Week 5
Income Tax Management Strategy
Kreditur dan pemegang saham lain lagi harapannya terhadap manajemen perusahaan
titik mereka berharap kredit yang diberikan kepada perusahaan dapat segera dilunasi sesuai
kesepakatan kredit dengan imbalan atau return tingkat suku bunga yang diperjanjikan.
kepada pemegang saham jam atau share holder dan investor, Manajemen bertanggung jawab
untuk memberikan laporan jalannya kegiatan operasional bisnis secara keseluruhan dan
perhitungan deviden sebagai reward bagi pemilik perusahaan dan investor. Dalam kaitanya
dengan perpajakan, manajemen dapat memilih untuk menerbitkan saham atau obligasi untuk
pembiayaan operasional dengan perlakuan perpajakan masing-masing. Manajemen juga
bertanggungjawab untuk menciptakan dan meningkatkan nilai perusahaan secara terus-
menerus serta menentukan kebijakan pembagian deviden kepada pemegang saham dan bunga
pinjaman kepada kreditur.
Manajemen juga harus bertanggung jawab Kepada pihak pelanggan karena mereka
menginginkan kualitas barang atau jasa yang lebih tinggi dengan harga kompetitif mungkin
dengan deliverable yang lebih cepat. Kreativitas manajemen sangat menentukan iklim usaha
yang meminta kepada perusahaan melakukan better cheaper faster agar dapat Survive dan
bertahan dalam persaingan bisnis.
Begitu pula halnya dengan pihak supplier yang menuntut pembayaran yang makin
cepat dari pihak perusahaan atas penyediaan barang dan atau jasa yang telah mereka berikan
untuk kegiatan operasional perusahaan. Semakin kecil revenue days mereka karena
pelunasan yang tepat waktu dari perusahaan, semakin senang mereka melakukan transaksi
Pihak Manajemen perusahaan adalah pihak yang menentukan dan mengambil keputusan final
dimana resikonya, termasuk risiko perpajakan tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain
yang bertindak selaku konsultan, advisor, konselor atau bahkan karyawan sebagai pelaksana
lapangan titik oleh karenanya, dalam bidang perpajakan, pihak manajemen harus memahami
penuh dan mempertimbangkan konsekuensi perpajakan atas setiap keputusan bisnis yang
diambilnya. Untuk kepentingan ini disarankan agar manajemen perusahaan mengetahui
struktur organisasi pihak otoritas perpajakan dan kedinamisannya.
Siklus usaha suatu perusahaan dimulai sejak tahap pendirian, fase pra operasional
tahapan produksi komersial dan pengembangan bisnis penurunan operasional dan vakum
bahkan sampai pada akhir penutupan usaha dan likuidasi. Di setiap tahapan siklus bisnis tadi
selalu tersedia opsi pilihan yang dapat diambil manajemen dengan alasan pajak Sebagai
pertimbangan utama.
Memilih bentuk usaha/business vehicle yang tepat merupakan hal pertama yang harus
diperhatikan oleh investor/pengusaha, selain untuk menentukan bentuk usaha apa yang dapat
memberikan kontribusi profit paling besar dengan tingkat risiko yang paling rendah. Terkait
ketentuan perpajakan yang berlaku, investor/pengusaha juga harus menentukan bentuk usaha
yang mana yang memberikan kontribusi profit yang paling besar namun dengan beban pajak
yang paling kecil, dan yang paling penting dari pemilihan bentuk usaha adalah tentu saja
untuk mempertimbangkan keberlangsungan usaha dalam jangka panjang.
Pohan (Zain, 2003:97) memberikan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan bentuk usaha, diantaranya:
1. bagaimana hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan tarif pajak
penghasilan wajib pajak badan, termasuk ketentuan khusus yang mengatur hal itu
Secara umum terdapat empat bentuk usaha yang legal, sebagaimana diuraikan oleh Santoso
dan Rahayu (2013:89) yaitu:
1. partnership yang berupa persekutuan perdata (maatschap), persekutuan
komanditer (commanditaire vennootschap = CV), dan firma;
2. perseroan terbatas (PT)
3. koperasi, asosiasi, yayasan, dan badan usaha lain
4. usaha orang pribadi/individual basis
Fokus penjelasan tulisan ini hanya akan menekankan pada pemilihan badan usaha berbentuk
usaha orang pribadi (individual basis), CV dan PT.
Contoh:
Pak Martinus memiliki usaha perdagangan bahan-bahan bangunan. Selama tahun 2019
laporan laba/rugi usaha Pak Martinus tersebut adalah:
Maka penghitungan besarnya PPh terutang Pak Martinus selama tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
Laba Usaha Rp650.000.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2) Rp45.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp605.000.000,-
PPh Terutang
5% x Rp50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000,-
25% x Rp250.000.000,- = Rp62.500.000,-
30% x Rp105.000.000,- = Rp31.500.000,- Rp126.500.000,-
Persentase PPh Terutang terhadap laba usaha 19,46%
Contoh 2
Pak Martinus memiliki usaha perdagangan bahan-bahan bangunan. Selama tahun 2019
laporan laba/rugi usaha Pak Martinus tersebut adalah:
Peredaran usaha Rp5.200.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp3.700.000.000,-
Laba Bruto Rp1.500.000.000,-
Biaya Operasi Rp850.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp650.000.000,-
Karena peredaran usaha Pak Martinus pada tahun 2019 mengajukan ke KPP perhiutngan
ketentuan PP No 23 /2018 pada tahun 2019 Pak Martinus harus menghitung PPh nya sebesar
0,5% dari peredaran usaha, sehingga besarnya PPh terutang Pak Martinus dihitung dengan
cara:
Kelebihan
1. Relatiif mudah dalam proses pendiriannya
2. Kebutuhan akan modal dapat lebih dipenuhi
3. Cenderung lebih mudah memperoleh kredit
4. Dari segi kepemimpinan, CV relatif lebih baik
5. lebih fleksibel karena bagi sekutu pasif akan lebih mudah untuk menginvestasikan
maupun mencairkan kembali modalnya
6. Tidak ada ketentuan memakai nama CV seperti halnya dengan PT
7. Anggaran dasar tidak perlu mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan
HAM
Kekurangan
1. Kelangsungan hidup tidak menentu karena banyak tergantung dari sekutu aktif
yang bertindak sebagai sekutu pemimpin CV
2. Tanggung jawab para sekutu komanditer yang terbatas dapat berpengaruh
terhadap semangat untuk memajukan perusahaan
3. Kewajiban sekutu yang tidak terbatas
4. Perlindungan hukumnya masih dianggap minim
Contoh 3:
CV Janeva bergerak dalam usaha perdagangan besar, laba rugi tahun 2019 menunjukkan
informasi sebagai berikut:
Peredaran usaha Rp5.200.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp3.700.000.000,-
Kelebihan dan kelemahan PT sebagaimana diuraikan oleh Santoso dan Rahayu (2013:100-
101) adalah sebagai berikut:
Kelebihan
1. Kewajiban dan tanggung jawab terbatas
2. Masa hidup abadi
3. Efisiensi manajemen karena adanya pemisahan antara pemilik dan pengurus
4. Modal dapat diperoleh dengan menjual saham
Kekurangan
1. Kerumitan perizinan dan organisasi
2. Besarnya biaya pengorganisasian perusahaan
3. Bidang usaha PT relative susah diubah karena harus mengubah akta pendirian dan
sulit mengubah investasi yang telah ditanamkan
4. Hubungan antarperorangan lebih formal dan terkesan kaku
Contoh 4 :
PT Angkasa bergerak sebagai distributor mainan anak yang terbuat dari bahan yang aman
dan berkualitas. Laba/rugi PT Angkasa tahun 2019 menunjukkan informasi sebagai berikut:
Peredaran usaha Rp5.200.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp3.700.000.000,-
Laba Bruto Rp1.500.000.000,-
Biaya Operasi Rp850.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp650.000.000,-
Pada saat laba usaha dibagikan kepada para pemegang saham, dikenai PPh atas dividen
sebesar 10%, yaitu:
Kesimpulan
Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat kita bandingkan besarnya PPh terutang yang harus
ditanggung oleh masing-masing bentuk usaha sebagai berikut:
Uraian Usaha Perorangan CV PT
Peredaran Usaha Rp5.200.000.000,- Rp5.200.000.000,- Rp5.200.000.000,-
Laba Usaha Rp650.000.000,- Rp650.000.000,- Rp650.000.000,-
PPh Terutang Rp126.500.000,- Rp81.250.000,- Rp146.500.000,-
Persentase PPh Terutang 19,46% 12,5% 22,5%
terhadap laba usaha
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita simpulkan bahwa pemilihan bentuk usaha CV
memberikan benefit pajak yang lebih tinggi dibandingkan usaha perorangan atau usaha PT,
namun baiknya hal ini tidak dijadikan satu-satunya dasar pengambilan keputusan karena
tentu saja harus mempertimbangkan hal lainnya. Tingginya beban pajak yang ditanggung
oleh usaha perorangan disebabkan karena tarif progresif yang berlaku bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi. Sebagai catatan, penghitungan PPh di atas atas CV dan PT menggunakan
tariff Pasal 31E UU PPh yang memberikan fasilitas pengurangan tariff hingga 50%. Dalam
hal pasal ini tidak dipergunakan, maka kita akan memperoleh hasil sebagai berikut:
Uraian Usaha Perorangan CV PT
Peredaran Usaha Rp5.200.000.000,- Rp5.200.000.000,- Rp5.200.000.000,-
Laba Usaha Rp650.000.000,- Rp650.000.000,- Rp650.000.000,-
PPh Terutang Rp126.500.000,- Rp162.500.000,- Rp227.500.000,-
Persentase PPh Terutang 19,46% 12,5% 35%
terhadap laba usaha
2. Iman Santoso, Ning Rahayu. (2019). Corporate Tax Management: Mengulas Upaya
Pengelolan Pajak Perusahaan Secara Konseptual-Praktikal. Edisi Revisi. 2019.
Penerbit : Ortax Jakarta. ISBN 9786029518270.
3. Prof. Dr. Mardiasmo MBA., Akt. QIA., CFrA., CA. Perpajakan. Edisi 2019. Penerbit:
Andi Yogyakarta. ISBN 9786230102455.