentuk usaha yang
akan dipakai untuk menjalankan kegiatan usaha, pilihan apakah business vehicle yang kita
pilih (khususnya jika omset perusahaan pertahun kurang dari 4,8 miliar) tadi perlu
mengukuhkan diri sebagai PKP (pengusaha kena pajak) untuk keperluan PPN atau tidak, atau
apakah business vehicle tadi perlu didirikan di Kawasan Berikat, Free Trade Zone kawasan
pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) yang menawarkan beberapa fasilitas perpajakan,
atau tidak mengapa didirikan di daerah pabean biasa.

Business Form Selection

Memilih bentuk usaha/business vehicle yang tepat merupakan hal pertama yang harus
diperhatikan oleh investor/pengusaha, selain untuk menentukan bentuk usaha apa yang dapat
memberikan kontribusi profit paling besar dengan tingkat risiko yang paling rendah. Terkait
ketentuan perpajakan yang berlaku, investor/pengusaha juga harus menentukan bentuk usaha
yang mana yang memberikan kontribusi profit yang paling besar namun dengan beban pajak
yang paling kecil, dan yang paling penting dari pemilihan bentuk usaha adalah tentu saja
untuk mempertimbangkan keberlangsungan usaha dalam jangka panjang.
Pohan (Zain, 2003:97) memberikan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan bentuk usaha, diantaranya:
1. bagaimana hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan tarif pajak
penghasilan wajib pajak badan, termasuk ketentuan khusus yang mengatur hal itu

Tax Management & Strategy


2. pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba bruto usaha, maupun
penghasilan dari pembagian keuntungan (dividen) kepada para pemegang
sahamnya
3. kesempatan untuk menunda pembayaran pajak pada tarif pajak penghasilan lebih
kecil/besar apabila dibandingkan dengan kesempatan yang terdapat pada tarif
pajak penghasilan dari akumulasi penghasilan perusahaan
4. adanya ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto (kompensasi kerugian) dan
kredit investasi yang berlaku bagi bentuk usaha tertentu
5. kemungkinan pengajuan perlakuan khusus terhadap pajak atas akumulasi laba,
pajak atas penghasilan personal, holding company, dan seterusnya
6. liberalisasi ketentuan yang mengatur fringe benefit dan atau payment in kind.

Secara umum terdapat empat bentuk usaha yang legal, sebagaimana diuraikan oleh Santoso
dan Rahayu (2013:89) yaitu:
1. partnership yang berupa persekutuan perdata (maatschap), persekutuan
komanditer (commanditaire vennootschap = CV), dan firma;
2. perseroan terbatas (PT)
3. koperasi, asosiasi, yayasan, dan badan usaha lain
4. usaha orang pribadi/individual basis
Fokus penjelasan tulisan ini hanya akan menekankan pada pemilihan badan usaha berbentuk
usaha orang pribadi (individual basis), CV dan PT.

1. Usaha Orang Pribadi/Perseorangan


Warga Negara Indonesia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk berusaha selama tidak
bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan. Untuk melakukan usaha secara pribadi,
seseorang tidak memerlukan izin khusus dalam pendiriannya, karena bukan berupa badan
usaha atau badan hukum. Usaha perseorangan ini bisa dijalankan dengan membuat usaha
dagang (UD) atau usaha lainnya, tanpa harus memiliki nama usaha. Contoh usaha yang
dijalankan pun bisa beragam, dari berdagang, manufaktur skala kecil, jasa, dsb.

Tax Management & Strategy


Dalam melaksanakan hak dan menjalankan kewajiban perpajakannya, usaha perseorangan:
1. Menggunakan nomor pokok wajib pajak (NPWP) orang pribadi, yaitu pemilik
yang sebenarnya dari usaha tersebut untuk keperluan perpajakan.
2. Pengusaha wajib menjalankan pembukuan dalam menjalankan kegiatan usahanya,
namun dalam hal peredaran usaha pengusaha dalam satu tahun pajak tidak
melebihi Rp4,8 miliar, pengusaha boleh tidak melakukan pembukuan, namun
wajib membuat pencatatan. Dalam menghitung penghasilan neto untuk keperluan
perpajakan, pengusaha menggunakan norma. Ketentuan mengenai pembukuan
diatur dalam Pasal 28 UU KUP, ketentuan mengenai norma penghitungan
penghasilan neto diatur dalam Pasal 14 UU PPh dan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak nomor PER-17/PJ/2015.
3. Selain boleh dikurangkan dengan biaya-biaya yang dapat dikurangkan sesuai
ketentuan UU PPh, pengusaha juga boleh mengurangkan penghasilan netonya
dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dihitung berdasarkan
keadaan/status perkawinan Wajib Pajak dan jumlah tanggungannya. Ketentuan
mengenai biaya yang dapat dikurangkan diatur dalam Pasal 6 UU PPh, ketentuan
mengenai PTKP diatur dalam Pasal 7 UU PPh.
4. Dalam penghitungan pajak terutang, berlaku tarif pajak progresif, yaitu tarif pajak
yang semakin meningkat seiring besarnya penghasilan kena pajak. Ketentuan
mengenai tarif pajak diatur dalam Pasal 17 UU PPh.
5. Apabila usaha yang dilakukan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2018, bagi pengusaha yang dalam satu
tahun pajak peredaran usahanya tidak lebih dari Rp4,8 miliar, pengusaha wajib
menghitung pajaknya secara final dengan tarif 0,5% dari peredaran usaha setiap
bulannya.

Contoh:
Pak Martinus memiliki usaha perdagangan bahan-bahan bangunan. Selama tahun 2019
laporan laba/rugi usaha Pak Martinus tersebut adalah:

Tax Management & Strategy


Peredaran usaha Rp5.200.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp3.700.000.000,-
Laba Bruto Rp1.500.000.000,-
Biaya Operasi Rp850.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp650.000.000,-

Maka penghitungan besarnya PPh terutang Pak Martinus selama tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
Laba Usaha Rp650.000.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2) Rp45.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp605.000.000,-
PPh Terutang
5% x Rp50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000,-
25% x Rp250.000.000,- = Rp62.500.000,-
30% x Rp105.000.000,- = Rp31.500.000,- Rp126.500.000,-
Persentase PPh Terutang terhadap laba usaha 19,46%

Contoh 2
Pak Martinus memiliki usaha perdagangan bahan-bahan bangunan. Selama tahun 2019
laporan laba/rugi usaha Pak Martinus tersebut adalah:
Peredaran usaha Rp5.200.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp3.700.000.000,-
Laba Bruto Rp1.500.000.000,-
Biaya Operasi Rp850.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp650.000.000,-

Karena peredaran usaha Pak Martinus pada tahun 2019 mengajukan ke KPP perhiutngan
ketentuan PP No 23 /2018 pada tahun 2019 Pak Martinus harus menghitung PPh nya sebesar
0,5% dari peredaran usaha, sehingga besarnya PPh terutang Pak Martinus dihitung dengan
cara:

Tax Management & Strategy


Peredaran usaha Rp5.200.000.000,-
PPh Terutang (0,5% x peredaran usaha) Rp26.000.000,-
Persentase PPh Terutang terhadap laba usaha 4%

Persekutuan Komanditer (commanditaire vennootschap = CV)


CV merupakan salah satu bentuk partnership yang paling umum di Indonesia. CV merupakan
suatu persekutuan yang didirikan oleh seorang atau beberapa orang yang mempercayakan
uang atau barang kepada seorang atau beberapa orang yang menjalankan perusahaan dan
bertindak sebagai pemimpin. Dalam pendiriannya, CV cukup didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, namun tidak perlu
disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Kelebihan dan kekurangan bentuk usaha CV, sebagaimana diuraikan Santoso dan Rahayu,
(2013:91) antara lain:

Kelebihan
1. Relatiif mudah dalam proses pendiriannya
2. Kebutuhan akan modal dapat lebih dipenuhi
3. Cenderung lebih mudah memperoleh kredit
4. Dari segi kepemimpinan, CV relatif lebih baik
5. lebih fleksibel karena bagi sekutu pasif akan lebih mudah untuk menginvestasikan
maupun mencairkan kembali modalnya
6. Tidak ada ketentuan memakai nama CV seperti halnya dengan PT
7. Anggaran dasar tidak perlu mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan
HAM
Kekurangan
1. Kelangsungan hidup tidak menentu karena banyak tergantung dari sekutu aktif
yang bertindak sebagai sekutu pemimpin CV
2. Tanggung jawab para sekutu komanditer yang terbatas dapat berpengaruh
terhadap semangat untuk memajukan perusahaan
3. Kewajiban sekutu yang tidak terbatas
4. Perlindungan hukumnya masih dianggap minim

Tax Management & Strategy


Secara umum ketentuan perpajakan terkait CV diantaranya:
1. CV merupakan subjek pajak badan dalam negeri. Dalam UU PPh dijelaskan
pengertian subjek pajak badan, bahwa subjek pajak badan adalah sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
2. Karena CV merupakan subjek pajak badan, maka CV harus mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP)
3. Selain harus mendaftarkan NPWP dan/atau PKP atas nama CV, CV juga harus
menyelenggarakan pembukuan.
4. Laba yang didistribusikan kepada sekutu tidak dikenai pajak. Hal ini sebagaimana
diatur dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh yang menyebutkan bahwa bagian laba yang
diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif dikecualikan
sebagai objek pajak
5. Gaji yang dibebankan oleh CV kepada para sekutu tidak dapat menjadi pengurang
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU PPh
6. Dalam mengitung PPh nya CV menggunakan tarif tunggal 25% atau 12,5%
apabila memenuhi ketentuan Pasal 31E UU PPh.

Contoh 3:
CV Janeva bergerak dalam usaha perdagangan besar, laba rugi tahun 2019 menunjukkan
informasi sebagai berikut:
Peredaran usaha Rp5.200.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp3.700.000.000,-

Tax Management & Strategy


Laba Bruto Rp1.500.000.000,-
Biaya Operasi (tidak termasuk gaji para sekutu) Rp850.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp650.000.000,-

Penghitungan besarnya PPh terutang adalah sebagai berikut:


Laba Usaha Sebelum Pajak Rp650.000.000,-
PPh Terutang Tarif Pasal 31E, 50% x 25% Rp81.250.000,-
Persentase PPh Terutang terhadap laba usaha 12,5%
Pada saat laba usaha dibagikan kepada para sekutu tidak lagi dikenai Pajak.

Perseroan Terbatas (PT)


Dalam tatanan ketentuan perundangan di Indonesia, pendirian dan pengelolaan PT diatur
dalam UU No 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. PT merupakan badan hukum yang
merupakan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar dan seluruhnya terbagi atas saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh UU serta peraturan pelaksanaannya (Pohan, 2015:54).

Kelebihan dan kelemahan PT sebagaimana diuraikan oleh Santoso dan Rahayu (2013:100-
101) adalah sebagai berikut:

Kelebihan
1. Kewajiban dan tanggung jawab terbatas
2. Masa hidup abadi
3. Efisiensi manajemen karena adanya pemisahan antara pemilik dan pengurus
4. Modal dapat diperoleh dengan menjual saham

Kekurangan
1. Kerumitan perizinan dan organisasi
2. Besarnya biaya pengorganisasian perusahaan
3. Bidang usaha PT relative susah diubah karena harus mengubah akta pendirian dan
sulit mengubah investasi yang telah ditanamkan
4. Hubungan antarperorangan lebih formal dan terkesan kaku

Tax Management & Strategy


Beberapa ketentuan perpajakan terkait PT diantaranya:
1. sama seperti CV, PT juga merupakan subjek pajak dalam negeri berbentuk badan
2. PT juga wajib menyelenggarakan pembukuan
3. PT harus mendaftarkan NPWP dan/atau pengukuhan PKP atas nama PT
4. Pengenaan pajak pada PT terjadi dua kali, yaitu pada saat diakui sebagai laba
usaha oleh PT dan pada saat laba usaha tersebut dibagikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk dividen, dikenai PPh Final sesuai Pasal 4 ayat (3) UU PPh
dan Pasal 17 ayat (2c) sebesar 10%
5. Gaji yang dibayarkan kepada para pemegang saham dan komisaris dapat
dibiayakan oleh PT
6. Penghitungan PPh terutang mengikuti tarif Pasal 17 UU PPh atau Pasal 31E UU
PPh.

Contoh 4 :
PT Angkasa bergerak sebagai distributor mainan anak yang terbuat dari bahan yang aman
dan berkualitas. Laba/rugi PT Angkasa tahun 2019 menunjukkan informasi sebagai berikut:
Peredaran usaha Rp5.200.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp3.700.000.000,-
Laba Bruto Rp1.500.000.000,-
Biaya Operasi Rp850.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp650.000.000,-

Penghitungan PPh terutang PT Angkasa adalah:


Laba Usaha Sebelum Pajak Rp650.000.000,-
PPh Terutang Tarif Pasal 31E, 50% x 25% Rp81.250.000,-

Pada saat laba usaha dibagikan kepada para pemegang saham, dikenai PPh atas dividen
sebesar 10%, yaitu:

Laba usaha yang akan dibagikan sebagai dividen Rp650.000.000,-


PPh atas dividen (Pasal 17 ayat(2c) UU PPh Rp65.000.000,-

Tax Management & Strategy


Sehingga total pajak terutang oleh PT dan persentasenya terhadap peredaran usaha dapat
dihitung sebagai berikut:
Jumlah PPh terutang Rp146.500.000,-
Persentase PPh Terutang terhadap laba usaha 22,5%

Kesimpulan
Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat kita bandingkan besarnya PPh terutang yang harus
ditanggung oleh masing-masing bentuk usaha sebagai berikut:
Uraian Usaha Perorangan CV PT
Peredaran Usaha Rp5.200.000.000,- Rp5.200.000.000,- Rp5.200.000.000,-
Laba Usaha Rp650.000.000,- Rp650.000.000,- Rp650.000.000,-
PPh Terutang Rp126.500.000,- Rp81.250.000,- Rp146.500.000,-
Persentase PPh Terutang 19,46% 12,5% 22,5%
terhadap laba usaha

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita simpulkan bahwa pemilihan bentuk usaha CV
memberikan benefit pajak yang lebih tinggi dibandingkan usaha perorangan atau usaha PT,
namun baiknya hal ini tidak dijadikan satu-satunya dasar pengambilan keputusan karena
tentu saja harus mempertimbangkan hal lainnya. Tingginya beban pajak yang ditanggung
oleh usaha perorangan disebabkan karena tarif progresif yang berlaku bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi. Sebagai catatan, penghitungan PPh di atas atas CV dan PT menggunakan
tariff Pasal 31E UU PPh yang memberikan fasilitas pengurangan tariff hingga 50%. Dalam
hal pasal ini tidak dipergunakan, maka kita akan memperoleh hasil sebagai berikut:
Uraian Usaha Perorangan CV PT
Peredaran Usaha Rp5.200.000.000,- Rp5.200.000.000,- Rp5.200.000.000,-
Laba Usaha Rp650.000.000,- Rp650.000.000,- Rp650.000.000,-
PPh Terutang Rp126.500.000,- Rp162.500.000,- Rp227.500.000,-
Persentase PPh Terutang 19,46% 12,5% 35%
terhadap laba usaha

Tax Management & Strategy


Apabila tarif Pasal 31E tidak dipergunakan, ternyata tetap bentuk usaha CV memberikan
benefit pajak yang paling maksimal dibandingkan dua bentuk usaha yang lainnya.

Tax Management & Strategy


KESIMPULAN

Kreativitas manajemen pajak dan tanggung jawab kepada pemangku


kepentingan kreativitas memang sangat diperlukan oleh pihak manajemen, untuk
mengelola perusahaan agar harapan semua pemangku kepentingan dapat dipenuhi.
keseimbangan pemenuhan ekspektasi para pemangku kepentingan yang menjadi tanggung
jawab dan harus dicapai oleh pihak manajemen perusahaan. Pemilihan bentuk usaha CV
memberikan benefit pajak yang lebih tinggi dibandingkan usaha perorangan atau usaha
PT, namun baiknya hal ini tidak dijadikan satu-satunya dasar pengambilan keputusan
karena tentu saja harus mempertimbangkan hal lainnya.

Tax Management & Strategy


DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. Chairil Anwar Pohan, M.Si., MBA. Manajemen Perpajakan: Strategi


Perencanaan Pajak dan Bisnis. Edisi Revisi 2019. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka
Utama Jakarta. ISBN 9786020311012.

2. Iman Santoso, Ning Rahayu. (2019). Corporate Tax Management: Mengulas Upaya
Pengelolan Pajak Perusahaan Secara Konseptual-Praktikal. Edisi Revisi. 2019.
Penerbit : Ortax Jakarta. ISBN 9786029518270.

3. Prof. Dr. Mardiasmo MBA., Akt. QIA., CFrA., CA. Perpajakan. Edisi 2019. Penerbit:
Andi Yogyakarta. ISBN 9786230102455.

4. Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) (UU RI No.7 Tahun 2021).


Penerbit: Sinar Grafika Jakarta. ISBN 9786233910125.

Tax Management & Strategy

Anda mungkin juga menyukai